Anda di halaman 1dari 18

PENGAUDITAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENGUMPULAN PIUTANG

PENGAUDITAN II (F2)

Dosen Pengampu :
Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, S.E., M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 4
I Putu Pradnyana Ekawan Putra (1907531090)
Ni Putu Bella Ari Suwitri (1907531098)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
1.1 Akun-Akun dan Golongan-Golongan Transaksi dalam Siklus Penjualan dan
Pengumpulan Piutang
Tujuan pengauditan atas siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah untuk
mengevaluasi apakah saldo akun-akun yang terpengaruh oleh siklus ini telah disajikan
secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Tentu sifat akun bisa berbeda-
beda tergantung pada bidang usaha dan bisnis klien. Ada perbedaan dalam sifat dan
nama akun untuk perusahaan jasa perusahaan pengecer dan perusahaan asuransi, tetapi
konsep utamanya tetap sama. Terdapat 5 kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan
pengumpulan piutang yaitu:
1. Penjualan (tunai dan kredit)
2. Penerimaan kas
3. Retur dan potongan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Penaksiran kerugian piutang

1.2 Fungsi-Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan


Siklus penjualan dan pengumpulan piutang menyangkut keputusan dan proses
yang diperlukan untuk mentransfer kepemilikan barang dan jasa kepada konsumen
setelah barang dan jasa tersebut tersedia untuk dijual. Siklus ini dimulai dengan adanya
permintaan dari konsumen dan diakhiri dengan adanya perubahan dari barang atau jasa
menjadi piutang usaha, dan pada akhirnya menjadi kas.
Golongan Dokumen dan
Akun-Akun Fungsi Bisnis
Transaksi Catatan
- Pengolahan - Pesanan dari
permintaan konsumen order
dari konsumen penjualan
- Persetujuan - Pesanan dari
kredit konsumen/order
- Penjualan - Pengiriman penjualan
Penjualan
- Piutang usaha - Dokumen
barang
- Pengiriman pengiriman
faktur dan - Faktur
pencatatan penjualan
- File transaksi
penjualan
penjualan
- Jurnal penjualan
- Master file piutang
usaha
- Daftar piutang
usaha
- Laporan bulanan
- Pengantar
pembayaran
- Daftar penerimaan
Pengolahan dan
- Kas di bank kas
Penerimaan kas pencatatan piutang
- Piutang usaha - File transaksi
usaha
penerimaan kas
- Jurnal penerimaan
kas
Pengolahan dan - Memo kredit
- Retur penjualan
Retur penjualan pencatatan retur - Jurnal retur
- Piutang usaha
penjualan penjualan
- Piutang usaha
Penghapusan piutang Formulir otorisasi
Penghapusan piutang - Cadangan
tak tertagih penghapusan piutang
kerugian piutang
- Beban kerugian
Beban kerugian piutang Penetapan kerugian
Jurnal umum
piutang - Cadangan piutang
kerugian piutang
Delapan fungsi bisnis siklus penjualan dan pengumpulan piutang:
1. Pengolahan Pesanan dari Pembeli
Permintaan untuk membeli barang yang diterima dari pembeli mengawali
keseluruhan siklus ini. Penerimaan pesanan dari pembeli biasanya disusul dengan
terbitnya order penjualan.
Pesanan dari pembeli adalah suatu permintaan untuk membeli barang atau
jasa yang dibuat oleh pembeli. Pesanan ini bisa diterima melalui telepon, surat,
formulir, cetakan yang sebelumnya dikirimkan kepada calon pembeli atau
pelangan, melalui pengawai penjualan, order pembelian yang diterima melalui
internet, atau jaringan lain yang ada antara pemasok dan pembeli. Sedangkan order
penjualan adalah suatu dokumen yang menarangkan deskripsi, kuantitas, dan
informasi lain tentang barang yang dipesan oleh konsumen. Dokumen ini seringkali
digunakan pula untuk menunjukan persatuan kredit otorisasi untuk pengiriman
barang.
