Perbankan
Syariah
Pokok Bahasan
SISTEM OPERASIONAL BANK
SYARIAH
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis
Program
Studi
Akuntansi
Tatap
Muka
04
Kode MK
Disusun Oleh
84048
Abstract
Kompetensi
Pembahasan
SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH
1. DEFINISI, ASAS DAN TUJUAN BANK SYARIAH
Definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank terdiri
dari dua jenis yaitu bank konvesional dan bank syariah.
Terkait dengan asas operasional bank syariah disebutkan bahwa perbankan syariah
dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan
prinsip kehati-hatian. Sedangkan tujuan bank syariah berdasarkan dinyatakan bahwa
perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
2. FUNGSI BANK SYARIAH
Bank Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat. Bank Syariah juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitulmal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana
sosial lainnya (antara lain denda terhadap nasabah atau taazir) dan menyalurkannya
kepada organisasi pengelola zakat
Skema transaksi yang dimiliki dalam skema non riba memiliki setidaaknya ada
empat fungsi, yaitu :
1.
dana (shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang
produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan
dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana.
2.
Fungsi Investor
Dalam penyaluran dana , bank syariah berfungsi sebagai investor (pemiliik dana).
Sebagai investor, penanaman dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada
sektor sektor yang produktif dengan resiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan
201
6
syariah. Selain itu dalam menginvestasikan dana bank syariah harus menggunakan alat
investasi yang sesuai dengan syariah. Investasi yang sesuai dengan syariah meliputii akad
jual beli (murabahah, salam, dan istishna), akad investasi (mudharabah dan musyarakah),
akad sewa menyewa (ijarah dan iijarah muntahiya bittaamlik), dan akad lainnya yang
diperbolehkan oleh syariah.
3.
Fungsi Sosial
Fungsi sosial bank syariah merupakan sesuatu yang melekat pada bank syariah.
Setidaknya ada dua instrumen yang digunakan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsi
sosialnya, yaitu:
1. Instrumen Zakat, Infak, Sadaqah, dan wakaf (ZISWAF)
Instrumen ZISWAF berfungsi untuk menghimpun ZISWAF dari masyarakat, pegawai
bank, serta bank sendiri sebagai lembaga milik para insvestor , dana yang dihimpun
melalui instrumen ZISWAF selanjutnya akan disalurkan kepada yang berhak dalam
bentuk bantuan atau hibah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
2. Instrumen Qardhul Hasan
Instrumen Qardhul Hasan berfungsii menghimpun dana dan penerimaan yang tidak
memenuhi kriteria halal serta dana infak dan sedekah yang tidak ditentukan
peruntukannya secara spesifik oleh pemberi. Selajutnya dana Instrumen Qardhul Hasan
Disalurkan untuk :
Pengadaan atau perbaikan kualitas fasilitas sosial dan fasilitas umum masyarakat
(terutama bagi dana yang berasal dari penerimaan yang tidak memenuhi kriteria
-
halal)
Sumbangan atau hibah kepada yang berhak
Pinjaman tanpa bunga yang diprioritaskan pada masyarakat golongan ekonomi
lemah, tetapi memiliki potensi dan kemampuan untuk mengembalikan pinjaman
tersebut.
4.
bank konvensional, seperti memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji,
letter of quarantee, letter of credit, dan lain sebagainya. Akan tetapi, dalam hal mekanisme
mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut, bank syariah harus tetap menggunakan
skema yang sesuai dengan prinsip syariah.
3. SISTEM OPERASIONAL
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak
dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil.
Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya
201
6
dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai
investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Deposan, dengan
demikian bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.
SISTEM PENYALURAN DANA (FINANCING)
Penyaluran dana bank syariah dilakukan dengan menggunakan skema jual beli,
skema investasi, dan skema sewa.
Skema jual beli memiliki beberapa bentuk, yaitu murabahah, salam, dan istishna.
Skema investasi terdiri atas dua jenis, yaitu mudharabah dan musyarakah.
Dan skema sewa terdiri atas ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik.
1. Skema pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual
beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan
murabahah, salam dan istishna. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan
jasa dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah).
2. Skema Investasi, dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip
ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek
transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek
transaksinya jasa.
3. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil..Prinsip bagi hasil untuk
produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan
201
6
mudharabah.
WADIAH
Adalah titipan dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum
yang harus dijaga dan dikembalikan oleh yang penerima titipan, kapan pun si penitip
menghendaki.
Wadiah dibagi menjadi dua, yaitu : Wadiah Yad-dhamanah dan Wadiah Yad-amanah.
-
Wadiah Yad-dhamanah adalah titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip
dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut
diperoleh keuntungan, maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan.
Wadiah Yad-amanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan
Prinsip wadiah yang lazim digunakan dalam perbankan syariah adalah wadiah yaddhamanah dan biasa disingkat denga wadiah. Prinsip ini dapat diterapkan pada kegiatan
penghimpunan dana berupa giro dan tabungan.
Giro wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, ATM, sarana perintah
pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan.
Tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya
dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan menggunakan kuintansi,
kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan.
Mudharabah
adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha dimana pihak pertama
menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha.
Pihak yang menyediakan dana biasa disebut dengan istilah shahibul maal,
sedangkan pihak yang mengelola usaha disebut dengan istilah mudharib.
Mudharabah dibagi menjadi tiga :
-
Mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) adalah mudharabah yang member kuasa
kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan usaha tanpa batasan apapun yang
berkaitan dengan usaha tersebut
Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) adalah shahibul maal memberi batasan
kepada mudharib dalam pengelolaan dana berupa jenis usaha, tempat, pemasok,
maupun konsumen.
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana
Sifat dana
Insentif
Pengembalian dana
Deposito mudharabah adalah simpanan dana dengan skema pemilik dana (shahibul
maal) memercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan hasil yang diperoleh
dibagi antara pemilik dana dan bank dengan nisbah yang disepakati sejak awal.
PRINSIP DALAM PELAKSANAAN FUNGSI JASA KEUANGAN PERBANKAN
Pelaksanaan fungsi jasa keuangan perbankan dapat menggunakan prinsip-prinsip
transaksi syariah yang telah difatwakan oleh DSN. Beberapa prinsip itu adalah prinsip
wakalah, kafalah, sharf, ijarah.
Prinsip Wakalah
Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandate. Dalam
konteks muamalah, wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang (muwakkil)
kepada orang lain (wakil) dalam hal-hal yang mewakilkan. Hal-hal yang diwakilkan
haruslah :
Prinsip Kafalah
Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul anhu ashil).
Dalam fatwa DSN Nomor 11 Tahun 2000, kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (makfuul anhu ashil).
Prinsip Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang (muhil) kepada orang
lain yang menanggungnya (muhal alaih). Dalam praktik perbankan, prinsip hawalah dapat
digunakan untuk transaksi anjak piutang, di mana para nasabah yang memiliki pituang
201
6
kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang
tersebut dan bank menagihnya dari pihak ketiga itu.
Prinsip Sharf
Prinsip sharf adalah prinsip yang digunakan dalam transaksi jual beli mata uang, baik
antara mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis.
Prinsip Ijarah
Prinsip ijarah merupakan prinsip yang sangat banyak digunakan dalam pelaksanaan
fungsi jasa keuangan bank syariah. Berdasarkan fatwa DSN Nomor 9 Tahun 2000,
disebutkan bahwa objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang atau jasa. Ijarah
bila diterapkan untuk mendapatkan manfaat barang disebut sewa menyewa, sedangkan bila
diterapkan untuk medapatkan manfaat orang disebut upah-mengupah (Karim, 2004).
201
6
Daftar Pustaka
Ahmad Ifham Sholihin., 2010, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Gramedia Pustaka Utama
Firdaus Furywardhana SE, SS, MSi, 2009, Akuntansi Syariah, PPPS (Pendidikan dan
Pelatihan Perbankan Syariah), Jakarta
Rizal Yaya, Aji Erlangga, Ahim Abdurahim., 2014, Akuntansi Perbankan Syariah, Edisi 2.
Salemba Empat, Jakarta
DSN-MUI, 2016, http://www.dsnmui.or.id/, Jakarta
IAI 2007, KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PELAPORAN KEUANGAN BANK
SYARIAH, Jakarta
Presiden RI, UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
201
6
10