Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

JUDUL
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Good Corporate Governance

Dosen Pengampu : Nurcahyono, SE., MSA

Disusun Oleh :
1. Devky Adelita Claudia (E2B018318)
2. Azimatun Nikmah (E2B018322)
3. Anis Ernawati (E2B018324)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul Sistem Pengendalian Internal

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas mata kuliah Good
Corporate Governance atas bimbingan bapak dosen maka disusunlah makalah ini.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam proses
perkuliahan.

Dalam menyusun makalah ini penulis telah berusaha dengan segenap


kemampuan untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya.Sebagai pemula tentunya
masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.

Demikianlah kata pengantar makalah dan penulis berharap semoga dapat


digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
2.1 Pengendalian Internal.......................................................................................................3
2.2 Coso Framework-Integrated Approach............................................................................3
2.2.1 Lingkungan Pengendalian..................................................................................5
2.2.2 Penilaian Risiko................................................................................................. 9
2.2.3 Aktivitas Pengendalian.......................................................................................9
2.2.4 Informasi dan Komunikasi...............................................................................10
2.2.5 Pemantauan (Monitoring)................................................................................ 12
2.3 Keterbatasan Pengendalian Internal.........................................................................13
2.4 Kegagalan Implementasi Pengendalian Internal......................................................14
2.5 Sistem Pengendalian Internal...................................................................................14
2.5.1 Sistem pengendalian Internal di BUMN.......................................................... 14
2.5.2 Sistem Pengendalian Internal Di Perusahaan Publik....................................... 16
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 17
3.2 Saran.........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pengendalian internal merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu
perusahaan, karena dengan adanya sistem pengendalian internal maka perusahaan
tersebut akan mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, seperti terciptanya lingkungan
pengendalian yang baik. Tanpa adanya sistem pengendalian internal maka tujuan-
tujuan tersebut tidak akan pernah tercapai secara efektif dan efisien. Karena semakin
besar perusahaan maka sistem pengendalian internalnya pun akan semakin penting.
Pengendalian internal merupakan penggunaan semua sumber daya perusahaan untuk
meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi berbagai aktivitas
dengan tujuan untuk memastikan bahwa suatu tujuan badan usaha atau perusahaan
tercapai.
COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission)
adalah suatu inisiatif dari sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1985. Tujuan
utamanya adalah untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan
penggelapan laporan keuangan dan membuat rekomendasi untuk mengurangi
kejadian tersebut. COSO telah menyusun suatu definisi umum untuk pegendalian,
standar, dan kriteria internal yang dapat digunakan perusahaan untuk menilai sistem
pengendalian mereka. COSO memandang pengendalian internal merupakan
rangkaian tindakan yang mencakup keseluruhan proses dalam organisasi.
Pengendalian internal berada dalam proses manajemen dasar, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan, Pada tahun 1992, COSO mengembangkan satu definisi
pengendalian internal dan memberi arahan dalam mengevaluasi sistem pengendalian
internal. Sistem internal COSO lebih baik karena memiliki ruang lingkup yang lebih
luas dibanding dengan sistem pengendalian internal yang bersifat konvensional.

1
Berdasarkan penjelasan diatas, makalah ini mengambil judul “Sistem
Pengendalian Internal”

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dari pengendalian internal?
2. Bagaimana konsep dan tujuan dari Coso Framework-integated approach ?
3. Apa saja keterbatasan pengendalian internal?
4. Apa yang menyebabkan kegagalan implementasi pengendalian internal?
5. Bagaimana sistem pengendalian internal?

1.3Tujuan
Adapun tujuan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengendalian internal?
2. Untuk memahami konsep dan tujuan dari Coso Framework-integated
approach ?
3. Untuk mengetahui keterbatasan pengendalian internal?
4. Untuk mengetahui yang menyebabkan kegagalan implementasi pengendalian
internal?
5. Untuk memahami sistem pengendalian internal?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengendalian Internal

Pengendalian internal (internal control) adalah suatu proses, yang dipengaruhi


oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk
memberikan jaminan yang wajar berkenaan dengan efektivitas dan efisiensi operasi,
keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku. Karena dengan pengendalian intern yang efektif dapat membantu
perusahaan dalam mengarahkan kegiatan operasional perusahaan dan mencegah
adanya kecurangan atau penyalahgunaan lainnya.

2.2 Coso Framework-Integrated Approach

Pada tanggal 14 Mei 2013, COSO mempublikasikan Kerangka Pengendalian


Internal Terintegrasi yang telah diperbarui (Kerangka 2013) atau Internal Control-
Integrated Framework: 2013. Dengan tetap menggunakan pendekatan prinsipil,
kerangka terbaru ini menyediakan tuntunan yang lebih terperinci dalam
mengilustrasikan dan menjelaskan konsep-konsep yang ada dengan tujuan untuk
membantu organisasi beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang semakin kompleks
dan terus berubah dengan cepat.

Tujuan COSO melakukan pembaruan terhadap kerangka dasar sebelumnya


adalah agar mampu merefleksikan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan
bisnis, lebih memformalkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam kerangka dasar
secara eksplisit yang mewadahi perkembangan efektivitas pengendalian internal yang
efektif, dan juga untuk memudahkan penggunaan COSO dalam proses
implementasinya.

3
Berdasarkan COSO versi terbaru (2013), terdapat 5 komponen pengendalian internal
yang terdiri atas 17 prinsip, yang terangkum pada table berikut :

Komponen Prinsip
Lingkungan 1 Menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai
Pengendalian etis
Mengadakan pertanggungjawaban kesalahan
2
Menetapkan struktur, wewenang, dan tanggung jawab
3
4 Menunjukkan komitmen terhadap kompetensi
5 Menyelenggarakan akuntabilitas
Penilaian 6 Spesifikasi sasaran yang sesuai
Risiko 7 Identifikasi dan analisis risiko
8 Menaksir penyelewengan risiko
9 Mengidentifikasi dan menganalisa perubahan yang
signifikan
Aktivitas 10 Memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian
Pengendalian Memilih dan mengembangkan pengendalian
11 umum terhadap teknologi
12 Menyebarkan kebijakan dan prosedur
Informasi dan Menggunakan informasi yang relevan
Komunikasi 13
14 Komunikasi internal
15 Komunikasi eksternal
Pemantauan 16 Mengadakan evaluasi secara berkesinambungan dan/atau
(Monitoring) berkala
17 Evaluasi dan defisiensi komunikasi

4
Berikut penjelasan mengenai 5 (lima) komponen pengendalian internal menurut
kerangka COSO versi 2013.

2.2.1 Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian (control environment) mencakup faktor-faktor yang


menentukan suasana organisasi,yang mempengaruhi kesadaran pengendalian orang di
dalarn organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian digunakan untuk membangun
struktur aktivitas bisnis dan pengendaliannya, menetapkan tujuan, menaksir risiko,
sistem informasi dan komunikasi, serta aktivitas pemantauan. Lingkungan
pengendalian juga dipengaruhi oleh sejarah dan kultur entitas.

2.2.1.1 Komitmen Terhadap Integritas dan Nilai Etika

Organisasi atau manajemen harus berkomitmen untuk menjunjung tinggi


integritas dan nilai etika. Hal yang menjadi fokus perhatian adalah sebagai berikut :

1. Keteladanan dari pimpinan puncak (tone at the top).


2. Terdapat standar etika (standard of conduct).
3. Standar etika dievaluasi secara periodik.
4. Apakah terdapat perbedaan (deviasi) antara aktual dengan standar.

Manajemen harus menyampaikan pesan bahwa integritas dan nilai etika tidak
dapat dikomprorikan, dan karyawan harus menerima dan memahami pesan tersebut.
Manajemen secara berkesinambungan menjelaskan dan mempraktikan melalui lisan
dan tindakan suatu komitmen terhadap standar etika yang tinggi.

5
Hal yang perlu diperhatikan dalam hal integritas dan nilai etika adalah:

1. Mengadakan dan mengimplementasikan aturan perilaku (code of conduct) dan


kebijakan lain sehubungan dengan praktik bisnis (business practices) yang
berlaku, konflik kepentingan (conflict of interest), atau standar etika (standard
of ethic) dan moral yang diharapkan.
2. Memiliki nilai keteladanan dari pimpinan puncak (tone at the-top), termasuk
secara ekplisit adanya pedoman moral yang dikomunikasikan ke seluruh
organisasi.
3. Manajemen harus menjunjung tinggi nilai etika (ethic value) dalam
berhubungan dengan karyawan, pemasok, pelanggan, investor, kreditor,
pesaing, auditor, dan sebagainya;
4. Memperbaiki tindakan yang menyimpang dari kebijakan dan prosedur, atau
melanggar kode etik. Perbaikan harus dikomunikasikan ke seluruh organisasi.
5. Manajemen harus menyikapi segala bentuk intervensi dan pelanggaran control
6. Menekankan untuk memenuhi target kinerja jangka pendek yang tidak realitis
dan pencapaian target yang memengaruhi insentif.

2.2.1.2 Tanggung Jawab Oversight (Komisaris, Dewan Direksi, dan Komite Audit)

Komisaris dan dewan direksi (boaru of director), serta komite audit


bertanggung jawab secara aktif dan efektif untuk menyelenggarakan fnungsi
pengawasan yang penting untuk menjamin efektivitas pengendalian internal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan fungsi pengawasan


yang penting, antara lain:

1. Menjaga independensi komisaris, direksi, dan komite audit-dalam melakukan


penilaian terhadap manajemen.
2. Memberdayakan komite audit apabila diperlukan untuk hal-hal khusus

6
3. Menentukan dan menetapkan waktu dan frekuensi rapat dengan CEO, auditor
internal, dan auditor eksternal.
4. Melakukan pengawasan atas kompensasi yang diterima manajemen puncak
(top management) dan kepala audit internal, serta penunjukan dan
pemberhentian individu tersebut
5. Berperan daiam menetapkan kelayakan "pimpinan puncak (tone at the top)"
6. Memberikan respons yang baik kepada komisaris dan direksi, serta komite
dalam mengambil tindakan yang diperlukar terhadap temuan, termasuk
melakukan investigasi khusus apabila diperlukan.

2.2.1.3 Struktur Organisasi, penetapan wewenang, dan tanggung jawab

Struktur organisasi sebaiknya jangan terlalu sederhana sehingga tidak dapat


memantau aktivitas entitas perusahaan, namun pula jangan terlalu kompleks karena
dapat menghambat arus informasi. Di samping itu, direksi dan manajemen senior
lainnya harus benar-benar memahami tanggung jawab pengendaliannya dan memiliki
pengalaman yang diperlukan, serta tingkat pengetahuan yang memadai sesuai dengan
posisinya. Pemberian tanggung jawab, pelimpahan wewenang, dan penyesuaian
kebijakan terkait akan memberikan dasar akuntabilitas dan pengendalian, serta
membentuk peran setiap individu.

Hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikannya:

1. Memiliki kesesuaian struktur organisasi entitas dan kemampuannya untuk


menyediakan arus informasi untuk mengelola aktivitasnya
2. Memberikan kejelasan dalam menjabarkan definisi tanggung jawab manajer
kunci dan pemahamannya terhadap tanggung jawabnya
3. Memiliki kecukupan pengetahuan dan pengalaman bagi manajer kunci
sehubungan dengan tanggung jawabnya

7
4. Memiliki hubungan pelaporan yang memadai
5. Melakukan dan menilai modifikasi struktur organisasi apabila kondisi berubah
6. Menetapkan tanggung jawab dan delegasi wewenang (anthority) berkaitan
dengan tujuan dan sasaran organisasi, fungsi operasi dan peraturan, termasuk
tanggung jawab untuk system informasi dan otorisasi perubahan
7. Memiliki kelayakan standard an prosedur pengendalian yang saling berkaitan
termasuk uraian jabatan (job description)
8. Memiliki pendelegasian wewenang (otorisasi) yang memadai sehubungan
dengan pemberi tanggung jawab.

2.2.1.4 Komitmen terhadap kompentensi

Manajemen harus menjelaskan level kompetensi yang diperlukan untuk


pekerjaan tertentu dan menjabarkan level kompetensi yang diinginkan ke dalam
pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill) yang diperlakan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam penerapan hal tersebut adalah:

1. Menerapkan uraian jabatan secara formal atau informal, atau cara lain yang
perlu diterapkan dalam menjalankan tugas untuk pekerjaan tertentu
2. Melakukan analisis pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill) yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan secara profesional.

2.2.1.5 Akuntabilitas individu dalam pengendalian internal yang menjadi tanggung


jawabnya unuk mencapai tujuan

Organisasi sangat menghargai akuntabilitas individu terhadap pengendalian


internal yang menjadi tanggung jawabnya untuk menjamin rencana entitas dapat
dijalankan sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. Hal yang perlu diperhatikan
antara lain:

8
1. Mengevaluasi dan menilai kebijakan dan prosedur terkait pengendalian
internal
2. Menilai seberapa jauh karyawan secara individu menyadari tanggung jawab
yang diembannya dan harapan manajemen kepadanya:
3. Menentukan tindakan perbaikan yang diambil untuk menindaklanjuti
penyimpangan dari kebijakan dan prosedur vang ada.

2.2.2 Penilaian Risiko

Penilaian risiko (risk assesment) merupakan indentifikasi dan analisis risiko


yang relevan dengan pencapaian tujuan, yang menjadi basis untuk menentukan
bagaimana risiko tersebut dikelola, di mana sebelum penilaian risiko harus ada tujuan
yang hendak dicapai, yang terkait satu dengan yang lainnya di berbagai jenjang
organisasi, dan secara internal konsisten. Faktor dalam penilaian risiko antara lain:

1. Tujuan atau sasaran yang ditetapkan.


2. Identificasi dan analisis risiko:
3. Penilaian terhadap risiko kecurangan (fraud risik)
4. Identifikasi dan analisis terhadap perubahan yang signifikan.

2.2.3 Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian (control activities) merupakan kebijakan dan prosedur


yang membantu meyakinkan bahwa perintah dan petunjuk manajemen dilaksanakan,
serta tindakan yang dilaksanakan tertuju pada risiko untuk mencapai tujuan entitas.
Aktivitas pengendalian harus dilakukan secara menyeluruh pada semua jenjang dalam
semua fungsi dan mencakup kisaran berbagai macam aktivitas.

9
Faktor aktivitas pengendalian antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut.

1. Pemilihan dan pengembangan aktivitas pengendalian.


2. Pelaksanaan pengendalian umum atas teknologi (sistem informasi)
3. Penyusunan kebijakan dan prosedur.

Hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan hal tersebut adalah:

1. Memiliki prosedur dan kebijakan yang tepat yang diperlukan untuk


menjalankan seluruh aktivitas perusahaan
2. Mengidentifikasi penerapan aktivitas pengendalian secara tepat
3. Menjalankan pengendalian umum atas teknologi (sistem informasi) di
perusahaan

2.2.4 Informasi dan Komunikasi

Informasi penting harus diidentifikasi, dipahami, dan dikomunikasikan dalam


suatu bentuk dan kerangka waktu untuk memungkinkan sumber daya manusia
melaksanakan tanggung jawabnya. Informasi bisa berasal dari sumber data internal
maupun eksternal. Hal yang perlu diperhatikan mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Mencari informasi ektemal dan internal serta menyediakan laporan relevan


yang diperlukan bagi manajemen tentang kinerja entitas dibandingkan dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Menyediakan informasi kepada orang yang tepat, terperinci, dan cepat waktu
untuk memberdayakan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab secara
efektif dan efisien.

10
Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam pengertian yang lebih luas,
mengalir ke bawah, melintas, dan naik ke atas daiam organisasi. Seluruh sumber daya
manusia (SDM) yang ada di organisasi harus menerima pesan yang jelas dari
manajemen puncak yang mengendalikan pelaksanaan tanggung jawab secara serius.
SDM harus memahami peranannya dalam sistem pengendalian internal, sebaik
pemahaman atas keterkaitan antara aktivitas individu dengan pekerjaan lainnya. SDM
juga harus mempunyai sarana untuk mengomunikasikan informasi penting ke dalam
(internal) organisasi, serta diperlukan adanya komunikasi yang efektif dengan pihak
luar (eksternal) organisasi, misalnya pelanggan, pemasok, pembuat peraturan, dan
pemegang saham.

Hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan hal tersebut antara lain:

1. Membuat saluran komunikasi yang efektif bagi individu untuk melaporkan


ketidakwajaran yang diduga terjadi, termasuk adanya kecurangan (fraud).
2. Memiliki komunikasi lintas fungsi yang sesuai dalam organisasi dan
kelengkapan serta ketepatan waktu informasi dan kelayakan informasi untuk
memberdayakan karyawan secara efektif dalam menjalankan tanggung jawab
mereka
3. Memiliki keterbukaan (transparency) dan keefektifan saluran komunikasi dari
internal maupun eksternal
4. Melakukan tindak lanjut (follow up) yang tepat waktu oleh manajemen
sebagai hasil komunikasi yang diterima dari pelanggan (customer),
pemasok/rekanan (vendor), badan pengatur (regulator), atau pihak luar yang
lain termasuk informasi penting tentang perubahan kebutuhan pelanggan
(customer).

11
2.2.5 Pemantauan (Monitoring)

Sistem pengendalian internal perlu dipantau karna merupakan suatu proses


penilaian kualitas kinerja sistem sepanjang waktu.

2.2.5.1 Pemantauan berjalan dan terpisah (On-Going Monitoring and Separate


Evaluation)

Pemantauan berjalan berulang, diterapkan pada kegiatan operasi sehari-hari


yang berjalan berulang termasuk kegiutan pengawasan (supervisory activity), serta
tindakan petugas lain yang dapat menguji kualitas kinerja system pengawasan
internal. Hal yang harus diperhatikan, antara lain :

1.Mensyaratkan setiap kegiatan personel didukung oleh dokumen tertulis dalam


system pengendalian internal

2.Menguji keakuratan dan reliabilitas interval informasi dengan pemanfaatan data


dari pihak luar;

3. Memberi tanggapan terhadap rekomendasi auditor internal dan eksternal tentang


cara untuk memperkuat pengendalian internal.

4. Mengevaluasi pelatihan, seminar, rapat perencanaan, dan rapat lain yang


memberikan umpan balik kepada manajemen ternang apakah pengendalian internal
beroperasi secara efektif

5. Membuat laporan personel secara periodik untuk menyatakan bahwa mereka


memahami dan mematuhi kode etik entitas dan secara teratur melaksanakan aktivitas
pengendalian yang kritis

12
6. Mengefektikan aktivitas audit internal (satuan pengawasan internal).Evaluasi
terpisah ini merupakan evaluasi yang dilakukan secara langsung terhadap efektivitas
pengendalian internal, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah pemantuan
berjalan masih efektif. Hal yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Menentukan ruang lingkup dan frekuensi evaluasi terpisah atas sistem


pengendalian interal.
2. Menentukan proses evaluasi yang tepat
3. Menentukan metodologi untuk mengevaluasi sistem secara logis dan tepat
4. Menentukan kecukupan dokumentusi.

2.2.5.2 Evaluasi dan Komunikasi Penyimpangan

Adanya penyimpangan (deficiencies) perlu dilakukan evaluasi dan


dikomunikasikan kepada yang berhak serta berwenang untuk menindaklanjutinya.

2.3 Keterbatasan Pengendalian Internal


Beberapa keterbatasan (limitation), dari pengendalian internal, yaitu sebagai
berikut.
1) Kesalahan dalam keputusan (judgment), mislanya karena kurang informasi,
kendala waktu, tekanan, dan lain-lain
2) Breakdown (macet karena salah memahami instruksi dan prosedur serta lalai)
3) Terdapat kolusi (collusion), misalnya kerja sama antar-karyawan atau antara
karyawan dengan pihak luar
4) Manajemen melanggar pengendalian yang dibuatnya sendiri (management
override)
5) Pengendalian ditetapkan secara berlebihan sehingga biaya pembuatan
pengendalian lebih besar dari manfaatnya (cost versus benefits).

13
2.4 Kegagalan Implementasi Pengendalian Internal
Implementasi pengendalian internal sering kali mengalami kegagalan, antara lain
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
1) Adanya pengendalian internal tidak dihiraukan
2) Terdapat kejenuhan atau kebosanan
3) Pengendalian internal yang dijalankan terlalu kompleks atau rumit
4) Terdapat komunikasi internal yang buruk
5) Terlalu banyak /sering diubah atau dimodifikasi
6) Terdapat penolakan secara frontal.
2.5 Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal merupakan salah satu perwujudan dari GCG, yang
seharusnya dapat diimplementasikan secara konsisten di perusahaan. Tidak
berjalannya fungsi dan proses pengendalian internal dalam suatu perusahaan
merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai macam tindak kecurangan di
lingkungan perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, system pengendalian internal memegang peranan yang cukup
penting dalam menjaga keamanan asset (asset) perusahaan dari tindak pencurian
(theif), penyalahgunaan wewenang, maupun korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

2.5.1 Sistem pengendalian Internal di BUMN


Berdasarkan peraturan menteri negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 tanggal 1
Agustus 2011 tentang Penetapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) pada BUMN, pada Bagian Ketujuh menyebutkan mengenai system
pengendalian internal (internal control system), adalah sebagai berikut :
1. Pasal 26 ayat 1 menyatakan bahwa direksi harus menetapkan suatu system
pengendalian internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan asset
perusahaan
2. Pasal 26 ayat 2 menyatakan bahwa system pengendalian internal mencakup
hal-hal sebagai berikut.

14
a. Lingkungan pengendalian internal dalam perusahaan yang
dilaksanakan dengan disiplin dan terstruktur, yang terdiri dari :
1) Integritas, nilai etika, dan kompetensi karyawan
2) Filosofi dan gaya manajemen
3) Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan
kewenangan dan tanggung jawabnya
4) Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia
dan
5) Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh direksi
b. Pengkajian terhadap pengelolaan risiko usaha (risk assessment), yaitu
suatu proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai
pengelolaan risiko yang relevan.
c. Aktivitas pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam
suatu proses pengendalian terhadap kegiatan perusahaan pada setiap
tingkat dan unit dalam struktur organisasi BUMN, antara lain
mengenai kewenangan, otorisasi,verifikasi,rekonsiliasi, penilaian asset
perusahaan.
d. System informasi dan komunikasi, yaitu suatu proses penyajian
laporan mengenai kegiatan oprasional, financial, serta ketaatan dan
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan oleh
BUMN.
e. Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas system
pengendalian intern, termasuk fungsi internal audit pada setiap tingkat
dan unit dalam struktur organisasi BUMN, sehingga dapat
dilaksanakan secara optimal.
3. Pasal 27 menyatakan bahwa direksi menyusun ketentuan yang mengatur
mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan pada BUMN yang
bersangkutan.

15
2.5.2 Sistem Pengendalian Internal Di Perusahaan Publik
Praktik bisnis yang terbaik (best business practice) di dunia internasional
mengharuskan perusahaan yang yo public atau terdaftar di pasar modal untuk
menerapkan kerangka sistem pengendalian internal (internal control system
framework) chin mengevaluasi serta melaporkan pengendalian internal secara
tersendiri. Semua hal tersebut dilakukan oleh chief executive officer (CEO) dari
perusahaan yang bersangkutan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas pengendalian "internal dan transparansi, serta akuntabilitas perusahaan
kepada publik. Namun. sayangnya, saat ini, perusahaan-perusahaan yang telah go
public di Indonesia belum banyak yang menyadari pentingnya arti sistem
pengendalian internal bagi peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya kelemahan dalam sistem pengendalian internal, terutama di sektor
perbankar, sehingga pada krisis ekonomi tahun 1997-1998 yang lalu banyak bank
yang terpaksa dilikuidasi atau dibekukan usahanya.

16
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pengendalian internal (internal control) adalah suatu proses, yang dipengaruhi


oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk
memberikan jaminan yang wajar berkenaan dengan efektivitas dan efisiensi operasi,
keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku. Karena dengan pengendalian intern yang efektif dapat membantu
perusahaan dalam mengarahkan kegiatan operasional perusahaan dan mencegah
adanya kecurangan atau penyalahgunaan lainnya.

Tujuan COSO melakukan pembaruan terhadap kerangka dasar sebelumnya


adalah agar mampu merefleksikan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan
bisnis, lebih memformalkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam kerangka dasar
secara eksplisit yang mewadahi perkembangan efektivitas pengendalian internal yang
efektif, dan juga untuk memudahkan penggunaan COSO dalam proses
implementasinya.

3.2 Saran
Sistem pengendalian internal merupakan salah satu perwujudan dari GCG, yang
harus diimplementasikan secara konsisten di perusahaan. Karena jika tidak berjalan
dengan baik maka fungsi dan proses pengendalian internal dalam suatu perusahaan
akan menjadi salah satu penyebab timbulnya berbagai macam tindak kecurangan di
lingkungan perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, system pengendalian internal memegang peranan yang cukup
penting dalam menjaga keamanan asset (asset) perusahaan dari tindak pencurian
(theif), penyalahgunaan wewenang, maupun korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

17
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Arief. 2020. The Power of Good Corporate Govermance Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.

18

Anda mungkin juga menyukai