2. Persetujuan Kredit
Sebelum barang dikirimkan, pejabat yang berwenang memberi otorisasi harus
memberi persetujuan kredit kepada konsumen untuk transaksi penjual yang
dilakukan secara kredit. Lemahnya praktik pemberian persetujuan kredit sering
mengakibatkan kerugian dikemudian hari akibat tidak tertagihnya piutang usaha.
Pada perusahaan-perusahaan tertentu, komputer memberi persetujuan kredit
berdasarkan limit kredit yang telah ditetapkan yang tersimpam dalam master file
pelangan.
3. Pengiriman barang
Fungsi ini adalah fungsi yang kritikal dan merupakan saat pertama dalam siklus
dimana perusahaan melepas asetnya. Kebanyakan perusahaan mengakui terjadinya
penjualan ketika barang dikirim. Dokumen pengiriman dibuat pada saat barang
barang dikirim, yang biasa dilakukan secara otomatis oleh komputer berdasarkan
informasi dalam order penjualan.
Dokumen pengiriman berisi deskripsi tentang barang yang akan dikirimkan,
jumlah yang dikirim, serta data lain yang relevan dan berfungsi sebagai isyarat
untuk membuat faktur tagihan. Salah satu jenis dokumen pengiriman barang adalah
bill of landing yaitu suatu perjanjian tertulis antara perusahaan pengangku tdengan
penjual tentang penerimaan dan pengiriman barang.
4. Penagihan kepada pembeli dan pencatatan penjualan
Penagihan kepada pembeli adalah cara untuk memberi informasi kepada
pembeli tentang jumlah yang harus dibayar atas barang-barang yang telah dikirim
kepadanya, maka penagihan tersebut harus dilakukan dengan benar dan tepat
waktu. Aspek-aspek penting dalam penagihan adalah:
a. Semua pengiriman telah dibuat penagihannya (kelengkapan)
b. Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari sekali (keterjadian)
c. Setiap pengiriman ditagih dengan jumlah yang benar (ketelitian)
Dokumen-dokumen penagihan meliputi:
a. Faktur penjulan
Faktur penjualan adalah suatu dokumen atau catatan elektronik yang
menunjukan deskripsi dan kualitas barang yang dijual, harga jual, biaya
pengangkutan, asuransi, syarat penjualan, dan data yang releval lainnya. Faktur
penjulan berfungsi untuk menunjukan kepada pembeli tentang jumlah dari suatu
penjualan dan kapan jatuh tempo pembayarannya.
b. File transaksi penjualan
File transaksi penjulan adalah file yang dihasilkan komputer yang memuat
semua transaksi penjualan yang diproses sistem akuntansi pada suatu periode,
bisa per hari, per minggu, atau per bualan. Informasi dalam file transaksi
penjulan digunakan untuk pembuatan berbagai catatan, daftar, atau laporan,
tergantung kepada kebutuhan perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah
pembuatan jurnal penjualan, master file piutang usaha, dan transaksi untuk
suatu saldo akun atau divisi tertentu.
c. Jurnal penjualan atau daftar penjualan
Ini adalah suatu daftar atau laporan yang dihasilkan dari file transaksi
penjualan yang biasanya memuat nama pembeli, tanggal, jumlah, dan
klasifikasi akun atau kelompok untuk setiap transaksi seperti divisi atau jenis
produk. Di dalamnya juga termuat informasi apakah penjualan dilakukan secara
tunai atau kredit.
d. Master file piutang usaha
Master file piutang usaha adalah file komputer yang digunakan untuk
mencatat setiap penjualan, penerimaan kas, dan retur serta pengurangan harga
untuk setiap pembeli dan untuk memutahirkan saldo piutang kepda pelanggan
yang bersangkutan. Total dari setiap saldo akun dalam master file harus sama
dengan total saldo piutang usaha dalam buku besar.
e. Daftar saldo piutang usaha
Daftar saldo piutang usaha adalah daftar atau laporan yang menunjukan
jumlah saldo piutang kepada setiap pelangan pada suatu saat tertentu. Daftar ini
dibuat langsung dari master file piutang usaha, dan biasanya sekaligus
merupakan daftar umur piutang yang menunjukan total piutang yang
dikelompokan berdasarkan umurnya.
f. Laporan piutang bulanan
Laporan piutang bulanan adalah suatu dokumen yang dikirimkan melalui
pos atau secara elektronik kepda setiap pelanggan yang menunjukan saldo awal
piutang kepada pelanggan yang bersangkutan, jumlah dan tanggal setiap
penjualan, pembayaran tunai yang diterima, memo kredit yang diterbitkan, dan
saldo akhir piutang.
5. Pengolahan dan Pencatatan Penerimaan Kas
Pengolahan dan pencatatan penerimaan kas meliputi penerimaan, penyetoran ke
bank, dan pencatatan kas. Hal yang terpenting dalam penanganan kas adalah
mencegah terjadinya pencurian dan memastikan bahwa semua penerimaan kas
harian segera disetorkan ke bank dengan jumlah yang benar dan tepat waktu serta
dicatat dalam file transaksi penerimaan kas.
a. Surat pengantar pembayaran
Surat pengantar pembayaran adalah suatu dokumen yang dikirm melalui pos
kepada pembeli dan selanjutnya dikembalikan kepada penjual beserta
pembayaran kas. Surat pengantar pembayaran digunakan sebagai catatan
penerimaan kas sehingga kas bisa segera disetorkan ke bank dan berguna
sebagai alat kontrol dalam penangganan kas.
b. Daftar Penerimaan Kas
Daftar ini dibuat saat kas diterima oleh seseorang yang tidak mengurusi
pencatatan penjualan, piutang usaha, atau kas, dan tidak memiliki akses
kecatatan akuntansi. Daftar ini digunakan untuk memeriksa apakah kas yang
diterima telah dicatat dan disetorkan dalam jumlah yang benar ke bank secara
tepat waktu.
c. File transaksi penerimaan kas
File ini dihasilkan oleh komputer yang berisi semua transaksi penerimaan
kas yang diproses oleh sistem akuntansi untuk suatu periode waktu tertentu, bisa
per hari, per minggu, atau per bulan. Dalam file ini tercatat informasi yang sama
dengan informasi yang terdapat file transaksi penjualan.
d. Jurnal penerimaan kas atau daftar
Daftar atau laporan ini dihasilkan dari file transaksi penerimaan kas dan
meliputi semua transaksi untuk suatu periode waktu tertentu. Transaksi yang
sama, termasuk semua informasi yang relevan, dimasukan kedalam master file
piutang usaha dan buku besar.
6. Pengolahan dan pencatatan retur dan pengurangan harga penjualan
Apabila pembeli tidak puas dengan barang yang diterimanya, penjual biasanya
menyetujui pengembalian barang atau memberikan pengurangan harga. Retur dan
pengurangan harga dicatat dalam file transaksi retur dan pengurangan harga, dan
juga dalam master file piutang. Memo kredit diterbitkan untuk memudahkan
pengawasan dan sebagai dasar untuk pencatatan. Bentuknya hampir sama dengan
faktur penjualan, tetapi mengurangi piutang usaha, bukan menambah.
7. Penghapusan piutang
Walaupun bagian kredit telah bekerja dengan cermat dan telti, namun sejumlah
pembeli mungkin saja tidak melaksanakan kewajibannya. Setelah menyimpulkan
bahwa piutang kepada pelanggan tertentu tidak akan dapat ditagih, perusahaan
harus menghapus piutang tersebut. Biasanya hal seperti ini terjadi karena pelanggan
dinyatakan bangkrut oleh perusahaan. Agar dapat dilaksanakan akuntansi yang
tepat maka piutang yang tidak dapat ditagih perlu disesuaikan.
8. Pencadangan kerugian piutang
Karena perusahaan tidak dapat diharapkan untuk bisa menagih seluruh
piutangnya 100%, prinsip akuntansi mewajibkan untuk mencatat beban kerugian
piutang sejumlah piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Kebanyakan
perusahaan mencatat traksaksi ini pada akhir tiap bulan atau akhir kuartal.

1.3 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


Transaksi untuk Penjualan
1.3.1 Pemahaman Pengendalian Internal – Penjualan
Auditor mendapatkan pemahaman tentang pengendalian internal dengan
mempelajari bagan alir yang telah dibuat klien, mengajukan pertanyaan kepada
klien dengan menggunakan daftar pertanyaan pengendalian internal, dan
melakukan transaction walkthrough untuk penjualan.
1.3.2 Penetapan Risiko Pengendalian Direncanakan – Penjualan
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam mendapatkan
pemahaman pengendalian internal untuk menetapkan risiko pengendalian. Ada
4 tahapan penting dalam penilaian risiko yaitu:
a. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menetapkan risiko pengendalian.
Ke enam tujuan audit transaksi bila menjadi kerangka kerja yang diperlukan.
Keenam tujuan audit ini sama untuk setiap audit atas penjualan.
b. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan defisiensi
yang ada pada penjualan. Hal ini bisa berbeda untuk setiap audit, karena klien
bisa menerapkan pengendalian internal yang berbeda.
c. Setelah mengidentifikasi pengendalian beserta defisiensinya, auditor
menghubungkan hal tersebut sesuai tujuan.
d. Auditor menetapkan risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian dan defisiensinya untuk setiap tujuan. Tahapan
ini sangat penting karena mempengaruhi keputusan auditor untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif. Keputusan ini sangat bersifat
subjektif.
Selanjutnya kita meneliti aktivitas pengendalian kunci untuk penjualan.
Pemahaman tentang aktivitas pengendalian ini akan membantu auditor dalam
mengidentifikasi pengendalian kunci dan kekurangan untuk penjualan.
Aktivitas-aktivitas pengendalian kunci tersebut, antara lain:
1. Pemisahan tugas yang memadai, Pemisahan tugas yang tepat akan membantu
dalam mencegah berbagai jenis kesalahan penyajian yang disebabkan oleh
kekeliruan maupun kecurangan. Untuk mencegah terjadinya kecurangan,
manajemen harus mencegah terjadinya akses atas kas bagi setiap orang yang
bertugas untuk memasukkan informasi transaksi penjualan dan penerimaan
kas ke dalam komputer.
2. Pengotorisasian yang tepat, di mana ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu
Persetujuan kredit yang tepat harus diberikan sebelum penjualan terjadi;
barang bisa dikirimkan hanya setelah otorisasi pengiriman diberikan; harga
termasuk syarat penjualan pengangkutan dan potongan harus diotorisasi.
3. Dokumen dan catatan yang memadai, Setiap perusahaan memiliki sistem
yang berbeda dengan perusahaan lainnya dalam melaksanakan, mengolah,
dan mencatat transaksi, auditor sering menghadapi kesulitan dalam
mengevaluasi apakah setiap prosedur klien dirancang untuk mencapai
pengendalian maksimum. Prosedur pencatatan yang memadai harus ada
sebelum tujuan audit transaksi bisa dipenuhi.
4. Dokumen bernomor urut tercetak (prenumbered), pemberian nomor urut
tercetak dimaksudkan untuk mencegah kesalahan dalam pembuatan faktur
atau pencatatan penjualan dan terjadinya penagihan atau pencatatan ganda.
Pemberian nomor urut tercetak ini tidak akan bermanfaat apabila tidak
dibarengi dengan pertanggungjawaban pemakaian dokumen secara periodik.
5. Laporan piutang bulanan, Pengiriman laporan bulanan kepada konsumen
berguna untuk pengawasan karena mendorong konsumen untuk memberi
komentar apakah saldo yang tercantum dalam laporan tidak sesuai dengan
saldo menurut pembukuan yang dilakukan oleh konsumen. Laporan ini harus
diawasi oleh seseorang yang tidak terlibat dalam penanganan kas atau
pencatatan penjualan atau piutang usaha untuk mencegah terjadinya
kesalahan yang disengaja dalam pengiriman laporan.
6. Prosedur verifikasi internal, Program komputer atau personil yang
independen harus memeriksa bahwa pengolahan dan pencatatan transaksi
penjualan memenuhi keenam tujuan audit transaksi. Misalnya penggunaan
dokumen secara nomor urut, pemeriksaan ketelitian pembuatan dokumen
dan review atas laporan tentang hal yang tidak biasa atau kesalahan tertentu.
1.3.3 Penentuan Luas Pengujian Pengendalian
Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan
kekurangan dalam pengendalian, auditor menetapkan risiko pengendalian. Luas
pengujian pengendalian tergantung pada efektivitas pengendalian dan berbagai
hal lain yang auditor yakin akan dapat menurunkan risiko pengendalian. Dalam
menentukan seberapa jauh pengendalian bisa diandalkan, auditor juga
mempertimbangkan kenaikan biaya penyelenggaraan pengujian pengendalian
dibandingkan dengan penurunan potensial dalam pengujian substantif.
Penetapan risiko pengendalian pada tingkat yang lebih rendah akan berakibat
naiknya pengujian pengendalian untuk mendukung risiko pengendalian yang
lebih rendah tersebut, jangan selanjutnya akan berakibat naiknya risiko deteksi
dan berkurangnya jumlah pengujian substantif yang diperlukan.
1.3.4 Perancangan Pengujian Pengendalian untuk Penjualan
Untuk setiap pengendalian kunci, harus dirancang satu atau lebih
pengujian pengendalian untuk memeriksa efektifitasnya. Pada kebanyakan audit,
penentuan sifat pengujian pengendalian biasanya mudah. Sebagai contoh apabila
pengendalian internal berupa pemberian paraf atas pesanan dari pembeli setelah
pesanan tersebut mendapat persetujuan kredit, maka pengujian pengendalian nya
adalah memeriksa apakah pesanan dari pembeli telah dibubuhi paraf dengan
benar.
Pengujian pengendalian yang tepat untuk pemisahan tugas biasanya
terbatas pada observasi atas aktivitas yang dilakukan oleh auditor atau dengan
melalui pengajuan pertanyaan kepada personil klien. Sebagai contoh auditor
mengamati kemungkinan petugas pembuat faktur memiliki akses ke khas ketika
surat yang berisi cek dari konsumen dibuka, atau ketika kas disetorkan ke bank.
Biasanya perlu juga diajukan pertanyaan kepada personil klien tentang apa yang
menjadi tugas mereka dan dalam situasi seperti apa terdapat keadaan yang
membuat tanggung jawab mereka menjadi berbeda dari kebijakan yang normal.
1.3.5 Perancangan Pengendalian Substantif Transaksi Penjualan
Dalam memutuskan pengujian substantif transaksi, auditor biasanya
menggunakan sejumlah prosedur yang berlaku untuk setiap audit tanpa
memperhatikan keadaan tertentu, sedangkan prosedur yang lain akan diterapkan
tergantung pada baik buruknya pengendalian dan hasil dari pengujian
pengendalian. Pengujian substantif transaksi dikaitkan dengan tujuan audit
transaksi dan dirancang untuk menentukan apakah terdapat kesalahan penyajian
moneter untuk tujuan yang terdapat pada transaksi. Prosedur audit yang
digunakan tergantung pada pengendalian internal dan hasil pengujian
pengendalian atas tujuan tersebut. Materialitas, hasil audit tahun lalu, dan faktor
lainnya juga dapat berpengaruh atas prosedur yang digunakan.
Penentuan prosedur-prosedur pengujian substantif transaksi yang tepat
untuk penjualan relatif sulit karena bisa dilakukan dengan berbagai prosedur
tergantung pada keadaan yang dihadapi. Berikut ini prosedur-prosedur pengujian
substantif transaksi yang dilakukan hanya apabila terdapat keadaan khusus yang
membutuhkan perhatian khusus, seperti misalnya apabila terdapat defisiensi
dalam pengendalian internal.
a. Penjualan yang tercantum dalam pembukuan sungguh terjadi
Untuk tujuan ini, auditor mencurahkan perhatian pada kemungkinan
terjadinya tiga jenis kesalahan penyajian berikut:
 Penjualan yang tercatat dalam jurnal tidak ada pengiriman barangnya
 Penjualan dicatat lebih dari 1 kali
 Pengiriman dilakukan pada konsumen fiktif dan dicatat sebagai
penjualan.
b. Transaksi penjualan yang terjadi telah dicatat
Pada kebanyakan audit, pengujian substantif transaksi sering tidak
dilakukan untuk tujuan kelengkapan. Hal ini disebabkan karena lebih saji
aset dan laba dari transaksi penjualan lebih besar kemungkinan terjadinya
dibandingkan dengan kurang saji, dan lebih saji juga merupakan sumber
risiko yang lebih besar. Apabila pengendalian tidak memadai, seperti
misalnya bila klien tidak memiliki penelusuran internal independen mulai
dari dokumen pengiriman ke jurnal penjualan, maka pengujian substantif
diperlukan. Untuk menguji pengiriman barang yang tidak dibuat fakturnya,
auditor bisa menelusuri suatu sampel dokumen pengiriman yang disimpan di
bagian pengiriman ke duplikat faktur penjualan yang bersangkutan dan ke
jurnal penjualan.
c. Arah pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara penelusuran dari dokumen
sumber ke jurnal dengan vouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber.
Pengujian dengan penelusuran dimaksudkan untuk memeriksa kemungkinan
adanya transaksi yang hilang/tidak dicatat (tujuan kelengkapan), sedangkan
pengujian vouching dimaksudkan untuk memeriksa kemungkinan dicatatnya
transaksi yang sesungguhnya tidak terjadi (tujuan keterjadian).
Untuk menguji tujuan keterjadian, auditor memulainya dengan
memilih suatu sampel nomor-nomor faktur dari jurnal dan kemudian
mencocokkannya ke bukti pendukung yaitu duplikat faktur penjualan,
dokumen pengiriman barang, dan pesanan dari pembeli. Dalam pengujian
untuk tujuan kelengkapan, auditor biasanya memulai Dengan memilih suatu
sampel dokumen pengiriman barang dan menelusurinya ke duplikat faktur
penjualan dan selanjutnya ke jurnal untuk menguji ada tidaknya transaksi
yang hilang atau dihilangkan.
Ketika merancang prosedur-prosedur audit untuk tujuan keterjadian
dan kelengkapan, penentuan titik awal pengujian adalah hal yang penting.
Hal ini disebut arah pengujian. Contohnya apabila auditor bermaksud untuk
menguji keterjadian tetapi pengujiannya dilakukan dengan arah yang salah,
maka terjadi kelemahan audit yang serius. Dalam pengujian empat tujuan
audit lainnya, arah pengujian biasanya tidak relevan. Contohnya ketelitian
transaksi penjualan bisa diuji dengan pengujian dari duplikat faktur
penjualan ke dokumen pengiriman barang atau sebaliknya.
d. Penjualan telah dicatat dengan teliti
Ketelitian pencatatan transaksi penjualan berkaitan dengan hal-hal
berikut:
 Jumlah barang yang dikirimkan sesuai dengan jumlah barang yang
dipesan.
 Jumlah barang yang ditagih dalam faktur sesuai dengan jumlah barang
yang dikirimkan.
 Jumlah tagihan dalam faktur dicatat dengan benar dalam catatan
akuntansi.
Auditor biasanya melakukan pengujian substantif transaksi pada setiap
audit, untuk memastikan bahwa ketiga aspek ketelitian di atas dilakukan
dengan benar dengan melakukan perhitungan ulang informasi yang
tercantum dalam catatan akuntansi dan membandingkannya dengan
informasi yang tercantum dalam dokumen yang lain.
e. Transaksi penjualan telah dimasukkan ke dalam Master File dan
diikhtisarkan dengan benar
Dimasukkannya semua transaksi penjualan ke dalam master file piutang
usaha merupakan hal yang sangat penting karena ketelitian catatan ini
mempengaruhi kemampuan klien untuk menagih semua piutang yang belum
diterima pembayarannya. Demikian pula jurnal penjualan harus diperiksa
kebenaran penjumlahannya dan postingnya ke buku besar agar laporan
keuangan menunjukkan informasi yang benar. Penelusuran dari jurnal
penjualan ke master file biasanya dilakukan sebagai bagian dari pemenuhan
tujuan audit transaksi yang lain, tetapi pemeriksaan kebenaran penjumlahan
dan kolom kolom rupiah jurnal dan pemeriksaan totalnya ke buku besar
dilakukan sebagai prosedur yang terpisah.
f. Penjualan dikelompokkan dengan benar.
Meskipun dalam penjualan tidak merupakan masalah besar
dibandingkan dengan pada siklus yang lain, auditor masih perlu melakukan
pemeriksaan untuk memastikan bahwa transaksi telah dibukukan pada akun-
akun buku besar yang benar. Auditor biasanya menguji kebenaran
pengelompokan penjualan sebagai bagian dari pengujian ketelitian. Auditor
memeriksa dokumen pendukung untuk memastikan ketelitian
pengelompokan dari suatu transaksi dan membandingkannya dengan akun
yang sesungguhnya digunakan dalam pencatatan.
g. Penjualan dicatat pada tanggal yang benar.
Penjualan harus ditagih dan dicatat sesegera mungkin setelah
pengiriman barang dilakukan, untuk mencegah terjadinya kekeliruan tak
disengaja, misalnya lupa tidak dibukukan, Dan untuk memastikan bahwa
penjualan dicatat pada periode yang benar. Ketepatan waktu pencatatan
biasanya juga akan menyebabkan berkurangnya kemungkinan kesalahan
penyajian.
1.4 Retur dan Pengurangan Harga Penjualan
Tujuan audit transaksi dan metode yang digunakan klien untuk pengendalian
kesalahan penyajian pada dasarnya sama dalam pengolahan kredit memo seperti halnya
untuk penjualan, dengan 2 perbedaan. Perbedaan pertama adalah tentang
materialitasnya. Dalam banyak hal, retur dan pengurangan harga penjualan sangat tidak
material sehingga dapat diabaikan oleh auditor.
Perbedaan kedua adalah dalam hal penekanan pada tujuan keberadaan. Untuk retur dan
pengurangan harga penjualan, auditor biasanya memberi penekanan pada pengujian
atas pencatatan transaksi untuk mengungkapkan pencurian kas yang berasal dari
pengumpulan piutang yang sebelumnya telah diciptakan transaksi retur dan
pengurangan harga penjualan fiktif. Meskipun auditor biasanya menekankan pada
tujuan keterjadian untuk transaksi retur dan pengurangan harga penjualan, namun
tujuan kelengkapan juga sangat penting untuk ditentukan dalam pengujian saldo akun,
apabila penjualan dan retur kurang saji pada akhir tahun.

1.5 Metodelogi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substive


transaksi untuk penerimaaan kas
Untuk penerimaan kas, auditor menggunakan metoodlogi perancangan
pengendalian dan pengujian substantif transaksi yang sama dengen yang digunakan
untuk penjualan. Pengujian pengendalian dan prosedur audit pengujian substantif
transaksi penerimaan kas dikembangkan dengan menggunakan kerangka yang sama
seperti yang digunakan untuk penjualan. Berdasarkan tujuan audit transaksi, auditor
mengikuti proses berikut :
 Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan
 Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian guna mendukung
pengurangan risiko pengendalian
 Merancang pengujian substantif transaksi untuk menguji kesalahan penyajian
moneter untuk setiap tujuan
Seperti pada pengendalian yang diidentifikasi oleh bidang audit yang lain, pengujian
pengendalian tergantung pada pengendalian yang diidentifikasi oleh auditor, seberapa
jauh pengendalian dapat diandalkan untuk menurunkan riisko pengendalian ditetapkan,
dan apakah perusahaan yang diaudit merupakan perusahaan publik atau bukan.
1.5.1 Menentukan Apakah Penerimaan Kas Telah Dicatat
Penggelapan kas akan sulit dideteksi auditor apabila hal tersebut terjadi
sebelum kas dicatat dalam jurnal penerimaan kas atau daftar kas lainnya.
Terutama apabila penjualan dan penerimaan kas dicatat secara bersamaan.
Untuk mencegah terjadinya pengeglapan kas, maka banyak perusahaan
menerapkan pengendalian internal. Sudah barang tentu jenis pengendalian yang
akan diterapkan bergantung pada jenis perusahaan.
Praktik yang lazim dilakukan auditor adalah menelusuri dari pengantar
pembayaran bernomor urut tercetak atau daftar penerimaan kas ke jurnal
penerimaan kas dan buku pembantu piutang usaha sebagai pengujian substantif
atas pencatatan penerimaan kas yang terjadi. Pengujian ini akan efektif apabila
pita pencatat dalam register kas atau daftar penerimaan kas lainnya dibuat pada
saat kas diterima.
1.5.2 Pengujian Penerimaan Kas
Dalam pengujian ini jumlah penerimaan kas sebagaimana tercantum
dalam jurnal penerimaan kas untuk suatu periode, misalnya satu bulan,
direkonsiliasi dengan setoran yang sesungguhnya dilakukan ke bank pada
periode yang sama. Selisih diantara keduanya mungkin disebabkan oleh adnaya
setoran dalam perjalanan atau hal lain, tetapi jumlah selisih tersebut dapat
direkonsiliasi. Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk menemukan
penerimaan kas yang belum dicatta dalam jurnal penerimaan kas atau ada
kesenjangan waktu dalam melakukan penyetoran ke bank, tetapi bisa
mengungkapkan penerimaan kas yang telah dicatat tetapi belum disetor ke
bank, setoran yang belum dicatat, pinjaman yang tidak atau belum dicatta,
pinjaman dari bank yang disetor langsung ke rekening perusahaan di bank, dan
kesalahan penyajian semacam itu. Biasanya prosedur yang agak memakan
waktu ini hanya dilakukan pabaila pengendalian internal perusahaan lemah.
1.5.3 Pengujian untuk Menerukan Lapping Piutang Usaha
Lapping piutang usaha adalah pengunduran waktu pencatatan
penerimaan pengumpulan piutang denagn maksud untuk menurupi kekurangan
kas. Penggelapan dilakukan oleh orang yang melakukan penerimaan kas dan
selanjutnya ia juga akan mencatat dalam sistem komputer. Ia menunda
pencatatan penerimaan kas dari seseorang debitur dan menutupi kekurangan
terjadi dengan peneriimaan dari debitur yang lain. Hal ini kembali akan ditutupi
dengan penerimaan dari debitur ketiga beberapa hari kemudian. Pegawai ini
akan secara terus menerus menutupi kekurangan kas melalui lappingg,
mengganti uang yang dicurinya, atau mencari cara lain untuk menutupi
kekurangan kas.
Penggelapan semacam ini akan dapat dicegah dengan mudah melalui
pembagian tugas atau memberlakukan kebijakan kewajiban berlibur bagi
pegawai yang menangani penerimaan kas, Hal semacam ini akan dapat
dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah rupiah, tanggal yang
tercandum dalam pengantar pembayaran dengan ayat jurnal penerimaan kas
yang bersangkutan serta duplikast slip setoran ke bank. Menginat bahwa
prosedur inia gak memakan waktu, biasanya hanya dilakukan apabila
pengeglapan semacam ini diperkirakan terjadi sebagai akibat kelemahan dalam
pengendalian internal

1.6 Pengauditan Untuk Penghapusan Piutang


Pengendalian utama untuk mencegah penyelewengan semacam ini adalah dengan
menetapkan otorisasi yang tepat bagi setiap penghapusan piutang dengan menunjuk
pejabat perushaan tertentu setelah sebelumnya melakukan penyelidikan yang cermat
tentang alasan mengapa debitur tidak membayar
Verifikasi atas akun yang dihapus biasanya tidak memakan waktu yang lama.
Auditor pada umumnya memeriksa apakah persetujuan diberikan oleh orang yang
tepat. Sebagai contoh, auditor biasanya jgua memeriksa korespondensi yang terdapat
dalam arsip klien untuk mencari informasi tentang tidak dapat ditagihnya piutang.
Setelah auditor berkimpulan bhawa penghapusan telah dijurnal dnegan benar,
selanjutnya sejumlah piutang yang dihapus ditelusur ke master file piutang usaha untuk
menguji apakah penghaspusan telah dicatat dengan benar.
Penaksiran biaya kerugian piutang yang merupakan kelompok transaksi kelima
dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang, jelas berkaitan dengan penghapusan
piutang. Namnun karena penaksiran kerugian piutang didasarkan pada saldo piutang
akhir tahun, auditor mengevaluasi penaksiran kerugian piutang sebagai bagian dari
pengujian detil saldo.
1.7 Tambahan pengendalian Internal Atas Saldo Akun Serta Penyajian dan
pengungkapan
Pengendalian internal lain yang berkaitan langsung dengan pengendalian internal
serta penyajian dan pengungkapan bisa juga diadakan, bahkan bila bellum
teridentifikasi atau diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalain atau pengujian
substantif transaksi. Untuk siklus penjualan dan pengumpulan piutang, hal ini mungkin
sekali mempengaruhi nilai bersih bisa direalisasi dan tujuan audit saldo tentang hak dan
kewajiban serta tujuan audit penyajian dan pengungkapan
Nilai bersih bisa direalisai dalah tujuan audit saldo untuk piutang usaha yang
penting sekali karena kolektibilitas piutang sering mencerminkan bagian yang cukup
besar dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor sering kali menetapkan risiko
inheren apda tingkat yang tinggi untuk tujuan nilai bersih bisa direalisasi. Idealnya,
klien menetapkan beberapa pengendalian untuk mengurangi kemungkinan tidak
tertagihnya piutang. Pengendalian lainnya adalah:
 Pembuatan daftar umur piutang sebagai dasar untuk review dan ditindaklanjuti oleh
personil amnajemen yang tepat
 Menetapkan suatu kebijakan penghapusan piutang apabila sudah tidak ada
kemungkinan untuk ditagih
Hak dan kewajiban dan penyajian dan pengungkapan biasanya bukan masalah yang
signigikan dalam piutang. Oleh karena itu, personil bagian akuntansi yang kompeten
biasanya sudah mencukupi untuk pengendalian dan tujuan pengauditan ini.

1.8 Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan pengujian Substantif Transaksi


Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantiuf transaksi mempunyai
pengaruh yang signigikan terhadap tahapan audit selanjutnya, terutama terhadap
pengujian rinci substantif atas saldo. Bagian dari audit yang banyak dipengaruhi oelh
pengujian pengendalain dan pengujian substantif transaksi adalah saldo akun piutang
usaha, kas, bebasn kerugian piutang, dan cadangan kerugian piutang.
Selain itu, apabila hasil pengujian tidak memuaskan, diperlukan pengujian
substantif tambahan untuk penjualan, retur dan pengurangan harga penjualan,
penghapusan piutang, dan pengolahan penerimaan kas.
Setelah selesai melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif,
auditor harus memeriksa setiap penyimpanan untuk menentukan penyebab dan
implikasi penyimpanan terhadap penetapan risiko pengendalian yang bisa
mempengaruhi risiko deteksi dan pengujian substantif yang akan dilakukan
Pengaruh yang paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah dalam
konfirmasi piutang. Jenis konfirmasi, ukruan sampel, dan saat pengiriman konfirmasi
semaunya akan terpengaruh. Pengaruh pengujian atas piutang usaha, biaya kerugian
piutang, dan cadangan kerugian piutang.
DAFTAR PUSTAKA

AL Haryono, Jusup. 2014. Auditing Pengauditan Berbasis ISA, Edisi II. Yogyakarta: STIE
YKPN.

Anda mungkin juga menyukai