Anda di halaman 1dari 22

MODUL PERKULIAHAN

AUDIT II
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS
AKUISISI DAN PEMBAYARAN : VERIFIKASI AKUN
TERPILIH

Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis

Program
Studi

Akuntansi S1

Tatap
Muka

06

Abstract
Transaksi pada siklus akuisisi dan
pembayaran mempengaruhi sejumlah
besar akun baik dalam neraca maupun
laporan laba rugi.

Kode MK

Disusun Oleh

84062

Ferry Hendro Basuki,


SE.,MSi.,Ak.,CA.

Kompetensi
1.

2.

3.

4.

5.

Mengenal berbagai akun dalam


siklus akuisisi dan
pembayaran.
Merancang dan melaksanakan
pengujian audit atas properti,
pabrik, dan peralatan serta
akun terkait.
Merancang dan melaksanakan
pengujian audit atas beban
dibayar dimuka.
Merancang dan melaksanakan
pengujian audit atas kewajiban
akrual.
Merancang dan melaksanakan
pengujian audit atas laba dan

akun beban.

JENIS AKUN LAIN DALAM SIKLUS AKUISISI DAN PEMBAYARAN


Banyak akun khusus yang terkait dengan transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran.
Jenis aktiva, beban, dan kewajiban bagi banyak perusahaan akan berbeda, terutama yang
berkecimpung dalam industri selain ritel, grosir, dan manufaktur.
Metode yang berkaitan dengan audit atas akun-akun tersebut serupa dengan audit
atas akun lainnya yang di bahas dalam bab-bab sebelumnya. Bab terakhir akan menyajikan
suatu tinjauan mengenai pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
khusus untuk siklus akuisisi dan pembayaran serta yang umumnya digunakan dalam
prosedur analitis dan pengujian atas rincian saldo utang usaha. Dalam bab ini, masalah
yang berkaitan dengan beberapa akun kunci lainnya dalam siklus ini akan dibahas, terutama
audit atas:

Properti, pabrik, dan peralatan


Beban dibayar di muka
Kewajiban lainnya
Laba dan akun beban

AUDIT ATAS PROPERTI, PABRIK, DAN PERALATAN


Merancang dan melaksanakan pengujian audit atas properti, pabrik, dan peralatan serta
akun terkait. Properti, pabrik, dan peralatan adalah aktiva yang memiliki umur yang
diharapkan lebih dari satu tahun, digunakan dalam bisnis, dan tidak diperoleh untuk dijual
kembali.
Tujuan penggunaan aktiva itu adalah sebagai bagian dari operasi bisnis klien dan umur
diharapkannya yang lebih dari satu tahun merupakan karakteristik yang signifikan yang
membedakan aktiva tersebut dengan persediaan, beban di bayar di muka, dan investasi.
Contoh beberapa klasifikasi akun properti, pabrik, dan peralatan yang umum. Akuisisi
properti, pabrik dan peralatan dilakukan melalui siklus akuisisi dan pembayaran
Karena audit atas akun properti, pabrik, dan peralatan serupa, salah satu contohnya
(peralatan manufaktur) akan digunakan untuk mengilustrasikan pendekatan untuk
mengaudit ketiga jenis akun. Perbedaan yang signifikan dalam verifikasi atas jenis akun
lainnya akan dibahas ketika hal itu muncul.
Tinjauan atas Akun yang Berkaitan dengan Peralatan
Perhatikan bahwa pendebetan ke peralatan manufaktur berasal dari siklus akuisisi dan
pembayaran. Karena sumber debet akun aktiva adalah jurnal akuisisi, sistim akuntansi
biasanya telah diuji untuk mencatat penambahan peralatan manufaktur pada periode
berjalan sebagai bagian dari pengujian atas siklus akuisisi dan pembayaran (yang akan kita
pelajari pada bab terakhir). Akan tetapi, karena penambahan peralatan tidak sering
dilakukan, sering kali berjumlah besar, dan terkena pengendalian khusus, seperti
persetujuan dewan direksi, auditor dapat memutuskan untuk tidak terlalu bergantung pada
pengujian tersebut sebagai bukti pendukung penambahan aktiva tetap.
201
2

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Gambar 20-1

Metodologi untuk merancang Pengujian atas Rincian

Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi utang usaha


Tahap I

Menetapkas salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren untuk utang usaha
Tahap I

Menilai risiko pengendalian untuk siklus Akuisisi dan pembayaran


Tahap I

rancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk siklus akuisisi dan pembayaran
Tahap II

Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk utang usaha


Tahap III

Prosedur Audit
Merancang pengujian atas rincian saldo utang usaha untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
Ukuran Sampel
Tahap III
Item yang dipilih
Penetapan Waktu

Catatan akuntansi yang utama untuk peralatan manufaktur serta akun properti,
pabrik, dan peralatan lain umumnya berupa file induk aktiva tetap (fixed asset master file).
File induk ini meliputi catatan yang terinci atas setiap bagian peralatan dan jenis properti
lainnya yang dimiliki. Setiap catatan yang ada dalam file mencantumkan deskripsi aktiva,
tanggal akuisisi, biaya awal, penyusutan tahun berjalan, dan akumulasi penyusutan properti.
Total semua catatan dalam file induk sama dengan saldo buku besar umum untuk
akun-akun terkait: peralatan manufaktur, beban penyusutan, dan akumulasi penyusutan.
File induk juga berisi informasi mengenai property yang diperoleh dan dibuang selama tahun
bersangkutan.

201
2

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Auditor membedakan cara memverifikasi peralatan manufaktur dengan akun aktiva


lancar karena tiga alasan:
1. Biasanya akuisisi peralatan manufaktur jarang dilakukan pada periode berjalan.
2. Jumlah setiap akuisisi sering kali material.
3. Peralatan mungkin tetap disimpan dan dicatat dalam catatan akuntansi selama
beberapa tahun.
Karena perbedaan tersebut, audit atas peralatan manufaktur lebih menekankan pada
verifikasi yang filakukan pada periode berjalan dan bukan saldo akun yang dibawa dari
tahun sebelumnya. Selain itu, umur ekspektasi dari aktiva di atas satu tahun
memerlukan akun beban penyusutan dan akumulasi penyusutan, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 20-2, yang diverifikasi sebagai bagian dari audit aktiva.
Terakhir peralatan dapat dijual atau dibuang, yang akan menimbulkan ayat jurnal
keuntungan atau kerugian yang mungkin perlu diverifikasi oleh auditor.
Walaupun pendekatan untuk memverifikasi peralatan manufaktur berbeda dengan
yang digunakan untuk aktiva lancar, beberapa akun aktiva lainnya diverifikasi dengan
cara yang sama. Hal tersebut termasuk paten, hak cipta, biaya catalog, serta semua
akun properti, pabrik, dan peralatan.
Dlam audit atas peralatan manufaktur dan akun-akun yang terkait, auditor harus
memisahkan pengujian ke dalam kategori berikut:

Melaksanakan prosedur analitis


Memverifikasi akuisisi tahun berjalan
Memverifikasi pelepasan atau pembuangan tahun berjalan
Memverifikasi saldo akhir tahun akun aktiva
Memverifikasi beban penyusutan
Memverifikasi saldo akhir akumulasi penyusutan.

Selanjutnya, mari kita bahas penggunaan kategori pengujian tersebut dalam audit
peralatan manufaktur, beban penyusutan, akumulasi penyusutan, dan keuntungan
atau kerugian atas akun pelepasan.
Melaksanakan Prosedur Analitis
Seperti dalam semua bidang audit, jenis prosedur analitis tergantung pada sifat
operasi klien. Tabel 5-3 mengilustrasikan prosedur analitis yang sering dilakukan
untuk peralatan manufaktur.
Seperti dapat Anda lihat, sebagian besar prosedur analitis yang tipikal menilai
kemungkinan salah saji yang material dalam beban penyusutan dan akumulasi
penyusutan. Nanti dalam bab ini, akan dibahas pengujian substantif yang sering
menjadi fakus auditor untuk akun-akun tersebut.

