Anda di halaman 1dari 33

KONTROL

MAKALAH INI MERUPAKAN SYARAT UNTUK MEMENUHI


TUGAS MATA KULIAH INTERNAL AUDITING

DISUSUN OLEH :

JEFFRI NICOLAS 2011070489


ITSNANI NUR RIZKY 2011070586

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PERBANAS INSTITUTE
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kontrol” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Internal Auditing dengan dosen pengampu Eko Supriyanto Hadi,
S.E.,Ak.,CA.,AAAI-J.,M.M. selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang kontrol dalam audit internal bagi para pembaca dan
penulis.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bekasi, 27 Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB 1 Pendahuluan .........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................2
1.4 Manfaat ................................................................................................................3
BAB 2 Pembahasan..........................................................................................................4
2.1 Pentingnya Kontrol dan Peran Auditor Internal ..............................................4
2.2 Standar 2120 – Kontrol .......................................................................................5
2.3 Definisi Kontrol ...................................................................................................6
2.4 Model-model Kontrol internal............................................................................8
2.5 Auditabilitas sistem dan studi kontrol .............................................................11
2.6 Jenis dan Fungsi Kontrol ..................................................................................13
2.7 Manfaat Kontrol ................................................................................................14
2.8 Sistem Kontrol ...................................................................................................15
2.9 Sarana untuk Mencapai Kontrol .....................................................................19
2.10 Laporan Auditor Internal tentang Kontrol Internal ......................................22
2.11 Pendekatan Siklus untuk Kontrol Akuntansi Internal ...................................22
2.12 Audit Kontrol ....................................................................................................23
2.13 Kontrol yang Berlebihan ..................................................................................24
2.14 Mengapa Kontrol Tidak Berjalan ....................................................................24
BAB 3 Penutup ...............................................................................................................27
3.1 Kesmpulan .........................................................................................................27
3.2 Saran ..................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................30

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi saat ini akan mempertajam persaingan – persaingan
antara perusahaan. Oleh karenanya diperlukan strategi yang baik untuk
mengoptoimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada. Untuk dapat bertahan
dalam persaingan ini maka diperlukan pula pengawasan dan memaksimalkan
kinerja para karyawannya. Upaya ini meliputi peningkatan produktivitas,
efisiensi dan efektivitas dalam pencapaian tujuan perusahaan. Untuk
menghadapinya diperlukanlah internal kontrol yang didalamnya terdapat
kebijakan dan strategi yang terus ditingkatkan dan diterapkan oleh manajemen
dalam meningkatkan pengawasan dan keberhasilan pencapaian tujuan
perusahaan.
Dalam melaksanakan tugasnya auditor akan berhadapan dengan
permasalahan di luar keahlian dan bidang mereka. Misalnya auditor akan
memeriksa perusahaan di bidang pertambangan pasti tidak mengerti hal-hal
terkait pertambangan, dalam hal ini kuncinya adalah kontrol. Kontrol
merupakan hal yang penting auditor internal serta merupakan jembatan
penghubung antara auditor dan klien. Kontrol digunakan untuk mencegah,
mendeteksi, dan memperbaiki suatu permasalahan. Dalam sebuah organisasi
terdapat sistem operasi dan sistem kontrol. Auditor Internal mungkin tidak
memahami sepenuhnya tentang sistem operasi yaitu sistem yang dirancang
untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, namun auditor internal memiliki
tugas untuk mengevaluasi sistem kontrol secara objektif. Sistem kontrol itu
sendiri dirancang untuk memastikan tercapainya tujuan yang ditetapkan.
Dengan adanya kontrol maka dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya
tujuan manajemen.
Kontrol menjadi lebih penting bagi organisasi-organisasi besar. Manajer
tidak dapat mengawasi secara pribadi segala sesuatu yang menjadi tanggung
jawabnya. Manajer akan memberikan tanggung jawab kepada bawahannya
untuk membantunya. Sebagai bukti bahwa tugas yang diberikan telah
diselesaikan maka dibuatlah laporan yang membandingkan hasil aktual dengan

1
yang direncanakan. Inilah yang disebut kontrol dasar. Merancang sistem
kontrol untuk memastikan bahwa tugas diselesaikan dan merupakan tanggung
jawab manajemen. Kontrol diperlukan agar segala rencana dapat berjalan baik
dan dikomunikasikan dengan baik, tanpanya rencana akan menjadi berantakan
dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kontrol internal menjadi hak dan alat prerogatif manajemen. Eksekutif
perusahaan memutuskan kontrol seperti apa yang akan diterapkan atau tidak
diterapkan pada usaha mereka. Jika kontrol dianggap terlalu berat,
menghabiskan biaya, atau tidak diinginkan, manajemen tidak akan
menerapkannya atau dapat menghilangkannya. Jika situasinya dapat
menyebabkan adanya risiko, manajemen akan berinisiatif untuk memutuskan
apakah akan menerapkan kontrol atau mengambil risiko tersebut. Berdasarkan
permasalahan tersebut penulis tertarik mengambil judul “kontrol”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
sebagai berikut ;
1. Apa itu kontrol ?
2. Apa saja model-model dalam kontrol ?
3. Apa saja karakteristik dari kontrol ?
4. Apa saja sarana untuk mencapai kontrol ?
5. Apa itu audit kontrol ?
6. Bagaimana peran auditor internal dalam kontrol ?
7. Bagaimana sebuah kontrol tidak berjalan ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah sebagai
berikut ;
1. Untuk mengetahui apa itu kontrol.
2. Untuk mengetahui model-model dalam kontrol.
3. Untuk mengetahui karakteristik dari kontrol.
4. Untuk mengetahui sarana untuk mencapai kontrol.

2
5. Untuk mengetahui audit kontrol.
6. Untuk mengetahui peran auditor internal dalam kontrol.
7. Untuk mengetahui kontrol yang tidak berjalan.

1.4 Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini penulis memiliki tujuan agar dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca sebagai penambah wawasan
mengenai kontrol ini.

