Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS:


PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN PENGENDALIAN

LEAN ACCOUNTING, PERHITUNGAN BIAYA TARGET, DAN


BALANCED SCORECARD

DISUSUN OLEH:

1. FIKA EVALINDA SIREGAR


2. ELISABETH
3. PUTRI WULANDARI
4. LEKI NAHERMAN
5. GUS MUHAMMAD TAUFIK

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU


TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era industrialisasi yang semakin kompetitif saat ini, menuntut setiap perusahaan
untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Salah satu usaha yang dilakukan perusahaan agar
dapat bersaing adalah meningkatkan kualitas hasil produksinya. Dengan hasil produksi yang
berkualitas, maka diharapkan para pelanggan/konsumen akan tertarik dan membeli hasil
produksi yang ditawarkan oleh perusahaan. Untuk mencapai produk yang berkualitas,
perusahaan harus selalu melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas
produknya, sehingga akan diperoleh hasil akhir yang optimal. Kualitas yang meningkat akan
mengurangi terjadinya produk rusak sehingga mengakibatkan biaya-biaya yang terus
menurun dan pada akhirnya meningkatkan laba. Biaya yang dikeluarkan dalam kaitannya
dengan usaha peningkatan kualitas produk disebut biaya kualitas.

Rumusan Masalah berikut: Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah
sebagai 1. Apa definisi dan jenis-jenis biaya kualitas? 2. Bagaimana menyusun laporan biaya
kualitas dan membedakan antara pandangan konvensional tentang tingkat kualitas yang dapat
diterima dan pandangan yang didasarkan pada pengendalian kualitas? 3. Mengapa informasi
biaya kualitas dibutuhkan dan bagaimana informasi tersebut digunakan? 4. Bagaimana
menghitung dampak perubahan produktivitas atas laba?

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan jenis-jenis biaya kualitas?


2. Bagaimana menyusun laporan biaya kualitas?
3. Mengapa informasi biaya kualitas dibutuhkan ?
4. Bagaimana informasi biaya kualitas digunakan?
5. Bagaimana menghitung dampak perubahan produktivitas atas laba?

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengukuran Biaya Kualitas


1. 1 Pengertian Kualitas

Kualitas dapat diartikan sebagai derajat atau tingkat kesempurnaan atau sebagai
kebaikan jika diartikan tanpa memiliki makna operasional. Sedangkan secara operasional,
produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
Bisa juga diartikan harapan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Tetapi, apa sebenarnya
yang dimaksud dengan harapan pelanggan?. Harapan pelanggan dapat dilihat melalui dimensi
kualitas, sehingga produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan dalam delapan dimensi berikut

 Kinerja (Perfomance), mengacu pada seberapa baik fungsi-fungsi serta konsistensi sebuah
produk, sedangkan untuk pada jasa sering disebut daya tanggap, kepastian dan empati.
 Estetika (Aesthetics), berkaitan penampilan ataupun bentuk produk, pada jasa yaitu
penampilan fasilitas, peralatan, serta pegawai.
 Kemudahan perawatan dan perbaikan (Serviceability), berkaitan dengan tingkat
kemudahan merawat dan memperbaiki produk.
 Fitur (Feature), karakteristik khusus suatu produk yang membedakan produk tersebut dari
produk-produk sejenis dengan fungsi yang sama
 Keandalan (Reliability), konsistensi dari suatu produk dalam menjalankan fungsinya.
 Daya Tahan (Durability), jangka waktu dari suatu produk dapat digunakan ataupun
menjalankan fungsinya.
 Kesesuaian Kualitas (Quality of conformance), pengukuran tingkat kesesuaian suatu
produk dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
 Kecocokan pengguna (Fitness for Use), kecocokan sebuah produk menjalankan fungsi-
fungsi sebagaimana harusnya.

Sehingga, apabila suatu produk dilakukan perbaikan kualitas, maka 8 dimensi diatas
merupakan poin-poin yang wajib di jadikan bahan pertimbangan dalam perbaikan kualitas,
dengan mempertahankan dimensi kualitas lainnya serta memperbaiki atau menaikkan
dimensi kualitas lainnya. Dari delapan dimensi kualitas di atas, tingkat kesesuaian merupakan
yang paling sering di perhatikan, dimana kesesuaian adalah dasar dari mendefinisikan produk
yang tidak sesuai (nonconformance) atau produk cacat (defective).

1. 2 Definisi Biaya Kualitas

Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat
produk yang kualitasnya buruk. Sehingga biaya-biaya ini dapat di kategorikan lagi menjadi
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kualitas produk, seperti kegiatan pengendalian.
Biaya kualitas dibagi menjadi 4 kategori yaitu:

 Biaya Pencegahan (prevention costs), biaya ini terjadi karena adanya kegiatan yang
mencegah kualitas suatu produk buruk, seperti program pelatihan kualitas, perencanaan
kualitas, dan sebagainya.
 Biaya penilaian (appraisal costs), biaya ini terjadi untuk menentukan apakah produk dan
jasa telah sesuai dengan persyaratan spesifikasi ataupun persyaratan dari pelanggan,
seperti biaya pemeriksaan kemasan, pengujian bahan baku, penerimaan produk, serta
penerimaan proses, pengukuran peralatan dan sebagainya. Untuk penerimaan produk
(product acceptance) meliputi pengambilan sampel barang jadi untuk menentukan apakah
telah memenuhi kriteria atapun standar yang diberlakukan. Untuk penerimaan proses
(process acceptance) yaitu penarikan sampel barang dalam proses untuk mengetahui
apakah proses tersebut masih dalam kendali dan memproduksi barang tanpa cacat
 Biaya kegagalan internal, adalah biaya yang terjadi apabila terjadi ketidaksesuaian atau
cacat pada produk yang dihasilkan pada saat proses maupun inspeksi kesesuaian produk,
proses ini terjadi sebelum produk diterima oleh pelanggan
 Biaya kegagalan ekternal, adalah biaya yang terjadi saat ketidaksesuaian atau cacat pada
produk ditemukan saat produk telah diterima oleh pelanggan.

1. 3 Mengukur Biaya Kualitas

Biaya kualitas diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya yang dapat diamati
(obervable quality cost) lalu biaya tersembunyi (hidden cost). Biaya yang dapat diamati
adalah biaya-biaya yang tersedia dan dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan.
Sedangkan biaya tersembunyi adalah biaya taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor
produksi yang dimiliki perusahaan, lebih tepatnya biaya yang diketahui saat kita
menggunakan atau melakukan sesuatu, seperti biaya untuk keahlian produsen, modal sendiri
yang digunakan dalam perusahaan, dan bangunan yang dimiliki oleh perusahaan.

Terdapat tiga metode untuk mengestimasi biaya kualitas

 Metode Pengali, metode ini mengasumsikan total biaya kegagalan adalah hasil pengali
dari biaya-biaya kegagalan yang terukur.
Biaya kegagalan ekternal total = k x biaya kegagalan ekternal terukur
k = angka pengali, dimana angka ini didapat berdasarkan data-data masa lalu, ataupun
berdasarkan pengalaman perusahaan,

Contoh: Perusahaan FE memiliki biaya kegagalan 1-4 produk tiap 1000 produk yang
dihasilkan dan telah diterima oleh pelanggan (biaya ekternal), Lalu biaya ekternal terukur
sebesar Rp 1.000.000, maka biaya kegagalan ekternal aktual adalah Rp 1.000.000 –
Rp 4.000.000.
 Metode Penelitian Pasar, digunakan untuk menilai dampak kualitas produk yang buruk
terhadap penjualan dan pangsa pasar. Biasanya dilakukan survei atau wawancara dengan
anggota tim penjualan.

 Metode Fungsi kerugian kualitas Taguchi, Metode ini digunakan dengan asumsi bahwa
jika terjadinya ketidaksesuaian pada produk maka akan menyebabkan biaya kualitas
tersembunyi dan kenaikan biaya kualitas merupakan pengkuadratan setiap ketidaksesuaian
dari nilai target. Perhitungan biaya kegagalan eksternal metode ini dapat diformulasikan
sebagai berikut:
L(y) = k(y – T)²
k = konstanta proporsional yang besarnya tergantung pada struktur biaya kegagalan
perusahaan.
y = nilai aktual dari karakteristik kualitas
T = nilai target dari karakteristik kualitas
L = kerugian kualitas

Gambar 1.1
Pada gambar 1.1 memperlihatkan biaya kualitas nol pada nilai target, dan akan meningkat
apabila nilai aktual meyimpang dari nilai target.

Gambar 1.2
Untuk menggunakan fungsi kerugian taguchi, nilai k harus diestimasi. Nilai k dihitung
dengan membagi estimasi biaya pada salah satu batas spesifikasi tertentu dengan deviasi
kuadrat dari batas nilai target.
k = c / d²
dimana c = kerugian pada batas spesifikasi atas atau bawah
d = jarak batas dari nilai target

Hal ini, membuat kita harus mengestimasi kerugian akibat deviasi dari nilai target.

2.1 Pelaporan informasi Biaya Kualitas

Sistem pelaporan biaya kualitas merupakan hal penting bagi perusahaan yang memperhatikan
perbaikan dan pengendalian biaya kualitas. Langkah awal dalam membuat sistem pelaporan
biaya ini adalah dengan menilai biaya kualitas saat ini. Dengan rincian aktual biaya kualitas
berdasarkan kategori.

2.1.1 Laporan biaya kualitas


Dengan menampilkan biaya-biaya kualitas sebagai persentase terhadap
penjualan aktual, akan mempermudah penilaian. Contoh
Tabel 1.1
Biaya kualitas % dari penjualan
Biaya Pencegahan
Pelatihan kualitas 10.000
Rekayasa keandalan 35.000 45.000 4.13%
Biaya penilaian
Pemeriksaan bahan baku 15.000
Penerimaan produk 2.500
Penerimaan proses 9.500 27.000 2.48%
Biaya kegagalan internal
Sisa bahan 4.000
Pengerjaan ulang 13.000 17.000 1.56%
Biaya kegaglan ekternal
Keluhan pelanggan 40.000
Garansi 12.500 52.500 4.82%
Total Biaya kualitas 141.500 12.99%
*penjualan aktual dalam Rp 1.089.588
Dan dapat juga di buat bagan lingkar untuk melihat kategori yang mana yang
mempunyai biaya terbesar
Grafik 1.1

Sales

Biaya
Biaya kega- Pencegahan
galan ekternal 32%
37%

Biaya kegagalan internal Biaya Penilaian


12% 19%
2.2 Fungsi biaya kualitas: Pandangan yang dapat diterima

Untuk pandangan kualitas yang dapat diterima ini mengacu pada asumsi terdapat
perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya
pengendalian meningkat, biaya kegagalan seharusnya menurun. Apabila saat
penurunan biaya kegagalan masih lebih besar dari biaya pengendalian, perusahaan
harus terus meningkatkan usaha untuk mencegah atau mendeteksi produk-produk
yang tidak sesuai. Lalu pada suatu titik akan di capai kenaikan tambahan biaya dalam
pengendalian tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar dari penurunan biaya
kegagalan. Titik ini mewakilkan tingkat minimum dari total biaya kualitas, hal ini
merupakan perbandingan yang optimal antara biaya pengendalian dan biaya
kegagalan, serta menjadikan hal tersebut sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima
(acceptable quality level – AQL)

Gambar 1.3

2.3 Fungsi biaya kualitas: Pandangan cacat-nol (zero-defects model)

Model cacat nol menekankan pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari
upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas. Stratetgi menekan biaya
kualitas yaitu :

1) Lakukan tindakan langsung terhadap biaya kegagalan untuk memaksa biaya


tersebut menuju titik nol
2) Lakukan investasi pada kegiatan pencegahan yang tepat untuk menghasilkan
perbaikan.
3) Kurangi biaya penilaian sesuai dengan hasil yang dicapai
4) Lakukan evaluasi secara berkelanjutan.
Strategi ini didasari anggapan dibawah

- Dalam setiap kegagalan selalu ada akar penyebabnya


- Penyebab dapat dicegah.
- Pencegahan selalu lebih murah.

2.4 Analisa Tren

Setelah pengukuran-pengukuran peningkatan kualitas ditentukan perusahaan dapat


menentukan apakah biaya kualitas telah berkurang sesuai yang direncanakan.
Gambaran mengenai keberhasilan perusahaan dalam program perbaikan kualitas yang
diterapkan dapat digunakan perusahaan sebagai penentuan apakah peningkatan
kualitas yang dihasilkan dari waktu ke waktu sudah mencukupi, apakah perubahan
keseluruhan biaya kualitas bergerak ke arah yang di inginkan. Untuk mendapatkan
jawaban tersebut digunakan bagan atau grafik tren yang menggambarkan perubahan
biaya kualitas dari waktu ke waktu.

Tahun Biaya kualitas Penjualan aktual Persentase penjualan


2001 141.500 1.089.588 12.99%
2002 135.000 1.009.300 13.38%
2003 153.500 1.329.150 11.55%
2004 127.250 1.070.135 11.89%
2005 113.500 1.125.117 10.09%
Tabel 1.2

Grafik tren multi periode: Total biaya kualitas


16.00%

14.00%

12.00%

10.00%

8.00%

6.00%

4.00%

2.00%

0.00%
2001 2002 2003 2004 2005

Series 1

Grafik 1.2

Grafik menunjukkan adanya peningkatan pada tahun kedua dan tahun ke 4, sedangkan
pada tahun 3 dan ke 5 mengalami penurunan persentase total biaya kualitas terhadap
penjualan aktual.
Tahun Pencegahan Penilaian Kegagalan Kegagalan
internal eksternal
2001 4.13% 2.48% 1.56% 4.82%
2002 3.92% 2.75% 1.51% 5.20%
2003 3.83% 2.50% 1.40% 3.82%
2004 3.75% 2.55% 1.51% 4.08%
2005 2.83% 2.41% 1.61% 3.24%
Tabel 1.3

Grafik tren multi periode: Total biaya kualitas


6.00%

5.00%

4.00%

3.00%

2.00%

1.00%

0.00%
2001 2002 2003 2004 2005

Pencegahan Penilaian Kegagalan internal kegagalan eksternal

3. Penggunaan informasi Biaya kualitas


Tujuan utama dari laporan biaya kualitas adalah memperbaiki dan mempermudah
perencanaan, pengendalian, serta pengambilan keputusan oleh management. Contoh
dalam program seleksi bahan baku dari pemasok, management harus
mempertimbangkan biaya kualitas saat ini menurut bagian dan kategori, serta
penilaian terhadap proyeksi penghematan apabila program tersebut dilaksanakan.
Apabila telah dilaksanakan maka monitoring dari program tersebut harus di pantau
menggunakan pelaporan untuk melihat sejauh mana target persentase biaya kualitas
tercapai, apakah menurun, atau malah sebaliknya.

4. Produktivitas: Pengukuran dan pengendalian

Produktivitas berkaitan dengan memproduksi barang secara efisien, dan secara


spesifik mengacu pada hubungan antara hasil keluaran dan masukan yang digunakan
untuk memproduksi barang. Efisiensi produktif total adalah suatu titik dimana dua
kondisi terpenuhi (1) pada setiap kombinasi input untuk memproduksi barang tertentu
, tidak satupun input yang digunakan melebihi dari input yang diperlukan untuk
menghasilkan produk tersebut (2) kombinasi-kombinasi yang memenuhi kondisi
pertama, dipilih biaya yang paling rendah. Efisiensi teknis terjadi karena adanya
hubungan teknis pada kombinasi input untuk menghasilkan produk tersebut.
Sedangkan kondisi kedua mengacu kepada harga input terendah, yang disebut
efisiensi trade off input. Program produktivitas ini berupaya mencapai efisiensi
produktif total. Dimana peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan
menggunakan lebih sedikit input untuk menghasilkan produk yang sama atau lebih
banyak.

4.1 Pengukuran produktivitas parsial


Pengukuran produktivitas adalah penilaian kuantitatif atas perubahan
produktivitas, yang bertujuan menilai apakah efisiensi produktif telah meningkat
atau menurun. Untuk pengukuran produktivitas parsial adalah pengukuran
produktivitas untuk satu input pada suatu waktu.
Perhitungan produktivitas parsial menggunakan rasio output terhadap input.
Rasio produktivitas = Output/Input
Apabila output dan input yang diukur merupakan perbandingan ouput dan input
hasil produksi kita memperoleh rasio produktivitas operasional, apabila output
dan input yang diukur merupakan hasil penjualan terhadap biaya produksi kita
memperoleh rasio produktivitas keuangan.
Contoh: PT LG, memproduksi kipas angin 10.000 unit dengan menggunakan
300.000 jam tenaga kerja. Rasio produktivitas operasional (300.000/10.000)
adalah 30 unit/jam.
PT. LG, menjual kipas angin tersebut seharga Rp 100, sedangkan biaya tenaga
kerja Rp 31 per jam, sehingga produktivitas keuangan (100*300.000/10.000*31)
nya adalah Rp 96.77
Kelebihan pengukuran produktivitas parsial, yaitu mudah dimengerti sehingga
semua pihak dalam perusahaan dapat menggunakan sebagai tolak ukur
produktivitas
Kelemahan pengukuran ini, yaitu pada operasional yang kompleks pengukuran
parsial tidak dapat menilai kelebihan dari berbagai produktivitas secara
menyeluruh, dan apabila adanya pertukaran antar produktivitas, keseluruhan
produktivitas harus dipertimbangkan konsekuensi keuangan secara menyeluruh.
4.2 Pengukuran produktivitas menyeluruh
Pada produktivitas menyeluruh ini perusahaan hanya perlu mengukur
produktivitas dari faktor-faktor yang relevan bagi keberhasilan dan kinerja
perusahaan, sehingga tidak perlu mengatur seluruh input dikarenakan ada yang
berpengaruh, ada yang tidak. Sehingga produktivitas menyeluruh ini hanya
berfokuskan pada beberapa input yang dianggap menunjukkan keberhasilan
perusahaan secara menyeluruh.
Terdapat 2 pendekatan dalam pengukuran ini yaitu
- Pengukuran profil produktivitas
Pengukuran ini menghasilkan serangkaian atau sebuah garis lurus ukuran
operasional parsial yang berbeda dan terpisah. Profil dapat dibandingkan dari
beberapa periode untuk memberikan informasi mengenai perubahan
produktivitas. Contoh, profil PT LG pada tahun 2001 adalah (30 , 5.35), pada
tahun 2002 adalah (35 , 5.45). Dengan membandingkan profil pada tahun
2001 dan 2002 dapat dilihat bahwa produktivitas tenaga kerja meningkat (30
menjadi 35) untuk bahan baku (5.35 menjadi 5.45).

Profil 2001 Profil 2002


Rasio produktivitas 30 40
tenaga kerja
Rasio produktivitas 5.35 6
bahan baku

a. Tenaga kerja: 1200/40 ; bahan baku: 1605/300


b. Tenaga kerja: 1300/32.5 ; bahan baku: 1650/275
- Pengukuran produktivitas berkaitan dengan laba
Pengukuran jumlah perubahan laba yang diakibatkan oleh perubahan
produktivitas. Dengan menilai pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba
periode berjalan, manajer akan terbantu dalam mengetahui manfaat ekonomis
dari perubahan produktivitas. Aturan keterkaitan dengan Laba: untuk periode
berjalan, maka dihitunglah biaya input yang seharusnya digunakan dalam
keadaan tanpa adanya perubahan produktivitas dan bandingkan biaya tersebut
dengan biaya input actual yang digunakan. Selisih biayanya adalah sejumlah
perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan produktivitas. Untuk
mengaplikasikan aturan ini, input yang seharusnya digunakan selama periode
berjalan harus diperhitungkan dahulu dan dalam keadaan tanpa perubahan
produktivitas. Misalkan, PQ adalah jumlah input tanpa perubahan
produktivitas. Untuk mengetahui PQ pada suatu input tertentu, bagilah
output periode berjalan dengan rasio produktivitas input periode dasar.
PQ = Output periode berjalan/Rasio produktivitas periode dasar

Contoh:

2001 2002
Jlh mesin di produksi (unit) 120.000 150.000
Jam tk yg digunakan (jam) 40.000 50.000
Bahan yg digunakan (pon) 1.200.000 1.500.000
Harga jual per unit (Rp) 50 50
Upah tenaga kerja per jam (Rp) 11 12
Biaya bahan per pon (Rp) 2 3

Outpu periode berjalan adalah 150.000 unit, rasio produktivitas periode dasar
untuk tenaga kerja dan bahan adalah 3 dan 0.100 . sehingga di dapat

PQ (tenaga kerja) = 150.000/3 = 50.000 Jam


PQ (bahan baku) = 150.000/0.1 = 1.500.000 pon

PQ memperlihatkan jumlah input tenaga kerja dan bahan baku yang akan
digunakan pada tahun berjalan dengan asumsi tidak ada perubahan produktivitas.
Sedangkan biaya yang dikeluarkan, dihitung menggunakan harga periode
berjalan. diasumsikan biaya tenaga kerja Rp 12 dan biaya bahan baku Rp 3,

Sehingga

Biaya tenaga kerja (50.000 x 12) = 600.000


Biaya bahan baku (1.500.000 x 3) = 4.500.000
Total biaya PQ = 5.100.000

Biaya Input Aktual diperoleh dengan mengalikan jumlah input aktual (AQ)
dengan harga berjalan

Biaya tenaga kerja (37.500 x 12) = 450.000


Biaya bahan baku (1.700.000 x 3) = 5.100.000
Total biaya periode berjalan = 5.550.000

Sehingga

Pengaruh terkait dengan laba = total biaya PQ – total biaya periode berjalan
= 5.100.000 – 5.550.000
= 450.000 penurunan laba

Laba turun sebesar 450.000, karena perubahan produktivitas. Peningkatan


produktivitas tenaga kerja (sebelumnya 600.000 menjadi 450.000) menghasilkan
kenaikan laba 150.000, namun penurunan produktivitas bahan (sebelumnya
4.500.000 menjadi 5.100.000) mengakibatkan penurunan laba sebesar 600.000,

4.3 Komponen pemulihan harga


Selisih antara perubahan laba total dan perubahan produktivitas terkait dengan
laba disebut komponen pemulihan harga. Komponen ini adalah perubahan
pendapatan dikurangi perubahan biaya input dengan asumsi tidak ada perubahan
produktivitas. Untuk menghitung komponen pemulihan harga, pertama kita perlu
menghitung perubahan laba setiap periode

2001 2002 selisih


Pendapatan 4.300.000 3.800.000 500.000
Biaya input 2.200.000 850.000 1.350.000
Laba 2.100.000 2.950.000 (850.000)

Pemulihan harga = perubahan laba – perubahan produktivitas terkait dengan laba


= (2.100.000-2.950.000) – (450.000)
= (850.000) – (450.000)
= (400.000)

Kenaikan pendapatan tidak cukup menutupi kenaikan biaya input, penurunan


produktivitas hanya memperburuk masalah pemulihan harga. Akan tetapi ,
kenaikan produktivitas bahan baku dapat digunakan untuk mengimbangi
kerugian pemulihan harga.

4.4 Kualitas dan produktivitas


Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya.
Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sedangkan pengurangan
jumlah input yang digunakan meningkatkan produktivitas. Sebuah perusahaan
mungkin saja memproduksi barang dengan sedikit atau tanpa cacat, tetapi masih
menjalankan proses yang tidak efisien. Sebagai contoh, ada barang yang
melewati dua proses yang masing-masing membutuhkan waktu lima menit
(anggaplah barang tersebut diproduksi tanpa cacat). Jadi, untuk memproduksi
satu unit dibutuhkan waktu 10 menit untuk melalui kedua proses tersebut. Saat
ini, jumlah yang diproduksi dalam tiap batch produksi adalah 1.200 unit.
Proses1 memproduksi 1.200 unit. Selanjutnya, batch produksi tersebut
dipindahkan ke lokasi lain untuk menjalani proses kedua. Jadi, untuk setiap
proses dibutuhkan waktu 6.000 menit (5 menit x 1.200 unit) atau 100 jam. Total
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1.200 unita dalah 200 jam (100 jam
untuk setiap proses) ditambah waktu pengiriman dari proses 1 ke proses 2,
dianggap 15 menit. Berarti, waktu produksinya 200 jam 15 menit. Dengan
mendesain ulang proses manufaktur, efisiensi dapat diperbaiki. Misalkan lokasi
proses 2 berada cukup dekat dengan lokasi proses 1 sehingga segera setelah satu
unit diselesaikan pada proses 1, unit tersebut langsung dimasukkan ke proses 2.
Dengan cara ini, proses 1 dan 2 dapat berjalan secara bersamaan. Sehingga
proses 2 tidak lagi menunggu sampai selesainya produksi 1.200 unit ditambah
dengan waktu pengiriman sebelum ia mulai beroperasi.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Biaya kualitas dan produktivitas

Biaya kualitas merupakan biaya bisa saja lebih besar dari estimasi apabila seorang
manajer tidak memiliki pengetahuan dalam menganalisa biaya kualitas. Dalam sebuah
perusahaan yang bergerak dalam produksi seorang manajer dapat menelusuri biaya kualitas
tersembunyi maupun tidak tersembunyi.

Biaya kualitas menjadi salah satu informasi yang dibutuhkan oleh seorang manajer
dalam mengambil keputusan, mengevaluasi kinerja program peningkatan kualitas secara
menyeluruh ataupun sebagian.

Dalam biaya kualitas, input dan output dari sebuah kegiatan produktivitas adalah hal
yang penting diperhatikan. Karena input dan output tersebut mempengaruhi harga, laba
usaha.

Dengan adanya kombinasi antara biaya kualitas dan produktivitas, maka perusahaan
akan mampu mengalokasikan biaya-biaya secara efektif dan efisien
DAFTAR PUSTAKA

http://sumantrisukses.blogspot.com/2017/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://kepinginlagi.blogspot.com/2014/09/modul-akuntansi-manajemen-bab-7-biaya.html

Anda mungkin juga menyukai