201
2

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

TABEL 5.3
Prosedur Analisis untuk Peralatan Manufaktur
Prosedur Analitis
Salah Saji yang Mungkin
Membandingkan beban penyusutan yang
Salah saji beban penyusutan dan
dibagi dengan biaya peralatan manufaktur
akumulasi penyusutan
kotor dengan tahun sebelumnya.
Membandingkan akumulasi penyusutan
Salah saji akumulasi penyusutan
yang dibagi dengan biaya peralatan
manufaktur kotor dengan tahun
sebelumnya.
Membandingkan reparasi dan
Membebankan jumlah yang harus
pemeliharaan bulanan atau tahunan, beban dikapitalisasi.
perlengkapan, beban peralatan kecil, dan
akun-akun serupa dengan tahun
sebelumnya.
Membandingkan biaya manufaktur kotor
Peralatan yang menganggur atau
yang dibagi dengan beberapa ukuran
peralatan yang disingkirkan tetapi
produksi dengan tahun sebelumnya.
belum dihapus.

Memverifikasi Akuisisi Tahun Berjalan


Perusahaan harus mencatat penambahan selama tahun berjalan dengan benar
karena aktiva memiliki pengaruh jangka panjang terhadap laporan keuangan.
Kegagalan untuk mengkapitalisasi aktiva tetap, atau mencatat akuisisi pada jumlah
yang salah akan mempengaruhi neraca hingga perusahaan melepas atau
membuang aktiva itu. Laporan laba rugi juga akan terpengaruh hingga aktiva itu
telah sepenuhnya disusutkan.
Karena pentingnya akuisisi periode berjalann dalam audit peralatan
manufaktur, auditor menggunakan tujuh dari delapan tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo sebagai kerangka reverensi bagi pengujian atas rincian saldo:
eksistensi, kelengkapan,keakuratan, klasifikasi, pisah batas, detail tie-in, serta hak
dan kewajiban. (Nilai realisasi akan dibahas dalam hubungannya dengan
memverifikasi saldo akhir.) Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan pengujian
audit yang umum ditunjukkan pada Tabel 5-4. Biasanya eksistensi, kelengkapan,
keakuratan, dan klasifikasi merupakan tujuan utama bagi bagian audit ini.
Seperti pada semua bagian audit lainnya, pengujian audit actual dan ukuran
sampel sangat tergantung pada salah saji yang dapat ditoleransi, risiko inheren dan
penilaian risiko pengendalian. Salah saji yang dapat ditoleransi merupakan hal yang
penting untuk memverifikasi penambahan tahun berjalan karena transaksi tersebut
bervariasi dari jumlah yang tidak material dalam beberapa tahun hingga sejumlah
besar akuisisi yang signifikan dalam tahun lainnya.
Titik awal untuk memverifikasi akuisisi tahun berjalan umumnya merupakan
sebuak skedul yang diperoleh dari klien menyangkut semua akuisisi yang dicatat

201
2

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

pada akun property, pabrik, dan peralatan di buku besar umum selama tahun
tersebut. Klien memperoleh informasi ini dari file induk property. Skedul yang tipikal
memuat daftar setiap penambahan secara terpisah dan mencamtumkan tanggal
akuisisi, vendor, deskripsi, notasi apakah barang tersebut baru atau bekas, umur
aktiva untuk tujuan penyusutan , metode penyusutan, dan biaya atau harga
perolehannya.
Tabel 5.4
Akuisisi tahun berjalan dalam
skedul akuisisi sama dengan
jumlah file induk terkait, dan
totalnya sama dengan buku
besar umum (detail tie-in)

Akuisisi tahun berjalan seperti


yang tercantum dalam daftar
memang ada (eksistensi).

Akuisisi yang ada telah dicatat


(kelengkapan).

Akuisisi tahun berjalan yang ada


dalam daftar sudah akurat
(keakuratan).
Akuisisi tahun berjalan yang ada
dalam daftar telah
diklasifikasikan dengan benar
(klasifikasi).

Akuisisi tahun berjalan dicatat


pada periode yang benar (pisah
batas).
Klien memiliki hak atas akuisisi
tahun berjalan (hak).

201
2

Tujuan Audit yang berkaitan dengan Saldo dan Pengujian atas


Rincian Saldo untuk Penambahan Peralatan Manufaktur
Memfooting skedul akuisisi.
Memfooting skedul akuisisi dan
Menelusuri setiap akuisisi ke file
menelusuri setiap akuisisi yang
induk untuk melihat jumlah dan
harus
dibatasi
kecuali
deskripsinya.
pengendaliannya lemah.
Menelusuri total ke buku besar Semua kenaikkan saldo buki
umum.
besar umum selama tahun
tersebut harus direkonsiliasi
dengan skedul.
Memeriksa faktur vendor dan
Bukanlah hal yang umum untuk
laporan penerimaan.
memeriksa secara fisik akativa
Memeriksa aktiva secara fisik.
yang diperoleh kecuali
pengendaliannya lemah atau
jumlahnya material.
Memeriksa faktur vendor yang
Tujuan ini merupakan salah satu
berhubungan erat dengan
yang paling penting untuk
akun seperti reparasi dan
peralatan manufaktur.
pemeliharaan untuk
mengungkap item-item yang
akan menjadi pepralatan
manufaktur.
Mereviuw perjanjian lease dan
sewa.
Memeriksa faktur vendor.
Luasnya tergantung pada risiko
inheren dan efektivitas
pengendalian internal.
Memeriksa faktur vendor dalam
Tujuannya berkaitan erat
akun peralatan manufaktur
dengan pengujian untuk
untuk mengungkapkan itemkelengkapan. Hal ini dilakukan
item yang harus
dalam kaitannya dengan tujuan
diklasifikasikan sebagai
tersebut dan pengujian untuk
peralatan kantor, bagian dari
keakuratan.
bangunan, atau reparasi.
Memeriksa faktur vendor yang
berhubungan erat dengan
akun seperti reparasi untuk
mengungkap item-item yang
akan menjadi peralatan
manufaktur.
Memeriksa beban sewa dan
lease untuk lease yang dapat
dikapitalisasi.
Mereviuw transaksi yang
Biasanya dilakukan sebagai
mendekati tanggal neraca pada
bagian dari pengujian pisah
periode yang benar.
batas utang usaha.
Memeriksa faktur vendor.
Biasanya tidak ada asalah untuk
peralatan.
Akte properti, aktiva yang tidak
bewujud, dan tagihan pajak
sering kali diperiksa untuk

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

tanah dan bangunan utama.

Ketika Anda mempelajari Tabel 5-4, perhatikan bahwa pengujian audit yang paling
umum untuk memverifikasi penambahan adalah memeriksa faktur vendor. Pengujian
tambahan, selain yang dilakukan sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan
pengujian substantive atas transakasi, sering kali juga diperlukan karena
kompleksitas dari banyak transaksi peralatan dan materialitas jumlahnya. Jadi
normal-normal saja bagi auditor untuk memverifikasi transaksi yang besar dan tidak
biasa selama satu tahun penuh serta sampel representative dari penambahan yang
tipikal. Luas pengujian tergantung pada risiko pengendalian yang dinilai auditor atas
akuisisi dan materialitas penambahan tersebut.
Dalam menguji akuisisi, auditor harus memahami prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima umum untuk memastikan bahwa klien mengikuti persyaratan standar
akuntansi. Sebagai contoh, auditor harus waspada terhadap kemungkinan kelalaian
klien untuk mencantumkan biaya transportasi dan instalasi yang material sebagai
bagian dari biaya akuisisi aktiva, serta kelalaian untuk mencatat dengan benar tukar
tambah peralatan yang ada. Auditor juga harus mengetahui kebijakan kapitalisasi
klien untuk menentukan apakah akuisisi telah diperlakukan secara konsisten dengan
tahun-tahun sebelumnya. Sebagai contoh, jika kebijakan klien adalah membebankan
akuisisi yang lebih kecil dari jumlah tertentu secara otomatis, seperti $1.000, auditor
harus memverifikasi bahwa kebijakan tersebut ditaati pada tahun berjalan.
Auditor juga harus memverifikasi transaksi yang tercatat menyangkut
ketepatan klasifikasinya. Dalam beberapa kasus, jumlah yang tercatat sebagai
peralatan manufaktur harus diklasifikasikan sebagai peralatan kantor atau sebagai
bagian dari bangunan. Selain itu, klien juga mungkin telah mengkapitalisasi beban
reparasi, sewa, atau beban lainnya dengan tidak benar. Pengendalian internal yang
buruk terhadap dokumen, eperti yang diilustrasikan oleh cerita pembuka bab
mengenai TVCN, dapat menimbulkan misklasifikasi transaksi pengeluaran yang
signifikan.
Biasanya klien mencantumkan transaksi yang harus dicatat ebagai aktiva
dalam beban reparasi dan pemeliharaan, beban lease, perlengkapan, peralatan
kecil, dan akun-akun serupa. Salah saji dapat saja berasal dari kurangnya
pemahaman terhadap prinsip-prinsip akutansi yang diterima umu atau keinginan
klien untuk menghindari pajak penghasilan. Jika auditor menyimpulkan jenis salah
saji yang material ini mungkin terjadi, mereka harus memvouching jumlah yang lebih
besar yang di debet kea kun beban. Jadi merupakan praktik yang umum untuk
melakukan hal tersebut sebagai bagian dari audit atas akun property, pabrik, dan
peralatan.

Memverifikasi Pelepasan Tahun Berjalan

201
2

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Transaksi yang melibatkan pelepasan peralatan manufaktur sering kali


disalahsajikan apabila pengendalian internal perusahaan tidak memilikimetode
formal untuk member tahu manajemen tentang penjualan, tukar tambah,
pengabaian, atau pencurian mesin dan peralatan yang tercatat. Jika klien lalai
mencatat pelepasan, biaya awal akun peralatan manufaktur akan dinyatakan terlalu
tinggi, dan nilai buku bersih akan dinyatakan terlalu tinggi hingga aktiva telah
disusutkan sepenuhnya. Metode formal untuk menelusuri pelepasan dan provisi
menyangkut otorisasi yang tepat atas penjualan atau pelepasan peralatan
manufaktur lainnya akan membantu mengurangi resiko salah saji. Juga harus ada
verifikasi internal yang memadai atas pelepasan yang tercatat untuk memastikan
bahwa aktiva telah dihapus dengan benar dari catatan akuntansi.
Tujuan utama dari auditor dalam memverifikasi penjualan, tukar tambah, atau
pengabaian peralatan manufaktur adalah untuk mengumpulkan bukti yang cukup
bahwa semua pelepasan telah dicatat dan pada jumlah yang benar. Titik awal untuk
memverifikasi pepasan adalah skedul klien yang berisi catatan tentang pelepasan
itu. Skedul tersebut umumnya mencantumkan tanggal kapan aktiva dilepas atau
dibuang ], nama orang atau perusahaan yang mengakuisisi aktiva, harga jual, biaya
awal, tanggal akuisisi, dan akumulasi penyusutan.
Pengujian detail tie-in atas skedul yang mencatat pelepasan diperlukan,
termasuk memfooting skedul, menelusuri total pada skedul ke pelepasan yang
tercatat dalam buku besar umum, serta menelusuri biaya dan akumulasi penyusutan
pelepasan ke file induk property.
Karena kelalaian untuk mencatat pelepasan peralatan manufaktur yang tidak
digunakan lagi dalam bisnis dapat mempengaruhi secara signifikan laporan
keuangan, pencarian pelepasan yang tidak tercatat merupakan hal yang penting.
Sifat dan kememadaian pengendalian terhadap pelepasan mempengaruhi luas
pencarian. Prosedur berikut sering kali digunakan untuk memverifikasi pelepasan:

Mereview apakah aktiva yang baru diakuisisi menggantikan aktiva yang ada.
Menganalisa keuntungan dan kerugian atas pelepasan aktiva dan
pendapatan rupa-rupa yang diterima dari pelepasan aktiva.
Mereview modifikasi pabrik dan perubahan lini produk, pajak property, atau
cakupan asuransi untuk indikasi penghapusan peralatan.
Melakukan tanya -jawab dengan manajemen dan personil produksi mengenai
kemungkinan pelepasan aktiva.

Ketika suatu aktiva dijual atau dibuang begitu saja tanpa ditukar dengan aktiva
pengganti, keakuratan transaksi dapat diverifikasi dengan memeriksa faktur
penjualan terkait dan file induk property. Auditor harus membandingkan biaya dan
akumulasi penyusutan yang ada dalam file induk dengan ayat jurnal yang tercatat
dalam jurnal umum serta menghitung kembali keuntungan atau kerugian atas
pelepasan aktiva sebagai perbandingan dengan catatan akuntansi. Jika terjadi tukar
tambah aktiva dengan aktiva pengganti, auditor harus memastikan bahwa aktiva
yang baru dikapitalisasi dan aktiva yang digantikan dihapus secara layak dari
catatan, dengan mempertimbangkan nilai buku aktiva yang ditukar tambah dan biaya
tambahan aktiva yang baru.
201
2

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Memverifikasi Saldo Akhir Akun Aktiva


Dua tujuan auditor ketika mengaudit peralatan manafaktur termasuk menentukan
bahwa:
1. Semua peralatan yang tercatat ada secara fisik pada tanggal neraca (eksistensi)
2. Semua peralatan yang dimiliki telah tercatat (kelengkapan)
Ketika merancang pengujian audit untuk memenuhhi tujuan tersebut, pertama auditor
mempertimbangkan sifat pengendalian internal terhadap peralatan manufaktur. Idealnya,
auditor
mampu
menyimpulkan
bahwa
pengendalian
cukup
kuat
untuk
memungkinkannya bergantung pada saldo yang dicatat dari tahun sebelumnya.
Pengendalian yang penting meliputi penggunaan file induk untuk setiap aktiva tetap,
pengendalian fisik yang memadai terhadap aktiva yang mudah dipindahkan (seperti
computer, perkakas, dan kendaraan), penulisan nomor identifikasi ke setiap aktiva tetap,
serta penghitungan fisik periodik atas aktiva tetap dan rekonsiliasinya oleh personil
akuntansi. Metode formal untuk memberi tahu departemen akuntansi tentang semua
pelepasan aktiva tetap juga merupakan pengendalian yang penting terhadap saldo
aktiva yang dicatat ke tahun berjalan.
Pada umumnya, langkah audit yang pertama berkenan dengan tujuan detail tie-in:
Peralatan manufaktur, seperti yang tercantum dalam file induk, sama dengan buku
besar. Memeriksa printout file inguk untuk melihat bahwa totalnya sama dengan saldo
buku besar biasanya sudah mencukupi. Auditor mungkin saja memilih menggunakan
perangkat lunak audit untuk memfooting versi elektronik file induk atau menguji footing
beberapa halaman secara manual.
Setelah menilai risiko pengendalian untuk tujuan eksistensi, auditor memutuskan
apakah perlu memverifikasi eksistensi setiap item peralatan manufaktur yang tercantum
dalam file induk. Jika terdapat kemungkinan yang besar bahwa aktiva tetap yang hilang
yang berjimlah material masih tercantum dalam file induk, auditor dapat memilih sampel
dari file induk dan memeriksa aktiva actual. Dalam kasus yang jarang terjadi, auditor
mungkin memutuskan bahwa perlu bagi klien untuk menghitung semua persediaan fisik
aktiva tetap guna memastikan bahwa semuanya memang ada. Ketika persediaan fisik
dihitung, biasanya auditor mengawasi penghitungannya.
Biasanya auditor tidak perlu menguji keakuratan atau klasifikasi aktiva tetap yang
dicatat pada periode sebelumnya karena sudah diverifikasi dalam audit sebelumnya
ketika diperoleh. Akan tetapi, auditor harus menyadari bahwa perusahaan kadangkadang mungkin memiliki peralatan manufaktur di tangan yang tidak lagi digunakan
dalam operasi. Jika jumlah material, auditor harus mengevaluasi apakah peralatan itu
harus dicatat pada nilai realisasi bersih (tujuan nilai realisasi) atau setidaknya
diklasifikasi secara terpisah sebagai peralatan nonoperasi.

201
2

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Selain melakukan prosedur untuk memperoleh bukti yang terkait dengan tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo aktiva tetap, auditor juga melaksanakan prosedur audit
yang terkait dengan empat tujuan penyajian dan pengungkapan aktiva tetap.
Pertimbangan utama dalam memverifikasi pengungkapan yag terkait dengan aktiva
tetap adalah kemungkinan adany rintangan hokum. Auditor dapat mengggunakan
beberapa metode untuk menentukan apakah peralatan manufaktur terbebani, termasuk:

Membaca syarat-syarat dalam perjanjian pinjaman dan kredit.


Mengirimkan permintaan konfirmasi pinjaman kepada bank dan institusi pemberi
pinjaman lainnya.
Melakukan diskusi denga klien atau mengirimkan surat ke penasihat hokum.

Penyajian dan pengungkapan yang tepat atas peralatan manufaktur dalam laporan
keuangan harus dievaluasi secara hati-hati untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima umum dipatuhi. Peralatan manufaktur itu harus meliputi biaya kotor
dan biasanya harus terpisah dari aktiva tetap lainnya. Properti yang di lease juga harus
diungkapkan secara terpisah, dan semua hak gadai atas properti itu harus dicantumkan
dalam catatan kaki. Auditor harus melaksanakan pengujian yang mencukupi untuk
memverifikasi bahwa keempat tujuan penyajian dan pengungkapan dipenuhi.

Memverifikasi Beban Penyusutan


Beban penyusutan merupakan salah satu dari beberapa akun beban yang tidak diverifikasi
sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujiansubstantif atas transaksi. Jumlah
yang tercatat ditentukan dengan alokasi internal dan bukan oleh transaksi pertukaran
dengan pihak luar. Jika beban penyusutan berjumlah material, akan diperlukan lebih banyak
pengujian yang terinci atas beban penyusutan ketimbang untuk akun yang telah diverifikasi
melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi.
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang paling penting untuk beban
penyusutan adalah keakuratan. Auditor berfokus pada penentuan apakah klien mengikuti
kebijakan penyusutan yang konsisten dari periode ke periode, dan apakah penghitungan
klien sudah benar.
Dalam menentukan hal yang pertama, auditor harus mempertimbangkan empat
aspek:
1.
2.
3.
4.

Umur manfaat akuisisi periode berjalan.


Metode penyusutan.
Estimasi nilai sisa.
Kebijakan penyusutan aktiva dalam tahun akuisisi dan disposisi.

Kebijakan klien dapat ditentukan melalui diskusi dengan personil yang berwenang dan
membandingkan responsnya dengan informasi yang ada dalam file permanen auditor.
Dalam memutuskan kelayakan umur manfaat yang dibebankan ke aktiva yang baru saja
diakuisisi, auditor harus mempertimabangkan umur fisik aktiva, umur yang diharapkan,
(dengan memperhatikan keusangan atau kebijakan normal perusahaan untuk
meningkatkan mutu peralatan), dan kebijakan perusahaan yang ditetapkan menyangkut
pertukaran peralatan.
201
2

10

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Kadang-kadang, situasi yang berubah dapat saja mengharuskan perusahaan untuk


mengevaluasi kembali umur manfaat aktiva. Jika hal itu terjadi, revaluasi harus
melibatkan perubahan estimasi akuntansi dan bukan perubahan prinsip akuntansi.
Dampak dari hal tersebut terhadap penyusutan harus dievaluasi.
Metode yang berguna untuk mengaudit penyusutan adalah pengujian prosedur
analitis atas kelayakan yang dilakukan denga mengalikan aktiva tetap yang belum
disusutkan dengan tingkat penyusutan tahun tersebut. Dalam melakukan perhitungan
tersebut, auditor harus membuat penyesuaian terhadap penambahan dan pelepasan
tahun berjalan, aktiva dengan umur yang berbeda, dan aktiva dengan metode
penyusutan yang berbeda. Banyak kantor akuntan membuat sapredsheet elektronik
dalam file permanennya yang mencantumkan rincian aktiva tetap dengan metode
penyusutan dan umurnya. Jika perhitungan dengan perangkat lunak mendekati total
klien dan jika penilaian risiko pengendalian untuk penyusutan dapat dieliminasi.
Jika pengujian kelayakan secara keseluruhan tidak dapat dicapai, biasanya
diperlukan pengujian yang lebih terinci. Untuk melakukan hal tersebut, auditor akan
menghitung kembali beban penyusutan atas aktiva tertentu untuk menentukan apakah
klien mengikuti kebijakan penyusuta yang benar dan konsis ten. Agar relevan,
perhitungan yang terinci harus dikaitkan dengan perhitungan total penyusutan dengan
memfooting beban penyusutan pada file induk property dan merekonsiliasi totalnya
dengan buku besar umum. Jika klien membuat catatan penyusutan dan amortisasi yang
terkomputerisasi, auditor sering kali menggunakan computer untuk menguji perhitungan.
Karena standar akuntansi mengharuskan pengungkapan catatan kaki yang
berhubungan dengan penyusutan aktiva tetap, termasuk pengungkapan metode
penyusutan dan umur manfaat terkait berdasarkan kelas aktiva, auditor akan
menjalankan prosedur guna memperoleh bukti bahwa empat tujuan audit yang berkaitan
dengan penyajian dan pengungkapan untuk penyusutan telah dipenuhi. Sebagai contoh,
auditor membandingkan informasi yang diperoleh melalui pengujian audit atas akun
beban penyusutan dengan informasi yang diungkapkan dalam catatan kaki guna
memastikan informasi yang disajikan konsisten dengan metode aktual dan asumsi yang
digunakan untuk menghitung serta mencatat penyusutan.

Memverifikasi Saldo Akhir Akumulasi Penyusutan


Pendebetan ke akumulasi penyusutan biasanya diuji sebagai bagian dari audit atas
pelepasan aktiva, sementara kredit diverifikasi sebagai bagian dari beban penyusutan. Jika
auditor menelusuri transaksi tertentu ke catatan akumulasi penyusutan dalam file induk
property sebagai bagian dari pengujian tersebut, maka hanya diperlukan sedikit pengujian
tambahan atas saldo akhir akumulasi penyusutan.
Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit atas saldo akhir akumulasi
penyusutan adalah:
1. Akumulasi penyusutan yang dinyatakan pada file induk properti sama dengan buku
besar umum. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan menguji footing akumulasi
penyusutan dalam file induk properti dan menelusuri totalnya ke buku besar umum.
201
2

11

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

2. Akumulasi penyusutan dalam file induk sudah akurat.


Dalam beberapa kasus, umur peralatan manufaktur mungkin saja berkurang secara
signifikan karena menurunnya permintaan pelanggan atas produk, kerusakan fisik yang
tidak diduga, modifikasi operasi, atau perubahan lainnya. Berdasarkan kemungkinankemungkinan tersebut, auditor harus mengevaluasi kememadaian penyisihan untuk
akumulasi penyusutan setiap tahun guna memastikan bahwa nilai buku bersih tidak
melampaui nilai realisasi aktiva.

AUDIT BEBAN DIBAYAR DI MUKA


Tujuan 20-3
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Audit atas Beban Dibayar di Muka
Beban di bayar di muka, beban yang ditangguhkan, dan aktiva tidak berwujud adalah aktiva
yang umurnya bervariasi dari beberapa bulan hingga beberapa tahun. Hal tersebut
termasuk:
Sewa dibayar dimuka
Asuransi dibayar di muka
Biaya organisasi
Merek dagang
Pajak dibayar di muka
Beban yang ditangguhkan
Paten
Hak cipta
Dalam beberapa kasus, akun-akun tersebut sangat material. Akan tetapi, dalam audit
khusus, perusahaan tidak memiliki banyak akun yang disebutkan di atas atau jumlahnya
tidak material.
Prosedur analitis sering kali sudah mencukupi untuk beban dibayar di muka, beban
yang ditangguhkan, dan aktiva tidak berwujud. Dalam audit tertentu, beberapa dari aktiva
tersebut dapat menjadi signifikan. Dalam bagian ini, kita akan membahas beberapa
pengendalian internal khusus dan pengujian audit terkait yang biasanya berkaitan dengan
beban dibayar di muka. Dalam pembahasan berikut, contoh audit atas asuransi dibayar di
muka akan digunakan sebagai representative akun kelompok ini karena:
1. Asuransi dibayar di muka ditemukan pada sebagian besar audit hampir semua
perusahaan memiliki beberapa jenis asuransi
2. Masalah yang umumnya dihadapi dalam audit asuransi dibayar di muka merupakan
hal yang umum bagi kelas akun ini.
3. Tanggung jawab auditor untuk mereview cakupan asuransi merupakan pertimbangan
tambahan yang tidak ditemukan pada akun lainnya dalam kategori ini.
Tinjauan terhadap Asuransi Dibayar di Muka
Gambar 20-3 mengilustrasikan akun yang umumnya digunakan untuk asuransi dibayar di
muka serta hubungan antara asuransi dibayar di muka dan siklus akuisisi da pembayaran
melalui pendebetan kea kun asuransi dibayar di muka. Karena sumber dedet dalam akun
aktiva adalah jurnal akuisisi, pembayaran premi asuransi sebagian telah diuji dengan
menggunakan pengujjian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi akuisisi
serta pengeluaran kas.
201
2

12

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Pengendalian Internal
Pengendalian internal untuk asuransi dibayar di muka dan beban asuransi dapat dengan
mudah dibagi ke dalam tiga kategori: pengendalian terhadap akuisisi dan pencatatan
asuransi, pengendalian terhadap register asuransi, dan pengendalian terhadap
penghapusan beban asuransi. Pengendalian terhadap akuisisi dan pencatatan asuransi
merupakan bagian dari siklus akuisisi dan pembayaran. Sejalan dengan prosedur yang
dibahas dalam siklus tersebut, otorisasi yang tepat atas polis asuransi yang baru dan
pembayaran premi asuransi merupakan pengendalian yang penting.
Register asuransi (insurance register) adalah catatan polis asuransi yang berlaku
dan tanggal jatuh tempo setiap polis. Auditor menggunakan register asuransi untuk
mengidentifikasi polis yang berlaku yang terkait dengan akun asuransi dibayar di muka.
Syarat dan jumlah pembayaran polis yang berlaku dicantumkan dalam register. Karena
syarat dan jumlah itu menyediakan dasar untuk menentukan jumlah asuransi dibayar di
muka, auditor secara independen akan memverifikasi syarat dan jumlah tersebut ke polis
asuransi atau kontrak yang mendasari.
Perusahaan sering kali memiliki ayat jurnal bulanan standar untuk mereklasifikasi
asuransi dibayar di muka sebagai beban asuransi. Jika diperlukan ayat jurnal yang signifikan
untuk menyesuaikan saldo asuransi dibayar di muka pada akhir tahun, ayat jurnal tersebut
menunjukkan salah saji yang potensial ketika mencatat akuisisi asuransi selama tahun
berjalan atau ketika menghitung saldo akhir tahun asuransi dibayar di muka.
Pengujian Audit
Selama proses audit asuransi dibayar di muka dan beban asuransi, auditor harus mengingat
bahwa jumlah beban asuransi merupakan nilai residu. Nilai residu ini didasarkan pada saldo
awal asuransi dibayar di muka, pembayaran premi selama tahun berjalan, dan saldo akhir.
Satu-satunya pengujian atas saldo akun beban yang umumnya diperlukan mencakup
prosedur analitis dan pengujian untuk memastikan bahwa semua pembebanan ke beban
asuransi berasal dari kredit asuransi dibayar di muka. Karena pembayaran premi diuji
sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian atas rincian saldo tertuju pada
asuransi dibayar di muka.
Dalam audit atas asuransi dibayar di muka, auditor memperoleh skedul dari klien
atau membuat sendiri skedul yang mencantukan rincian mengenai polis tertentu yang
berlaku, nomor polis, cakupan asuransi untuk setiap polis, jumlah premi, periode premi,
beban asuransi untuk tahun berjalan, dan asuransi dibayar di muka pada akhir tahun.
Saldo awal dan akhir asuransi dibayar di muka kadang-kadang tidak material dan
sering kali ada beberapa transaksi yang didebet dan dikredit ke saldo selama tahun
bersangkutan, di mana sebagian berjumlah kecil dan mudah dipahami. Karena itu, auditor
biasanya dapat menghemat waktu untuk memverifikasi saldo atau transaksi. Jika auditor
memutuskan untuk tidak memverifikasi saldo secara terinci, prosedur analitis akan menjadi
sangat penting untuk mengidentifikasi potensi salah saji yang signifikan. Biasanya auditor
melakukan prosedur analitis berikut untuk asuransi dibayr di muka dan beban asuransi:

201
2

13

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Membandingkan total asuransi dibayar di muka dan beban asuransi dengan tahun
sebelumnya.
Menghitung rasio asuransi dibayar di muka terhadap beban asuransi dan
membandingkannya dengan tahun sebelumnya.
Membandingkan setiap cakupan polis asuransi pada skedul asuransi yang diperoleh
dari klien dengan skedul tahun sebelumnya sebagai pengujian atas eliminasi polis
tertentu atau perubahan cakupan asuransi.
Membandingkan saldo asuransi dibayar di muka yang dihitung selama tahun
berjalan atas dasar polis peer polis dengan yang ada pada tahun sebelumnya
sebagai pengujian terhadap kesalahan perhitungan.
Mereview cakupan asuransi yang tercantum pada skedul asuransi dibayar di muka
dengan pejabat kklien yang berwenang atau broker asuransi menyangkut
kememadaian cakupan. Auditor tidak boleh menjadi pakar asuransi, tetapi
pemahaman auditor mengenai akuntansi dan penilaian aktiva sangat diperlukan
untuk memastikan bahwa perusahaan tidak diasuransikan terlalu rendah.

Bagi banyak audit, tidak ada prosedur substanstif tambahan yang diperlukan kecuali
resiko pengendalian dinilai tinggi atau pengujian menunjukkan tingginya kemungkinan
adanya salah saji yang signifikan. Prosedur audit lainnya, yang akan dibahas berikutnya,
hanya harus dilakukan apabila ada alasan khusus untuk melakukannya. Pembahasan kita
mengenai pengujian tersebut menggunakan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo untuk
melaksanakan pengujian atas rincian saldo aktiva. (Nilai realisasi tidak dapat diterapkan).

Polis Asuransi dalam Skedul Asuransi Dibayar di Muka Memang Ada dan Polis yang
Ada Telah Dicantumkan (Eksistensi dan Kelengkapan). Pengujian atas eksistensi dan
pengabaian polis asuransi yang berlaku dapat dilakukan pada skedul asuransi dibayar di
muka klien dengan salah satu dari dua cara berikut:
1. Memeriksa sampel faktur asuransi dan polis yang berlaku untuk dibandingkan
dengan skedul.
2. Memperoleh konfirmasi informasi asuransi dari agen asuransi perusahaan. Auditor
umumnya lebih suka mengirimkan konfirmasi kepada agen asuransi klien, karena
pendekatan ini biasanya tidak terlalu menghabiskan banyak waktu ketimbang
pengujian vouching dan menyediakan verifikasi 100 persen.
Klien Memiliki Hak atas Semua Polis Asuransi dalam Skedul Asuransi dibayar Di Muka
(Hak).
Pihak yang akan menerima manfaat jika klaim asuransi diajukan adalah mereka yang
memiliki hak. Biasanya, penerima yang disebutkan dalam polis adalah klien, tetapi apabila
ada hipotik atau hak gadai lainnya, klaim asuransi mungkin dapat dibayarkan kepada
auditor. Mereview polis asuransi untuk penuntut selain klien merupakan pengujian yang baik
atas kewajiban yang belum tercatat dan aktiva yang digadaikan.
Jumlah Dibayar di Muka pada Skedul Sudah Tepat dan Totalnya Sudah Dijumlahkan
dengan Benar Serta Sama dengan Buku Besar Umum (Keakuratan dan Detail Tie-in).

201
2

14

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Pengujian audit untuk memverifikasi keakuratan asuransi dibayar di muka melibatkan


verifikasi jumlah premi asuransi, lama periode polis, dan alokasi premi ke asuransi yang
belum jatuh tempo. Jumlah premi untuk polis tertentu dan periode waktunya dapat
diverifikasi pada waktu yang sama dengan pemeriksaan faktur premi atau konfirmasi dari
agen asuransi. Setelah keduanya selesai diverifikasi, perhitungan klien atas asuransi yang
belum jatuh tempo dapat diuji dengan menghitungnya kembali. Skedul asuransi dibayar di
muka tersebut kemudian dapat difooting dan totalnya ditelusuri ke buku besar umum untuk
menyelesaikan pengujian detail tie-in.
Beban Asuransi yang berhubungan dengan Asuransi Dibayar di Muka Telah
Diklasifikasikan dengan Benar (Klasifikasi). Klasifikasi yang benar atas pendebetan kea
kun beban asuransi yag berbeda harus direview sebagai pengujian atas laporan laba rugi.
Dalam beberapa kasus, akun beban yang sesuai bersifat nyata karena jenis asuransi,
seperti polis asuransi sebuah peralatan. Dalam kasus lainnya, juga diperlukan alokasi.
Sebagai contoh, asuransi kebakaran atas suatu bangunan mungkin memerlukan alokasi ke
beberapa akun, termasuk overhead manufaktur. Membebankan akun yang tepat dan
konsistensi dengan tahun sebelumnya merupakan pertimbangan utama dalam
mengevaluasi klasifikasi.
Transaksi Asuransi Telah Dicatat pada Periode yang Benar (Pisah Batas). Pisah batas
untuk akuisisi asuransi biasanya bukan merpakan yang signifikan karena jumlah polisnya
kecil dan jumlahnya tidak material. Jika auditor mengecek pisah batas akuisisi asuransi,
mereka melakukannya sebagai bagian dari pengujian pisah batas utag usaha.

AUDIT KEWAJIBAN AKRUAL


Tujuan 20.4
Merancang dan melaksanakan pengujian audit atas kewajiban akrual.
Kategori utama akun yang ketiga dalam siklus akuisisi dan pembayaran adalah kewajiban
akrual (accrued liabilities), yang merupakan estimasi kewajiban yang belum dibayar atas
jasa dan manfaat yang telah diterima sebelum tanggal neraca. Kebanyakan kewajiban
akrual merupakan kewajiban di masa depan atas jasa yang belum dibayar akibat berlalunya
waktu tetapi belum dibayarkan pada tanggal neraca. Sebagai contoh, manfaat sewa properti
yang diakrualkan selama tahun bersangkutan. Karena itu, pada tanggal neraca, bagian
tertentu dari total biaya sewa yang telah dibayarkan harus diakrualkan. Kewajiban serupa
lainnya termasuk:

201
2

Gaji akrual
Pajak gaji akrual
Bonus pejabat akrual
Komisi akrual (yang telah dibahas pada bab 18)
Fee professional akrual
Sewa akrual
Bunga akrual

15

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Jenis akrual yang kedua melibatkan estimasi di mana jumlah kewajiban yang jatuh
tempo tidak pasti, seperti kewajiban pajak penghasilan federal apabila ada kemungkinan
yang masuk akal bahwa jumlah yang dilaporkan pada SPT pajak akan berubah setelah
Internal Revenue Service mengaudit SPT tersebut. Biaya garansi akrual dan biaya pension
akrual merupakan jenis akrual yang serupa.
Verifikasi beban akrual bervariasi tergantung pada sifat akrual dan situasi yang dihadapi
klien. Bagi sebagian besar audit, akrual hanya memerlukan waktu audit yang sedikit. Dalam
contoh lainnya, akun-akun tertentu, seperti pajak penghasilan akrual, biaya garansi, dan
biaya pension, sering kali bersifat matrial dan memerlukan upaya audit yang cukup banyak.
Pembahasan berikut mengenai audit atas pajak properti akrual akan digunakan sebagai
contoh audit akun kewajiban akrual.
Mengaudit Pajak Properti Akrual
Gambar 20-4 mengilustrasikan akun-akun yang umumnya digunakan oleh perusahaan
untuk mengakrualkan pajak properti, menunjukkan hubungan antara pajak property akrual
serta sikus akuisisi da pembayaran melalui pendebetan kea kun kewajiban. Karena sumber
debet adalah jurnal pengeluaran kas, pembayaran pajak property harus sudah diuji
sebagian oleh pengujian atas transaksi siklus akuisisi oleh pembayaran.
Seperti pada beban asuransi, saldo beban pajak properti merupakan jumlah residu yang
berasal dari saldo awal dan akhir pajak property akrual serta pembayaran pajak property.
Karena itu, penekanan dalam pengujian harus diberikan pada kewajiban pajak property
akhir dan pembayaran. Ketika auditor memverifikasi pajak property, kedelapan tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo kecuali milai realisasi bersifat relevan. Dua yang paling penting
adalah:
1. Property yang ada pada skedul akrual sudah tepat untuk mengakrualkan pajak.
Kelalaian untuk mencantumkan property di mana pajak harus diakuralkanaka
menyatakan terlalu renadah kewajiban pajak property (kelengkapan). Sebagai
contoh salah saji yang material dapat terjadi jika pajak property belum dibayarkan
hingga tanggal neraca dan tidak dimasukkan sebagai pajak property akrual.
2. Pajak property akrual telah dicatat secara akurat. Auditor memperhatikan perlakuan
yang konsisten terhadap akrual dari tahun ke tahun (keakuratan).
Gambar 20-4

Auditor menggunakan dua pengujian utama untuk mencatumkan semua akrual.


Auditor memverifikasi akrual pada saat yang bersamaan dengan audit pembayaran pajak
property tahun berjalan. Dalam sebagian besar audit, terdapat beberapa pembayaran pajak
property, tetapi setiap pembayaran sering kali berjumlah material, sehingga merupakan hal
yang umum untuk memverifikasi semuanya. Auditor juga membandingkan akrual itu dengan
tahun sebelumnya.
Auditor sering kali memulainya dengan memperoleh skedul pembayaran pajak
property dari klien, dan membandingkan setiap pembayaran dengan skedul tahu
201
2

16

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

sebelumnya untuk menentukan apakah semua pembayaran telah dicantumkan dalam


skedul yang disiapkan klien. Skedul audit aktiva tetap juga harus diperiksa untuk melihat
penambahan dan pelepasan aktiva yang mungkin mempengaruhi akrual pajak property.
Semua property yang dipengaruhi oleh regulasi pajak property lokal harus dicantumkan
dalam skedul, meskipun pembayaran pajak pertama belum dilakukan.
Setelah merasa puas bahwa semua property kena pajak telah dicantumkan dalam
skedul yang disiapkan klien, auditor akan mengevaluasi kelayakan pajak property atas
setiap property yang digunakan oleh klien untuk mengestimasi akrual. Dalam beberapa
contoh, totalnya telah ditetapkan oleh otoritas perpajakan dan dikirmkan kepada klien
sehingga memungkinkan untuk memverifikasi jumlah dengan membandingkan jumlah yang
ada degan skedul dengan tagihan pajak. Dalam kasus lainnya, pembayaran total tahun
sebelumnya harus disesuaikan dengan kenaikan tariff pajak property yang diperkirakan.
Auditor dapat memverifikasi pajak properti akrual dengan menghitung kembali
bagian dari total pajak yang dikenakan pada tahun berjalan bagi setiap bagian properti.
Pertimbangan yang paling penting adalah mengggunakan bagian yang sama dari setiap
pembayaran pajak untuk akrual yang telah digunakan pada tahun sebelumnya, kecuali ada
kondisi yang dapat dibenarkan untuk melakukan perubahan. Setelah akrual dan beban
pajak property untuk setiap bagian property telah dihitung kembali, totalnya harus
ditambahkan da dibandingkan dengan buku besar umum. Dalam banyak kasus, pajak
property dibebankan ke lebih dari satu akun beban. Dalam kasus tersebut, auditor harus
menguji klasifikasi yang benar dengan mengevaluasi apakah jumlah yang benar telah
dibebankan ke setiap akun.

AUDIT AKUN LABA DAN BEBAN


Tujuan 20-5
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Audit Akun Laba dan Beban.
Untuk menyelesaikan pembahasan kita mengenai akun-akun kunci dalam siklus akuisisi dan
pembayaran, aka diberikan suatu tinjauan menyangkut prosedur yang umumnya digunakan
auditor untuk menentukan apakah akun laba dan beban dalam laporan keuangan telah
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Auditor
harus yakin bahwa setiap total laba dan beban yang dicatumkan dalam laporan laba rugi,
serta laba bersih, tidak mengandung salah saji yang material.
Auditor harus menyadari bahwa sebagian besar pengguna laporan keuangan
semakin bergantung pada laporan laba rugi ketimbang neraca untuk membuat keputusan.
Investor ekuitas, kreditor jangka panjang, representative serikat kerja, dan bahka kreditor
jangka pendek lebih memperhatikan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba ketimbang biaya historis atau nilai buku setiap aktiva.
Dua konsep berikut dalam audit atas akun laba dan beban akan diperlukan ketika
mempertimbangkan tujuan laporan laba rugi:
1. Penandingan laba dan beban periodic diperlukan untuk menentukan hasil yang
tepat.
201
2

17

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

2. Aplikasi prinsip-prinsip akuntansi yang konsisten selama periode yang berbeda


diperlukan untuk komparabilitas.
Kedua konsep tersebut harus diterapkan ketika mencatat setiap transaksi dan
mengombinasikan akun dalam buku besar umum demi penyajian laporan.

Pendekatan untuk Mengaudit Akun Laba dan Beban


Audit atas akukn laba dan beban berkaitan secara langsung dengan neraca dan bukan
merupakan bagian terpisah dari proses audit. Salah saji akun laporan laba rugi hampir
selalu mempengaruhi akun neraca, dan sebaliknya. Seperti telah kita bahas pada bab-bab
sebelumnya, audit atas akun laba dan beban berkaitan dengan bagian audit lainnya. Kami
akan menyajikan uraian singkat mengenai pengujian tersebut disini sebagai review atas
materi yang dibahas pada bab-bab sebelumnya. Review ini menunjukkan sifat ketertarikan
di antara bagian-bagian audit yang berbeda dengan pengujian akun laba dan beban. Bagian
audit yang secara langsung mempengaruhi akun-akkun tersebut adalah:

Prosedur analitis
Pengujian pengendalian dan pengujian substanstif atas transaksi
Pengujian atas rincian saldo

Penekanan kami di sini tertuju pada akun laba dan beban yang berkaitan secara
langsung dengan siklus akuisisi dan pembayaran, tetapi konsep yang sama dapat
diterapkan pada akun laporan laba rugi di semua siklus lainnya.
Posedur Analitis
Bab 8 (di jilid 1) membahas prosedur analitis. Bab-bab selanjutnya akan merujuk
kembali ke prosedur tersebut sebagai bagian dari audit khusus. Prosedur analitis harus
dianggap sebagai bagian dari pengujian atas kewajaran penyajian baik akun neraca
maupun laporan laba rugi. Tabel 20-5 menunjukkan beberapa prosedur analitis dan salah
saji yang mungkin terungkap dalam audit atas akun laba dan beban.
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi
Baik pengujian pengendalian maupun pengujian substantif atas transaksi memiliki dampak
yang secara simultan memverifikasi akun neraca dan laporan laba rugi. Sebagai contoh,
asumsikan auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal sudah memadai untuk
memberikan kepastian yang layak bahwa transaksi yang terjadi dalam jurnal akuisisi, telah
dicatat secara akurat, diklasifikasikan dengan benar, dan dicatat pada waktu yang tepat.
Dengan melakukan hal tersebut, auditor memperoleh bukti mengenai kebenaran setiap
akun neraca, seperti iklan dan reparasi. Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai dan
penyajian salah saji yang ditemukan melalui pengujian pengendalian serta pengujian
substantif atas transaksi menunjukkan kemungkinan adanya salah saji baik dalam laporan
laba rugi maupun neraca.
Tabel 20-5
Tabel 20-5

201
2

18

Prosedur Analitis untuk Akun Laba dan Beban

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Prosedur Analitis
Membandingkan setiap beban dengan tahun
sebelumnya
membandingkan

Salah Saji yang Mungkin


Lebih saji atau kurang saji saldo akun beban.