3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Kontrol dan Peran Auditor Internal
Dalam sebuah perusahaan terdapat sistem operasi dan sistem kontrol.
Auditor internal mungkin tidak bisa sepenuhnya memahami sistem operasi dan
kalaupun mereka memahami, mereka mungkin tidak bisa menilainya secara
objektif. Namun auditor internal memiliki tugas untuk mengevaluasi sistem
kontrol secara objektif. Sistem kontrol dirancang untuk memastikan
tercapainya tujuan yng ditetapkan. Dengan adanya kontrol maka dapat
meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan manajemen. Dengan
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi sistem kontrol audit internal diharapkan
dapat membantu manajemen dalam menerapkan kontrol tersebut.
Pengevaluasian tersebut mencakup tata kelola, operasi, dan sistem informasi
yang meliputi keandalan & integritas informasi keuangan & operasional,
efektivitas & efisiensi operasi, pengamanan aktiva, dan kepatuhan terhadap
hukum, regulasi.
Kontrol menjadi lebih penting bagi organisasi – organisasi besar.
Manajer tidak dapat mengawasi secara pribadi segala sesuatu yang menjadi
tanggung jawabnya. Manajer akan memberikan tanggung jawab kepada
bawahannya untuk membantunya. Sebagai bukti bahwa tugas yang diberikan
telah diselesaikan maka dibuatlah laporan yang membandingkan hasil aktual
dengan yang direncanakan. Inilah yang disebut kontrol dasar. Merancang
sistem kontrol untuk memastikan bahwa tugas diselesaikan dan merupakan
tanggung jawab manajemen. Kontrol diperlukan agar segala rencana dapat
berjalan baik dan dikomunikasikan dengan baik, tanpanya rencana akan
menjadi berantakan dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Auditor internal sangat membantu manajemen dalam mengevaluasi
sistem kontrol dan menunjukan kelemahan – kelemahan dalam kontrol internal
serta mendokumentasikan sistem kontrol internal. Tetapi perlu diingat bahwa
auditor internal membantu manajemen dan bukan berperan sebagai manajer itu
sendiri. Perbedaan ini memunculkan keberatan mengenai kontrol akuntansi
internal sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Amerika Serikat dan

4
Kanada. Bukti ketaatan terhadap Undang-undang ini terletak pada
pendokumentasian yang layak. Jika sistem kontrol didokumentasikan dengan
baik suatu organisasi dapat lebih siap mematuhi peraturan-peraturan yang
relevan.

2.2 Standar 2120 – Kontrol


Kegiatan audit internal harus dapat menunjang organisasi dalam
melakukan kontrol dengan melakukan evaluasi pada efektivitas dan efisiensi
serta mendorong perbaikan yang terus-menerus.

2120. A1: hasil penentuan risiko aktivitas audit internal harus mengevaluasi
kecukupan dan efektifitas kontrol yang mencakup tata kelola, operasi dan
sistem informasi organisasi. Meliputi :
a. Keandalan dan intergritas informmasi keuangan dan operasional;
b. Efektivitas dan efisiensi operasi;
c. Pengaman aktiva;
d. Kepatuhan terhadap huku, regulasi dan kontrak;

2120. A2: Auditor internal harus memastikan lingkup penetapan tujuan dan
sasaran operasi dan program yang harus sesuai dengan tujuan organisasi secara
keseluruhan.

2120. A3: Auditor internal harus menelaah operasi dan program untuk
memastikan kesesuaian hasil dengann tujuan dan sasaran guna menentukan
apakah operasi dan program dilaksanakan sesuai yang diinginkan.

2120. A4: Kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi kontrol.


Auditor internal harus memastikan bahwa manajemen telah menetapkan
kriteria sesuai dengan pencapaian tujuan dan sasaran.

2120. A4-1: Pratice advisory melengkapi standart ini untuk kriteria kontrol dan
memberikan lebih banyak ketentuan khusus.

5
Practice Advisory memberikan rincian mengenai pekerjaan kepala audit, yaitu:
1. Membuat rencana audit untuk mengumpulkan bahan bukti yang memadai.
2. Mempertimbangkan pekerjaan yang relevan yang bisa dilakukan orang
lain.
3. Mengevaluasi ukuran kerja dari dua sudut pandang.
a. Kecukupan kontrol untuk organisasi secara keseluruhan.
b. Tercakupnya berbagai transaksi dan jenis proses bisnis.

2.3 Definisi Kontrol


1. Definisi menurut para ahli
Kontrol pertama kali muncul dalam kamus bahasa Inggris sekitar
tahun 1600 dan didefinisikan sebagai salinan dari sebuah putaran (untuk
akun), yang kualitas dan isinya sama dengan asilnya. Samuel Johnson
menyimpulkan pengertian awal ini sebagai daftar atau akun yang dipegang
oleh orang pegawai yang masing masing dapat diperiksa oleh pegawai lain.
Pentingnya kontrol bagi auditor diakui oleh LR Dicksee pada awal
tahun 1905 Ia mengatakan bahwa sistem pengecekan internal yang layak
bisa menghilangkan kebutuhan akan audit yang terinci. Menurutnya kontrol
terdiri atas 3 elemen yaitu pembagian kerja, penggunaan catatan akuntansi
dan rotasi pegawai.
Pada tahun 1930 George L. Bennett mempersempit definisi
pengecekan internal menjadi, “Sistem pengecekan internal bisa didefinikan
sebagai koordinasi dari sistem akun-akun dan prosedur perkantoran yang
berkaitan sehingga seorang karyawan selain mengerjakan tugasnya sendiri
juga secara berkelanjutan mengecek pekerjaan karyawan yang lain untuk
hal hal tertentu yang rawan kecurangan”.
Pada tahun 1949 AICPA memperluas definisi kontrol internal
menjadi, “Kontrol internal berisi rencana organisasi dan semua metode yang
terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan di perusahaan
untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi, dan keandalan data

6
akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong ketaatan
terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan”.

2. Definisi untuk Akuntan Publik


Auditor independen di Amerika memandang definisi tersebut terlalu
luas untuk tujuan mereka, oleh karena itu kontrol internal dipecah menjadi
dua. Menurut Statement of Auditing Standards atau SAS No 1:
1. Kontrol administratif, mencakup rencana organisasi, prosedur, dan
catatan yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang
tercermin dalam otorisasi manajemen atas transaksi.
2. Kontrol akuntansi, terdiri atas rencana organisasi, prosedur, dan catatan
yang berkaitan dengan pengamanan aktiva dan keandalan pencatatan
keuangan yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar
bahwa:
a. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum atau khusus
dari manajemen.
b. Transaksi dicatat untuk mdenyiapkan penyusunan laporan keuangan
sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang diterima umum atau kriteria
lainnya yang berlaku untuk laporan tersebut dan untuk menjaga
akuntabilitas atas aktiva.
c. Akses terhadap aktiva hanya sesuai otorisasi manajemen.
d. Akuntabilitas yang dicatat untuk aktiva dibandingkan dengan aktiva
yang ada pada periode yang wajar dan bila ada terdapat perbedaan
maka akan diambil tindakan yang tepat.

