Anda di halaman 1dari 10

PENGAUDITAN I

RINGKASAN MATA KULIAH 5

“Memahami Tugas dan Tanggung Jawab Auditor Internal dan Auditor Eksternal”

Dosen Pengampu: Dr. Drs. I Dewa Gede Dharma Suputra, M.Si., Ak.

Oleh:
KELOMPOK 5

Dewa Ngakan Putu Hary Gunawan (1907531076)

Ni Putu Yunita Chandra (1907531198)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2021
5.1. Profesi Auditor internal
Internal audit adalah suatu aktifitas independen, yang memberikan jaminan keyakinan serta
konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan
operasi organisasi, internal auditing membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya
dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan
meningkatkan keefektivan manajemen resiko, pengendalian dan proses pengaturan dan
pengelolaan organisasi. Auditor internal bekerja pada suatu entitas (perusahaan), sehingga
berstatus sebagai pegawai pada entitas tersebut. Pada umumnya mereka wajib memberikan
laporan langsung kepada pemimpin tertinggi perusahaan (direktur utama) atau ada yang
melaporkan kepada pejabat tinggi tertentu lainnya dalam perusahaan misalnya kontroler, atau
bahkan ada yang berkewajiban melapor kepada komite audit yang dibentuk oleh dewan
komisaris.
Tanggung jawab auditor internal pada perusahaan sangat beranekaragam, tergantung pada
kebutuhan perusahaan yang bersangkutan. Kadang kala jumlah staf auditor internal hanya
terdiri dari satu atau dua orang yang sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan
tugas rutin berupa audit kepatuhan. Namun, pada perusahaan lain yang lebih besar staf auditor
internal bisa berjumlah banyak hingga ratusan dengan tugas yang bermacam- macam, termasuk
melakukan tugas- tugas di luar bidang akuntansi. Pada tahun- tahun terakhir ini, banyak auditor
internal yang terlibat dalam pengauditan operasional atau meningkatkan keahliannya di bidang
evaluasi atas sistem komputer.
Agar dapat melakukan tugasnya secara efektif, auditor internal harus independen terhadap
fungsi- fungsi lini dalam organisasi tempat ia bekerja. Namun, auditor internal tidak bisa
independen terhadap perusahaannya, karena mereka adalah pegawai dari perusahaan yang
diaudit. Auditor internal berkewajiban memberi informasi kepada manajemen yang berguna
dalam pengambilan keputusan terkait dengan efektivitas perusahaan. Pada umumnya, pihak
luar perusahaan tidak terlalu bisa mengandalkan hasil audit yang dilakukan oleh auditor
internal, karena kedudukannya yang tidak independen terhadap perusahaan.
• Auditor Internal dengan Auditor Eksternal
Auditor eksternal adalah profesi audit yang melakukan tugas audit atas laporan
keuangan dari perusahaan, pemerintah, individu atau organisasi lainnya. Pengguna dari
informasi keuangan perusahaan, seperti investor, agen pemerintah dan umum bergantung
pada auditor eksternal untuk menghasilkan informasi yang tidak bias dan independensi,
peran utama auditor eksternal adalah untuk memberikan pendapat apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material.
Jika dibandingkan dengan intenal auditor, auditor eksternal memiliki kedudukan yang
lebih independen. Kedudukannya inilah yang membedakan antara auditor internal dengan
auditor eksternal, dimana auditor internal tidak independen dari perusahaannya, sedangkan
auditor eksternal independen dari kantor- kantor akuntan publik.
Selain itu, terdapat beberapa poin perbandingan antara auditor internal dan auditor
eksternal, yaitu dimuat dalam tabel berikut ini.
Poin Auditor Internal Ekternal Auditor
Output/ keluaran Output utama berupa Output utama berupa opini.
rekomendasi.
Independensi Tidak independent terhadap Independen terhadap manajemen.
manajemen, namun independent
terhadap aktivitas yang diaudit.
Klien Manajemen Pemegang saham, komisaris, dan
pihak terkait di luar perusahaan.
Pelaporan Melaporkan pada direksi. Melaporkan pada stakeholder
perusahaan.

5.2. Hubungan Auditor Internal dan Auditor Eksternal


Auditor internal dan auditor eksternal memiliki sasaran, tanggungjawab, kualifikasi, serta
memiliki tugas dalam aktivitas yang berbeda. Walau terdapat perbedaan tersebut, auditor
internal dan auditor eksternal memiliki kepentingan bersama yang menuntut adanya koordinasi
bakat untuk kepentingan perusahaan.
Menurut Dobroteanu, L dan Dobroteanu C.L (dalam Nana, 2002) koordinasi antara aktivitas
auditor internal dengan auditor eksternal perlu dilakukan. Adanya fungsi auditor internal di
dalam perusahaan sangat membantu auditor eksternal dalam pengerjaan maupun penyelesaian
prosedur audit eksternalnya. Auditor internal dapat membantu segala informasi yang
dibutuhkan, namun ada kalanya terdapat kendala yang dialami dalam praktiknya. Hal- hal yang
mungkin terjadi yaitu seperti komunikasi antara auditor eksternal dan auditor internal yang
kurang intens, pemahaman auditor eksternal terhadap fungsi auditor internal, dan masih banyak
kondisi yang lainnya.
Dalam Standar Audit 610 tentang “Penggunaan Pekerjaan Audit Internal” juga dibahas
mengenai kemungkinan auditor eksternal menggunakan pekerjaan auditor internal, serta
seberapa luas pekerjaan auditor internal tersebut digunakan. Di dalam standar ini, juga diatur
terkait dengan komunikasi paling efektif yang dapat dilakukan antara auditor eksternal dan
auditor internal.
Koordinasi antara auditor eksternal dengan auditor internal sangat diperlukan, karena
apabila antara internal dan eksternal auditor saling berkoordinasi dengan baik akan tercipta
keadaan yang menguntungkan, seperti:
a. Jika auditor internal bekerja secara efektif, maka akan membantu auditor eksternal dalam
mengurangi risiko pengendalian dan pengujian substantif;
b. Dapat memperkuat kapasitas dan kapabilitas dalam mencapai hasil audit yang nantinya
disampaikan kepada para stockholders;
c. Untuk mencegah terjadinya misscommunication yang dapat menimbulkan permasalahan
dalam proses pekerjaan audit yang sedang berlangsung;
d. Setiap individu dalam auditor eksternal dan auditor internal dapat saling menyelaraskan
fungsi pekerjaan masing- masing demi tercapainya kinerja audit yang maksimal;
e. Sarana dan prasarana yang ada dapat dimaksimalkan untuk mendukung kedua belah pihak
dalam mencapai pekerjaan audit; dan
f. Semua fungsi dan tugas masing- masing pihak tepat pada sasaran yang diinginkan.

5.3. Tanggung Jawab Auditor


Standar auditing (SA 200 Para 11) menyatakan tujuan keseluruhan auditor sebagai berikut:
Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor adalah :
a. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan, dan oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini
tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
b. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya sebagaimana ditentukan
oleh SA berdasarkan temuan auditor.
Dalam standar auditing, tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kesalahan penyajian
material mencakup sejumlah istilah penting, yaitu:
a. Kesalahan penyajian material
Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan auditor untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
Meskipun tidak mudah untuk mengkuantifikasi ukuran materialitas, auditor
bertanggungjawab untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa persyaratan materialitas
ini telah terpenuhi. Konsep materialitas diterapkan oleh auditor dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit, serta dalam pengevaluasian dampak kesalahan penyajian dalam audit
dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi (jika ada), yang teridentifikasi terhadap
laporan keuangan.
b. Keyakinan material
Keyakinan memadai merupakan suatu tingkat keyakinan tinggi. Keyakinan tersebut
diperoleh ketika auditor telah mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menurunkan risiko audit (risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini yang tidak tepat
ketika laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material) ke suatu tingkat rendah
yang bisa diterima. Namun, keyakinan memadai bukan merupakan suatu tingkat keyakinan
absolut. Apabila auditor bertanggungiawab untuk mendapat kepastian tentang kebenaran
seluruh asersi dalam laporan keuangan, maka jenis dan jumlah bukti yang diperlukan dan
biaya untuk menyelenggarakan audit akan sangat tinggi sehingga audit menjadi tidak
praktis. Oleh karena itu, auditor tidak mungkin menemukan seluruh kesalahan penyajian
material dalam setiap audit. Namun demikian, audit bisa diterima masyarakat sepanjang
audit itu dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.
c. Skeptisisme professional
Skeptisisme profesional adalah suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang selalu
mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan
kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan
penilaian penting atas suatu bukti audit. Skeptisisme profesional terdiri dari dua komponen
utama, yaitu: (1) suatu pikiran yang selalu mempertanyakan dan (2) sikap waspada atau
kritis dalam menilai bukti audit. Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap
antara lain hal-hal sebagai berikut: (1) Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit
lain yang diperoleh, (2) Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan
dokumen dan tanggapan terhadap permintaan keterangan yang digunakan sebagai bukti
audit, (3) Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan, dan (4)
Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit tambahan selain prosedur yang
disyaratkan oleh SA.
d. Pertimbangan professional
Paragraf 16 SA 200 menetapkan sebagai berikut : Auditor harus menggunakan
pertimbangan profesional dalam merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan
keuangan.
Pertimbangan profesional merupakan hal penting untuk melakukan audit secara tepat.
Hal ini karena interpretasi ketentuan etika dan SA yang relevan, serta keputusan yang telah
diinformasikan yang diharuskan selama audit tidak dapat dibuat tanpa penerapan
pengetahuan dan pengalaman yang relevan pada fakta dan kondisi terkait. Karakteristik
pertimbangan profesional yang diharapkan dari seorang auditor adalah pertimbangan yang
dibuat oleh seorang auditor yang pelatihan, pengetahuan, dan pengalamannya telah
membantu pengembangan kompetensi yang diperlukan untuk mencapai pertimbangan-
pertimbangan wajar yang dibuatnya.
• Tanggung Jawab Auditor untuk Menemukan Kesalahan dan Kecurangan Material
Standar auditing membedakan dua tipe salah saji, yaitu kesalahan dan kecurangan.
Kedua tipe salah saji ini bisa material dan bisa juga tidak material. Kesalahan adalah salah
saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja. Salah satu contoh kesalahan, yaitu salah
dalam melakukan perkalian antara jumlah unit dengan harga per unit dalam membuat faktur
penjualan. Kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaia oleh satu individu atau lebih
dalam manajemen, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan atau pihak
ketiga, yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntungan
secara tidak adil atau melanggar hukum. Kecurangan dibedakan menjadi (1)
penyalahgunaan aset, dan (2) pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan. Contoh
kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah secara sengaja membuat lebih saji penjualan
menjelang tanggal neraca untuk meningkatkan laba bersih dalam laporan keuangan.
Standar auditing sendiri tidak membedakan antara tanggungiawab auditor untuk mencari
kesalahan dan kecurangan.
• Tanggung Jawab untuk Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan
Paragraf 4 SA 240 menyebutkan:
Tanggungjawab utama untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada
dua pihak yaitu yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas dan manajemen. Merupakan
hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak yang bertanggungiawab
atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan, yang dapat mengurangi peluang
terjadinya kecurangan, dan pencegahan kecurangan (fraud deterrence), yang dapat
membujuk individu-individu agar tidak melakukan kecurangan karena kemungkinan akan
terdeteksi dan terkena hukuman. Hal ini memerlukan komitmen untuk menciptakan budaya
jujur dan perilaku etis yang dapat ditegakkan dengan pengawasan aktif oleh pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola. Pengawasan oleh pihak yang bertanggungjawab atas
tata kelola meliputi pertimbangan tentang potensi pengesampingan pengendalian atau
pengaruh tidak patut atas proses pelaporan keuangan seperti usaha manajemen untuk
mengelola laba dengan tujuan untuk memengaruhi persepsi analis kinerja dan probabilitas
entitas.
• Tanggung Jawab Auditor
Paragraf 5 SA 240 menyebutkan:
Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA bertanggungjawab untuk
memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan. Karena
keterbatasan bawaan suatu audit, maka selalu ada risiko yang tidak terhindarkan bahwa
beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan mungkin tidak akan
terdeteksi, walaupun audit telah direncanakan dan dilaksanakan dengan baik berdasarkan
SA.
• Karakteristik Kecurangan
Dalam pelaporan keuangan atau penyalahgunaan aset, kecurangan dapat terjadi karena:
(1) Dorongan (insentif) atau tekanan untuk melakukan pelaporan keuangan yang
mengandung kecurangan, (2) Peluang untuk melakukan kecurangan, dan (3) Pembenaran
atas tindakan tersebut. Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan mencakup
kesalahan penyajian yang disengaja termasuk penghilangan suatu jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk memengaruhi persepsi para pengguna
laporan keuangan.
Penyalahgunaan aset mencakup pencurian aset entitas dan seringkali dilakukan oleh
karyawan dalam jumlah yang relatif kecil dan tidak material. Namun, hal tersebut juga
dapat melibatkan manajemen yang biasanya lebih dapat menutupi penyalahgunaan dengan
cara yang lebih sulit untuk terdeteksi.
• Tanggung Jawab Auditor Tentang Pertimbangan Atas Perundang – Undangan
dalam Audit atas Laporan Keuangan
Dampak peraturan perundang – undangan terhadap laporan keuangan sangat bervariasi.
Peraturan perundang – undangan tersebut bersifat mengikat dan merupakan kerangka
perundang – undangan bagi suatu entitas. Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang –
undangan dapat mengakibatkan denda, litigasi, atau konsekuensi lain bagi entitas yang
dapat menimbulkan kesalahan penyajian material terhadap laporan keuangan.
• Tanggung Jawab untuk Mematuhi Peraturan Perundang – Undangan
Merupakan tanggung jawab manajemen, dengan pengawasan dari pihak yang
bertanggungiawab atas tata kelola, untuk memastikan bahwa operasi entitas dijalankan
dengan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk kepatuhan
terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menentukan jumlah dan
pengungkapan yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan suatu entitas.
• Tanggung Jawab Auditor
Standar Audit (SA) 250 mengatur tentang Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-
undangan Dalam Audit Atas Laporan Keuangan. Ketentuan dalam SA tersebut dirancang
untuk membantu auditor dalam mengidentifikasi kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan. Paragraf 6 SA 250 membedakan tanggung jawab auditor dalam kaitannya
dengan kepatuhan terhadap dua kategori peraturan perundang-undangan yang berbeda
yaitu:
a. Ketentuan perundang- undangan yang secara umum berdampak langsung dalam
menentukan jumlah dan pengungkapan material dalam laporan keuangan, seperti
perundang- undangan pajak dan dan pensiun; dan
b. Peraturan perundang- undangan lain yang tidak mempunyai dampak langsung
terhadap penentuan jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan, namun
kepatuhannya merupakan bagian penting bagi aspek kegiatan operasi bisnis, bagi
kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya, atau untuk menghindari terjadinya
sanksi berat; ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang- undangan tersebut di atas
dapat mengakibatkan dampak material terhadap laporan keuangan.
Dalam SA ini ketentuan yang berbeda diterapkan untuk setiap kategori peraturan
perundang-undangan yang disebutkan di atas. Untuk kategori yang dijelaskan dalam
paragraf 6 (a), tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan. Untuk kategori yang dijelaskan dalam paragraf 6 (b), tanggung jawab
auditor terbatas pada pelaksanaan prosedur audit berikut ini untuk membantu
mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang mungkin
berdampak material terhadap laporan keuangan.
• Prosedur Audit pada Saat Ketidakpatuhan Teridentifikasi atau Diduga Terjadi
Jika auditor mengetahui informasi mengenai suatu kejadian ketidakpatuhan atau
dugaan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, auditor harus
memperoleh: (a) Pemahaman atas sifat ketidakpatuhan dan kondisi terjadinya
ketidakpatuhan; dan (b) Informasi lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak yang mungkin
terjadi terhadap laporan keuangan. Jika auditor menduga kemungkinan terjadi
ketidakpatuhan, maka auditor harus membahas hal tersebut dengan manajemen serta pihak-
pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. Jika mereka tidak dapat memberikan
informasi yang memadai, maka auditor harus mempertimbangkan keputusan untuk
memperoleh advis hukum. Jika informnasi tentang dugaan adanya ketidakpatuhan tidak
cukup diperoleh, auditor harus mengevaluasi dampaknya terhadap opini auditor.
• Pelaporan atas Ketidakpatuhan yang Diidentifikasi atau Diduga Terjadi
Sesuai dengan SA 705, jika auditor menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan berdampak
material terhadap laporan keuangan dan belum tercermin secara memadai, maka auditor
dapat menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau suatu opini tidak wajar atas
laporan keuangan tersebut. Jika auditor dihalangi untuk memperoleh bukti audit cukup dan
tepat untuk mengevaluasi apakah ketidakpatuhan berdampak material terhadap laporan
keuangan telah atau kemungkinan telah terjadi, maka auditor harus menyatakan opini wajar
dengan pengecualian atau pernyataan tidak memberikan opini atas laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al. Haryono. 2014. Auditing Pengauditan Berbasisi ISA. Yogyakarta: STIE YKPN
IAPI.
Marathani, Dhea Tiza. 2019. Pentingnya Koordinasi Antara Auditor Internal dan Auditor
Eksternal. Dapat dilihat pada https://www.jtanzilco.com/blog/detail/1236/slug/pentingnya-
koordinasi-antara-auditor-internal-dan-auditor-eksternal. Diakses pada 19 Maret 2021.
Nana. 2015. Hubungan Auditor Internal dan Auditor Iksternal. Dapat dilihat pada
https://www.scribd.com/doc/266079159/Hubungan-Internal-Auditor-Dan-Eksternal-
Auditor. Diakses pada 13 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai