Anda di halaman 1dari 17

PENGAUDITAN I

“SPI dan Pengujian Pengendalian”

Dosen Pengampu :

Dra. Ni Ketut Lely Aryani Merkusiwati, M.Si., Ak.

Oleh Kelompok 2:

1. Fitrah Faidza Amalia (2107531128 / 1)


2. I Kadek Yuki Darlena (2207531072 / 2)
3. Ni Kadek Cytra Prada Suary (2207531112 / 6)
4. Ni Komang Carolin Priska Agustina (2207531113 / 7)
5. Luh Putu Victoria Pricillia Jayanti (2207531116 / 8)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan paper yang berjudul “SPI dan
Pengujian Pengendalian”. Kami mengucapkan terima kasih kepada bantuan semua pihak
yang terlibat dalam penyusunan paper ini dengan memberikan sumbangan pikiran maupun
materinya.
Kami sangat berharap semoga tugas yang telah kami selesaikan ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca dan sebagai penuntasan tugas mata kuliah
Pengauditan I.
Demikianlah penyusunan paper ini dibuat, kami sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan paper ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan paper ini.

Jimbaran, 29 November 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Pengujian SPI.............................................................................................. 2
2.2 Unsur-Unsur Struktur Pengendalian Intern (SPI).......................................................... 3
2.3 Hubungan SPI dengan Prosedur Audit Lainnya............................................................ 7
2.4 Cara Melakukan Pengujian Pengendalian Intern........................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah organisasi tentu di dalamnya ada sebuah sistem yang berfungsi untuk
pengendali atau kontrol dalam sebuah organisasi. Sistem ini secara umum bertujuan untuk
memastikan sebuah perusahaan atau organisasi berjalan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan tidak menyalahi aturan.
Proses internal audit bertujuan memastikan keandalan sistem pengendalian internal
organisasi. Melalui fungsi penilaian dan pengawasannya, Internal Auditor atau SPI
memegang peranan yang sangat penting dalam organisasi. Mereka diharapkan mampu
memberikan umpan balik dan menjaga arah organisasi dalam upaya mencapai visi, misi dan
tujuan strategisnya. Proses pemeriksaan keuangan dan akademik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pentingnya pengujian SPI?


2. Apa saja unsur-unsur penting pengendalian intern (SPI)?
3. Apa hubungan SPI dengan prosedur lainnya?
4. Bagaimana cara melakukan pengujian pengendalian intern?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pentingnya pengujian SPI.


2. Mengetahui unsur-unsur pentingnya pengendalian intern (SPI).
3. Mengetahui hubungan SPI dengan prosedur lainnya.
4. Mengetahui cara melakukan pengujian pengendalian intern.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Pengujian SPI

Struktur Pengendalian Intern (SPI) merupakan komponen audit yang sangat penting.
Oleh karena itu, penting untuk memahami apa itu SPI, yang didefinisikan dalam Standar
Profesional Akuntansi Publik (SPAP) pada SA 319. Par 06, sebagai berikut: SPI adalah suatu
proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan anggota staf lainnya entitas
yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga tujuan,
yaitu:

1. Keandalan pelaporan keuangan,


2. Efisiensi dan efisiensi operasi,
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Oleh karena itu, struktur pengendalian intern adalah kumpulan proses yang dijalankan
oleh suatu entitas, yang mencakup berbagai kebijakan dan prosedur yang telah diatur secara
sistematis.

Pentingnya Pengendalian Intern


1. Lingkup dan ukuran entitas bisnis semakin kompleks. Akibatnya, manajemen harus
memastikan agar laporan dan analisis yang ada cukup untuk memastikan peran
pengendalian tersebut berjalan dengan baik.
2. Pemeriksaan dan penelaahan bawaan dalam sistem yang baik memberikan
perlindungan atau mencegah kelemahan manusia yang berkemungkinan terjadi dan
mengurangi risiko kekeliruan.
3. Pengendalian intern yang baik akan mengurangi beban pelaksanaan audit, yang
nantinya akan dapat mengurangi biaya pelaksanaan audit.

Keterbatasan Pengendalian Intern Suatu Entitas


Pengendalian intern setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan. Keterbatasan
bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian intern adalah :

2
1. Kesalahan dalam Pertimbangan.
Karena kurangnya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain,
manajemen dan staf lainnya berkemungkinan dapat salah dalam membuat keputusan
bisnis atau melakukan tugas rutinnya.
2. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian dapat terjadi karena staf keliru dalam
memahami perintah atau membuat kesalahan dikarenakan kelalaian, tidak adanya
perhatian, dan atau kelelahan.
3. Kolusi
Tindakan bersama/kerjasama yang dilakukan oleh beberapa individu dengan
maksud buruk dan dapat merugikan pihak lain disebut dengan kolusi.
4. Pengabaian oleh Manajemen
Manajemen mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk
tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi, penyajian kondisi keuangan yang
berlebihan atau kepatuhan semu (berpura-pura patuh).
5. Biaya Lawan Manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh
melebihi manfaat dan hasil yang diharapkan dari kegiatan pengendalian tersebut.

2.2 Unsur-Unsur Struktur Pengendalian Intern (SPI)

Menurut Mulyadi (2017:130) unsur pokok sistem pengendalian internal ada 4 unsur,
yaitu:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab dan wewenang secara


tegas.

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional


kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pokok perusahaan.

2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan.

Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang
memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu,

3
dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk
otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.

3. Praktik yang sehat.

Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan
yang telah diterapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan
cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Unsur mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian internal yang sangat
penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur
pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum dan perusahaan
tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan.

Dalam Struktur Pengendalian Intern (SPI) terdapat beberapa unsur yang menjadi
bagian penting dalam SPI. Untuk tujuan standar audit, pembagian pengendalian internal ke
dalam lima komponen yang menyediakan suatu kerangka yang bermanfaat bagi auditor untuk
mempertimbangkan bagaimana berbagai aspek pengendalian internal yang berbeda pada
entitas dapat memengaruhi audit (SA 315. A51). Lima komponen yang dimaksud, yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menjadi dasar yang penting dari komponen
pengendalian lainnya. Terdapat lima poin dalam lingkungan pengendalian, yaitu :
a. Integritas dan Etika
Integritas dalam lingkungan pengendalian mengacu pada konsistensi
dan kejujuran dalam tindakan, sementara etika menekankan kepatuhan
terhadap norma-norma moral sebagai bagian penting dalam menciptakan dasar
nilai yang kuat untuk sistem pengendalian suatu organisasi.

b. Komitmen terhadap Kompetensi


Komitmen terhadap kompetensi berkaitan dengan pentingnya memiliki
tim yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik. Kompetensi memastikan bahwa
setiap orang di perusahaan tahu apa yang mereka lakukan.

4
c. Struktur Organisasi
Struktur organisasi mengacu pada cara suatu perusahaan diatur dan
bagaimana tanggung jawab dan keputusan didistribusikan di dalamnya. Dalam
lingkungan pengendalian, struktur organisasi yang baik dapat menciptakan
landasan yang kokoh untuk pengelolaan sumber daya dan informasi.
d. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab adalah proses di mana
manajemen membagi tugas, keputusan, dan tanggung jawab kepada anggota
tim atau departemen tertentu. Dalam lingkungan pengendalian, pendelegasian
yang efektif dapat memainkan peran penting dalam menjaga disiplin dan
efisiensi.
e. Praktik dan Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Baik
Pendekatan yang terencana dan sistematis dalam mengelola sumber
daya manusia dengan langkah-langkah yang terstruktur, seperti membuat
kebijakan yang terukur, menetapkan prosedur yang jelas, menggunakan sistem
informasi SDM, dan melakukan evaluasi terus-menerus.

2. Proses Penilaian Risiko Entitas


Dalam upaya mencapai tujuan, manajemen risiko memainkan peran kunci dengan
langkah-langkah tertentu.
a. Menetapkan dengan jelas apa yang ingin dicapai oleh organisasi atau proyek,
yang kemudian menjadi fokus utama
b. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko, yaitu hal-hal yang dapat menghambat
pencapaian tujuan, baik dari dalam organisasi maupun lingkungan eksternal.
c. Menilai risiko dengan mengukur seberapa besar dampak dan seberapa
mungkin resiko itu terjadi.
d. Melakukan tindakan pengelolaan risiko, yaitu dengan menentukan
langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk mengurangi risiko atau
dampaknya.

3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah langkah-langkah yang diambil untuk
memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik di semua tingkatan dan bagian
perusahaan.

5
Aktivitas pengendalian terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu :
a. Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup
Dalam sebuah organisasi, tugas dan tanggung jawab harus dibagi-bagi
di antara orang-orang atau departemen yang berbeda sehingga setiap orang
atau bagian bertanggung jawab hanya pada bagian tertentu dari proses.
b. Otorisasi Transaksi dan Aktivitas Lainnya yang Sesuai
Kegiatan ini berupa pemberian izin resmi atau persetujuan sebelum
melakukan transaksi atau kegiatan tertentu dalam sebuah organisasi sesuai
dengan aturan dan kebijakan yang berlaku.
c. Pengendalian Terhadap Pemrosesan Informasi
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk memastikan bahwa data dan
informasi diolah dengan cara yang sesuai standar dan kebijakan yang berlaku.
d. Pembatasan Akses Terhadap Sumber Daya dan Catatan
Hal ini mencakup langkah-langkah untuk mengatur dan mengontrol
siapa yang memiliki hak akses terhadap informasi dan sumber daya tertentu
dalam suatu organisasi. Hal ini untuk menghindari penyalahgunaan informasi
dan melindungi informasi yang bersifat rahasia atau kritis.

4. Informasi dan Komunikasi


Entitas memerlukan informasi demi terselenggaranya tanggung jawab
pengendalian internal yang mendukung pencapaian tujuan. Manajemen harus
memperoleh, menghasilkan, dan menggunakan informasi yang relevan dan
berkualitas, baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal, untuk
mendukung komponen-komponen pengendalian internal lainnya berfungsi
sebagaimana mestinya. Komunikasi sebagaimana yang dimaksud dalam kerangka
pengendalian internal COSO adalah proses iteratif dan berkelanjutan untuk
memperoleh, membagikan, dan menyediakan informasi. Komunikasi internal harus
menjadi sarana diseminasi informasi di dalam organisasi, baik dari atas ke bawah, dari
bawah ke atas, maupun lintas fungsi. Informasi internal maupun kejadian eksternal,
aktivitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar manajemen
memperoleh informasi mengenai keputusan- keputusan bisnis yang harus diambil, dan
untuk tujuan pelaporan eksternal.

6
Terkait dengan unsur informasi dan komunikasi, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
a. Pimpinan sudah menggunakan bentuk dan sarana komunikasi efektif, berupa
buku pedoman kebijakan dan prosedur, surat edaran, memorandum, papan
pengumuman, situs internet, rekaman, video, email dan arahan lisan
b. Pimpinan telah melakukan komunikasi dalam bentuk tindakan positif saat
berhubungan dengan pegawai di seluruh organisasi dan memperlihatkan
dukungan terhadap pengendalian intern.
5. Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan untuk mengikuti jalannya sistem informasi
akuntansi, sehingga apabila ada sesuatu berjalan tidak seperti yang diharapkan, dapat
segera diambil tindakan. Berbagai bentuk pengawasan di dalam perusahaan dapat
dilaksanakan dengan salah satu atau semua proses berikut ini:
a. Supervisi yang efektif, yaitu manajemen yang lebih atas dapat mengawasi
manajemen dan karyawan di bawahnya.
b. Akuntansi pertanggungjawaban, yaitu perusahaan menerapkan suatu sistem
akuntansi yang dapat digunakan untuk menilai kinerja masing-masing
manajer, masing-masing departemen, dan masing-masing proses yang
dijalankan oleh perusahaan.
c. Audit internal yaitu pengauditan yang dilakukan oleh auditor di dalam
perusahaan.

2.3 Hubungan SPI dengan Prosedur Audit Lainnya

A. Hubungan Struktur Pengendalian Intern dengan Prosedur Audit Lainnya


Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam
semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil keuangan, dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini. auditor
perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti yang
kompeten, auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit
spesifik untuk setiap akun (perkiraan) laporan keuangan. Untuk menjaga mutu hasil
audit atas laporan keuangan suatu perusahaan dalam menjalankan tugas
profesionalnya, auditor harus membuat perencanaan audit dan dilaksanakan sebaik
mungkin. Hal ini tercantum dalam standar profesional akuntan publik pada standar

7
pekerjaan lapangan yang pertama, yaitu pemeriksaan harus direncanakan
sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten, harus dipimpin dan diawasi dengan
semestinya.

Dalam merencanakan audit, auditor harus mempertimbangkan beberapa hal. Kell


Boynton, dan Ziegler (1989:70) mengemukakan delapan faktor yang merupakan
komponen perencanaan audit, yaitu:

1. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien


2. Memperoleh pemahaman tentang struktur pengendalian internal klien
3. Menilai materialitas
4. Menilai risiko audit.
5. Identifikasi tujuan audit
6. Merancang program audit
7. Jadwalkan pekerjaan
8. Menugaskan staf profesional untuk terlibat

Audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal atas pelaporan


keuangan merupakan satu kesatuan sehingga auditor harus memperhitungkan hasil
prosedur audit yang dilakukan untuk mengeluarkan laporan audit mengenai
pengendalian internal. Dalam perencanaan melakukan perencanaan, sebagai
pedoman digunakannya struktur pengendalian internal perusahaan karena
menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan
manajemen perusahaan.

B. Hubungan Struktur Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup Pemeriksaan

Jika struktur pengendalian internal suatu satuan usaha lemah, maka


kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam
perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik, hal tersebut menimbulkan resiko yang
besar, dalam arti resiko untuk memberikan opini yang tidak sesuai dengan
kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak
cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang
diberikannya.

8
2.4 Pengujian Pengendalian

Pengujian pengendalian adalah suatu prosedur audit yang dirancang untuk


mengevaluasi efektivitas operasi pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan
mengoreksi, kesalahan penyajian material pada tingkat asersi.

A. Perancangan dan Pelaksanaan Pengujian Pengendalian


Auditor harus melakukan penilaian risiko pengendalian dengan
mempertimbangkan rancangan dan pelaksanaan pengendalian. Ini dilakukan untuk
menilai seberapa efektif pengendalian tersebut dalam mencapai tujuan audit. Setelah
memahami proses, auditor mengumpulkan bukti untuk mendukung penilaian
pengendalian. Namun, terkadang bukti yang terkumpul tidak mencukupi untuk
menurunkan risiko pengendalian secara signifikan. Oleh karena itu, auditor perlu
melakukan pengujian tambahan sepanjang periode audit untuk memastikan efektivitas
pengendalian. Pengujian pengendalian dilakukan hanya untuk pengendalian yang
telah dirancang dengan baik oleh auditor. Tujuannya adalah untuk mencegah,
mendeteksi, dan memperbaiki kesalahan yang dapat mempengaruhi informasi
keuangan yang penting.

B. Prosedur-prosedur Pengujian Pengendalian


Prosedur penilaian risiko untuk mengumpulkan bukti audit terkait dengan
rancangan dan penerapan pengendalian yang relevan mencakup:
a. Meminta keterangan dari personel entitas yang sesuai
Mengajukan pertanyaan yang berisi keterangan kepada pihak dari
entitas terkait dapat digunakan sebagai sumber bukti. Contohnya, jika auditor
perlu untuk memeriksa sistem komputer perusahaan yang hanya bisa diakses
menggunakan password, maka auditor dapat bertanya kepada pegawai yang
bertugas di bidang tersebut.
b. Menginspeksi dokumen dan laporan
Kegiatan pengendalian tentunya meninggalkan jejak berupa bukti
dokumen yang dapat digunakan untuk menguji pengendalian. Contohnya,
dokumen yang dihasilkan saat pesanan sudah diterima pembeli akan disimpan
untuk proses lebih lanjut bersama dokumen lainnya, lalu auditor melakukan

9
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen tersebut untuk menguji kecocokan,
kelengkapan, dan paraf yang sudah tercantum.
c. Mengamati penerapan pengendalian tertentu
Ada beberapa kegiatan pengendalian yang tidak meninggalkan jejak
bukti, sehingga pemeriksaan bukti tidak memungkinkan untuk dilaksanakan,
sehingga dilakukan pengamatan penerapan pengendalian tertentu. Contohnya,
pemisahan tugas dimana pegawai tertentu harus melakukan tugas tertentu yang
tidak menghasilkan bukti dokumen, untuk hal ini, auditor melakukan observasi
penerapan pengendalian selama periode audit.
d. Melakukan pelaksanaan ulang prosedur klien
Ada pula kegiatan dimana aktivitas pengendalian disertai dengan
dokumen dan catatan tetapi isinya tidak memadai untuk dijadikan bukti bahwa
kegiatan pengendalian telah terlaksana dengan baik. Contohnya, faktur
penjualan sudah memuat harga yang ditetapkan oleh entitas, tetapi tidak
mengindikasikan adanya pengendalian yang didokumentasikan pada faktur
tersebut. Dalam situasi ini, auditor dapat melakukan prosedur pelaksanaan
ulang aktivitas, seperti menelusur harga jual ke daftar harga resmi saat
transaksi terjadi. Jika tidak ada kesalahan ditemukan, auditor dapat
menyimpulkan bahwa prosedur telah berjalan dengan benar.

C. Luas Pengujian Pengendalian


Luas pengujian pengendalian yang diterapkan tergantung pada penilaian awal
risiko pengendalian. Semakin rendah penilaian risiko pengendalian yang diinginkan
auditor, maka semakin luas pengujian pengendalian yang diperlukan. Hal-hal yang
dipertimbangkan oleh auditor dalam menentukan pengujian pengendalian mencakup:
a. Frekuensi dilakukannya pengendalian oleh entitas selama periode tersebut.
b. Lamanya periode audit, dimana auditor dapat mengandalkan efektivitas
pengendalian operasi.
c. Tingkat penyimpangan yang diharapkan dari suatu pengendalian.
d. Relevansi dan keandalan bukti audit yang diperoleh dan berkaitan dengan
efektivitas operasi pengendalian tersebut pada tingkat asersi.
e. Luasnya bukti audit yang diperoleh dari pengujian atas pengendalian lainnya
terhadap asersi.

10
D. Saat Pengujian Pengendalian
Ketika auditor ingin mengandalkan pengendalian, maka pengendalian tersebut
harus diuji selama waktu tertentu atau sepanjang periode yang diaudit, tergantung
situasi yang dihadapi.
a. Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh Selama Periode Interim
Faktor relevan dalam menentukan bukti audit pengendalian tambahan setelah
periode interim adalah:
● Signifikansi risiko yang ditentukan atas kesalahan penyajian material
pada tingkat asersi.
● Pengendalian khusus yang telah diuji selama periode interim dan
perubahan penting atas pengendalian tersebut diuji, termasuk
perubahan dalam sistem informasi, proses, dan karyawan.
● Tingkat bukti audit atas efektivitas operasi pengendalian tersebut
diperoleh.
● Lamanya sisa periode.
● Luas prosedur substantif lebih lanjut yang auditor ingin kurangi
berdasarkan keyakinan auditor atas pengendalian
● Lingkungan pengendalian

b. Penggunaan Bukti Audit yang Diperoleh Auditor Sebelumnya


Dalam menentukan tepat atau tidaknya untuk menggunakan bukti audit
yang diperoleh sebelumnya, auditor harus mempertimbangakn hal-hal berikut:
● Efektivitas unsur lain pengendalian internal
● Risiko yang timbul dari karakteristik pengendalian
● Efektivitas pengendalian umum atas teknologi informasi
● Efektivitas pengendalian dan penerapannya oleh entitas
● Perubahan kondisi
● Risiko kesalahan penyajian material dan tingkat kepercayaan terhadap
pengendalian
Jika auditor berencana untuk menggunakan bukti audit yang diperoleh auditor
sebelumnya, auditor harus melakukan:
1) Meminta keterangan yang dipadukan dengan pengamatan untuk
menegaskan pemahaman atas pengendalian tersebut

11
2) Menguji pengendalian tersebut apabila terdapat perubahan yang
berdampak pada hubungan berkelanjutan dari bukti audit periode yang
lalu
3) Jika tidak terjadi perubahan, auditor haru menguji pengendalian tersebut
minimal sekali tiap tiga kali audit

c. Pengendalian atas Risiko Signifikan


Jika auditor berencana untuk mengandalkan pengendalian terhadap
suatu risiko yang telah ditentukan sebagai risiko signifikan, auditor harus
menguji pengendalian tersebut pada periode sekarang.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam akuntansi, SPI yang berlaku dalam perusahaan/entitas merupakan faktor yang
menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut. Oleh karena
itu dalam memberikan pendapat atas kewajaran laporan yang di auditnya, Auditor meletakkan
kepercayaan atas efektivitas SPI dalam mencegah terjadinya kesalahan yang material dalam
proses akuntansi.
SPI bagi manajemen dan auditor independen tidak bisa manajemen tidak dapat
melakukan pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya perusahaan.,
Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang baik dapat akan
pula melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi kekeliruan dan penyimpangan
yang akan terjadi, tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh
atau secara detail untuk hampir semua transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas.
Pemahaman auditor tentang struktur pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi
adalah untuk digunakan dalam kegiatan mungkin atau tidaknya audit dilaksanakan, salah saji
material yang potensial dapat terjadi, risiko deteksi, perancangan pengujian substantif.
Pengujian pengendalian adalah suatu prosedur audit yang dirancang untuk
mengevaluasi efektivitas operasi pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan
mengoreksi, kesalahan penyajian material pada tingkat asersi. Pada pengujian pengendalian
ada perencanaan dan pelaksanaan pengujian pengendalian auditor harus melakukan penilaian
risiko pengendalian dengan mempertimbangkan rancangan dan pelaksanaan pengendalian
untuk menilai seberapa efektif pengendalian tersebut dalam mencapai tujuan audit. Prosedur
pengujian pengendalian mencakup meminta keterangan dari personel entitas yang sesuai,
menginspeksi dokumen dan laporan, mengamati penerapan pengendalian tertentu, melakukan
pelaksanaan ulang prosedur klien. Luas pengujian pengendalian yang diterapkan tergantung
pada penilaian awal risiko pengendalian. Saat pengujian pengendalian mencakup penggunaan
bukti audit yang diperoleh selama periode interim, penggunaan bukti audit yang diperoleh
auditor sebelumnya, pengendalian atas risiko signifikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alvin A.Arens, Randal J. Elde, Mark S.Beasley. 2008. Auditing and Assurance edisi 12 jilid
1. Erlangga
Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan) Jilid 1. UPP STIM
YKPN: Yogyakarta.
Hery, S. E., M.Si. 2011. Auditing I (Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi) edisi.
Kencana:Jakarta
Jusuf, Al.Haryono. 2010. Auditing (Pengauditan). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta

Jusup, A. H. 2014. AUDITING (Pengauditan Berbasis ISA) (II). Penerbitan STIE YKPN.

14

Anda mungkin juga menyukai