Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

Dosen Pengampu: Nurcahyono, SE, MSA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Good Corporate Governance


(GCG)”

Disusun oleh :

Siti Novianti Uswatun Khasanah (E2B017007)

Nabilla Rahayuningrum Jatmiko (E2B017018)

Wahyu Sabana Zaki (E2B017032)

Zezen Evia Agustin (E2B017033)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah ini.  Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang
kami alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun berkat
bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami
buat ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna  dimasa
yang akan datang.

Semarang, 24 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

2.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4

1.3 Tujuan.............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

2.1 Pengertian Pengendalian Internal...................................................................6

2.2 Peranan Pengendalian Intern Terhadap Pencapaian GCG.............................7

2.3 COSO FRAMEWORK – INTEGRATED APPROACH (2013 VERSION)7

2.4 Keterbatasan Pengendalian Internal.............................................................10

2.5 Penyebab Kegagalan Dalam Implementasi Pengendalian...........................11

2.6 System Pengendalian Internal......................................................................11

2.6.1 Sistem pengendalian internal di BUMN................................................12

2.6.2 Sistem Pengendalian Internal Perusahaan Publik..................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................16

3.1 Kesimpulan...................................................................................................16

3.2 Saran.............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Dunia usaha di Indonesia saat ini sudah maju, dapat dilihat dari semakin
banyaknya usaha-usaha baru yang didirikan oleh masyarakat. Salah satu aspek
penting pada suatu perusahaan yaitu Sistem Pengendalian Internal. Karena
suatu perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya Sistem
Pengendalian Internal yang baik.
Sistem Pengendalian Internal merupakan kebijakan dan prosedur yang
dapat melindungi aktiva dari penyalahgunaan. Sistem Pengendalian Internal
dapat digunakan lebih efektif untuk mencegah terjadinya penggelapan atau
penyimpangan. Pada suatu perusahaan, pengendalian internal sangat
dibutuhkan mengingat faktor-faktor yang meliputi luas dan entitas perusahaan
yang sangat kompleks. Hal ini mengakibatkan manajemen harus percaya pada
laporan-laporan serta analisis untuk operasi pengendalian Internal yang
efektif.
Pada Sistem Pengendalian Internal juga terdapat beberapa elemen-elemen
penting yang juga harus ditanamkan pada tiap perusahaan yaitu lingkungan
pengendalian, sistem akuntansi, dan pengendalian prosedur. Kas merupakan
alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan
umum perusahaaan. Kas perlu dikendalikan agar dapat terlindungi dari hal-hal
yang dapat merugikan kas perusahaan. Hal ini dikarenakan kas merupakan
harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah diselewengkan,dan
banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran
kas. Karena itu, diperlukan adanya pengendalian internal yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah diatas, dapat ditentukan permasalahan yang
akan dibahas, yaitu :

4
1. Apa yang dimaksud dengan pengendalian internal?
2. Apa peranan pengendalian internal terhadap pencapaian good corporate
governance?
3. Apa yang dimaksud dengan COSO Framework?
4. Apa keterbatasan pengendalian internal?
5. Apa kegagalan implementasi pengendalian internal?
6. Bagaimana system pengendalian internal di BUMN dan perusahaan
publik?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka didapatkan tujuan penulisan
makalah, yaitu :

1. Untuk memahami pengendalian internal


2. Untuk memahami peranan pengendalian internal terhadap pencapaian
good corporate governance
3. Untuk memahami COSO Framework
4. Untuk memahami keterbatasan pengendalian internal
5. Untuk memahami kegagalan implementasi pengendalian internal
6. Untuk memahami system pengendalian internal di BUMN dan perusahaan
publik

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengendalian Internal


Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk
mengawasi jalannya perusahaan agar operasinya dapat berjalan dengan lancar,
aset perusahaan dapat terjamin keamanannya dan dapat mencegah terjadinya
kecurangan, kesalahan dan pemborosan. Suatu pengendalian intern yang
memadai merupakan kunci kesuksesan dan efektifnya suatu manajemen
perusahaan. Pengendalian intern sangat diperlukan untuk meminimalkan
penyimpangan atau penyelewengan yang dapat terjadi di dalam suatu
perusahaan.

Menurut AICPA dalam Midjan (2001:58) mengungkapkan pengertian dari


sistem pengendalian intern, yaitu : "Meliputi struktur organisasi dan segala cara
serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan
untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji ketelitian dan
kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi dari suatu
perusahaan serta mendorong ketaatan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah
digariskan oleh pimpinan perusahaan."

Definisi tentang pengendalian intern diatas memperjelas bahwa


pengendalian intern bukan hanya mempengaruhi laporan keuangan yang
reliable saja tetapi juga menunjukkan bahwa pengendalian seharusnya efektif
untuk semua operasi. Hal ini dipertegas oleh Institute of Internal Auditors (IIA)
di dalam Standard and Guideline for The Profesional Practice of Internal
Auditing yang dikutip oleh Cangemi dan Singleton (2003: 65) yang
menyatakan bahwa pengendalian intern adalah aktivitas yang berusaha untuk
menjamin pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Tujuan utama dari
pengendalian intern adalah tercapainya :

1. Reliabilitas dan integritas informasi.

6
2. Kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan kebijakan.
3. Pengamanan asset.
4. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien.
5. Pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan untuk operasi dan
program.

2.2 Peranan Pengendalian Intern Terhadap Pencapaian GCG


Sistem pengendalian internal merupakan salah satu perwujudan dari GCG
yang seharusnya dapat diimplementasikan secara konsistensi dalam perusahaan
karena dengan menerapkan GCG diperlukan keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan
eksistensinya dan pertanggungjawaban perusahaan dengan pihak luar. Untuk
menjamin kelangsungan eksistensi dan pertangggung jawaban perusahaan
dengan pihak luar tersebut diperlukannya peran pengendalian internal yang
merupakan alat bagi manajemen untuk mengawasi jalannya perusahaan agar
operasi perusahaan berjalan dengan lancar, aktiva perusahaan dapat terjamin
keamanannya dan dapat mencegah kecurangan, kesalahan dan pemborosan.

2.3 COSO FRAMEWORK – INTEGRATED APPROACH (2013


VERSION)
Pada tanggal 14 Mei 2013, COSO telah memperbarui Kerangka
Pengendalian Internal Terintegerasi. Dengan menggunakan pendekapatan
prinsipil, kerangka terbsru ini menyediakan tuntunan yang lebih terperinci
dalam mengilustrasikan dan menjelaskan konsep-konsep yang ada dengan
tujuan untuk membantu organisasi beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang
semakin kompleks dan terus berubah dengan cepat.

Tujuan COSO melakukan pembaruan terhadap kerangka dasar sebelumnya


adalah agar mampu merefleksikan perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungan bisnis, lebih memformalkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam
kerangka dasar secara eksplisit yang mewadahi perkembangan efektivitas

7
pengendalian internal yang efektif, dan juga untuk memudahkan penggunaan
COSO dalam proses implementasinya.

Sumber : google.com
Berdasarkan COSO versi terbaru (2013), terdapat 5 komponen
pengendalian internal yang terdiri atas 17 prinsip, yaitu

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)


Lingkungan pengendalian mencangkup faktor-faktor yang menentukan
suasana organisasi, yang mempengaruhi kesadaran pengendalian orang di
dalam organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian digunakan untuk
membangun stuktur aktivitas bisnis dan pengendaliannya, menetapkan
tujuan, menaksir resiko, sistem informasi dan komunikasi, serta aktivitas
pemantauan. Prinsip dalam lingkungan pengendalian :
 Menunjukkan komitmen atas integritas dan nilai etis.
 Mengadakan pertanggungjawaban kesalahan.
 Menetapkan stuktur, wewenang, dan tanggung jawab.
 Menunjukkan komitmen terhadap kompetensi.
 Menyelenggarakan akuntabilitas.
2. Taksiran Risiko (Risk Assesment)
Taksiran risiko merupakan indentifikasi dan analisis resiko yang relevan
dengan pencapaian tujuan yang menjadi basis untuk menentukan
bagaimana risiko tersebut dikelola, dimana sebelum penilaian risiko harus

8
ada tujuan yang hendak dicapai, yang terkait satu dengan yang lainnya di
berbagai jenjang organisasi, dan secara internal konsisten. Prinsip dalam
taksiran risiko yaitu :
 Spesifikasi sasaran yang sesuai.
 Identifikasi dan analisis risiko.
 Menaksir penyelewengan risiko.
 Identifikasi dan analisis perubahan yang signifikan.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang
membantu meyakinkan bahwa perintah dan petunjuk manajemen
dilaksanakan, serta tindakan yang dilaksanakan tertuju pada risiko untuk
mencapai tujuan entitas. Aktivitas pengendalian harus dilakukan secara
menyeluruh pada semua jenjang dalam semua fungsi dan mencangkup
kisaran berbagai macam aktivitas. Prinsip dalam aktivitas pengendalian
yaitu :
 Memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian.
 Memilih dan mengembangkan pengendalian umum terhadap
teknologi.
 Menyebarkan kebijakan dan prosedur.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi penting harus diidentifikasi, dipahami, dan dikomunikasikan
dalam suatu bentuk dan kerangka waktu untuk memungkinkan sumber
daya manusia melaksanakan tanggung jawabnya. Informasi bisa berasal
dari data sumber data internal maupun internal.
Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam pengerian yang lebih
luas, mengalir ke bawah, melintas dan naik ke atas dalam organisasi.
Seluruh sumber daya manusia (SDM) yang ada di organisai harus
menerima pesan yang jelas dari manajemen puncak yang mengendalikan
pelaksanaan tanggung jawab secara serius.
Prinsip dalam informasi dan komunikasi yaitu :

9
 Menggunakan informasi yang relevan.
 Komunikasi internal.
 Komunikasi eksternal.
5. Aktivitas Monitoring (Monitoring Activities)
Sistem pengendalian internal perlu dipantau karena merupakan suatu
proses penilaian kualitas kinerja sistem sepanjang waktu. Prinsip dalam
aktivitas monitoring yaitu :
 Mengadakan evaluasi secara berkesinambungan.
 Evaluasi dan defisiensi.

2.4 Keterbatasan Pengendalian Internal


Ada beberapa keterbatasan (limitation) dari pengendalian internal, yaitu
sebagai berikut :

1. Kesalahan dalam keputusan (judgment.


Seringkali mmanajer dan personel lain dapat salah dalam
mempertimbangan keputusan bisnis yang diambil atau dalam
melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan
waktu atau tekanan lain.
2. Breakdown (macet karena salah memahami instruksi dan prosedur serta
lalai).
3. Terdapat kolusi (collusion)
Kolusi yaitu tindakan beberapa individu untuk tujuan kejahatan, misalnya
kerja sama antar karyawan atau antara karyawan dengan pihak luar.
4. Manajemen melanggar pengendalian yang dibuatnya sendiri (management
override).
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah
ditetapkan untuk tujuan yang tidah sah, seperti keuntungan pribadi manajer,
penyajian kondisi keuangan yang berlebihan.
5. Pengendalian ditetapkan secara berlebihan sehingga biaya pembuatan
pengendalian lebih besar dari manfaatnya (cost versus benefits).

10
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan struktur pengendalian
internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian
internal tersebut.

2.5 Penyebab Kegagalan Dalam Implementasi Pengendalian


Implementasi pengendalian internal sering kali mengalami kegagalan,
antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya pengendalian internal tidak dihiraukan.
2. Terdapat kejenuhan atau kebosanan.
3. Pengendalian internal yang dijalankan terlalu kompleks atau rumit.
4. Terdapat komunikasi internal yang buruk.
5. Terlalu banyak / sering diubah atau dimodifikasi.
6. Terdapat penolakan secara frontal.

2.6 System Pengendalian Internal


Sistem pengendalian internal merupakan salah satu perwujudan atau GCG.
Yang seharusnya dapat diimplentasikan suatu proses yang dipengaruhi oleh
sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dibuat dalam
membantuk organisasi dalam mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu.
Terdapat tujuan sistem pengendalian intern antara lain:

1. Menjaga kekayaan organisasi


2. Melaksanakan pemeriksaan ketelitian dan keandalan data akuntansi
3. Memberikan dorongan efisiensi operasional
4. Memberikan dipatuhinya kebijaksanaan manajemen

Suatu sistem pengendalian internal dapat dikatakan efektif apabila tujuan


perusahaan dapat dicapai yaitu dengan kondisi :

1. Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan


perusahaan, dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan,
termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumberdaya
(asset) perusahaan

11
2. Laporan Keuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat
dipercaya, yang meliputi laporan segmen maupun interim sehingga dapat
dijadikan untuk pengambilan keputusan.
3. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah taati
dan dipatuhi dengan semestinya.

2.6.1 Sistem pengendalian internal di BUMN


Berdasarkan ketentuan Pasal 5 Ayat (3) UU No.19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara dinyatakan bahwa “Dalam melaksanakan tugasnya,
anggota Direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan
perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip
profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, serta kewajaran”. Selanjutnya dalam penjelasan
ketentuan Pasal 26 UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
dinyatakan bahwa persero (BUMN) wajib menyelenggarakan pembukuan yang
dipertanggung jawabkan dan diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip
pengendalian internal terutama pemisahan fungsi pengurusan, pencatatan,
penyimpanan dan pengawasan. Selanjutnya menurut Ketentuan Pasal 1UU
No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Sie Infokum – Ditama
Binbangkum 3 ketentuan Pasal 22 Ayat (1) Keputusan Menteri BUMN No.117
Tahun 2002 tentang Good Corporate Governance menyatakan bahwa “Direksi
harus menetapkan suatu sistem pengendalian internal yang efektif untuk
mengamankan investasi dan asset BUMN.” Dengan demikian, peraturan
perundang-undangan mewajibkan agar manajemen membuat serta menjalankan
suatu kerangka pengendalian internal yang baik.

Pasal 22 Ayat (2) Keputusan Menteri BUMN No.117 Tahun 2002 tentang
Good Corporate Governance, komponen sistem pengendalian internal tersebut
mencakup :

1. lingkungan pengendalian internal dalam perusahaan yang disiplin dan


terstruktur yang terdiri :

12
a. Integritas, nilai etika, dan kompetensi karyawan
b. Filosofi dan gaya kepemimpinan
c. Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan
dan tanggung jawabnya
d. Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia; dan
e. Perhatian dan arahan yang dilakukan Direksi.
2. Pengkajian dan pengelolaan resiko usaha yaitu suatu proses untuk
mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan mengelola resiko usaha
relevan.
3. Aktivitas pengendalian yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam
suatu proses pengendalian terhadap kegiatan perusahaan pada setiap
tingkat dan unit dalam struktur organisasi BUMN antara lain mengenai
kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsilisasi, penilaian atas prestasi
kerja, pembagian tugas dan keamanan terhadap aset perusahaan.
4. Sistem informasi dan komunikasi yaitu suatu proses penyajian laporan
mengenai kegiatan operasional, financial dan ketaatan atas ketentuan dan
peraturan yang berlaku pada BUMN.
5. Monitoring yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian
internal termasuk fungsi audit internal pada setiap tingkat dan unit struktur
organisasi BUMN, sehingga dapat dilaksanakan secara optimal dengan
ketentuan bahwa penyimpangan yang terjadi dilaporkan kepada Direksi
dan tembusannya disampaikan kepada Komite Audit.

Penetapan Sistem Pengendalian Internal oleh Direksi menunjukkan bahwa


manajemen selaku penggerak perusahaan bertanggung jawab dalam hal
penerapan SPI tersebut, memastikan bahwa SPI telah mencakup seluruh
sasaran dan tujuan entitas, menegakkan/mempertahankan SPI sehingga dapat
terus mendukung pencapaian sasaran dan tujuan yang ditentukan, bahkan
ketika tujuan dan sasaran tersebut berubah dari waktu ke waktu, memastikan
bahwa sistem diterapkan secara konsisten, dan memastikan bahwa lingkungan
organisasi mendukung SPI tersebut. Tanggung jawab manajemen tersebut
hendaknya dilandasi atas dua konsep dasar SPI, yakni :

13
1. keyakinan memadai (reasonable assurance) berarti hanya terdapat
kemungkinan yang sangat kecil bahwa kesalahan yang material tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh SPI organisasi.
2. keterbatasan melekat (inherent limitations) berarti pengendalian internal
tidak pernah dapat dianggap sebagai sempurna. Dengan demikian, sistem
pengendalian yang dibangun dalam suatu organisasi mempunyai lima
fungsi, yaitu:
a. Preventive yaitu pengendalian untuk mencegah kesalahan-kesalahan
baik itu berupa kekeliruan ataupun ketidakberesan yang sering terjadi
dalam operasi suatu kegiatan
b. Detective yaitu untuk mendeteksi kesalahan, kekeliruan dan
penyimpangan yang terjadi
c. Corrective yaitu untuk memperbaiki kelemahan, kesalahan, dan
penyimpangan yang terdeteksi
d. Direktive yaitu untuk mengarahkan agar pelaksanaan dilakukan
dengan tepat dan benar
e. Compensative yaitu untuk menetralisi kelemahan pada aspek kontrol
yang lain.

2.6.2 Sistem Pengendalian Internal Perusahaan Publik


Praktik bisnis yang terbaik (best business practice) di dunia internasional
mengharuskan perusahaan yang go public atau tercatat di pasar modal untuk
menerapkan kerangka sistem pengendalian internal (internal control system
framework) dan mengevaluasi serta melaporkan internal secara tersendiri.
Semua hal tersebut dilakukan oleh chief executive officer (CEO) dari
perusahaan yang menangani. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
pengendalian internal dan transparansi, serta akuntabilitas perusahaan publik.
Namun saat ini, perusahaan-perusahaan yang telah go public di Indoresia
belum banyak yang menyadari pentingnya sistem pengendalian internal bagi
peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan kelemahan dalam
sistem pengendalian internal, terutama di sektor perbankan, sehingga pada

14
krisis ekonimi tahun 1997-1998 yang lalu banyak bank yang sudah dilikuidasi
atau dibekukan usahanya. Hal itu terjadi karena :

1. kurangnya mekanisme pengawasan, tidak jelasnyaakuntabilitas dari


pengurus Bank dan kegagalan dalam mengembangkan budaya pengendalian
intern pada seluruh jenjang organisasi.
2. kurang memadainya pelaksanaan identifikasi dan penilaian atas risiko dari
kegiatan operasional Bank.
3. Tidak ada atau gagalnya suatu pengendalian pokok terhadap kegiatan
operasional Bank, seperti pemisahan fungsi, otorisasi, verifikasi dan kaji
ulang atas risk exposure dan kinerja Bank.
4. Kurangnya komunikasi dan informasi antar jenjang dalam organisasi Bank,
khususnya informasi di tingkat pengambil keputusan tentang penurunan
kualitas risk exposure dan penerapan tindakan perbaikan.
5. Kurang memadai atau kurang efektifnya program audit intern dan kegiatan
pemantauan lainnya.
6. Kurangnya komitmen manajemen Bank untuk melakukan proses
pengendalian intern danmenerapkan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran
ketentuan yang berlaku, kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan Bank.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan memperhatikan apa yang telah dikemukakan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pengendalian internal dirancang untuk memberikan
jaminan yang wajar berkenaan dengan efektivitas dan efesiensi operasi,
keandalan pelaporan keuangan, serta ketaatan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku. Oleh karena itu, kerangka pengendalian internal yang semakin
berkembang dari waktu ke waktu diperlukannya pemahaman atas konsep
pengendalian internal yang terintegrasi atau lebih dikenal dengan kerangka
COSO. Framework COSO Internal Control sangat cocok pada organisasi atau
institusi yang lebih mefokuskan kepada pengelolaan financial. Coso ini
mempunyai kerangka-kerangka yang dapat meyakinkan pengelolaan yang baik
terutama pada pengelolaan keuangan untuk mencegah terjadinya kesalahan
dalam pengaturan uang tersebut, seperti penggelapan uang sehingga
Framework COSO ini dapat menawarkan kerangka yang dapat mengelola
keuangan dengan baik bahkan dapat mengendalikan dan mengelola jalannya
kinerja operasional dari organisasi tersebut agar dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan kami sampaikan. Kami
yakin dalam penulisan makalah maupun penyampaian ini masih terdapat
kesalahan serta kekurangan, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Dan saran yang dapat membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan untuk perbaikan kami selanjutnya. Dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Muh. Arief. 2016. The Power of Good Corporate Governance Teori dan
Implementasi. Salemba Empat.

http://library.stietrisakti.ac.id/

https://ekbis.sindonews.com/berita/658966/33/pengendalian-intern-buruk-
penyebab-bumn-korup

https://www.jtanzilco.com/blog/detail/871/slug/konsep-pengendalian-internal-
dalam-badan-usaha-milik-negara

17

Anda mungkin juga menyukai