Dari definisi diatas terlihat bahwa definisi kontrol administrasif


menghubungkan kontrol tersebut dengan manajemen, sementara definisi
kontrol akuntansi tidak.
AICPA telah merevisi pernyataannya tentang kontrol internal yang
berlaku efektif untuk audit laporan keuangan untuk periode yang dimulai
atau setelah 1 Januari 1997. Revisi AICPA adalah sebagai berikut, "Kontrol
internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan

7
komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang dirancang untuk
memberikan keyakinan yang wajar mengenai pencapaian tujuan pada hal-
hal berikut ini;
a. keandalan pelaporan keuangan,
b. efektivitas dan efisiensi operasi, dan
c. ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

3. Definisi untuk Auditor Internal


Auditor internal memandang kontrol sebagai penggunaan semua
sarana perusahaan untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan
mengawasi berbagai aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa
tujuan perusahaan tercapai. Sarana kontrol ini meliputi bentuk organisasi,
kebijakan, sistem, prosedur, induksi, standar, komite, bagan akun,
perkiraan, anggaran, jadwal, laporan, catatan, daftar pemeriksaan, metode,
rencana dan audit internal. Namun, bagi auditor internal kontrol akan
memadai dan berguna jika dirancang untuk mencapai suatu tujuan.
Saat ini, kontrol didefinisikan oleh IIA (Institute of Internal Auditors)
sebagai “setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kontrol
bisa bersifat preventif (untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan), detektif (untuk mendeteksi dan memperbaiki hal-hal yang tidak
diinginkan yang telah terjadi), atau direktif (untuk menyebabkan atau
mengarahkan terjadinya hal yang diinginkan). Konsep sistem kontrol
merupakan gabungan komponen kontrol yang terintegrasi dan aktivitas-
aktivitas yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan dan
sasaran sasarannya”.

2.4 Model-model Kontrol internal


1. Model Committee of Suppporting Organizations (COSO)
Model COSO mendefinisikan kontrol internal sebagai sistem yang
dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap
pencapaian tujuan efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan informasi

8
keuangan dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Model
COSO terdiri atas lima komponen pengendalian intern sebagai berikut:
a. Lingkungan Kontrol
Komponen ini meliputi sikap manajemen di semua tingkatan
terhadap operan secara umum dan konsep kontrol secara khusus. Hal ini
mencakup etika, kompetensi serta integritas dan kepentingan terhadap
kesejahteraan organisasi dan juga mencakup struktur organisasi serta
kebijakan dan filosofi manajemen.

b. Penentuan Risiko
Komponen ini merupakan aktivitas audit internal yang terus
berkembang. Penentuan risiko mencakup penentuan risiko di semua
aspek organisasi dan penentuan kekuatan organisasi melalui evaluasi
risiko.

c. Aktivitas Pengendalian
Komponen ini mencakup aktivitas aktivitas yang sebelumnya
berkaitan dengan konsep kontrol internal. Aktivitas aktivitas ini meliputi
persetujuan, tanggung jawab, dan kewenangan, pemisahan tugas,
pendokumentasian, rekonsiliasi, karyawan yang kompeten dan jujur,
pemeriksaan internal dan audit internal. Aktivitas aktivitas ini dievaluası
risikonya secara keseluruhan.

d. Informasi dan Komunikasi


Komponen ini merupakan bagian penting dari proses
manajemen.Komunikasi informasi tentang operasi kontrol internal
memberikan substansi yang dapat digunakan manajemen untuk
mengevaluasi efektivitas kontrol dan untuk mengelola operasinya.

e. Pengawasan
Merupakan evaluasi rasional yang dinamis atas informasi yang
diberikan pada komunikasi informasi untuk tujuan manajemen kontrol.

9
2. Model Criteria of Control Board of the Canadian Institute of Chartered
Accountants (CoCo)
Model CoCo merupakan sebuah model yang lebih berorientasi pada
prosedur audit internal dan kelihatan lebih mudah dipahami, serta bisa
menjadi pedoman untuk aktivitas audit internal. Model CoCo mencakup
empat komponen. Komponen-komponen tersebut digunakan untuk
mengklasifikasikan 20 kriteria yang dapat menjadi bagian dari program
audit.

Tujuan Komitmen
1. Nilai-nilai etis bersama, termasuk integritas, harus
1. Tujuan harus ditetapkan dan dikomunikasikan. ditetapkan, dikomunikasikan dan dilaksanakan di
organisasi.
2. Resiko eksternal dan internal signifikan yang 2. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia harus
dihadapi organisasi dalam pencapaian tujuannya harus komisten dengan nilai etika organisasi dan dengan
ditentukan dan dinilai. pencapaian tujuannya.
3. Kebijakan-kebijakan yang dirancang untuk
mendukung pencapaian tujuan organisasi dan 3. Kewenangan tanggung jawab, dan akuntabilitas
pengelolaan risikonya harus ditetapkan, harus didefinisikan secara jelas dan konsisten dengan
dikomunikasikan, dipraktikkan sehingga karyawan tujuan organisasi sehingga keputusan dan tindakan
memahami apa yang diharapkan dari mereka dan diambil oleh orang yang tepat.
lingkup kebebasan mereka untuk bertindak.
4. Rencana-rencana yang menjadi pedoman upaya 4. Suasana saling percaya harus ditingkatkan untuk
upaya pencapaian tujuan organisasi harus ditetapkan mendukung aliran informasi antar karyawan dan kinerja
dan dikomunikasikan. efektif mereka menuju pencapaian tujuan organisasi.
5. Tujuan dan rencana terkait harus mencakup target
kinerja dan indikator yang bisa diukur

10
kemampuan Pengawasan dan Pembelajaran
1. Lingkungan eksternal dan internal harus dimonitor
1. Karyawan harus memiliki pengetahuan, keahlian, dan
untuk memperoleh informasi yang bisa menandakan
sarana yang diperlukan untuk mendukung pencapaian
perlunya evaluasi ulang atas tujuan atau kontrol
tujuan organisasi.
organisasi.
2. Kinerja harus dimonitor untuk menentukan
2. Proses komunikasi harus mendukung nilai-nilai
kesesuaiannya dengan target dan indikator yang
organisasi dan pencapaian tujuannya.
terdapat pada tujuan dan rencana organisasi.
3. Informasi yang memadai dan relevan harus
diidentifikasi dan dikomunikasikan secara tepat waktu 3. Asumsi asumsi yang mendasari tujuan dan sistem
sehingga memungkinkan karyawan melaksanakan organisasi harus diubah secara periodik.
tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Kebutuhan informasi dan sistem informasi terkait
4. Keputusan dan tindakan pihak-pihak yang berbeda
harus dinilai ulang seiring perubahan tujuan atau
dalam organisasi harus dikoordinasikan.
ditemukannya kelemahan.
5. Aktivitas kontrol harus dirancang sebagai bagian
5. Prosedur tindak lanjut harus dilakukan untuk
yang integral dalam organisasi dengan
meyakinkan bahwa perubahan atau tindakan telah
mempertimbangkan tujuan, risiko untuk mencapainya,
dilaksanakan.
dan keterkaitan antara elemen-elemen kontrol.

6. Manajemen harus menilai secara periodik efektivitas


kontrol di organisasnya dan mengomunikasikan
hasilnya ke pihak yang berwenang.

2.5 Auditabilitas sistem dan studi kontrol


Komponen komponen sistem kontrol internal mencakup,
1. Lingkungan kontrol
Lingkungan kontrol mencakup,
a. Struktur organisasi.
b. Elemen kerangka kontrol mencakup,
1) Pemisahan tugas.
2) Kompetensi dan integritas SDM.
3) Tingkatan otoritas dan tanggung jawab yang sesuai.
4) Kemampuan dalam menelusuri setiap transaksi ke individu yang
bertanggung jawab.
5) Ketersediaan sumber daya, waktu, dan karyawan ahli yang
memadai.
6) Pengawasan staf dan pemeriksaan kerja yang sesuai.

11
c. Kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang
didokumentasikan dengan baik dan menjelaskan lingkup fungsi,
aktivitasnya, dan keterkaitan dengan departemen-departemen
lainnya.
d. Pengaruh-pengaruh eksternal mencakup persyaratan fidusiari,
hukum dan regulasi, ketentuan kontrak, adat istiadat, kebiasaan,
ketentuan serikat organisasi, dan lingkungan yang kompetitif.

2. Sistem manual dan terotomatisasi


Ini merupakan pemrosesan, pelaporan, penyimpanan, dan
pemindahan informasi yang mencakup,
a. Perangkat lunak sistem.
b. Sistem aplikasi
c. Sistem utama dan Sistem operasional
d. Pengguna akhir dan sistem departemen

3. Prosedur-prosedur kontrol
Prosedur-prosedur kontrol mencakup,
a. Kontrol sistem informasi umum, memiliki dampak yang luas terhadap
keseluruhan efektivitas fungsi sistem informasi mencakup,
1) Kontrol operasi komputer
2) Kontrol pengamanan secara fisik
3) Kontrol perubahan program
4) Kontrol pengembangan sistem
5) Kontrol telekomunikasi
b. Kontrol aplikasi dirancang untuk memastikan pemrosesan transaksi
yang terotorisasi, akurat, dan lengkap mulai dari input, pemrosesan,
sampai ke output informasi. Kontrol ini mencegah, mendeteksi, dan
memperbaiki kekeliruan.
c. Kontrol pengganti, mengatasi atau mengurangi kelemahan pada
aplikasi lainnya dari kontrol umum.

12
2.6 Jenis dan Fungsi Kontrol
Kontrol dapat dirancang untuk memiliki berbagai fungsi yaitu untuk
mencegah hasil-hasil yang tidak diharapkan sebelum terjadi, menemukan hasil-
hasil yang tidak diharapkan saat terjadi, serta memastikan bahwa tindakan
korektif yang diambil untuk memperbaiki hal-hal tersebut sudah tepat.
1. Kontrol Preventif
Kontrol preventif lebih efektif dari segi biaya. Ketika diterapkan ke
dalam sebuah sistem, kontrol preventif dapat mencegah kekeliruan
karenanya itu mencegah biaya perbaikan. Kontrol preventif contohnya
pemisahan tugas untuk mencegah pelanggaran yang disengaja, otorisasi
yang layak untuk mencegah penggunaan sumber daya organisasi dengan
tidak semestinya, dokumentasi dan catatan yang memadai serta prosedur
pencatatan yang layak untuk mencegah transaksi yang tidak semestinya, dan
kontrol fisik atas aktiva untuk mencegah penyalahgunaan atau pencurian
aktiva.

2. Kontrol Detektif
Kontrol detektif biasanya lebih mahal dibanding kontrol prevenif
namun diperlukan. Kontrol detektif mengukur efektivitas kontrol preventif
karena beberapa kekeliruan tidak dapat secara efektif dikendalikan. Kontrol
detektif mencakup pemeriksaan dan perbandingan, seperti catatan kinerja
dan pemeriksaan independen atas kinerja. Kontrol detektif juga mencakup
sarana kontrol seperti rekonsiliasi bank, konfirmasi saldo bank, perhitungan
kas, rekonsiliasi rincian piutang usaha ke akun pengendali piutang usaha,
pemeriksaan fisik persediaan dan analisis varians, konfirmasi dengan
pemasok utang usaha, penggunaan teknik-teknik komputer seperti limit
transaksi, kata kunci, pengeditan, dan sistem pemeriksaan seperti audit
internal.

3. Kontrol Korektif
Kontrol korektif dilakukan bila terjadi hal-hal yang tidak semestinya
dan telah dideteksi. Kontrol detektif tidak akan berfungsi jika kelemahan

13
yang telah diidentifikasi tidak diperbaiki atau dianggap tidak masalah bila
terulang. Oleh karena itu, manajemen harus mengembangkan sistem untuk
kondisi-kondisi yang tidak diinginkan sampai diperbaiki, dan jika perlu
menetapkan prosedur prosedur untuk mencegah terulangnya kondisi
tersebut. Pendokumentasian dan sistem pelaporan membuat masalah-
masalah tetap berada di bawah pengawasan manajemen sampai diselesaikan
atau kerusakan diperbaiki.

2.7 Manfaat Kontrol


Kontrol dapat dipandang sebagai alat ukur seseorang menentukan apakah
standar yang telah dicapainya dan apakah seseorang telah menyelesaikan
pekerjaannya dengan demikian Kontrol dapat menjadi sarana mengendalikan
diri serta mengukur kemampuan diri. Kontrol juga dapat digunakan untuk
mendorong individu meningkatkan kinerja mereka. Dengan adanya Kontrol
dapat meminimalisir kecurangan. Kontrol yang baik tidak hanya melindungi
organisasi, tetapi juga karyawan Manajemen bertanggung jawab secara moral
bahwa tidak ada celah untuk melakukan kecurangan.
Contohnya, kita ketahui terdapat tiga kondisi yang menyebabkan
karyawan melakukan penyelewengan dana: kebutuhan yang berlebihan (dalam
kenyataan atau dalam keinginan), adanya kesempatan dan anggapan
penyelewengan adalah hal yang biasa. Manajemen tidak dapat berbuat banyak
atas apa yang dianggap kebutuhan yang memadai oleh karyawan. Tetapi
dengan control yang memadai, kesempatan atau godaan untuk melakukan
penyelewengan bisa dikurangi atau dihilangkan. Hal ini merupakan
keniscayaan, sebelum karyawan berpikir untuk merusak sistem kontrol.
Namun jika aktiva dibiarkan tanpa pengawasan, karyawan dapat saja beralasan
bahwa kondisi memang memungkinkan untuk melakukan penyelewengan
terhadap aktiva.
Dengan melaksanakan kontrol melalui laporan dan verifikasi yang
objektif oleh auditor pemilik bisa yakin bahwa tanggung jawab yang
dibebankan kepada manajer telah dilaksanakan dengan baik. Dengan
menerapkan sistem kontrol yang tepat manajer sebagai dapat memberikan

14
keyakinan yang memadai kepada pemilik mengenai pengelolaan perusahaan
yang telah dijalankan.

2.8 Sistem Kontrol


Sarana kontrol meliputi orang, peraturan, anggaran, jadwal, dan analisis
komponen – komponen lainnya. Bila digabungkan elemen – elemen ini
membentuk sistem kontrol, bisa memiliki subsistem – subsistem dan bisa juga
menjadi bagian dari sistem yang lebih besar. Semua sistem berfungsi secara
harmonis untuk memenuhi satu atau lebih tujuan bersama. Sistem bisa
berbentuk tertutup atau terbuka. Sistem tertutup ( closed system ) tidak
berinteraksi dengan lingkungan, sedangkan sistem terbuka ( open system )
memiliki interaksi. Semenjak komputer digunakan secara luas, sistem tertutup
sering digunakan. Auditor internal akan berhubungan dengan kedua sistem
meskipun mereka tidak dapat mengabaikan dampak lingkungan pada sistem
kontrol terbuka.
Sistem usaha, tentu saja biasanya lebih kompleks, tetapi cara kerjanya
tetap sama. Sistem lingkaran tertutup yang lebih umum, seperti sistem
pemesanan ulang persediaan, disebut sistem umpan balik ( feedback system ).
Seperti halnya yang berlaku pada termostat. Keluaran ( dalam hal ini
lingkungan ) dibandingkan dengan suatu standar sehingga diperoleh respons
yang tepat. Semua sistem operasi memiliki bagian – bagian dasar yang terdiri
atas masukan ( input ), pemrosesan ( processing ), dan keluaran ( output ).

Masukan Pemrosesan Keluaran

Untuk mengendalikan proses sehingga keluaran tetap memenuhi standar


yang diinginkan, ada dua elemen yang harus ditambahkan. Kontrol dan umpan
balik.

15
Kontrol

Pemrosesan
Masukan Keluaran

Umpan Balik

Jadi, dalam sistem produksi :


 Masukan terdiri atas karyawan, mesin, dan bahan mentah.
 Pemrosesan mengubah bahan mentah menjadi produk
 Keluaran adalah produk jadi
 Sistem kontrol mencakup kontrol produksi, yang mengatur arus bahan
baku jasa, serta inspeksi keluaran.
 Kontrol membandingkan keluaran dengan standar, melalui inspeksi atau
pengamatan terkomputerisasi.
 Umpan balik mengomunikasikan varians ( penyimpangan ) ke elemen
pemrosesan.
 Tindakan korektif membuat pemrosesan menjadi lebih baik untuk
mencapai standar yang diinginkan.

Sistem lingkaran tertutup ( closed – loop system ) sesuai dengan


pandangan manajemen klasik tentang kontrol : untuk meyakinkan bahwa
sistem telah tercapai. Oleh karena itu, kontrol terdiri atas keseluruhan usaha
untuk mencapai hasil yang sesuai dengan rencana, untuk meyakinkan bahwa
tujuan telah tercapai.

16
1. Standar Kontrol Operasi
Kontrol umumnya membutuhkan standar – standar operasi yang
berasal dari beberapa sumber :
a. Standar produksi
b. Standar akuntansi biaya
c. Standar tugas
d. Standar industri
e. Standar historis
f. Standar estimasi terbaik

Standar tersebut bersifat wajar, mengandung faktor – faktor toleransi


yang layak, mencerminkan kondisi saat ini, dan akan menghasilkan tujuan
yang diinginkan.

2. Standar Kontrol Internal


Terdapat kerangka standar yang harus diikuti sistem kontrol :
1. Standar Umum
a. Keyakinan yang wajar.

b. Perilaku yang mendukung.

c. Integritas dan kompetensi.

d. Tujuan kontrol.

e. Pengawasan kontrol.

2. Standar – standar Rinci


a. Dokumentasi.
b. Pencatatan transaksi dan kejadian dengan layak dan tepat waktu.
c. Otorisasi dan pelaksanaan transaksi dan kejadian.
d. Pembagian tugas.
e. Pengawasan.
f. Akses dan akuntabilitas ke sumber daya/ dan catatan.

17
3. Karakteristik Kontrol
Audit internal dapat mengevaluasi sistem kontrol dengan menentukan
kesesuaiannya dengan kriteria yang ditetapkan. Sebuah sistem yang dapat
diterima memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
a. Tepat waktu
Kontrol berfungsi untuk mendeteksi penyimpangan aktual atau
potensial sejak awal untuk menghindari tindakan perbaikan yang
memakan biaya. Jika terdekteksi tepat waktu dapat meminimalisair
biaya yang dikeluarkan serta mengantisipasi masalah yang terdeteksi
diidentifikasi dan ditindaklanjuti tepat waktu.

b. Ekonomis
Kontrol diharapkan memberikan keyakinan yang wajar dalam
mencapai hasil yang diinginkan dengan biaya minimum. Dengan
kontrol diharapkan dapat mengurangi kerugian dan beban-beban
potensial yang melebihi tambahan biaya yang harus ditanggung.
Manajemen perlu memperhatikan efektivitas kontrol dan efisiensi
biayanya. Peningkatan kontrol dilakukan hanya jika manfaat yang
diberikan lebih besar daripada biaya tambahannya.

c. Akuntabilitas
Manajer memerlukan kontrol untuk membantu para bawahannya
memenuhi tanggung jawabnya.

d. Penerapan
Kontrol harus diterapkan pada saat yang efektif.

e. Fleksibilitas
Keadaan bisa berubah sewaktu-sewaktu dan membuat rencana
dan prosedur berubah sering berjalannya waktu. Dalam hal ini kontrol
diharapkan dapat langsung menyesuaikan dengan perubahan dan
keadaan yang ada.

18
f. Menentukan penyebab
Tindakan korektif dapat dilakukan jika kontrol dapat
mengidentifikasi masalah serta penyebabnya. Tindakan korektif akan
efektif jika diketahui penyebabnya.

g. Kelayakan
Kontrol dapat membantu dalam mencapaian tujuan dan rencana
manajemen. Kontrol yang paling efisien dan bermanfaat adalah kontrol
dapat merespons penyimpangan-penyimpangan yang signifikan.

h. Masalah – masalah dengan kontrol


Kontrol harus diawasi agar tetap relevan. Kontrol bisa jadi tidak
merespon kebutuhan. Akibatnya, kontrol bisa menjadi tidak produktif.
Apalagi, informasi yang diberikan kontrol bisa jadi tidak dipahami, atau
bisa juga diberikan ke orang yang tidak tepat, atau bisa juga terlalu rumit
sehingga tidak bermanfaat.

2.9 Sarana untuk Mencapai Kontrol


Sarana operasional yang dapat digunakan manajer untuk mengendalikan
fungsi di dalam perusahaan adalah :
1. Organisasi
Organisasi (Organization) sebagai sarana kontrol merupakan struktur
peran yang disetujui untuk dapat mencapai tujuannya secara efisien dan
ekonomis.

2. Kebijakan
Suatu kebijakan (Policy) adalah pernyataan prinsip yang dibutuhkan
untuk menjadi pedoman/membatasi tindakan. Berikut adalah prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan dalam suatu kebijakan,
a. Kebijakan dinyatakan dengan jelas secara tertulis serta disusun secara
sistematis
b. Kebijakan dikomunikasikan secara sistematis ke seluruh pegawai

19
c. Kebijakan haruslah sesuai dengan hukum dan aturan yang berlaku
d. Kebijakan dirancang untuk meningkatkan pelaksanaan aktivitas secara
efektif, efisien, dan ekonomis
e. Kebijakan perlu ditelaah secara periodik dan direvisi jika kondisi
berubah.

3. Prosedur
Prosedur (Procedur) adalah sarana yang digunakan untuk
melaksanakan aktivitas sesuai dengan kebijakan yang telah diterapkan.
Prinsip yang diterapkan pada kebijakan juga bisa diterapkan untuk prosedur.
Prosedur dikoordinakasikan sedemikian rupa untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kecurangan dan kesalahan. Dalam meningkatkan
tingkat efektivitas dan efisiensi diperlukan prosedur yang sesederhanakan
dan biaya yng serendah mungkin. Prosedur juga tidak boleh saling tumpang
tindih / bertentangan satu sama lainnya. Prosedur perlu ditelaah secara
periodik agar dapat disesuaikan dan ditingkatkan sesuai kebutuhan
manajemen.

4. Personalia
Orang – orang yang dipekerjakan atau ditugaskan harus memiliki
kualifikasi untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Bentuk kontrol
terbaik disamping kinerja masing – masing individu adalah supervisi.
Berikut adalah hal-hal yang dapat membantu dalam meningkatkan kontrol,

a. Memperhatikan integritas dan kemampuan yng dimiliki oleh masing-


masing karyawan.
b. Memberikan pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan
kemampuan diri.
c. Memberikan tugas dan tanggung jawab serta informasi dalam
menjalankan tugasnya.
d. Memperiksa dan mengawasi kinerja karyawan secara periodik.

20
5. Akuntansi
Akuntansi (Accounting) merupakan sarana yang sangat penting dalam
kontrol keuangan. Akuntansi merupakan “penjaga gawang” keuangan
dalam organisasi. Berikut ini beberapa prinsip-prinsip dasar untuk sistem
akuntansi,
a. Kesesuaian akuntansi dengan kebutuhan manajer dalam pengambilan
keputusan.
b. Akuntansi harus didasarkan pada lini tanggung jawab.
c. Laporan keuangan operasi sesuai dengan unit yang bertanggung jawab
dalam operasional.
d. Akuntansi harus bisa menentukan biaya-biaya yang bisa dikendalikan.

6. Penganggaran
Penganggaran (Budget) adalah sebuah pernyataan akan hasil yang
diharapkan yang dinyatakan dalam bentuk angka.

7. Pelaporan
Manajemen berfungsi dan membuat keputusan berdasarkan laporan
yang diterima. Oleh karena itu, laporan haruslah tepat waktu, akurat,
bermakna, dan ekonomis.Berikut ini beberapa prinsip untuk menetapkan
sistem pelaporan (reporting),
a. Laporan dibuat sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
b. Meminta individu atau unit untuk melaporkan hal-hal yang menjadi
tanggung jawabnya.
c. Biaya yang dikeluarkan dalam menyiapkan laporan sebanding dengan
manfaat yang didapat.
d. Laporan dibuat sesederhana mungkin.
e. Sedikitnya dalam laporan kinerja dapat memperlihatkan perbandingan
antara standar biaya, kualitas, dan kuantitas yang ditetapkan.
f. Jika kinerja tidak dilaporkan secara kuantitatif, laporan berfokus pada
penekan hal-hal yang menjadi perhatian manajemen.

21
g. Laporan diberikan tepat waktu.
Penerima laporan perlu ditanyakan secara periodik untuk mengetahui
apakah mereka masih membutuhkan laporan yang diterima, atau apakah
ada yang bisa diperbaiki dari laporan tersebut.