Sarana yang paling penting untuk memverifikasi banyak akun laporan laba rugi pada
setiap siklus transaksi adalah memahami pengendalian internal dan pengujian pengendalian
serta pengujian substantive atas ttransaksi yang berhubungan. Sebagai contoh, jika auditor
menyimpulkan setelah melakukan pengujian yang memadai bahwa resiko pengendalian
dapat dinilai secara layak sebagai rendah untuk transaksi dalam siklus akuisisi dan
pembayaran, satu-satunya verifikasi tambahan terhadap akun laporan laba rugi yang
berhubungan, seperti utilitas, iklan, dan pembelian, akan dilakukan melalui kinerja prosedur
analitis da pengujian pisah batas. Akan tetapi, akun laba dan beban tertentu sama sekali
tidak diverifikasi oleh pengujian pengendalian dan pengujian substanstif atas transaksi,
sementara yang lainnya harus diuji secara lebih ekstensif oleh pengujian substantive
lainnya.
Pengujian atas Rincian Saldo Analisis Beban
Auditor harus menganalisis jumlah yang tercantum dalam akun laporan laba rugitertentu
walaupun pengujian yang telah disingggung sebelumnya sudah dilakukan. Kemudian, kita
akan membahas arti dan metodologi analisis akun sebelum bergerak ke pembahasan
mengenai kapan analisis akun beban dianggap tepat.
Analisis akun beban (expense account analysis) melibatkan pemeriksaan auditor
terhadap pendokumentasian yang mendasari setiap transaksi dan jumlah yang terdiri dari
rincian total akun beban. Dokumen itu sejenis dengan yang digunakan untuk memeriksa
transaksi sebagai bagian dari pengujian transaksi akuisisi, termasuk faktur, laporan
penerimaan, pesanan pembelian, dan kontrak. Ganbar 20-5 mengilustrasikan skedul audit
khusus yang menunjukkan analisis beban untuk beban hokum.
Meskipun analisis akun beban berfokus pada transaksi, pengujian tersebut berbeda
dengan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Pengujian
pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi ditujukan untuk menilai resiko
pengendalian. Karena itu, pengujian tersebut menguji kelas transaksi, seperti akuisisi,
sehingga melibatkan banyak akun yang berbeda. Dalam analisis beban dan akun laporan
laba rugi lainnya, auditor memverifikasi transaksi pada akun-akun khusus untuk menentukan
apakah transaksi itu dilakukan klien yang sesuai, diklasifikasikan dengan benar, dan dicatat
secara akurat.
Dengan asumsi pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi
memberikan hasil yang memuaskan, umumnya auditor membatasi analisis beban pada
akun-akun tersebut dengan kemungkinan adanya salah saji ujji material yang tinggi.
Sebagai contoh, auditor sering kali menganalisis:
201
2

19

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Akun beban reparasi dan pemeliharaan untuk menentukan apakah mereka telah
salah mencantumkan transaksi property, pabrik, dan peralatan.
Beban sewa dan lease guna menentukan kebutuhan untuk mengkapitalisasi lease.
Beban hukum untuk menentukan apakah ada kewajibankontijen yang potensial,
perselisihan, tindakan illegal, atau masalah hukum lainnya yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan.

Akun utilitas, beban perjalanan, dan iklan jarang dianalisis kecuali prosedur analitis
menunjukkan tinggnya potensi salah saji yang material.
Auditor sering kali menganalisis transaksi akun beban sebagai bagian dari verifikasi
aktiva yang terkait. Sebagai contoh, sudah umum bagi auditor untuk menganalisis:

Reparasi dan pemeliharaan sebagai bagian dari memverifikasi aktiva tetap.


Beban sewa sebagai bagian dari memverifikasi sewa dibayar di muka atau
akrual.
Beban asuransi sebagai bagian dari pengujian asuransi dibayar di muka.

Pengujian atas Rincian Saldo Akun Alokasi


Beberapa akun beban berasal dari alokasi (allocation) data akuntansi dan bukan dari
transaksi diskret. Beban semacam itu termasuk penyusutan, deplesi, dan amortisasi hak
cipta serta biaya katalog. Alokasi overhead manufaktur antara persediaan dan harga pokok
penjualan merupakan contoh jenis alokasi lainnya yang mempengaruhi beban.
Alokasi sangatlah penting karena menentukan apakah pengeluaran merupakan
suatu aktiva atau beban periode berjalan. Jika klien tidak mengikuti prinsip-prinsip akutansi
yang diterima umum atau lalai menghitung alokasi secara benar, laporan keuangan dapat
menjadi salah saji secara material. Alokasi beban seperti penyusutan aktiva tetap dan
amortisasi hak cipta akan diperlukan karena umur aktiva lebih lama dari satu tahun. Harga
perolehan awal aktiva akan diverifikasi pada saat akuisisi, tetapi pembebanan akan
dilakukan selama beberapa tahun.
Gambar 20-5

Jenis alokasi lainnya secara langsung mempengaruhi laporan keuangan akan


muncul karena umur aktiva yang lebih singkat belum jatuh tempo pada tanggal neraca. Hal
tersebut dapat mencakup sewa dan asuransi dibayar di muka. Terakhir, prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima umum mengharuskan alokasi biaya antara beban manufaktur
periode berjalan dan persediaan sebagai cara untuk merefleksikan semua biaya pembuatan
produk.
Dalam mengaudit alokasi pengeluaran seperti asuransi dibayar di muka dan
overhead manufaktur, dua pertimbangan yang sangat penting adalah mengacu pada
prinsip-prinsip yang diterima umum dan konsisten dengan periode sebelumnya. Dua
prosedur audit yang paling penting untuk mengaudit alokasi adalah pengujian atas

201
2

20

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

kelayakan secara keseluruhan dengan menggunakan prosedur analisis dan penghitungan


ulang hasil klien.
Biasanya auditor melaksanakan pengujian tersebut sebagai bagian dari audit atas
akun asset atau kewajiban terkait. Hal ini meliputi memverifkasi beban penyusutan sebagai
bagian dari audit property, pabrik dan peralatan, pengujian amortisasi untuk paten sebagai
bagian dari memverifikasi paten baru atau pelepasan paten yang ada, dan memverifikasi
alokasi antara persediaan serta harga pokok penjualan sebagai bagian dari audit
persediaan.

IKHTISARl
Bab ini menyimpulkan pembahasan kita mengenai akun dan transaksi dalam siklus
akuisisi serta pembayaran. Agar audit atas sejumlah besar akun yang berkaitan dengan
siklus ini memadai, auditor harus memahami akun-akun kunci, kelas transaksi, fungsi bisnis,
dokumen, serta catatan yang berhubungan dengan transaksi siklus akuisisi dan
pembayaran. Banyak dari akun-akun tersebut , seperti utang usaha, property, pabrik dan
peralatan, beban penyusutan, serta beban dibayar di muka, memiliki karakteristik unik yang
mempengaruhi cara auditor mengumpulkan bukti yang mencukupi tentang saldo akun yang
terkait. Dan, terakhir, keterkaitan di antara pengujian audit yang berbeda dalam sikklus
akuisisi dan pembayaran dapat menyediakan dasar bagi verifikasi auditor atas banyak akun
laporan keuangan.

ISTILAH-ISTILAH PENTING
Kewajiban akrual (accrued liabilities)_ estimasi kewajiban yang belum dibayar atas jasa
atau manfaat yang telah diterima sebelumnya hingga tanggal neraca; kewajiban akrual yang
umum termasuk komisi akrual, pajak penghasilan akrual, gaji akrual, dan sewa akrual.
Alokasi (allocation)_ pembagian beban tertentu, seperti penyusutan dan overhead
manufaktur, di antara beberapa akun beban.
Analisis akun beban (expense account analysis)_pemeriksaan dokumentasi yang
mendasari transaksi dan jumlah individual yang membentuk total akun beban.
File induk aktiva tetap (fixed asset master file) file computer yang berisi catatan setiap
bagian peralatan dan jenia property lainnya yang dimiliki; catatan akuntansi utama untuk
peralatan manufaktur serta akun property, pabrik, dan peralatan lainnya.
Register asuransi (insurance register) catatan polis asuransi yang berlaku dan tanggal
jatuh tempo setiap polis.

201
2

21

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka
Agoes, Soekrisno (2012). Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntasn Oleh Akuntan
Publik. Edisi 4. Penerbit Salemba Empat, Jln. Raya Lenteng AgungNo.101
Jagakarsa Jakarta Selatan 12610.
Arens.AA, Elder. RJ, and Beasley. MS. (2012). Auditing and Assurance Services: an
Integrated Approach, 14th Edition by Pearson Education, Inc., Upper Saddle
River, New Jersey, 07458.
Tuanakotta, Theodorus M. (2013). Audit Berbasis ISA (Intenational Standars on Auditing).
Penerbit Salemba Empat Jln. Raya Lenteng AgungNo.101 Jagakarsa Jakarta
Selatan 12610.

201
2

22

AUDIT II
Ferry Hendro Basuki, SE.,MSi.,Ak.,CA.

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai