Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

AUDITING II
Menyelesaikan Pengujian dalam Siklus Penjualan dan
Penagihan Piutang Usaha

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Fakultas Ekonomi dan Akuntansi MK 01610003 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Bisnis
05
Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai. Mahasiswa memiliki kemampuan
metodologi untuk merancang untuk menjelaskan cara
pengujian atas rincian saldo, jenis- menyelesaikan pengujian dalam
jenis konfirmasi piutang usaha, siklus penjualan dan penagihan
mengembangkan program audit bagi piutang usaha
pengujian yang terinci.
Pokok Pembahasan

A. Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo


B. Merancang Pengujian atas Rincian Saldo
C. Konfirmasi Piutang Usaha
D. Mengembangkan Program Audit bagi Pengujian yang Terinci

A. Metodologi untuk Merancang Pengujian atas Rincian Saldo

Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo piutang, berhubungan dengan
kertas kerja perencanaan bukti untuk tujuan materialitas dan risiko, pengujian pengendalian
substantif atas transaksi serta pengujian atas rincian saldo. Dalam merancang pengujian atas
rincian saldo untuk piutang, harus memenuhi delapan tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo yang secara khusus untuk piutang disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo piutang usaha.

Delapan tujuan audit tersebut antara lain adalah sebagai berikut:


1. Piutang usaha dalam neraca sado sama dengan jumlah file induk terkait, dan totalnya
telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umun. (detail tie-in).
2. Piutang usaha yang dicatat ada. (keberadaan)
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan.(kelengkapan)
4. Piutang usaha sudah akurat.(keakuratan)
5. Piutang usaha telah di klasifikasikan dengan benar (klasifikasi)
6. Cut offpiutang usaha sudah benar (pisah batas)
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi.(nilai realisasi)
8. Klien memiliki hak atas nilai usaha.(hak)

Metodologi penting karena secara keseluruhan untuk merancang pengujian atas rincian saldo
akun terkait dalam hal ini adalah piutang usaha.

‘20 Auditing II
2 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Berikut adalah metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo.
1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha (tahap 1):
dilakukan dengan mempelajari industri bisnis klien dan lingkungan eksternal karena dapat
berdampak pada risiko bisnis klien.
2. Menetapkan materialitas Kinerja dan menilai risiko inhern (tahap 1): auditor memutuskan
tingkat materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, kemudian mengalokasikan
jumlah pertimbangan (akun piutang usaha) atau penetapan salah saji yang dapat
ditoleransi. Ketika menilai risiko inhern auditor mengidentifikasi secara formal risiko
kecurangan tertentu menyangkut pengakuan pendapatan.
3. Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan (tahap 1)
Pengendalian internal sangat penting dalam menentukan risiko audit, terdapat tiga hal
yang perlu diperhatikan oleh auditor terkait aspek pengendalian internal yaitu
pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan, pengendalian terhadap pisah
batas, pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih. Risiko
pengedalian berkait transaksi dan saldo harus memiliki keterkaitan dan berhubungan
untuk memutuskan risiko deteksi.

Bagi sebagian besar perusahaan, pengendalian internal terhadap penjualan dan


penerimaan kas serta piutang usaha terkait setidaknya harus cukup efektif karena
manajemen sangat menginginkan catatan yang akurat untuk mempertahankan hubungan
baik dengan pelanggan.

Tiga aspek utama pengendalian internal yang harus diperhatikan auditor, yaitu:
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan.
2. Pengendalian terhadap pisah batas.
3. Pegendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih

4. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas


transaksi (tahap 2)
Hasil pengujian substantif atas transaksi digunakan untuk menentukkan tingkat risiko
deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit terkait saldo piutang.

‘20 Auditing II
3 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
5. Merancang dan melaksanakan prosedur analistis (tahap3)
Prosedur analistis seringkali dilakukan selama tiga tahap audit yaitu:
1) Perencanaan mengenai perencanaan prosedur analitis dan prosedur substantif ketika
melakukan pengujian.
2) Pengujian terinci yaitu tahap pengujian dilakukan secara rinci dan tepat, dilakukan
setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo, serta
mengidentifikasi jumlah piutang yang tidak biasa dan kemungkinan salah saji
termasuk dampak yang tersaji dalam laporan keuangan.
3) Penyelesaian audit jika telah selesai dilaksanakan kesimpulan auditor mengenai
prosedur analisis substantif untuk penjualan dan penagihan dicantumkan dalam kertas
kerja perencanaan bukti.
6. Merancang dan melaksanakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha
Pengjian atas rincian saldo yang tepat tergantung pada faktor-faktor yang tercantum pada
kertas kerja perencanaan bukti. (lihat Arens Gambar 16-7 hal 116).

B. Merancang Pengujian atas Rincian Saldo

Dalam pengujian atas rincian saldo tidak hanya terfokus pada akun neraca tetapi juga
harus mempertimbangkan laba rugi yang terdapat saling keterkaitan.
Prosedur audit yang dipilih dan sampelnya untuk merancang pengujian atas rincian saldo
piutang usaha sangat tergantung pada bukti yang direncanakan untuk setiap pengujian.

Hal yang perlu diperhatikan dalam merancang pengujian atas rincian saldo piutang
usaha antara lain:
1) Piutang usaha ditambahkan dengan benar dan sama dengan file induk serta buku besar
umum.
2) Piutang usaha yang dicatat memang ada : konfirmasi saldo pelanggan merupakan hal
penting untuk menentukan eksistensi piutang yang dicatat.
3) Piutang yang ada telah dicantumkan : mengidentifikasi piutang usaha pada neraca saldo
atau memfooting neraca saldo piutang usaha dan merekonsiliasi saldonya dengan akun
pengendalian pada buku besar umum.
4) Piutang usaha sudah akurat: dapat dilakukan dengan konfirmasi ataupun memeriksa
dokumen pendukung

‘20 Auditing II
4 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
5) Piutang usaha diklasifikasikan dengan benar : memastikan bahwa klien telah memisahkan
dengan benar klasifikasi piutang usaha yang berbeda.

6) Cut offpiutang usaha sudah benar : memverifikasi bahwa transaksi yang mendekati akhir
periode akuntansi telah dicatat pada periode yang tepat, terdapat 3 jenis cut offyang
penting untuk di verifikasi terkait dengan akun piutang usaha yaitu cut offpenjualan, cut
offretur dan pengurangan penjualan, cut offpenerimaan kas.
Salah saji cut offdapat terjadi untuk penjualan, retur, dan pengurangan ,penjualan dan
penerimaan kas, bagi masing-masing pos tersebut, auditor memerlukan pendekatan untuk
menentukan kelayakan cut offantara lain:
a. Memutuskan kriteria cut off yang tepat
b. Mengevaluasi apakah klien memiliki prosedur yang memadai yang
ditetapkan untuk memastikan kelayakan pisah batas.
c. Menguji apakah cut off sudah benar

Cut Off penjualan


sebagian besar klien perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur mencatat
penjualan berdasarkan kriteria pengiriman barang, akan tetapi, beberapa perusahaan
mencatat faktur pada saat barang beralih yang dapat terjadi sebelum pengiriman,
seharusnya perusahaan mencatat penjualan setelah pengiriman barang, hal ini untuk
mengukur yang tepat atas laba periode berjalan, metodenya harus sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia dan ditetapkan secara konsisten.

Cut off retur dan pengurangan penjualan


prinsip-prinsip akuntansi mengharuskan bahwa retur dan pengurangan penjualan
ditandingkan dengan penjualan yang terkait jika jumlahnya material. Jika auditor yakin
bahwa klien telah mencatat semua retur dan pengurangan penjualan dengan
benar pengujian cut off akan menjadi sederahana dan bersifat langsung auditor dapat
memeriksa dokumen pendukung menyangkut sampel retur dan pengurangan penjualan
yang dicatat selama berapa minggu setelah tanggal penutupan untuk menentukan
tanggal penjualan yang sebenarnya, selain itu jika pengendalian internal atas
pencatatan retur dan pengurangan penjualan dievaluasi ternyata tidak efektif, sampel
yang lebih besar akan diperlukan untuk memverifikasi pisah batas.

‘20 Auditing II
5 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Cut off penerimaan kas
untuk sebagian besar audit, cut offpenerimaan kas yang benar kurang begitu penting
dibandingkan cut off penjualan atau retur dan pengurangan penjualan karena cut offkas
yang tidak tepat hanya mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha, bukan laba. Akan
tetapi jika salah sajinya material hal itu dapat mempenagaruhi kewajaran penyajian akun-
akun tersebut, terutama jika kas memiliki saldo yang kecil atau negatif. Prinsip-prinsip
akuntansi mengharuskan perusahaan menyatakan piutang usaha pada jumlah yang
akhirnya akan tertagih, nilai realisasi piutang usaha (realized value of accounts
receivable) sama dengan piutang usaha kotor dikurangi penyisihan piutang tak tertagih
untuk menghitung penyisihan, klien mengestimasi total jumlah piutang usaha yang di
perkirakan tidak dapat ditagih.

7) Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi: standar mengharuskan perusahaan


menyatakan piutang usaha pada jumlah yang akhirnya akan tertagih. Nilai realisasi
piutang usaha (realized value of accounts receivable) sama dengan piutang usaha kotor
dikurangi penyisihan piutang tak tertagih. Untuk menghitung penyisihan, klien
mengestimasi total jumlah piutang usaha yang di perkirakan tidak dapat ditagih. Untuk
membantu mengevaluasi auditor seringkali menyiapkan skedul audit yang menganalisis
penyisihan piutang tak tertagih. (lihat Arens gambar 16-4 hal 106).

Beban piutang tak tertagih


setelah auditor yakin dengan penyisihan piutang tak tertagih, maka auditor akan jauh
lebih mudah memverifikasi beban piutang tak tertagih, asumsikan bahwa:
a. Saldo awal akun penyisihan diverifikasi sebagai bagian dari audit
sebelumnya.
b. Penghapusan piutang tak tertagih diverifikasi sebagian dari pengujian substantif
atas transaksi.
c. Saldo akhir akun penyisihan telah diverifikasi dengan berbagai cara

8) Klien memiliki hak atas piutang usaha


Umumnya hak klien atas piutang usaha tidak menimbulkan masalah audit karena
biasanya piutang memang milik klien, namun dalam berbagai kondisi/kasus piutang
usaha sudah dijadikan jaminan, dibebankan pada orang lain dan sebagainya. Maka dalam

‘20 Auditing II
6 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
kondisi tersebut auditor dapat melakukan review notulen rapat, konfirmasi bank, kontrak
utang menyangkut piutang yang dijaminkan dan memeriksa file korespondensi.

9) Penyajian dan pengungkapan piutang usaha


Pengujian atas penyajian dan pengungkapan dilakukan sebagai bagian dari tahapan
penyelesaian audit. Ketika menguji penjualan dan piutang usaha auditor harus memahami
serta mengevaluasi kelayakan kebijakan pengakuan pendapatan klien untuk menentukan
apakah hal tersebut sudah diungkapkan dengan layak dalam laporan keuangan.

C. Konfirmasi Piutang

Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan
mengenai perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha. Tujuan konfirmasi piutang
usaha untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan serta pisah batas.
1. Persyaratan Standar Audit
Permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga merupakan prosedur pengumpulan bukti audit
yang diatur dalam ISA 505 (external comfirmation).

ISA 505 alenia 3 mengutif ISA 240 sebagai berikut:


ISA 240 menyatakan bahwa auditor boleh (tidak wajib) merancang permintaan
konfirmasi untuk memperoleh tambahan informasi yang memperkuat informasi lain
(yang sudah diperoleh) sebagai tanggapan terhadap risiko salah saji material yang dinilai,
yang disebabkan oleh fraud pada tingkat asersi.

ISA 505 paragraf 7 mengatur kewajiban auditor berkenaan dengan hal-hal sebagai
berikut:
1) Prosedur konfirmasi eksternal
a) Menentukan informasi yang dikonfirmasi atau yang diminta
b) Memilih pihak yang tepat untuk dikonfirmasi
c) Mendesain permintaan konfirmasi termasuk menentukan apakah permintaan telah
dialamatkan dengan tepat dan berisi informasi jawaban untuk dikirimkan secara
langsung kepada auditor.
d) Mengirimkan permintaan konfirmasi, termasuk tindak lanjutnya apabila perlu
kepada pihak yang dikonfirmasi.

‘20 Auditing II
7 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
2) Penolakan oleh manajemen terhadap permintaan auditor untuk mengirimkan
permohonan konfirmasi
3) Hasil-hasil prosedur konfirmasi eksternal:
a) Keandalan prosedur konfirmasi
b) Auditor tidak mendapat jawaban konfirmasi
c) Jika jawaban atas permohonan konfirnasi positif diperlukan untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat.
d) Jawaban konfirmasi yang berbeda.

2. Jenis Konfirmasi
Terdapat beberapa jenis konfirmasi antara lain sebagai berikut:
Konfirmasi positif (positive confirmation)
Merupakan komunikasi dengan debitor yang meminta pihak penerima untuk
mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan
konfirmasi itu benar atau salah. (lihat Arens gambar 16-5 hal 110).

Formulir konfirmasi yang kosong (blank confirmation form)


adalah jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi
meminta penerimanya untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainya. Formulir
kosong jarang digunakan dalam praktik karena sering menghasilkan tingkat respons
yang lebih rendah.

Konfirmasi faktur (invoice confirmation)


merupakan jenis konfirmasi positif lainnya dimana setiap faktur akan dikonfirmasi, dan
bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan, penjualan kepada pelanggan
besar sering kali melibatkan syarat khusus atau perjanjian lainya menyangkut
pengembalian barang yang dapat mempengaruhi jumlah serta waktu pendapatan
penjualan yang diakui. Untuk mengatasi masalah ini konfirmasi positif sering kali
meminta pelanggan untuk mengkonfirmasi keberadaa setiap syarat khusus atau
perjanjian lainya antara klien dan pelanggan.

‘20 Auditing II
8 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Konfirmasi negatif (negative confirmation)
Konfirmasi negatif juga ditujukan kepadaa debitor tetapi hanya akan meminta respons
jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan. (lihat Arens gambar 16-6 hal
111).

Konfirmasi positif adalah bukti yang lebih dapat diandalkan karena auditor dapat
melakukan prosedur tindak lanjut jika respons tidak diterima dari debitor, dengan
konfirmasi negatif, kegagalan untuk menjawab harus dianggap sebagai respons yang
benar, walapuan debitor mungkin mengabaikan permintaan konfirmasi.

ISA 505 menyatakan bahwa konfirmasi negatif merupakan bukti audit yang kurang
meyakinkan dibandingkan konfirmasi positif. Oleh karena itu auditor tidak boleh
menggunakan permintaan konfirmasi negatif sebagai satu-satunya prosedur audit
substantif untuk menanggapi risiko salah saji material yang dinilai, pada tingkat asersi
kecuali semua butir berikut ada:
a. Auditor telah menilai risiko salah saji material, rendah dan telah memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat mengenai efektifitas pengendalian yang relevan dengan
asersi yang diuji.
b. Populasi terdiri dari sejumlah besar saldo akun,transaksi atau kondisi yang kecil dan
homogen.
c. Diharapkan suatu tingkat penyimpangan sangat rendah
d. Auditor tidak menyadari keadaan atau kondisi yang akan menyebabkan penerima
konfirmasi negatif mengabaikan permintaan konfirmasi tersebut.

3. Penetapan Waktu
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasi
yang dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
Jika konfimasi piutang di buat sebelum akhir tahun, maka auditor membuat skedul yang
merekonsiliasi saldo piutang usaha pada tanggal konfirmasi dengan piutang usaha pada
tanggal neraca, denga cara menguji transaksi dengan memeriksa dokumen internal seperti
salinan faktur penjualan, dokumen pengiriman dan bukti penerimaan kas.

‘20 Auditing II
9 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
4. Keputusan Sampling
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk konfirmasi piutang mencakup
hal-hal berikut yaitu:
a) Materialitas dan salah saji yang dapat ditoleransi
b) Risiko inhern
c) Risiko pengendalian
d) Risiko deteksi yang dapat dicapai
e) Jenis konfirmasi.

5. Verifikasi Alamat dan Penyelenggaraan Pengendalian


Menyelenggarakan pengendalian atas konfirmasi sangat penting hingga dikembalikan
pada klien. Auditor harus melaksanakan prosedur demi memverifikasi alamat surat atau
alamat email yang di pakai dalam konfirmasi. Untuk konfirmasi yang dikirim melalui
surat auditor harus melakukan pengendalian konfirmasi dengan merancang konfirmasi
untuk memastikan bahwa responsnya akan diterima langsung oleh auditor.

6. Menindaklanjuti Nonrespons
Konfirmasi yang yang dikirimkan tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak boleh
dianggap sebagai bukti audit signifikan. Selain itu dapat dilakukan prosedur alternatif jika
pelanggan tidak juga mengembalikan konfirmasi.
Untuk setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan auditor dapat memeriksa
dokumentasi untuk verifikasi eksistensi dan keakuratan setiap transaksi penjualan yang
membentuk transaksi usaha yaitu:
a) Penerimaan kas selanjutnya
b) Salinan faktur penjualan: verifikasi penerbitan faktur, penjualan aktual dan tanggal
penagihan aktual.
c) Dokumen pengiriman: pengiriman benar dilakukan dan sebagai pengujian pisah batas
d) Korespondensi dengan klien: digunakan untuk mengungkapkan piutang yang
diperselisihkan dan yang meragukan dan tidak terungkap oleh cara lainnya.

7. Analisis Perbedaan

‘20 Auditing II
10 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Jika permintaan kobfirmasi dikembalikan oleh pelanggan maka auditor harus menentukan
penyebab setiap perbedaan yang dilaporkan. Jenis perbedaan dalam konfirmasi yang paling
sering dilaporkan antara lain:
 Pembayaran telah dilakukan: perlu diselidiki karena kemungkinan adanya pisah
batas.
 Barang belum diterima
 Barang telah dikembalikan
 Kesalahan klerikal dan jumlah yang masih dirperdebatkan

8. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan akhir mengenai piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti mencukupi
telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian substatif atas transaksi,
konfirmasi, prosedur analitis, pisah batas, konfimasi dan pengujian substantif lainnya
untuk melakukan justifikasi atas kebenaran saldo.

D. Mengembangkan Program Audit bagi Pengujian yang Terinci


a. Merancang prosedur audit untuk mengaudit piutang usaha dengan menggunakan kertas
kerja perencanaan bukti sebagai pedoman. (lihat Arens gambar 16-7 hal 116).
b. Program audit yang terinci untuk piutang usaha, berdasarkan tujuan dan penyesuaian
piutang tak tertagih.
c. Program audit merefleksikan kesimpulan menyangkut bukti audit yang direncanakan
pada kertas kerja perencanaan.

REFERENSI

 Audit Kontemporer. Theodorus M. Tuanakota-Jakarta, Salemba Empat, 2015.

 Randal J. Elder., Mark S. Beasley., Arens Alvin A., 2014. Auditing and Assurance
Service: An Integrated Approach. 15th. Edition. Pearson International Edition,
Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall.

 IAPI, 2014. Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP).

‘20 Auditing II
11 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
‘20 Auditing II
12 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai