Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KELOMPOK

“KONTROL”

DOSEN MATA KULIAH : MAYAR AFRIYENTI, SE.,M.Sc


DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2
1. FEBI AYU LISNA KUSWARA (21043007)
2. GABRIELLA YOVANA (21043008)
3. HUMAIRA ARLISHA (21043009)

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia- Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kontrol. Shalawat dan salam kita ucapkan untuk
Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafa’atnya.

Dalam penyusunan makalah ini yang berjudul “Kontrol” yang betujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengauditan internal dan juga menambah wawasan pembaca mengenai materi ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dan juga atas dukungan
moral, serta materi yang diberikan dalam makalah ini sehingga dapat memperlancar penyusunan
makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, karena pengalaman dan pengetahuan kami yang terbatas. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang mambangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Padang, 14 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
2.1 Pentingnya Kontrol bagi Auditor Internal ......................................................................... 5
2.2 Pendefinisian Kontrol ........................................................................................................... 6
2.3 Pentingnya Kontrol ............................................................................................................... 7
2.4 Latar Belakang Standar Internal Control .......................................................................... 7
BAB III................................................................................................................................................. 10
PENUTUP............................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kontrol, kunci utama bagi auditor internal. Kontrol, sebagai kata benda dan kata kerja, dua
tingkatan dalam setiap sistem. Jembatan penghubung antara auditor dan klien. Akses dan
pelaporan mengenai kontrol. Definisi kontrol: definisi awal, definisi menurut akuntan publik dan
definisi menurut auditor internal. Perluasan konsep kontrol internal pada SAS 78. Tujuan
kontrol: untuk mencapai tujuan organisasi. Model-model kontrol internal. Konsep COSO. Model
CoCo. Kontrol yang didefinisikan oleh studi SAC. Kontrol untuk mencegah, mendeteksi, dan
memperbaiki.
Menghilangkan probabilitas, bukan kemungkinan kontrol. Manfaat- manfaat kontrol. Sistem-
sistem kontrol. Sistem terbuka dan tertutup. Tujuan, standar, perbandingan, tindakan perbaikan.
Lingkaran tertutup atau sistem umpan balik. Elemen-elemen sebuah sistem. Pentingnya kontrol.
Standar kontrol internal. Tanggung jawab manajemen atas kontrol. Sarana mencapai kontrol.
Karakteristik- karakteristik kontrol. Masalah-masalah kontrol. Elemen manusia. Bagaimana
mencapai kontrol: pengorganisasian, kebijakan, prosedur, personalia, akuntansi, penganggaran,
dan pelaporan.
Dampak regulasi terhadap kontrol. Hukum Kanada. Peranan auditor internal. Kontrol
akuntansi internal-pendekatan siklus. Dampak pengaturan organisasi terhadap kontrol internal.
Pengurangan kontrol-organisasi virtual. Audit kontrol. Audit menurut COSO. Kontrol
operasional. Empat fungsi dan kontrol manajemen. Mengapa sistem kontrol harus dirinci.
Kontrol yang berlebihan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pentingnya Kontrol bagi Auditor Internal
2. Pendefinisian Kontrol
3. Pentingnya Kontrol
4. Latar Belakang Standar Internal Control

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pentingnya Kontrol bagi Auditor Internal
2. Untuk Mengetahui Pendefinisian Kontrol
3. Untuk Mengetahui Pentingnya Kontrol
4. Untuk Mengetahui Latar Belakang Standar Internal Control

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Kontrol bagi Auditor Internal


Audit yang komprehensif menuntun auditor ke daerah yang tidak dikenal. Mereka
akan berhadapan dengan disiplin ilmu dan teknik-teknik di luar keahlian teknis mereka.
Mereka tidak mungkin segera menguasai bidang periklanan, pertanian, bea cukai,
perekayasaan, perdagangan internasional, pensiun, keselamatan, polusi, transportasi
dan/atau bidang-bidang lainnya yang harus diberi penilaian atas tujuan dan aspek
usahanya.
Kuncinya adalah kontrol. Mengendalikan, sebagai kata kerja, berarti 'memaksakan.
Kontrol memastikan bahwa ada hal-hal yang dikerjakan atau tidak dikerjakan. Kontrol,
sebagai kata benda, berarti sarana fisik untuk mewujudkan pemaksaan' tersebut.
Keduanya digunakan oleh manajer untuk memastikan bahwa tujuan operasional mereka
tercapai.
Setiap kegiatan dalam organisasi memiliki dua tingkatan, yang berada dalam dua
sistem. Pertama adalah sistem operasi, yang dirancang untuk memenuhi tujuan yang telah
ditetapkan seperti memproduksi 100 unit yang memenuhi standar biaya, kualitas, dan
jadwal. Yang lainnya adalah sistem kontrol, yang terdapat dalam sistem operasi. Sistem
kontrol tersebut terdiri atas prosedur, aturan, dan instruksi yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan sistem operasi akan tercapai. Kontrol meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan manajemen.
Auditor internal mungkin tidak bisa sepenuhnya memahami sistem operasi, dan
kalaupun mereka memahami, mereka mungkin tidak bisa menilainya secara objektif.
Tetapi auditor internal dididik untuk bisa mengevaluasi sistem kontrol secara objektif.
Hal ini masih bisa dipahami dan diperiksa auditor Internal. Pengetahuan ini merupakan
"pintu masuk bagi auditor internal. Misalnya, tidak mungkin bagi auditor internal untuk
mengevaluasi metode yang digunakan karyawan untuk memproduksi 100 unit. Metode
tersebut merupakan bagian dari sistem operasi yang bersifat teknis dan mungkin berada di
luar pemeriksaan audit. Tetapi auditor internal yang profesional akan menghadapi hanya
sedikit kesulitan dalam mengevaluasi sistem kontrol produksi yang dirancang untuk
melihat apakah produksi mencapai tujuannya.
Auditor mungkin tidak dapat menentukan apakah mesin telah disetel dengan layak,
apakah produksi telah dilaksanakan dengan efisien, atau apakah terdapat bahan sisa yang
dihasilkan. Namun mereka bisa memastikan peran yang dicapai sistem kontrol:
perencanaan dan kontrol produksi untuk mencapai tujuan organisasi berupa pelayanan
yang baik kepada pelanggan, operasi pabrik yang efisien, dan investasi yang rendah pada
persediaan. Jadi, mereka dapat menentukan apakah terdapat kontrol untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa mesin dikalibrasi dengan layak, hasil produksi yang
efisien telah ditentukan, dan jumlah normal bahan sisa telah ditetapkan.
Lebih lanjut, jika klien memandang mereka sebagai wakil manajemen tingkat tinggi-
seseorang yang mengetahui apa yang diperhatikan dan dikhawatirkan, seseorang yang
memahami kebijakan umum dan prosedur yang ditetapkan manajemen puncak, seseorang
yang memiliki pengalaman dalam memeriksa kontrol atas beberapa kegiatan operasi
lainnya di perusahaan, seseorang yang mungkin bisa berbagi pemahaman mengenai
kontrol internal, seseorang yang mungkin bisa memberi tahu celah kelemahan dan tidak
melakukan inspeksi mendadak yang tidak disukai-maka klien akan mulai menghargai
auditor internal sebagai rekan kerja dan bukan polisi, konsultan bisnis yang konstruktif

5
dan bukan sebuah ancaman, evaluator yang berorientasi manajemen dan bukan seorang
pencari kesalahan.
Setelah standar awal diselesaikan tahun 1978, salah satu kegiatan pertama yang
dilakukan oleh Institute of Internal Auditors (IIA) adalah memperluas konsep audit
mengenai kontrol. Hasilnya terdapat dalam Pernyataan Standar Audit (Statements on
Auditing Standard-SAS) yang pertama, yang telah tercakup pada standar yang ada saat
ini. Targetnya adalah untuk mendefinisikan kecukupan kontrol (dirancang dengan
semestinya), efektivitas (berjalan sesuai yang direncanakan), dan kualitas (pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi). Yang keempat adalah utilitas (penggunaan). Standar baru,
2120, menjelaskan hal ini dengan baik dan harus digunakan sebagai pengenalan atas hal
penting ini.

2.2 Pendefinisian Kontrol


a. Definisi Awal
Istilah kontrol pertama kali muncul dalam kamus bahasa Inggris sekitar tahun 1600 dan
didefinisikan sebagai "salinan dari sebuah putaran (untuk akun), yang kualitas dan isinya
sama dengan aslinya." Samuel Johnson menyimpulkan pengertian awal ini sebagai "daftar
atau akun yang dipegang oleh seorang pegawai, yang masing-masing dapat diperiksa oleh
pegawai lain."
Pentingnya kontrol bagi auditor (atau "pengecekan internal" seperti disebut pertama kali)
diakui oleh L.R. Dicksee pada awal tahun 1905. Ia mengatakan bahwa sistem pengecekan
internal yang layak bisa menghilangkan kebutuhan akan audit yang terinci. Menurutnya
kontrol terdiri atas tiga elemen: pembagian kerja, penggunaan catatan akuntansi, dan rotasi
pegawai.
Pada tahun 1930 George E. Bennett mempersempit definisi pengecekan internal menjadi
seperti ini: Sistem pengecekan internal bisa didefinisikan sebagai koordinasi dari sistem akun-
akun dan prosedur perkantoran yang berkaitan sehingga seorang karyawan selain
mengerjakan tugasnya sendiri juga secara berkelanjutan mengecek pekerjaan karyawan yang
lain untuk hal-hal tertentu yang rawan kecurangan.
Pada tahun 1949 laporan khusus berjudul "Kontrol Internal-Elemen-elemen Sistem yang
Terkoordinasi dan Pentingnya Kontrol bagi Manajemen dan Akuntan Independen," oleh
Komite Prosedur Audit Lembaga Amerika untuk Akuntan Publik Bersertifikat (American
Institute of Certified Public Accountants-AICPA Committee on Auditing Procedure)
memperluas definisi kontrol internal menjadi:
Kontrol internal berisi rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan
pengukuran-pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva,
memeriksa akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan
mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan. Definisi ini [lanjut
Komite) mungkin lebih luas daripada pengertian yang kadang-kadang disebutkan untuk
istilah-istilah tersebut. Jadi sistem kontrol internal melampaui hal-hal tersebut yang secara
langsung terkait dengan fungsi departemen akuntansi dan keuangan.

b. Definisi untuk Akuntan Publik


Auditor independen di Amerika Serikat memandang definisi tersebut terlalu luas untuk
tujuan mereka. Perhatian mereka lebih kepada kontrol internal yang berhubungan dengan
keandalan laporan keuangan atau tujuan otorisasi, akuntansi, dan pengamanan aktiva. Jadi
kontrol internal dipecah menjadi kontrol administratif dan kontrol akuntansi. Hal ini
dinyatakan dalam seksi 320.27-28 (1973) Standar Profesional AICPA, yang diambil dari
Statement of Auditing Standards (SAS) No. 1

6
c. Definisi Auditor Internal
Definisi AICPA yang telah dipaparkan sebelumnya cenderung mengaburkan kontrol
sebagai kata kerja dan sebagai kata benda. Dalam dunia usaha dan pemerintahan, kata-kata ini
telah memiliki arti khusus, dan penting untuk tetap membedakan keduanya. Kontrol sebagai
kata kerja mencerminkan tindakan untuk memastikan bahwa apa yang seharusnya dilakukan
akan dilakukan dan mencegah apa yang dilarang, sehingga tujuan manajemen yang telah
ditetapkan dapat dicapai; sementara kontrol sebagai - kata benda mencerminkan sarana untuk
membantu kontrol yang dilakukan oleh "si pengendali."

2.3 Pentingnya Kontrol


Kontrol menjadi lebih penting bagi organisasi-organisasi besar. Manajer tidak dapat
mengawasi secara pribadi segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Jadi mereka harus
mendelegasikan kewenangannya ke bawahan yang berfungsi sebagai wakilnya. Bawahan tersebut
akan diberi tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya. Seiring dengan pemberian tanggung
jawab muncul pula akuntabilitas, yang membutuhkan bahan bukti bahwa tugas yang dibebankan
telah diselesaikan. Bukti tersebut biasanya dalam bentuk laporan yang membandingkan hasil
aktual dengan yang direncanakan Inilah yang disebut kontrol dasar (basic control).
Merancang sistem kontrol untuk memastikan bahwa tugas diselesaikan dan tujuan dicapai
merupakan tanggung jawab manajemen. Manajer bertanggung jawab untuk menetapkan kontrol,
mempertahankannya, memodifikasi apa yang harus diubah, dan memerhatikan informasi yang
diberikan oleh sistem kontrol.
Manajer menerapkan kontrol karena memang harus. Rencana-rencana bisa jadi tidak jelas
atau tidak dikomunikasikan dengan baik. Tujuan karyawan bisa berbeda dari tujuan manajemen.
Kecelakaan dan penundaan bisa terjadi, sehingga menimbulkan situasi yang tidak direncanakan
sebelumnya. Kontrol detektif tetap membandingkan yang sebenarnya dengan yang seharusnya,
mengomunikasikan kelemahan ke manajemen, dan mendorong manajemen untuk melakukan
tindakan perbaikan.

