Anda di halaman 1dari 11

MATERI RPS 10

Struktur Pengendalian Intern dan Pengujian Pengendalian

Ringkasan Materi Kuliah

Oleh :

Kelompok 11

Ni Kadek Karisma Dewi (1907531130)

Ni Putu Jessica Anggi Wijaya Putri (1907531154)

Dosen Pengampu :

Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M,Si., Ak.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
10.1 Pentingnya Struktur Pengendalian Intern
Struktur Pengendalian Intern (SPI) adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan
untuk memberi keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai.
Struktur Pengendalian Intern memiliki peranan penting karena struktur pengendalian
intern merupakan prosedur atau sistem yang dirancang untuk mengontorol, mengawasi,
mengarahkan organisasi agar dapat mencapai suatu tujuan.
Pengendalian internal bagi suatu perusahaan (terutama yang sudah go public)
adalah merupakan suatu keharusan. Bersamaan dengan kewajiban audit laporan
keuangan, direksi wajib memberikan pernyataan tentang kecukupan struktur
pengendalian perusahaan yang dikelolanya serta model/framework mana yang diadopsi
(atau sepenuhnya di desain sendiri), dan wajib diaudit oleh auditor ekstern. Menurut
Gondodiyoto (2007:249) Faktor-faktor yang menyebabkan makin pentingnya sistem
pengendalian intern, antara lain adalah
a. Perkembangan kegiatan dan skalanya menyebabkan kompleksitas struktur, struktur
dan prosedur suatu organisasi makin rumit. Untuk dapat mengawasi operasi
organisasi, manajemen hanya mengandalkan kepercayaan atas berbagai laporan dan
analisa.
b. Tanggung jawab utama untuk melindungi aset organisasi, mencegah dan
menemukan kesalahan-kesalahan serta kecurangan-kecurangan terletak pada
management, sehingga management harus mengatur sistem pengendalian intern
yang sesuai untuk memenuhi tanggung jawab tersebut.
c. Pengawasan oleh dari satu orang (saling cek) merupakan cara yang tepat untuk
menutup kekurangan-kekurangan yang bisa terjadi pada manusia. Saling cek ini
merupakan salah satu karakteristik struktur pengendalian intern yang baik.
d. Pengawasan yang ”built-in” langsung pada struktur berupa pengendalian intern yang
baik dianggap lebih tapat daripada pemeriksaan secara langsung dan detail oleh
pemeriksa (khususnya yang berasal dari luar organisasi)
Suatu sistem kontrol atau pengawasan internal, pada hakekatnya adalah suatu
mekanisme yang didesain untuk menjaga (preventif), mendeteksi (detektif), dan
memberikan terjadinya kekeliruan, kelalaian, error) maupun penyalah-gunaan
(kecurangan, fraud). Mekanisme kontrol tersebut melekat (built-in) pada sistem, dan
tercermin di dalam prosedur, formulir, organisasi (pembagian tugas). Mengingat bahwa
pada lingkungan sistem berbasis komputer risiko yang dihadapi makin rumit, maka
struktur pengendalian intern pada sistem akuntansi tradisional sudah tidak mencukupi
lagi untuk memenuhi kebutuhan kontrol internal terhadap risiko.

10.2 Unsur-Unsur Struktur pengendalian intern (SPI)


Sruktur pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi pengendalian internal yang
efektif, karena memberikan disiplin dan struktur bagi entitas yang menjadi petunjuk
arah bagi entitas, membuat karyawan sadar akan pengendalian dalam organisasi.
Lingkungan Pengendalian berurusan dengan fungsi pengelolaan (management)
pengawasan tingkat tertinggi dalam entitas itu. Ia juga mengatur sikap, perilaku,
kesadaran berpengendalian, serta tindakan manajemen dan TCWG mengenai
pengendalian internal entitas itu.
Beberapa faktor yang berpengaruh di dalam lingkungan pengendalian antara lain:
 Integritas dan Nilai Etik
Etika entitas yang dimiliki dan standar perilaku yang berlaku serta
bagaimana mereka mengkomunikasikan dan mengaplikasikan dalam praktik.
 Komitmen terhadap kompetensi
Kompetensi merupakan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas.
 Dewan Direksi dan Komite Audit
Jajaran direktur yang efektif adalah yang independen terhadap manajemen.
Komite audit bertanggung jawab sebagai komunikator, baik bagi internal
auditor maupun eksternak auditor.
 Gaya Manajemen dan Gaya Operasi
Pemahaman dan aspek-aspek tentang filosofi manajemen dan gaya operasi
memberi auditor suatu pemahaman mengenai sikap manajemen terhadap
pengendalian intern.
 Struktur Organisasi
Pemahaman struktur organisasi memberi gambaran bagi auditor mengenai
manajemen dan elemen-elemen fungsional dari bisnis dan bagaimana
pengendalian diimplementasikan.
 Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab
Memberi pemahaman mengenai pengendalaian dan cara-cara yang
digunakan untuk pengendalian, perencanaan formal organisasi dan operasi,
penugasan karyawan dan kebijakan yang dimiliki entitas.
 Praktek dan Kebijakan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan aspek penting dalm pengendalian intern.
Pengendalian intern yang dikembangkan entitas berusaha untuk mengatur,
menjaga tindakan-tindakan yang dilakukan manusia dalam entitas.

2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah identifikasi entitas dan analisa atas resiko yang relevan
untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana
risiko dinilai untuk kemudian dikelola. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi
resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan
penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan
dikaitkan sesuai dengan level-levelnya.
Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan sebagai berikut: Perubahan
dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru atau yang
diperbaiki, teknologi baru, lini produk, produk, atau aktivitas baru, restrukturisasi
korporasi, operasi luar negeri, dan tandar akuntansi baru
Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut:
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
 Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan
 Menentukan tindakan yang dilakukan untuk memanage risiko

3. Sistem Informasi (Information System)


Manajemen dan TCWG memerlukan informasi yang andal untuk:
1. Mengelola entitas, seperti perencanaan, penganggaran, pemantauan kinerja,
pengalokasian sumber daya, penetapan harga, dan pembuatan laporan keuangan;
2. Mencapai tujuan entitas
3. Mengidentifikasi, menilai, dan menanggapi faktor risiko
Suatu sistem informasi meliputi informasi infrastruktur (komponen fisik dan
perangkat keras), perangkat lunak, manusia, prosedur, dan data. Banyak sistem
informasi memanfaatkan IT (information technology). Sistem Informasi
mengidentifikasi, merekam, dan menyebarkan informasi untuk mendukung
tercapainya tujuan pelaporan keuangan dan tujuan pengendalian internal.

4. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang dapat
membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas
pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua level dan semua
fungsi yang ada di perusahaan. Pada umumnya aktivitas pengendalian yang relevan
dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijkan dan prosedur yang berkaitan
dengan berikut ini: Review terhadap kinerja, pengolahan informasi, pengendalian
fisik, dan pemisahan tuga
Aktivitas pengendalian meliputi:
 Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup
 Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai
 Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup
 Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan
 Evaluasi secara independen atas kinerja
 Pengendalian terhadap pemrosesan informasi
 Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan

5. Pemantauan
Komponen pemantauan menilai efektifnya kinerja pengendalian internal
dengan berjalannya waktu. Tujuannya adalah memastikan bahwa pengendalian
berjalan sebagaimana harusnya, dan jika tidak, maka tindakan perbaikan (corrective
actions) diambil. Pemantauan memberikan umpan balik kepada manajemen
mengenai apakah sistem pengendalian internal yang dirancang untuk mengatasi
(mitigate) risiko :
1. Efektif dalam mencapai tujuan pengendalian yang ditetapkan
2. Dilaksanakan dan dipahami dengan baik oleh karyawan
3. Digunakan dan ditaati setiap hari
4. Dimodifikasi atau disempurnakan sesuai dengan perubahan kondisi
Manajemen dapat memantau melalui kegiatan yang sedang berjalan dengan
evaluasi terpisah. Pemantauan kegiatan yang sedang berjalan, dalam entitas kecil
bersifat informal. Kegiatan pemantauan oleh manajemen dapat meliputi penggunaan
informasi dari pihak eksternal yang mengindikasikan masalah atau yang menyoroti
area yang memerlukan penyempurnaan. Sebagai contoh keluhan dari pelanggan,
komentar dari lembaga pengatur seperti lembaga keuangan dan regulator, dan
komunikasi mengenai pengendalian internal dari auditor dan konsultasi eksternal.

10.3 Hubungan SPI dengan prosedur audit lainya


10.3.1 Pengujian atas Pengendalian
Penggunaan utama atas pemahaman SPI adalah untuk menetapkan risiko
pengendalian relatif terhadap berbagai tujuan pengendalian intern yang ada.
Auditor dapat menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan
evaluasi atas SPI klien , tetapi harus dibatasi sampai tingkat yang didukung oleh
bahan bukti yang diperoleh.
Pengujian atas pengendalian diarahkan pada efektivitas pengendalian yang
mencakup jenis bahan bukti sbb :
 Tanya jawab dengan pegawai klien

 Inspeksi dokumen dan catatan

 Pengamatan penerapan kebijakan dan prosedur spesifik

 Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap penerapan kebijakan dan prosedur

spesifik
Perbedaan dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman atas SPI adalah
bahwa dengan pengujian atas pengendalian, tujuan menjadi lebih spesifik dan
pengujian menjadi lebih ekstensif.
Jika auditor memutuskan untuk menetapkan risiko pengendalian dibawah
tingkat maksimum untuk satu tujuan pengendalian intern tertentu, maka prosedur
satu dapat digabung dengan prosedur dua.
10.3.2 Pengujian Substantif atas Transaksi
Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji
kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi
kebenaran saldo L/K Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan apakah
transaksi pembukuan klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan
diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan dipindahbukukan ke buku besar dan
buku tambahan dengan benar.
10.3.3 Prosedur analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan
perkiraan yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis ini sering berupa
perhitungan rasio oleh auditor untuk dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan
data lain yang berhubungan.
Tujuan penggunaan prosedur analitis :
1. Memperoleh pemahaman atas bidang usaha klien.
2. Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu satuan usaha.
3. Indikasi timbulnya kemungkinan kekeliruan dalam L/K.
4. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.
10.3.4 Pengujian Terinci atas Saldo
Pengujian ini menitikberatkan pada saldo akhir buku besar untuk Neraca
maupun rugi laba dengan penekanan utama pada Neraca. Merupakan pengujian
yang penting karena bahan bukti diperoleh dari sumber yang independen dari
klien sehingga berkualitas tinggi.

10.4 Pengujian Pengendalian


10.4.1 Perancangan dan Pelaksanaan Pengujian Pengendalian
Auditor harus merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terhadap efektivitas operasi
pengendalian yang relevan jika:
a. Penilaian auditor terhadap risiko kesalahan penyajian material pada tingkat
asersi mencakup suatu harapan bahwa pengendalian beroperasi secara efektif.
b. Prosedur substantif tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup dan tepat
pada tingkat asersi.
Dalam hal ini, auditor dapat melakukan pengujian bertujuan ganda, dimana auditor
dapat merancang pengujian pengendalian untuk dilaksanakan secara bersamaan
dengan pengujian rinci atas transaksi yang sama.
10.4.2 Prosedur-prosedur Pengujian Pengendalian
Prosedur ini mencakup:
1. Meminta keterangan dari personel entitas yang sesuai
Meskipun pengajuan pertanyaan bukanlah sumber bukti audit yang memiliki
tingkat kepercayaan tinggi, prosedur ini masih tetap dapat digunakan.
2. Menginspeksi dokumen dan laporan
Banyak pengendalian meninggalkan jejak bukti dokumen yang jelas yang dapat
digunakan untuk menguji pengendalian. Auditor dapat menguji pengendalian
dengan memeriksa dokumen-dokumen untuk mendapatkan keyakinan bahwa
dokumen-dokumen tersebut lengkap dan cocok satu sama lain (match), dan
tanda tangan atau paraf yang diperlukan sudah tercantum.
3. Mengamati penerapan pengendalian tertentu
Sejumlah pengendalian tertentu tidak meninggalkan jejak bukti sehingga auditor
biasanya melakukan pengamatan langsung (observasi).
4. Melakukan pelaksanaan ulang prosedur klien
Apabila dokumen dan catatan dalam aktivitas pengendalian isinya tidak
memadai untuk tujuan auditor, biasanya auditor melakukan prosedur
pelaksanaan ulang aktivitas pengendalian untuk melihat apakah telah dicapai
hasil yang sesuai.
10.4.3 Luas Pengujian Pengendalian
Luas pengujian pengendalian yang diterapkan tergantung pada penilaian awal
risiko pengendalian. Apabila auditor menghendaki penilaian risiko pengendalian
yang lebih rendah, diperlukan pengujian pengendalian yang lebih luas, baik dalam
hal jumlah pengendalian yang diuji maupun luas pengujian untuk setiap
pengendalian.
10.4.4 Saat Pengujian Pengendalian
A. Penggunaan bukti audit yang diperoleh selama periode interim
Faktor relevan dalam menentukan bukti audit tambahan apa yang diperoleh
tentang pengendalian yang dioperasikan selama periode sisa setelah suatu
periode interim mencakup:
a. Signifikansi risiko yang ditentukan atas kesalahan penyajian material pada
tingkat asersi.
b. Pengendalian khusus yang telah diuji selama periode interim, dan perubahan
penting atas pengendalian tersebut sejak pengendalian tersebut diuji,
termasuk perubahan dalam sistem informasi, proses, dan karyawan.
c. Tingkat bukti audit atas efektivitas operasi pengendalian tersebut diperoleh.
d. Lamanya sisa periode.
e. Luas prosedur substantif lebih lanjut yang ingin auditor kurangi berdasarkan
keyakinan auditor atas pengendalian.
f. Lingkungan pengendalian.
B. Penggunaan bukti audit yang diperoleh dalam audit sebelumnya
Dalam menentukan tepat atau tidaknya penggunaan bukti audit tentang
efektivitas operasi pengendalian yang diperoleh dalam bukti audit sebelumnya,
auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Efektivitas unsur lain pengendalian internal.
b. Risiko yang timbul dari karakteristik pengendalian.
c. Efektivitas pengendalian umum atas teknologi informasi.
d. Efektivitas pengendalian dan penerapannya oleh entitas.
e. Dalam hal terdapat perubahan kondisi, apakah tidak adanya perubahan dalam
suatu pengendalian tertentu menimbulkan suatu risiko.
f. Risiko kesalahan penyajian material dan tingkat kepercayaan terhadap
pengendalian.
C. Pengendalian atas Risiko Signifikan
Jika auditor merencanakan untuk mengandalkan pengendalian terhadap suatu
risiko yang telah auditor tentukan sebagai risiko signifikan, auditor harus
menguji pengendalian tersebut dalam periode sekarang.
Simpulan

Struktur Pengendalian Intern (SPI) adalah kebijakan dan prosedur yang


diterapkan untuk memberi keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan
dicapai. Struktur Pengendalian Intern memiliki peranan penting karena struktur
pengendalian intern merupakan prosedur atau sistem yang dirancang untuk
mengontorol, mengawasi, mengarahkan organisasi agar dapat mencapai suatu tujuan.
Struktur Pengendalian Intern terdiri dari atas lima unsur yakni lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, sistem informasi, aktivitas pengendalian, serta
pemantauan. Auditor harus merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terhadap efektivitas operasi
pengendalian yang relevan. Pada prosedur audit, auditor harus memusatkan perhatian
pada rancangan dan operasi dari aspek-aspek Struktur Pengendalian Intern yang
diperlukan untuk dapat merencanakan audit dengan efektif. Selain itu juga, prosedur
pengujian pengendalian dibagi menjadi empat yakni meminta keterangan dari personel
entitas yang sesuai, menginspeksi dokumen dan laporan, mengamati penerapan
pengendalian tertentu, dan melakukan pelaksanaan ulang prosedur klien.Luas pengujian
pengendalian yang diterapkan tergantung pada penilaian awal risiko pengendalian.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, A. Haryono (2001). Auditing (pengauditan). Buku satu. Yogyakarta:Bagian Penerbitan


STIE YKPN
Rosidiani, H. T. (2011). Pengaruh sistem pengendalian internal, audit laporan keuangan, dan
penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dose, Pendidikan.2021 dalam https://www.dosenpendidikan.co.id/sistem-pengendalian-
intern/ diakses pada 5 April 2021

Budi, Kurniawan. 2013 dalam


https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/14/pemahaman-spi-sistem-
pengendalian-intern/ diakses pada 5 April 2021

Kool, Fery.2015 dalam http://fekool.blogspot.com/2015/04/auditing-struktur-pengendalian-


intern.html?m=1 diakses pada 5 April 2021

Anonim.2014 dalam https://datakata.wordpress.com/2014/12/26/pengujian-pengendalian-


dan-pengujian-substantif/ diakses pada 5 April 2021

Anda mungkin juga menyukai