Oleh :
Kelompok 11
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
10.1 Pentingnya Struktur Pengendalian Intern
Struktur Pengendalian Intern (SPI) adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan
untuk memberi keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai.
Struktur Pengendalian Intern memiliki peranan penting karena struktur pengendalian
intern merupakan prosedur atau sistem yang dirancang untuk mengontorol, mengawasi,
mengarahkan organisasi agar dapat mencapai suatu tujuan.
Pengendalian internal bagi suatu perusahaan (terutama yang sudah go public)
adalah merupakan suatu keharusan. Bersamaan dengan kewajiban audit laporan
keuangan, direksi wajib memberikan pernyataan tentang kecukupan struktur
pengendalian perusahaan yang dikelolanya serta model/framework mana yang diadopsi
(atau sepenuhnya di desain sendiri), dan wajib diaudit oleh auditor ekstern. Menurut
Gondodiyoto (2007:249) Faktor-faktor yang menyebabkan makin pentingnya sistem
pengendalian intern, antara lain adalah
a. Perkembangan kegiatan dan skalanya menyebabkan kompleksitas struktur, struktur
dan prosedur suatu organisasi makin rumit. Untuk dapat mengawasi operasi
organisasi, manajemen hanya mengandalkan kepercayaan atas berbagai laporan dan
analisa.
b. Tanggung jawab utama untuk melindungi aset organisasi, mencegah dan
menemukan kesalahan-kesalahan serta kecurangan-kecurangan terletak pada
management, sehingga management harus mengatur sistem pengendalian intern
yang sesuai untuk memenuhi tanggung jawab tersebut.
c. Pengawasan oleh dari satu orang (saling cek) merupakan cara yang tepat untuk
menutup kekurangan-kekurangan yang bisa terjadi pada manusia. Saling cek ini
merupakan salah satu karakteristik struktur pengendalian intern yang baik.
d. Pengawasan yang ”built-in” langsung pada struktur berupa pengendalian intern yang
baik dianggap lebih tapat daripada pemeriksaan secara langsung dan detail oleh
pemeriksa (khususnya yang berasal dari luar organisasi)
Suatu sistem kontrol atau pengawasan internal, pada hakekatnya adalah suatu
mekanisme yang didesain untuk menjaga (preventif), mendeteksi (detektif), dan
memberikan terjadinya kekeliruan, kelalaian, error) maupun penyalah-gunaan
(kecurangan, fraud). Mekanisme kontrol tersebut melekat (built-in) pada sistem, dan
tercermin di dalam prosedur, formulir, organisasi (pembagian tugas). Mengingat bahwa
pada lingkungan sistem berbasis komputer risiko yang dihadapi makin rumit, maka
struktur pengendalian intern pada sistem akuntansi tradisional sudah tidak mencukupi
lagi untuk memenuhi kebutuhan kontrol internal terhadap risiko.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah identifikasi entitas dan analisa atas resiko yang relevan
untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana
risiko dinilai untuk kemudian dikelola. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi
resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan
penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan
dikaitkan sesuai dengan level-levelnya.
Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan sebagai berikut: Perubahan
dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru atau yang
diperbaiki, teknologi baru, lini produk, produk, atau aktivitas baru, restrukturisasi
korporasi, operasi luar negeri, dan tandar akuntansi baru
Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut:
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan
Menentukan tindakan yang dilakukan untuk memanage risiko
4. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang dapat
membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas
pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua level dan semua
fungsi yang ada di perusahaan. Pada umumnya aktivitas pengendalian yang relevan
dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijkan dan prosedur yang berkaitan
dengan berikut ini: Review terhadap kinerja, pengolahan informasi, pengendalian
fisik, dan pemisahan tuga
Aktivitas pengendalian meliputi:
Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup
Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai
Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup
Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan
Evaluasi secara independen atas kinerja
Pengendalian terhadap pemrosesan informasi
Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan
5. Pemantauan
Komponen pemantauan menilai efektifnya kinerja pengendalian internal
dengan berjalannya waktu. Tujuannya adalah memastikan bahwa pengendalian
berjalan sebagaimana harusnya, dan jika tidak, maka tindakan perbaikan (corrective
actions) diambil. Pemantauan memberikan umpan balik kepada manajemen
mengenai apakah sistem pengendalian internal yang dirancang untuk mengatasi
(mitigate) risiko :
1. Efektif dalam mencapai tujuan pengendalian yang ditetapkan
2. Dilaksanakan dan dipahami dengan baik oleh karyawan
3. Digunakan dan ditaati setiap hari
4. Dimodifikasi atau disempurnakan sesuai dengan perubahan kondisi
Manajemen dapat memantau melalui kegiatan yang sedang berjalan dengan
evaluasi terpisah. Pemantauan kegiatan yang sedang berjalan, dalam entitas kecil
bersifat informal. Kegiatan pemantauan oleh manajemen dapat meliputi penggunaan
informasi dari pihak eksternal yang mengindikasikan masalah atau yang menyoroti
area yang memerlukan penyempurnaan. Sebagai contoh keluhan dari pelanggan,
komentar dari lembaga pengatur seperti lembaga keuangan dan regulator, dan
komunikasi mengenai pengendalian internal dari auditor dan konsultasi eksternal.
spesifik
Perbedaan dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman atas SPI adalah
bahwa dengan pengujian atas pengendalian, tujuan menjadi lebih spesifik dan
pengujian menjadi lebih ekstensif.
Jika auditor memutuskan untuk menetapkan risiko pengendalian dibawah
tingkat maksimum untuk satu tujuan pengendalian intern tertentu, maka prosedur
satu dapat digabung dengan prosedur dua.
10.3.2 Pengujian Substantif atas Transaksi
Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji
kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi
kebenaran saldo L/K Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan apakah
transaksi pembukuan klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan
diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan dipindahbukukan ke buku besar dan
buku tambahan dengan benar.
10.3.3 Prosedur analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan
perkiraan yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis ini sering berupa
perhitungan rasio oleh auditor untuk dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan
data lain yang berhubungan.
Tujuan penggunaan prosedur analitis :
1. Memperoleh pemahaman atas bidang usaha klien.
2. Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu satuan usaha.
3. Indikasi timbulnya kemungkinan kekeliruan dalam L/K.
4. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.
10.3.4 Pengujian Terinci atas Saldo
Pengujian ini menitikberatkan pada saldo akhir buku besar untuk Neraca
maupun rugi laba dengan penekanan utama pada Neraca. Merupakan pengujian
yang penting karena bahan bukti diperoleh dari sumber yang independen dari
klien sehingga berkualitas tinggi.