2.4 Latar Belakang Standar Internal Control


a. Standar 2120-Kontrol
Kegiatan audit internal haruslah membantu organisasi menerapkan kontrol yang efektif
dengan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta mendorong perbaikan yang terus-
menerus.
1) 2120. A1 - Berdasarkan hasil penentuan risiko, aktivitas audit internal haruslah
mengevaluasi kecukupan dan efektivitas kontrol yang mencakup tata kelola, operasi, dan
sistem informasi organisasi. Hal ini meliputi:
 Keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasional.
 Efektivitas dan efisiensi operasi.
 Pengamanan aktiva.
 Kepatuhan terhadap hukum, regulasi, dan kontrak.
2) 2120. A2 -Auditor internal harus memastikan lingkup penetapan tujuan dan sasaran
operasi dan program yang harus sesuai dengan tujuan organisasi secara keseluruhan.
3) 2120. A3 -Auditor internal harus menelaah operasi dan program untuk memastikan
kesesuaian hasil dengan tujuan dan sasaran guna menentukan apakah operasi dan
program dilaksanakan sesuai yang diinginkan.
4) 2120. A4 -Kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi kontrol. Auditor
internal harus memastikan bahwa manajemen telah menetapkan kriteria yang memadai
untuk menentukan pencapaian tujuan dan sasaran. Jika memadai, maka auditor internal
seharusnya menggunakan kriteria tersebut dalam evaluasi mereka. Jika tidak memadai,

7
auditor internal seyogyanya bekerja sama dengan manajemen untuk membuat kriteria
evaluasi yang layak.
5) 2120. A4-1. Practice Advisory melengkapi standar ini untuk kriteria-kriteria kontrol dan
memberikan lebih banyak ketentuan khusus.
Auditor internal harus mengevaluasi target operasi dan ekspektasi yang ditetapkan dan
harus menentukan apakah standar operasi tersebut dapat diterima dan dicapai. Jika target dan
kriteria manajemen tidak jelas, maka harus dicari interpretasi yang meyakinkan. Apabila
auditor internal diminta menginterpretasikan atau memilih standar operasi, mereka harus
mencapai kesepakatan dengan klien mengenai kriteria yang diperlukan untuk mengukur
kinerja operasi.
b. Standar-standar Operasi
Standar-standar operasi bisa jadi merupakan elemen-elemen kunci dalam proses kontrol.
Standar menentukan jenis kinerja yang diharapkan. Standar berperan dalam dua hal:
menentukan tujuan yang akan dicapai dan menjadi dasar pengukuran.
Untuk memfasilitasi pengukuran, standar haruslah bersifat kuantitatif. Setiap orang
memahami angka-angka. Kriteria yang bersifat kualitatif lebih sulit diukur. Akan tetapi,
standar kuantitatif tanpa memerhatikan persyaratan kualitatif bisa menyesatkan dan
menghasilkan keputusan manajemen yang tidak tepat. Standar-standar operasi sebaiknya
bersifat spesifik, meskipun dapat juga memasukkan faktor-faktor toleransi, Jadi, seorang
manajer dapat mengukur "penyelesaian tugas tanggal 10 Juli," tetapi akan sulit mengukur
"penyelesaian tugas dalam waktu yang wajar." Sepuluh Juli memiliki pengertian yang sama
bagi semua orang. "Waktu yang wajar" memunculkan pertanyaan mengenai apa yang disebut
wajar? Dan wajar bagi siapa?
Kontrol umumnya membutuhkan standar-standar operasi. Standar-standar ini dapat berasal
dari berbagai sumber, seperti:
 Standar produksi.
 Standar akuntansi biaya.
 Standar tugas.
 S⁠ tandar industri
 S ⁠ tandar historis
 S ⁠ tandar "estimasi terbaik"
Hal-hal yang harus menjadi perhatian adalah bahwa standar tersebut bersifat wajar,
mengandung faktor-faktor toleransi yang layak, mencerminkan kondisi saat ini, dan akan
menghasilkan tujuan yang diinginkan.
c. Standar-standar Kontrol Internal
Selain standar operasi yang merupakan bagian dari sistem kontrol, terdapat kerangka
standar yang harus diikuti sistem kontrol itu sendiri. Standar-standar ini adalah:
1) Standar-standar Umum
 Keyakinan yang Wajar-Kontrol harus memberikan keyakinan yang wajar bahwa
tujuan kontrol internal akan dicapai.
 Perilaku yang Mendukung-Manajer dan karyawan harus memiliki perilaku yang
mendukung kontrol internal.
 Integritas dan Kompetensi-Orang-orang yang terlibat dalam pengoperasian kontrol
internal harus memiliki tingkat profesionalitas, integritas pribadi dan kompetensi yang
memadai untuk melaksanakan kontrol guna mencapai tujuan kontrol internal.
 Tujuan Kontrol-Tujuan kontrol yang spesifik, komprehensif, dan wajar harus
ditetapkan untuk setiap aktivitas organisasi.

8
 Pengawasan Kontrol-Manajer harus terus-menerus mengawasi keluaran yang
dihasilkan oleh sistem kontrol dan mengambil langkah-langkah tepat terhadap
penyimpangan yang memerlukan tindakan tersebut.
2) Standar-standar Rinci
 Dokumentasi -Struktur, semua transaksi, dan kejadian signifikan harus
didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi tersebut harus siap tersedia.
 Pencatatan Transaksi dan Kejadian dengan Layak dan Tepat Waktu
 Otorisasi dan Pelaksanaan Transaksi dan Kejadian-Transaksi dan kejadian harus
diotorisasi dan dilaksanakan oleh orang yag bertugas untuk itu.
 Pembagian Tugas: Otorisasi, pemrosesan, pencatatan, dan pemeriksaan transaksi
harus dipisahkan ke masing-masing individu (dan unit).
 Pengawasan -Pengawasan harus dilakukan dengan baik dan berkelanjutan untuk
memastikan pencapaian tujuan kontrol internal.
 Akses dan Akuntabilitas ke Sumber Daya/dan Catatan. Akses harus dibatasi ke
individu yang memang berwenang, seseorang yang bertanggung jawab untuk
pengamanan dan penggunaan sumber daya dan orang lain yang mencatat. Aspek ini
harus diperiksa secara periodik dengan membandingkan jumlah yang tercatat dengan
jumlah fisik.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Audit yang komprehensif menuntun auditor ke daerah yang tidak dikenal. Mereka
akan berhadapan dengan disiplin ilmu dan teknik-teknik di luar keahlian teknis mereka.
Mereka tidak mungkin segera menguasai bidang periklanan, pertanian, bea cukai,
perekayasaan, perdagangan internasional, pensiun, keselamatan, polusi, transportasi
dan/atau bidang-bidang lainnya yang harus diberi penilaian atas tujuan dan aspek
usahanya.
Kuncinya adalah kontrol. Mengendalikan, sebagai kata kerja, berarti 'memaksakan.
Kontrol memastikan bahwa ada hal-hal yang dikerjakan atau tidak dikerjakan. Kontrol,
sebagai kata benda, berarti sarana fisik untuk mewujudkan pemaksaan' tersebut. Keduanya
digunakan oleh manajer untuk memastikan bahwa tujuan operasional mereka tercapai.
Kontrol internal berisi rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan
pengukuran-pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa
akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong
ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan. Definisi ini [lanjut Komite) mungkin
lebih luas daripada pengertian yang kadang-kadang disebutkan untuk istilah-istilah tersebut. Jadi
sistem kontrol internal melampaui hal-hal tersebut yang secara langsung terkait dengan fungsi
departemen akuntansi dan keuangan.
Latar Belakang Standar Internal Control: Standar 2120-Kontrol, Standar-standar Operasi,
Standar-standar Kontrol Internal: Standar-standar Umum, Standar-standar Rinci.

10

Anda mungkin juga menyukai