Anda di halaman 1dari 15

PENGAUDITAN II

AUDIT SAMPLING

Dosen Pengampu:
Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, S.E., M.Si

Raden Rasya Ihsani Yudha (11 / 1907531103)


Ketut Krisnanda Dewi Sukmayana (12 / 1907531106)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
RPS 2

1. SAMPEL REPRESENTATIF
Suatu sampel yang representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik
yang hamper sama dengan karakteristik populasi. Ini berarti bahwa unsur sampel
serupa dengan unsur yang tidak diikutsertakan dalam sampel. Sampel yang
representatif sering kali memberikan hasil terbaik tetapi dapat menjadi jenis sampel
yang paling sulit diperoleh. Dalam memilih suatu sampel dari suatu populasi,
auditor harus berusaha untuk mendapatkan sampel yang representative. Misalnya,
ruang kelas yang terdiri dari 30 siswa dengan 15 laki-laki dan 15 perempuan dapat
menghasilkan sampel representatif yang mungkin mencakup enam siswa: tiga laki-
laki dan tiga perempuan.
Dalam praktek, auditor tidak pernah mengetahui apakah suatu sampel bersifat
representatif, bahkan setelah semua pengujian selesai dilakukan. Satu satunya cara
untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah dengan melakukn
audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Akan tetapi, auditor dapat
meningkatkan kemungkinan sampel dianggap representatif dengan menggunakannya
secara cermat ketika merancang proses sampling, pemilihan sample, dan evaluasi
sampel. Hasil sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling
atau kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis kesalahan yang terjadi yaitu:
1. Risiko nonsampling adalah risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan
penyimpangan yang ada dalam sampel. Prosedur audit yang efektif untuk
mendeteksi penyimpangan yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel
salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman telah
dilampirkan.
2. Risiko sampling adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah
karena sampel populasi yang tidak representatif. Risiko sampling adalah bagian
sampling yang melekat akibat pengujian lebih sedikit dari populasi secara
keseluruhan. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat penyimpangan, auditor
menerima populasi yang salah karena sampel tidak cukup mewakili populasi.
Dalam mengendalikan risiko sampling auditor memiliki dua cara yaitu
menyesuaikan ukuran sampel dan menggunakan metode pemilihan item sampel
yang tepat dari populasi
2. SAMPLING STATISTIK DAN SAMPLING NONSTATISTIK SERTA
PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK DAN NON-PROBABILISTIK
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu sampling
statistik dan sampling nonstatistik. Kategori tersebut srerupa karena keduanya
melibatkan tiga tahap :

1) Perencanaan sampel
2) Pemilihan sampel dan melakukan pengujian
3) Pengevaluasian hasil
Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana sampel dipilih dari
populasi. Auditor baru dapat melksanakan pengujian audit hanya setelah item
sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan berdasarkan
pengujian audit. Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa
pengujian audit dilakukan dengan cara yang memberikan risiko sampling yang
diinginkan dan meminimalkan kemungkinan kesalahan nonsampling.

Dalam sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) auditor tidak


mengkuantifikasikan risiko sampling. Auditor memilih item sampel yang diyakini
akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalam situasi tertentu, dan
mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan. Karena alasan
tersebut penggunaan sampling nonstatistik sering kali disebut dengan sampling
pertimbangan (judgemental sampling).

a. Pemilihan Sampel Probabilistik dan non-Probabilistik


Pemilihan sampel probabilistik (probablistic sampel selection) auditor
memilih secara acak item-item sehingga setiap item populasi memiliki item
probabilitas yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Proses ini memerlukan
ketelitian yang tinggi dan menggunaan salah satu dari beberapa metode yang
telah dibahas secara singkat.
Pemilihan sampel nonprobabilistik (nonprobabilistik sample selection),
auditor memilih item sampel dengan menggunakan pertimbangan yang
profesional dan bukan metode probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah
satu dari beberapa metode pemilihan sampel nonprobabilistik.
b. Penerapan Sampling Statistik dan Non-Statistik dalam Praktik Serta
Metoda Pemilihan Sampel
Standar auditing memungkinkan auditor untuk menggunakan baik
metode sampling statistik maupun nonstatistik. Akan tetapi, jauh lebih lebih
penting bahwa kedua metode itu deterapkan dengan cermat dan teliti. Semua
langkah dalam proses harus diikuti dengan teliti.
Terdapat tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan
sampling audit nonstatistik . ketiga metode itu bersifat nonprobabilistik :

1) Pemilihan sampel terarah


2) Pemilihan sampel blok
3) Pemilihan sampel sembarangan
Adapun empat jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan
sampling audit statistik, yang semuanya bersifat probabilistik:
1) Pemilihan sampel acak sederhana
2) Pemilihan sampel sistematis
3) Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran
4) Pemilihan sampel yang bertahap

3. METODA PEMILIHAN SAMPEL NON-PROBABILISTIK


Metode pemilihan sampel nonrobabilistik adalah metode yang tidak
memenuhi persyaratan teknis bagi pemilihan sampel nonprobabilistik. Karena metode
tersebut tidak didasarkan pada probabilitas matematika, keterwakilan sampel mungkin
sulit ditentukan.
Pemilihan Sampel Langsung
Pada pemilihan sampel langsung, auditor dengan sengaja memilih setiap unsur
dalam sampel berdasarkan kriteria pertimbangannya sendiri ketimbang menggunakan
pemilihan acak. Pendekatan yang digunakan terdiri dari :
a. Unsur yang paling mungkin berisi kesalahan penyajian
b. Unsur yang berisi karakteristik populasi tertentu
c. Unsur bernilai rupiah besar
Pemilihan Sampel Blok
Pada pemilihan sampel blok, auditor memilih pos pertama dalam satu blok,
dan sisanya dipilih secara berurutan. Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat
diterima jika jumlah blok yang digunakan masuk akal.

Pemilihan Sampel Sembarang

Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection), adalah


pemilihan sampel atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Dalam kasus
semacam itu, auditor memilih unsur populasi tanpa mempertimbangkan ukurannya,
sumber, atau karakteristik pembeda lainnya.

Kekurangan pemilihan sampel sembarangan yang paling serius adalah sulitnya


memegang teguh untuk sepenuhnya tidak bias dalam melakukan pemilihan.

4. METODA PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK


Sampel statistik menggunakan sampel probabilistic untuk mengukur risiko
sampling. Untuk sampel probabilistik, auditor tidak menggunakan pertimbangan
mengenai unsur sampel mana yang akan dipilih, kecuali dalam memilih mana dari
empat metode pemilihan yang akan digunakan.

Pemilihan Sampel Acak Sederhana

Auditor menggunakan sampling random untuk populasi sampel apabila tidak ada
kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih item populasi. Jika auditor memperoleh
sampel angka acak sederhana, mereka dapat menggunakan metode tersebut apabila
semua unsur dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih.

Pemilihan Sampel Sistematik

Pemilihan sampel sistematis (sistematic sample selection), auditor menghitung suatu


interval dan kemudian memilih unsur-unsur yang akan dijadikan sampel berdasarkan
ukuran interval tersebut. Interval ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan
ukuran sampel yang diinginkan. Keunggulan dari pemilihan sistematis adalah lebih
mudah digunakan. Dalam sebagian besar populasi, sampel sistematis dapat diambil
dengan cepat dan pendekatannya secara otomatis akan menempatkan nomor lain dalam
urutan, yang membuatnya lebih mudah dalam mengembangkan dokumentasi yang
sesuai.
Pemilihan Sampel Probabilitas Proporsional Terhadap Ukuran dan Sampel
Berjenjang

Dalam banyak situasi pengauditan, jauh lebih menguntungkan memilih sampel yang
menekankan unsur - unsur populasi dengan jumlah besar. Ada dua cara untuk memperoleh
sampel semacam itu :

1. Mengambil sampel dimana kemungkinan pemilihan setiap unsur individualnya bersifat


proporsional dengan jumlah rupiah di pembukuan. Metode ini disebut sebagai pemilihan
sampel probablitas proporsional dengan ukuran, dan dievaluasi dengan menggunakan
sampling nonstatistik atau sampling statistik unit moneter.
2. Membagi populasi kedalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran rupiah, dan
mengambil sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang lebih besar.
Hal ini disebut sebagai sampling berjenjang, dan dievaluasi dengan menggunakan
sampling nonstatistik ataupun sampling statistik variabel.

5. PEMILIHAN SAMPEL UNTUK TINGKAT PENYIMPANGAN


Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian
substantifitas transaksi untuk menaksir persentase unsur-unsur dalam populasi yang
berisi karakteristik atau atribut. Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian atau
tingkat penyimpangan. Sebagai contoh jika auditor menetukan bahwa tingkat
penyimpangan untuk verifikasi internal faktur penjualan adalah sekitar 3 persen, maka
rata-rata 3 dari tiap 100 faktur tidak diverifikasi secara layak.
Auditor menaruh perhatian pada jenis - jenis penyimpangan dalam populasi data
akuntansi:

a. Menyimpan atau deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien


b. Salah saji rupiah dalam populasi data transaksi
c. Salah saji rupiah dalam rincian transaksi saldo akun
Tingkat penyimpangan dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimsi
tingkat penyimpangan dalam populasi yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas
tingkat penyimpangan populasi. Istilah penyimpangan harus dipahami sebagai mengacu
pada deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara
moneter, apakah hal itu disebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau
penyebab lainnya. Istilah deviasi (deviation) terutama mengacu pada penyimpangan dari
pengendalian yang telah digariskan.

6. PENERAPAN PEMILIHAN SAMPEL AUDIT NON-STATISTIK


Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan
sampling audit pada pengujian pengendalian danpengujiansubstantif atas transaksi.
Langkah langkah tersebut dibagi menjadi tiga tahap yang telah digambarkan
sebelumnya. Auditor harus mengikuti langkah langkat tersebut dengan cermat untuk
memastikan diterapkannya persyaratan audit maupun sampling dengan benar.

Merencanakan sampel

1. Menyatakan tujuan pengujian audit.


Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang sedang diuji.

Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengendalian dan pengujian substantif atas


transaksi sebagai :

• Menguji keefektifan operasi pengendalian


• Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter

2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan.


Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat suatu
kesimpulan mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus memeriksa
program audit dan memilih prosedur audit dimana sampling audit dapat diterapkan:

a. Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah yang besar dan tidak biasa
(prosedur analitis)
b. Mengamati apakah tugas klerk piutang usaha terpisah dari tugas menangani kas
(pengujian pengendalian)
c. Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat :
• Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian)
• Keberadaan dokumen pengiriman yang dilampirkan (pengujian
pengendalian) Pencantuman nomor bagan akun(pengujian pengendalian)
d. Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing masing ke
salinan faktur penjualan terkait (pengujian pengendalian)
e. Membandingkan kuantitas yang tercantum pada setiap salinan faktur
penjualan dengan kuantitas pada dokumen pengiriman yang terkait (pengujian
substantive atas transaksi)
Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur pertama dalam program audit
ini. Prosedur yang pertama adalah prosedur analitis dimana sampling tidak layak
diterapkan. Sementara yang kedua adalah prosedur observasi yang tidak memiliki
dokumentasi untuk melaksanakan sampling audit.

3. Rumuskan atribut dan kondisi penyimpangan.


Jika sampling audit digunakan, auditor harus mendifinisikan dengan tepat karakteristik
(atribut) yang sedang diuji dan kondisi penyimpangan.kecuali mereka telah
mendefinisikan dengan tepat setiap atribut, staf yang melaksanakan prosedur audit tidak
akan memiliki pedoman untuk mengidentifikasi penyimpangan. Atribut kepentingan dan
kondisi penyimpangan untuk sampling audit diambil langsung dari prosedur audit yang
digunakan auditor.

4. Rumuskan populasi.
Populasi dalam item item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat
mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item yang mereka inginkan, tetapi
ketika memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari sepuluh populasi seperti yang
telah didefinisikan. Auditor harus mendefinisikan dengan cermat terlebih dahulu, sejalan
dengan tujuan pengujian audit.

5. Rumuskan unit sampling.


Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan
pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik uang berhubungan dengan angka acak
ang dihasilkan auditor. Jadi sangatlah bermanfaat memikirkan unit sampling sebagai titik
awal untuk melakukan pengujian audit. Untuk siklus penjualan dan penagihan, unit
sampling biasanya berupa nomor faktur penjualan atau dokumen pengiriman.

6. Menetapkan tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi.


Penetapan tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi (tolerable exception rate = TER)
untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan proffesional auditor,TER merupakan
tingkat penyimpangan tertinggi yang akan diijikan auditordalam pengendalian yang
sedang diuji dan masi bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan dengan
efektif(dan/tingkat salah saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima)

7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penentuan risiko penilaian yang
terlalu rendah.
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi risiko tersebut sebagai risiko pengendalian yang terlalu rendah (acceptable risk
of assessing control risk (ARACR) to low) ARACR mengukur risiko yang bersedia
ditanggung auditor untuk menerima suatu pengendalian sebagai efektif (atau tingkat slah
saji sebagai dapat ditoleransi) apabila tingkat penyimpangan populasi yang sebenarnya
lebih besardaripada tingkat pegecualian yang dapatditoleransi (TER)

8. Menaksir tingkat penyimpangan populasi


Auditor harus lebih dulu membuat estimasi tingkat penyimpangan populasi untuk
merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat penyimpangan populasi
(estemated population exception rate = eper) rendah, ukuran sampel yang lebih kecil
akan memenuhi tingkat penyimpangan yang dapat di toleransi (TER) auditor, karena
hanya diperlukan lebih sedikit estimasi yang tepat

9. Menentukan ukuran sampel awal


Ada empat factor yang menentukan ukuran sampel awal bagi sampling audit ukuran
populasi, TER, ARACR, dan EPER. Ukuran populasi bukan merupakan factor yang
signifikan dan umumnya dapat diabaikan, terutama untuk populasi yang besar. Auditor
yang menggunakan sampling nonstatistik akan menentukan ukuran sampel dengan
menggunakan pertimbangan professionalnya dan bukan menggunakan rumus statistik.
Setelah ketiga factor utama yang mempengaruhi ukuran sampel ditentukan, auditor dapat
memutuskan ukuran sampel awal.

Hal ini disebut sebagai ukuran sampel awal karena penyimpangan sampel actual harus
dievaluasi sebelum auditor dapat memutuskan apakah sampel cukup besar untuk
mencapai tujuan pengujian

Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit

10. Memilih sampel


Setelah menentukan ukuran sampel awal bagi aplikasi sampling audit, auditor harus
memilih item-item dalam populasi untukmemasukkan sampel. Auditor dapat memilih
sampel dengan menggunakan metode probabilistik atau nonprobabilstik yang telah
dibahas . untuk meminimalkan kemungkinan klien mengubah item-item sampel yang
dipilih. Auditor juga harus mengendalikan sampel setelah klien menyediakan dokumen.
Beberapa item sampel tambahan dapat saja dipilih sebagai cadangan untuk mengganti
setiap item yang masih kosong dalam sampel awal

11. Melaksanakan prosedur audit


Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa setiap item dalam sampel untuk
menentukan apakah sampel tersebut konsisten dengan definisi atribut dan dengan
mempertahankan catatan mengenai semua penyimpangan yang ditemukan. Jika prosedur
audit untuk aplikasi sampling telah selesai, auditor akan memiliki ukuran sampel dan
jumlah penyimpangan untuk setiap atribut.

Mengevaluasi hasil

12. Menggenaralisasi dari sampel ke populasi


Tingkat penyimpangan sampel (sample exception rate = SER) dapat dengan mudah
dihitung dari hasilsampel actual. SER sama sama dengan jumlah actual penyimpangan
dibagi dengan ukuran sampel actual. Jadi, salah jika auditor menyimpulkan bahwa
tingkat penyimpangan populasi adalah tepat sama seperti tingkat penyimpangan sampel.
Karena hanya ada peluang yang kecil hal itu akan identik. Menurut metode nonstatistik,
auditor menggunakan dua cara untuk menggeneralisasikan dari sampel kepopulasi, yaitu:

a) Menambah estimasi kesalahan sampling ke SER guna mencapai tingkat


penyimpangan atas yang dihitung (CUER) bagi ARACR tertentu.
b) Mengurangi tingkat penyimpangan sampel (SER) dari tingkat penyimpangan
yang dapat ditoleransi (TER), untuk menemukan kesalahan sampling yang
dihitung (TER-SER) dan mengevaluasi apakah hal tersebut cukup besar untuk
menyimpulkan bahwa tingkat penyimpangan populasi yang sebenarnya dapat
diterima.

13. Menganalisis penyimpangan


Selain menentukan SER bagi setiap atribut dan mengevaluasi apakah tingkat
penyimpangan yang sebenarnya (tetapi tidak diketahui) mungkin melampaui tingkat
penyimpangan yang dapat ditoleransi (TER), auditor juga harus menganalisis
penyimpangan individual untuk menentukan kelemahan pengendalian internal yang
memungkinkan hal tersebut terjadi. Penyimpangan dapat disebabkan oleh banyak factor .
Sifat penyimpangan dan penyebabnya memiliki dampak yang signifikan terhadap
evaluasi system secara kualitatif.

14. Memutuskan aksebtabilitas populasi


Jika auditor menyimpulkan bahwa TER-SER terlalu kecil untuk menyimpulkan bahwa
populasi dapat diterima, atau jika SER melampaui TER, auditor harus mengikuti salah
satu dari empat langkah berikut :

• Merevisi TER atau ARACR Alternatif


• Memperluas Ukuran Sampel
• Merevisi Penilaian Resiko pengendalian
• Mengkomunikasikan kepada Komite Audit atau Manajemen

7. SAMPLING AUDIT STATISTIK


Metode sampling statistik yang paling sering digunakan untuk pengujian pengendalian
dan engujian substantif atas transaksi adalah sampling atribut (atribute sampling). Sampling
nonstatistik juga memiliki atribut, yaitu karakteristik dalam populasi yang akan diuji, tetapi
istilah sampling atribut hanya digunakan dalam sampling statistic

8. DISTRIBUSI SAMPLING
Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi sampling. Disribusi sampling

adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat diperoleh dari
populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu. Distribusi sampling memungkinkan
auditor untuk pernyataan probabilitas mengenai kemungkinan keterwakilan nya setiap sampel
yang ada dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi binominal, imana
setipsampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang mungkin atau deviasi
pengendalian

9. PENERAPAN SAMPLING ATRIBUT

Merencanakan sampel

1. Menyatakan tujuan pengujian audit


2. Memutuskan apakah sampling aidit dapat diterapkan
3. Merumuskan atribut dan kondisi penyimpangan
4. Merumuskan populasi
5. Merumuskan unit sampling
6. Merumuskan tingkat pengencualian yang dapat ditoleransi
7. Menetapakan resiko bisa diterima untuk penetapan resiko pengendalian yang terlalu
rendah
8. Menaksir tingkat penyimpangan populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal

Penggunaan tabel

Jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal, mereka akan
mengikuti empat langkah berikut :

a. memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR


b. menempatkan TER pada bagian atas table
c. menempatkan EPER pada kolom bian kiri
d. membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga berpotongan dengan
baris EPER yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut adalah ukuran sampel awal
dampak ukuran populasi

Pengaruh dari Ukuran Populasi

Teori statitiska menunjukan bahwa pada populasi dimana diterapkan sampling atribut, ukuran
populasinya hanya menjadi pertimbangan kecil dalam penentuan ukuran sampel.

Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit

1. Memilih sampel. Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling
statistikdan nonstatistik adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik
harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun
sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
2. Melaksanakan prosedur audit, sama untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik

Menilai hasil

Menggenaralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas
ketepatan atas (CUER) dengan ARACR tertentu, yang sekali lagi menggunakan program
komputer khusus atau tabel yang dikembangkan dari rumus statistik. Penggunaan tabel untuk
menghitung CUER melibatkan empat langkah :

1. Memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR auditor. ARACR ini harus sama
dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal.
2. Mencari lokasi jumlah penyimpangan aktual yang ditemukan dalam pengujian audit
pada bagian atas tabel.
3. Mencari lokasi ukuran sampel actual
4. Membaca kebawah kolom jumlah penyimpangan aktual yang tepat

Menganalisis penyimpangan
Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik

Memutuskan akseptabilitas populasi

Untuk sampling atribut, auditor akan membandingkan CUER dengan TER bagi setiap atribut.
Sebelum populasi bisa dianggap dapat diterima, CUER yang ditentukan berdasarkan hasil
sampel aktual harus lebih kecil atau sama dengan TER jika keduanya didasarkan pada
ARACR yang sama.
Daftar Pustaka

Jusup, Haryono. 2014. AUDITING (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II.


Yogyakarta: Bagian penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Anda mungkin juga menyukai