2.10 Laporan Auditor Internal tentang Kontrol Internal


1. Laporan harus merinci tujuan dan lingkup pemeriksaan yang akurat,
objektif, jelas, singkat, lengkap, dan tepat waktu.
2. Laporan harus merinci kekuatan dan kelemahan filosofi dan fungsi kontrol
internal.
3. Laporan Harus mengungkapkan ketidaktaatan dengan standar.
4. Berisi saran tindakan perbaikan yang dapat diambil untuk menyelesaikan
kelemahan fungsional.
5. Laporan harus menyebutkan tindakan korektif yang telah atau belum
diambil menyusul rekomendasi audit dalam audit sebelumya, dan
pernyataan tentang risiko dan kerawanan yang mungkin timbul bila
tindakan korektif tidak dilakukan.
6. Bahan-bahan penyusunan laporan berasal dari control self - Assessment
yang dilakukan manajemen pada berbagai tingkatan dan dari pegawai
nonmanajerial yang bisa memberikan lebih banyak fakta untuk dimasukkan
ke dalam laporan.
7. Pihak yang menerima laporan ringkas adalah komite audit organsasi dan
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
8. Kepala eksekutif audit akan memberikan laporan tindak lanjut ke komite
audit.

2.11 Pendekatan Siklus untuk Kontrol Akuntansi Internal


Pendekatan siklus menyarankan tiga langkah yaitu:
1. Klasifikasikan transaksi – transaksi sesuai siklusnya.
2. Tentukan kriteria / standar kontrol internal yang cocok untuk transaksi
sesuai tujuan yang akan dicapai.

22
3. Bandingkan prosedur dan teknik kontrol yang ada serta hasil dengan
kriterianya.

2.12 Audit Kontrol


Tujuan audit kontrol adalah untuk menentukan bahwa,
1. kontrol memang diterapkan,
2. kontrol secara struktural memang wajar,
3. kontrol dirancang untuk mencapai tujuan manajemen khusus atau untuk
mencapai ketaatan dengan persyaratan yang ditentukan atau untuk
memastikan akurasi dan kelayakan transaksi,
4. kontrol memang digunakan,
5. kontrol secara efisien melayani tujuan tersebut,
6. kontrol bersifat efektif, dan
7. manajemen menggunakan output yang dihasilkan sistem kontrol.

Secara lebih rinci auditor harus,


1. Menelaah elemen risiko kontrol.
2. Menentukan tujuan sistem kontrol.
3. Menelaah tujuan untuk menentukan kesesuaiannya dengan kebijakan
organisasi atau dirancang untuk memastikan ketaatan dengan persyaratan
internal atau eksternal.
4. Memeriksa dan menganalisis sistem kontrol untuk menentukan kewajaran
susunannya.
5. Menentukan apakah hasil dari kontrol dirancang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
6. Menelaah operasi sistem kontrol.
7. Menentukan apakah hasil kontrol mencapai tujuan manajemen ketika
membuat kontrol tersebut.
8. Menentukan apakah sistem kontrol memiliki karakteristik berikut ini,
a. Fleksibilitas.
b. Ketepatan waktu.
c. Akuntabilitas.

23
d. Pengidentifikasian penyebab.
e. Kelayakan.
f. Penempatan.

Resiko kontrol (control risk) Risiko kontrol adalah kemungkinan kontrol


yang telah ditetapkan tidak bisa mendeteksi adanya panyimpangan. Resiko
kontrol merupakan hasil antara penelaahan aktual atas semua kejadian dan
transaksi serta penelaahan dari sampel-sampel yang representatif.

2.13 Kontrol yang Berlebihan


Terkadang kontrol dilakukan secara berlebihan dan berdampak pada
Laporan Kontrol yang seharusnya membantu manajer. Hal ini dapat terjadi
karena beberapa hal,
1. Terlalu tebal, seharusnya dibuat ringkas dengan menekankan hal-hal
penting saja.
2. Terlalu rumuit, instruksi seharusnya mudah dibaca, aktivitas seharusnya
mudah dilakukan, laporan seharusnya mudah diinterprestasikan dan mudah
dipahami.
3. Terlalu umum, seharusnya fokus pada satu arah.
4. Terlalu klise, seharusnya lebih elastis dan jika terdapat masalah-masalah
tidak biasa yang dilaporkan, harus didefinisikan dengan jelas.
5. Menyesatkan, laporan harus mencapai kesimpulan yang jelas.

2.14 Mengapa Kontrol Tidak Berjalan


Meskipun kontrol dirancang dan dibuat dengan cermat untuk membantu
manajer melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Adakalanya tidak
mencapai tujuan yang diinginkan, karenanya banyak manajer memandang
kontrol sebagai ancaman / sebuah tantangan yang harus diatasi. Aldeg dan
Stearns mendefinisikan empat reaksi terhadap sistem kontrol, yaitu:

24
1. Dianggap sebagai permainan
Kontrol dilihat sebagai sebuah tantangan yang harus dikalahkan,
bukan sebagai alat yang berguna bagi manajemen.

2. Dianggap sebagai objek sabotase


Pegawai berusaha untuk merusak sistem kontrol, menciptakan
kebingungan, dan merancang proyek dengan karakteristik yang kompleks.
Tujuannya adalah untuk membuat sistem tidak beroperasi, tidak dapat
diandalkan, dan terlalu rumit. Atau, seseorang bahkan dapat mengabaikan
keseluruhan sistem.

3. Informsi yang tidak akurat


Manajer memanipulasi informasi untuk membuat dirinya dan unitnya
kelihatan lebih baik atau menciptakan data yang salah sehingga kontrol
tidak beroperasi.

4. Ilusi control
Manajer memberikan kesan bahwa sistem kontrol memang berfungsi.
Padahal sistem tersebut diabaikan atau disalahartikan. Hasil yang baik
dikatakan sebagai hasil dari sistem. Hasil yang tidak bagus dikatakan
bersumber dari kondisi yang tidak biasa yang berada di luar sistem.

Efek yang disfungsional ini merupakan gabungan dari proses teknis,


prilaku dan administratif seperti:
1. Perbedaan pribadi
2. Kontrol yang berlebihan
3. Tujuan yang saling bertentangan
4. Dampak terhadap kekuatan dan status
5. Penekanan yang salah pada sistem. Akibatnya kontrol menjadi tujuan dan
bukan sarana untuk mencapainya.

25
Sebagai tambahan, para ahli operasi kontrol telah mengidentifikasi
penyebab yang lebih sederhana atas kegagalan sistem kontrol berikut adalah
penyebabnya,
a. Apati.
b. Keletihan.
c. Penolakan dari eksekutif.
d. Komunikas.
e. Aspek efisiensi.

Daftar aspek-aspek disfungsional dari operasi kontrol ini harus dijadikan


alat pengecekan bagi auditor yang ingin menelaah sistem kontrol. Auditor
internal yang memiliki keahlian dalam kontrol, Biasanya memperlihatkan
keahlian mereka selama audit yang memfokuskan pemeriksaan pada kontrol
dibandingkan pada kinerja teknis. Keahlian ini juga sekarang telah lebih diakui
oleh manajemen. Sanksi untuk kontrol yang tidak bagus telah ditingkatkan dan
hanya sedikit orang di organisasi yang bisa dimintai pendapat oleh manajemen
mengenal saran yang objektif untuk sistem kontrol. Dengan meningkatkan
tanggung jawab maka dapat meningkatan akuntabilitas. Auditor internal
diharapkan untuk lebih memperhatikan kelemahan dan kerusakan kontrol.

26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesmpulan
Berikut ini adalah beberapa kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis
dalam pembuatan makalah ini.
1. Internal kontrol dapat didefinisikan sebagai setiap tindakan yang diambil
manajemen untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan. Namun, definisi kontrol dirasa kurang
penting dibandingkan tujuan kontrol itu sendiri.

2. Kontrol dapat dirancang untuk memiliki berbagai fungsi yaitu untuk


mencegah hasil-hasil yang tidak diharapkan sebelum terjadi (Kontrol
Preventif), menemukan hasil-hasil yang tidak diharapkan saat terjadi
(Kontrol Detektif), serta memastikan bahwa tindakan korektif yang diambil
untuk memperbaiki hal-hal tersebut sudah tepat.

3. Kontrol memiliki karaktetistik tersendiri agar dapat membantu manajemen


mencapai tujuannya serta terdapat beberapa sarana untuk mencapai kontrol
yang baik.

4. Kontrol dapat menjadi sarana mengendalikan diri serta mengukur


kemampuan diri. Kontrol juga dapat digunakan untuk mendorong individu
meningkatkan kinerja mereka. Dengan adanya Kontrol dapat meminimalisir
kecurangan. Kontrol yang baik tidak hanya melindungi organisasi, tetapi
juga karyawan Manajemen bertanggung jawab secara moral bahwa tidak
ada celah untuk melakukan kecurangan.

5. Kontrol menjadi lebih penting bagi organisasi-organisasi besar. Dimana


manajer tidak dapat mengawasi segala sesuatu yang menjadi tanggung
jawabnya. Oleh karena itu, kontrol menjadi hal yang penting bagi auditor
internal. Merancang sistem kontrol untuk memastikan bahwa tugas yang
diberikan terselesaikan merupakan tanggung jawab manajemen. Kontrol

27
diperlukan agar segala rencana dapat berjalan baik dan dikomunikasikan
dengan baik, tanpanya rencana akan menjadi berantakan dan tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Meskipun begitu auditor internal hanya membantu
manajemen dan bukan berperan sebagai manajer itu sendiri.

6. Pemeriksaan dan Pelaporan atas Proses kontrol memberikan lebih banyak


rincian dalam menentukan kecukupan dan efektivitas proses kontrol dalam
melaporkan informasi tentang penilaian audit internal ke manajemen senior
dan komite audit. Pendokumentasian dan sistem pelaporan membuat
masalah-masalah tetap berada di bawah pengawasan manajemen sampai
diselesaikan atau kerusakan diperbaiki. Laporan berisi perincian tujuan dan
lingkup pemeriksaan yang akurat, objektif, jelas, singkat, Konstruktif,
lengkap, dan tepat waktu. Laporan juga perlu merinci kekuatan dan
kelemahan fungsi kontrol internal. Serta mengungkapkan ketaatan terhadap
standar. Selain itu laporan berisi saran / tindakan untuk perbaikan yang
dapat diambil untuk menyelesaikan kelemahan fungsional serta tindakan
korektif yang telah atau belum diambil, dan pernyataan tentang
kemungkinan risiko yang mungkin timbul bila tindakan korektif tidak
dilakukan. Pihak yang menerima laporan adalah komite audit dan pihak-
pihak yang berkepentingan lainnya.

7. Terdapat 2 model dalam kontrol yaitu Model COSO dan Model CoCo serta
memiliki standar-standar tertentu baik dari operasional maupun kontrol
internal itu sendiri. Auditor internal mungkin tidak bisa sepenuhnya
memahami sistem operasi akan tetapi auditor internal ditugaskan untuk
mengevaluasi sistem kontrol secara objektif pada efektivitas dan efisiensi
serta mendorong perbaikan yang terus-menerus. Terdapat 3 elemen yaitu
pembagian kerja, penggunaan catatan akuntansi dan rotasi pegawai.

28
8. Resiko Kontrol adalah kemungkinan kontrol yang telah ditetapkan tidak
bisa mendeteksi adanya panyimpangan. Resiko kontrol merupakan hasil
antara penelaahan aktual atas semua kejadian dan transaksi serta penelaahan
dari sampel-sampel yang representatif.

2. Kondisi dimana kontrol tidak berjalan disebabkan oleh beberapa


permasalahan yg ditimbulkan oleh karyawan maupun manajemen. Kontrol
yang baik bergantung pada orang-orang yang memiliki motivasi dan
menjalani pelatihan yang memadai. kontrol yang baik dapat rusak karena
berbagai hal seperti kolusi pegawai dan penolakan manajemen. Auditor
internal perlu menelaah kontrol internal menggunakan cara pandang
manajemen serta tetap mempertimbangkan orang, waktu, lingkungan,
risiko, dan kondisi.

3.2 Saran
Adapun beberapa saran ynag dapat diberikan oleh penulis mengenai
kontrol dalam audit adalah Auditor Internal perlu memerhatikan proses dari
kontrol itu sendiri dan menelaah kontrol internal tersebut secara periodik untuk
memaksimalkan sistem kontrol yang ada dan terus meningkatnya sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi. Serta dalam proses kontrol bukanlah hanya satu
orang yang menjalankannya namun seluruh pihak harus terlibat baik dari
karyawan maupun manajemen serta auditor internal itu sendiri agar sistem
kontrol dapat berjalan dengan baik tanpa ada kendala yang dapat
mempengaruhi rencana untuk mencapai keberhasilan tujuan perusahaan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Sawyer, Lawrence B. Mortimer A Dittenhofer., dan James H Scheiner. (2009).


Audit Internal Sawyer (Edisi 5, Buku 1). (Desi Adhariani, Terjemahan). Jakarta:
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai