AUDIT SAMPLING
Dosen Pengampu:
Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, S.E., M.Si
1. SAMPEL REPRESENTATIF
Suatu sampel yang representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik
yang hamper sama dengan karakteristik populasi. Ini berarti bahwa unsur sampel
serupa dengan unsur yang tidak diikutsertakan dalam sampel. Sampel yang
representatif sering kali memberikan hasil terbaik tetapi dapat menjadi jenis sampel
yang paling sulit diperoleh. Dalam memilih suatu sampel dari suatu populasi,
auditor harus berusaha untuk mendapatkan sampel yang representative. Misalnya,
ruang kelas yang terdiri dari 30 siswa dengan 15 laki-laki dan 15 perempuan dapat
menghasilkan sampel representatif yang mungkin mencakup enam siswa: tiga laki-
laki dan tiga perempuan.
Dalam praktek, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampel bersifat
representatif, bahkan setelah semua pengujian selesai dilakukan. Satu satunya cara
untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah dengan melakukn
audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Akan tetapi, auditor dapat
meningkatkan kemungkinan sampel dianggap representatif dengan menggunakannya
secara cermat ketika merancang proses sampling, pemilihan sample, dan evaluasi
sampel. Hasil sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling
atau kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis kesalahan yang terjadi yaitu:
1. Risiko nonsampling adalah risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan
penyimpangan yang ada dalam sampel. Prosedur audit yang efektif untuk
mendeteksi penyimpangan yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel
salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman telah
dilampirkan.
2. Risiko sampling adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah
karena sampel populasi yang tidak representatif. Risiko sampling adalah bagian
sampling yang melekat akibat pengujian lebih sedikit dari populasi secara
keseluruhan. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat penyimpangan, auditor
menerima populasi yang salah karena sampel tidak cukup mewakili populasi.
Dalam mengendalikan risiko sampling auditor memiliki dua cara yaitu
menyesuaikan ukuran sampel dan menggunakan metode pemilihan item sampel
yang tepat dari populasi
2. SAMPLING STATISTIK DAN SAMPLING NONSTATISTIK SERTA
PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK DAN NON-PROBABILISTIK
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu sampling
statistik dan sampling nonstatistik. Kategori tersebut srerupa karena keduanya
melibatkan tiga tahap :
1) Perencanaan sampel
2) Pemilihan sampel dan melakukan pengujian
3) Pengevaluasian hasil
Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana sampel dipilih dari
populasi. Auditor baru dapat melksanakan pengujian audit hanya setelah item
sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan berdasarkan
pengujian audit. Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa
pengujian audit dilakukan dengan cara yang memberikan risiko sampling yang
diinginkan dan meminimalkan kemungkinan kesalahan nonsampling.
Auditor menggunakan sampling random untuk populasi sampel apabila tidak ada
kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih item populasi. Jika auditor memperoleh
sampel angka acak sederhana, mereka dapat menggunakan metode tersebut apabila
semua unsur dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih.
Dalam banyak situasi pengauditan, jauh lebih menguntungkan memilih sampel yang
menekankan unsur - unsur populasi dengan jumlah besar. Ada dua cara untuk memperoleh
sampel semacam itu :
Merencanakan sampel
a. Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah yang besar dan tidak biasa
(prosedur analitis)
b. Mengamati apakah tugas klerk piutang usaha terpisah dari tugas menangani kas
(pengujian pengendalian)
c. Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat :
• Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian)
• Keberadaan dokumen pengiriman yang dilampirkan (pengujian
pengendalian) Pencantuman nomor bagan akun(pengujian pengendalian)
d. Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing masing ke
salinan faktur penjualan terkait (pengujian pengendalian)
e. Membandingkan kuantitas yang tercantum pada setiap salinan faktur
penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman yang terkait (pengujian
substantive atas transaksi)
Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur pertama dalam program audit
ini. Prosedur yang pertama adalah prosedur analitis dimana sampling tidak layak
diterapkan. Sementara yang kedua adalah prosedur observasi yang tidak memiliki
dokumentasi untuk melaksanakan sampling audit.
4. Rumuskan populasi.
Populasi dalam item item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat
mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item yang mereka inginkan, tetapi
ketika memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari sepuluh populasi seperti yang
telah didefinisikan. Auditor harus mendefinisikan dengan cermat terlebih dahulu, sejalan
dengan tujuan pengujian audit.
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penentuan risiko penilaian yang
terlalu rendah.
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi risiko tersebut sebagai risiko pengendalian yang terlalu rendah (acceptable risk
of assessing control risk (ARACR) to low) ARACR mengukur risiko yang bersedia
ditanggung auditor untuk menerima suatu pengendalian sebagai efektif (atau tingkat slah
saji sebagai dapat ditoleransi) apabila tingkat penyimpangan populasi yang sebenarnya
lebih besardaripada tingkat pegecualian yang dapatditoleransi (TER)
Hal ini disebut sebagai ukuran sampel awal karena penyimpangan sampel actual harus
dievaluasi sebelum auditor dapat memutuskan apakah sampel cukup besar untuk
mencapai tujuan pengujian
Mengevaluasi hasil
8. DISTRIBUSI SAMPLING
Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi sampling. Disribusi sampling
adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat diperoleh dari
populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu. Distribusi sampling memungkinkan
auditor untuk pernyataan probabilitas mengenai kemungkinan keterwakilan nya setiap sampel
yang ada dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi binominal, imana
setipsampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang mungkin atau deviasi
pengendalian
Merencanakan sampel
Penggunaan tabel
Jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal, mereka akan
mengikuti empat langkah berikut :
Teori statitiska menunjukan bahwa pada populasi dimana diterapkan sampling atribut, ukuran
populasinya hanya menjadi pertimbangan kecil dalam penentuan ukuran sampel.
1. Memilih sampel. Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling
statistikdan nonstatistik adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik
harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun
sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
2. Melaksanakan prosedur audit, sama untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik
Menilai hasil
Menggenaralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas
ketepatan atas (CUER) dengan ARACR tertentu, yang sekali lagi menggunakan program
komputer khusus atau tabel yang dikembangkan dari rumus statistik. Penggunaan tabel untuk
menghitung CUER melibatkan empat langkah :
1. Memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR auditor. ARACR ini harus sama
dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal.
2. Mencari lokasi jumlah penyimpangan aktual yang ditemukan dalam pengujian audit
pada bagian atas tabel.
3. Mencari lokasi ukuran sampel actual
4. Membaca kebawah kolom jumlah penyimpangan aktual yang tepat
Menganalisis penyimpangan
Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik
Untuk sampling atribut, auditor akan membandingkan CUER dengan TER bagi setiap atribut.
Sebelum populasi bisa dianggap dapat diterima, CUER yang ditentukan berdasarkan hasil
sampel aktual harus lebih kecil atau sama dengan TER jika keduanya didasarkan pada
ARACR yang sama.
Daftar Pustaka