Anda di halaman 1dari 18

I

PENDAPATAN

A. Pendahuluan
Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan sebagai kenaikan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
poemasukan atau penambahan aset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidakberasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi pendapatan
maupun keuntungan. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas
entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan,
penghasilanjasa, bunga, dividen, royalti, dan sewa.
Tujuan pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang
timbul dari transaksi dan kejadian tertentu. Adapun ruang lingkup pernyataan standar PSAK
23 diterapkan untuk :
a. Penjualan barang
b. Penjualan jasa; dan
c. Penggunaan aset entitas oleh pihak yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen

Tidak mengatur pendapatan dari:


a. Sewa (PSAK 30)
b. Dividen dari investasi dengan metode ekuitas (PSAK 15)
c. Kontrak asuransi (PSAK 62)
d. Perubahan nilai wajar instrumen keuangan (PSAK 50 & 55)
e. Perubahan nilai nilai aset lancar lain
f. Ekstraksi hasil tambang (PSAK 29 dan 33)

B. Pengukuran dan pengakuan pendapatan


Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan
dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada
tanggal pengukuran (PSAK 68 Pengukuran Nilai Wajar). Dampak banyak kasus, nilai
pendapatan biasanya dapat ditentukan dengan mudah dari kontrak atau kesepakatan antara
entitas dnwegan pembeli atau pengguna asset. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang
diterima atau dapat diterima dengan memperhitungkan diskon dagang dan potongan
penjualan.
Jumlah imbalan yang diterma biasanya berupa kas atau setara kas, sedangkan jumlah
kas atau setara kas yang dapat diterima maksudnya adalah sebaesar nilai yang dapat
ditagihkan (piutang). Jika penerimaan kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari
imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diteria atau dapat diterima.
Misalnya entitas memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih
dari pembeli dengan tingkat bunga di bawah pasar sebagai imbala n dari suatu transaksi
penjualan barang. Nilai wajar imbalan yang diakui sebagai penedapatan dalam transaaksi
tersebut diukur dengan mendiskontokan seluruh penerimaan masa depan dengan
menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga yang dapat digunakan adalah
mana yang lebih jelas dan mudah ditentukan antara tingkat bunga yan gberlaku bagi
instrument (wesel tagih) serupa atau tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal
instrument tersebut ke harga jual tunai saat ini dari barang atau jasa yang diperdagangkan.
Selisih yang timbul dari perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal imbalan tersebut
diakui sebagai pendapatan Bunga.
Imbalan yang diterima dari suatu transaksi penjualan dapat berupa asset non-kas
selain piutang. Transaksi ni sering dikenal dengan istilah barter. Misalnya, suatu entitas
melakukan pertukaran asset kendaraan. Jika imbalan yang diperoleh dari transaksi penjualan
adalah berupa barang atau jasa dengan sifat dan nnilai yang serupa, maka pertukaran tersebut
tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan, sehingga tidak ada
pendapatan yang diakui. Jika barang dijual atau jasa diberikan untuk ditukar dengan barang
atau jasa yang tidak serupa, maka pertukaran tersebut dianggap sebagai transaaksi yang
menghasilkan pendapatan. Dalam kasus tersebut, pendapatan diakui pada nilai wajar dari
barang atau jasa yang diterima. Jika nilai wajar barang atau jasa yang tidak diterima tidak
tersedia atau dtidak dapat ditentukan, maka pendapatan diakui sebesar nnilai wajar barang
atau jasa yang diberikan. Jika transaksi pertukaran barang atau jasa yang tidak serupa
terserbut sebagian melibatkan aliran kas, maka pendapatan diukur pada nilai wajar setelah
disesuaikan dengan jumlah kas yang dialihkan.

C. Pengakuan Pendapatan
Permasalahan utama dalam akuntansi pendapatan adalah menentukan saat kapan
pendapatan diakui. Mengacu kepada prinsip pengakuan unsur laporan keuangan di Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDP2LK), dengan demikian,
pendapatan diakui ketika besar kemungkinan bahwa manfaat eknomi akan mengalir ke dalam
perusahaan dan nilai manfaat tersebut dapat diukur dengan andal. Untuk masing-masing jenis
pendapatan, berikut adalah penjelasan mengenai saat kapan umumnya kedua kondisi tersebut
terpenuhi untuk dapat diakui sebagai pendapatan.
1. Penjualan barang: umumnya pendapatan diakui pada saat penjualan yaitu saat penyerahan
barang.
2. Pendapatan jasa: umumnya pendapatan diakui pada saat penyerahan jasa yang dapat
ditagihkan.
3. Pendapatan yang berasal dari penggunaan asset, misalnya pendapatan bunga, sewa atau
royalty: umumnya pendapatan dapat diakui pada saat berlakunya waktu atau pada saat
asset digunakan.
4. Pendapatan yang berasal dari penjualan asset selain persediaan: umumnya pendapatan
(keuntungan dari pelepasan asset) diakui pada saat penjualan atau pertukaran.
Ketika ketidakpastian timbul dari kolektibilitas jumlah tertentu yang telah termasuk
dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih atau jumlah yang kemungkinan
pemulihannya tidak besar lagi, maka jumlah tersebut diakui sebagai bebanb, bukan
penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang diakui semula.
Kondisi yang ttidak umum mungkin saja terjadi, misalnya entitas mengakui
pendapatan lebih cepat atau mengakui lebih lambat daripada saat penjualan atau penyerahan
barang. Pengakuan lebih awal dapat dilakukan ketika terdapat kepastian yang tinggi atas
jumlah pendapatan yang dapat diakui. Pengakuain lebih lambat mungkin terjadi ketika
ketidakpastian yang tinggi terkait jumlah pendapatan atau biaya atau saat di mana
penyerahan barang dilakukan berlum terlihat penyelesaian proses perolehan pendapatan yang
substansial.
Masalah lain yang mungkin muncul dalam pengakuan pendapatan adalah kesulitan
mengidentifikasi transaksi. Jika transaksi pendapatan berrsifat kompleks, maka kriteria
pengakuan pendapatan harus diterapkan untuk masing-masibg komponen. Misalnya, jika
harga penjualan dari suatu produk termasuk jasa perawatan pasca-penjualan. Dalam hal ini,
jumlah yang dapat diidentifikasikan untuk jasa tersebut ditangguhkan dan diakui sebgai
pendapatan selama beberapa period eke depan selama jasa tersebut dilaksanakan paska
penjualan. Pembahasan mengenai syarat pengakuan pendapatan jasa selama beberapa period
ke depan dibahas pada bagian pendapatan jasa.

D. Pengakuan pendapatan selain di waktu penyerahan barang/ jasa


Beberapa contoh pengakuan pendapatan selain pada saat penyerahan adalah sebagai
berikut:
1. Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan barang/jasa
Pengakuan pendapatan sebelum penyeraha, umum terjadi pada kontrak konstruksi
gedung. Pendapatan sudah dapat diakui sebelum penyerahan gedung dengan beberapa
persyaratan atauu kondisi yang harus terpenuhi. Metode akuntansi untuk mengakui
pendapatan menggunakan metode persentase penyelesaian pekerjaan.
2. Pengakuan pendapatan pada saat barang/jasa selesai, sebelum diserahkan kepada pembeli
Pengakuan pendapatan pada saat barang sudah siap diantar namun belum sampai ke
tangan pembeli, banyak terjadi pada pengakuan pendapatan dari penjalan produk hasil
pertanian. Dalam hal ini, pendapatan sudah dapat diakui sebelum barang sampai ke
tangan pembeli karena kriteria pengakuan pendapatan sudah terpenuhi. Harga barang
sudah ditetapkan dalam suatu kontrak, bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan.
3. Pengakuan pendapatan setelah penyerahan barang/jasa
Pengakuan pendapatan baru dapat dilakukan setelah penyerahan barang, misalnya terjadi
pada saat penyerahan barang tersebut memerlukan proses pemasangan atau instalasi di
tempat pembeli. Pada saat kasus semacam ini pengakuan pendapatan belum dapat
dilakukan pada saat barang diantar ketempat pembeli karena masih terdapat kewajiban
yang harus dilakukan oleh penjual untuk melakukan pemasangan atau instalasi.
Berikut adalah contoh pengakuan pendapatan saat penyerahan barang
PT. Abadi menjual beberapa peralatan dengan harga tunai senilai Rp. 10.000.000
untuk peralatannya saja atau Rp. 13.000.000 jika termasuk jasa perawatan peralatan tersebut
selama 2 tahun. Dalam kasus ini, PT.Abadi akan mengakui pendapatan dari penjualan barang
sebesar Rp. 10.000.000 pada saat penyerahan barang. Sedangkan Rp. 3.000.000 akan diakui
selama 2 tahun sebagai pendapatan jasa.
Jurnal pada saat penjualan awal adalah sebagai berikut:

Kas 13.000.000
Penjualan Peralatan 10.000.000
Pendapatan Jasa Ditangguhkan 3.000.000

Jurnal pengakuan pendapatan jasa adalah sebagai berikut:

Pendapatan Jasa Ditangguhkan 3.000.000


Pendapatan Jasa Perawatan 3.000.000

E. Pendapatan penjualan barang


Menurut PSAK 23 (Penyesuaian 2014) pendapatan, entitas mengakui pendapatan dari
penjualan barang ketika semua kondisi berikut terpenuhi:
1. Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan
kepada pembeli
2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang terkait dengan kepemilikan barang
tersebut atau sudah tidak lagi memiliki kenndali atau control yang efektif atas barang
yang dijual
3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal
4. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait transaksi tersebut akan mengalir ke
entitas.
5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualann tersebut
dapat diukur dengan andal.
Peralihan resiko dan manfaat yang signifikan merupakan hal yang sangat kritikal dan
memerlukan pengujian atas keadaan transaksi tersebut. Berikut ini adalah beberapa jenis
transaksi penjualan yang memiliki perbedaan saat pengakuan pendapatan barang.
1. Penjualan Bill and Hold
Yang dimaksud dengan penjualan Bill and Hold adalah penjualan barang dengan
penundaan pengiriman barang. Penundaan pengiriman barang ini memang diminta oleh
pembeli tanpa mempengaruhi waktu penagihan dan kesepakatan harga.
Sebagai ilustrasi PT. Gema menjual perlengkapan mesin cetak kepada PT. CEtak
yang berecana membuka cabang baru di kota Bandung. Dalam kesepakatan jual beli, PT.
Cetak meminta PT. Gema tetap memegang mesin tersebut dan mengirimkannya pada saat
pada cabang baru sudah siap. Transaksi jual beli sudah terjadi pada saat kesepakatan
ditandatangani sehingga PT. Gema tetap melakukan penagihan seperti penjualan pada
umumnya tanpa menunggu mesin tersebut diserahkan kepada PT. Cetak. Kesepakatan jual
beli semacam ini dikenal dengan istilah Bill and Hold.
Pada ilustrasi tersebut kapan PT. Gema dapat mengakui pendapatan dari kesepakatan
bill and hold? Apakah diakui ketika kesepakatan ditandatangani atau ditunda dan dilaporkan
ketika penyerahan barang dilakukan?
Pengakuan pendapatan untuk kesepakatan jual beli bill and hold tergantung situasi.
PT. Gema mengakui pendapatan pada saat kesepakatan ditandatangani, ketika:
1. Kemungkinan besar penyerahan barang akan dilakukan
2. Pada saat penjualan diakui barang yang dijual teridentifikasi dengan jelas dan dalam
kondisi siap diserahkan pada saat penjualan diakui
3. Penjual menyetujui penundaan pengiriman barang
4. Berlaku syarat-syarat pembayaran yang biasa.
Jika empat kondisi tersebut tidak terpenuhi, diasumsikan risiko dan manfaat
kepemilikan tetap ada pada penjual sampai barang dikirimkan. Dalam kasus diatas, semua
kondisi terpenuhi, sehingga pengakuan pendapatan diakui pada saat kesepakatan jual beli
ditandatangani.

2. Penjulan barang dengan instalasi


Penjualan barang dengan instalasi adalah penjualan barang yang ketika barang diantar
ke tempat pembeli, barang tersebut masih memerlukan proses pemasangan atau instalasi
terslebih dahulu, sebelum akhirnya brang tersebut dapat digunakan oleh pembeli. Misalnya
penjualan barang-barang seperti peralatan teknologi yang memerlukan proses
pemasangan/instalasi pada pabrik atau digedung pembeli. Jika proses pemasangan bersifat
sederhana, misalnya hanya membongkar kemasan dan memasang sambungan listrik atau
antenna, maka pendapatan diakui pada saat penyerahan. Namun bagaimana proses instalasi
memerlukan proses cukup lama? Berikut adalah ilustrasinya
PT Khalifa menjual peralatan medis berupa alat fisioterapi di rumah sakit. Instalasi
memakan waktu sekitar 3 minggu dan harus dilakukan oleh tekhnisi khusus. Kapan PT
Khalifa mengakui penjualan peralatan ini?
Dalam kasus ini, resiko dan manfaat masih berda di PT Khalifa sampai instalasi
dilakukan. Dengan demikian tidak ada pendapatan penjualan yang diakui terkait penjualan
pada saat peralatan diantar ke tempat pembeli. Pendapatan baru diakui setelah instalasi
dilakukan.

3. Penjualan dengan pembayaran di muka


Pembayaran yang diterima di muka sebelum barang diserahkan tidak dapat diakui
sebagai pendapatan. Penerimaan kas diakui sebagai peningkatan liabilitas. Berikut adalah
ilustrasinya
Sebuah perusahaan mebel memproduksi dan menjual furniture. Karena pilihan warna
dan jenis cat diserahkan kepada konsumen, maka perusahaan ini mesyaratkan konsumen
untuk membayar uang muka pada saat pesanan dilakuan. Uang muka ini tidak dapat
dikembalikan. Kapan perusahaan tersebut dapat mengakui pendapatan?
Pada saat penerimaan uang mua, diakui senagai liabilitas pada akun pendapatan
diterima di muka.

Kas xxx
Pendapatan diterima di muka xxx

Pendapatan diakui pada saat barang telah jadi dan diserahkan kepada konsumen,
dengan jurnal sebagai berikut:

Pendapatan diterima di muka xxx


Pendapatan Penjualan xxx

4. Penjualan Dengan Retur


Beberapa kontrak penjualan memberikanhak kepada konsumennya untuk meretur
barang yang telah dibeli dan memperoleh pengembalian uang atau pengurangan tagihan. Hak
ini biasanya diberikan kepada penjual eceran. Hak retur ini bisa bersifat implisit atau eksplisit
dan dapat bersifat persyaratan yang diwajibkan. Terkadang, jumlah retur mungkin hanya
sedikit dan dapat diestimasi dengan andal. Namun ada kondisi lain dimana jumlah retur
sangat tinggi. Contoh situasi dimana jumlah retur tidak signifikan misalnya ketika beberapa
jenis penjualan yang menawarkan hak retur jika konsumen merasa tidak puas dengan produk
yang dijual. Dalam hal ini jumlah retur bisa diestimasi dengan andal berdasarkan pengalaman
historis. Dalam situasi tersebut penjualan diakui penuh dan jumlah estimasi retur
dicadangkan. Jika jumlah retur cukup signifikan dan tidak dapat dietimasi dengan andal
maka pengakuan pendapatan ditunda sampai jumlah retur dapat diestimasi dengan andal atau
sampai retur dilakukan dan batas waktu retur terlampaui. Alasan menunda pengakuan
pendapatan karena resiko dan manfaaat signifikan belum beralih kepada pembeli.
Berikut adalah contoh Penjualan dengan Retur:
PT Tugu Indah menjual peralatan pertanian senilai Rp4.000.000 pada 10 Agustus
2015 dan diasumsikan jumlah retur dapat diestimasi dengan andal. Pada tanggal 30 Agustus
2015, terdapat retur senilai Rp10.000. pada tanggal 31 Desember 2015 berdasarkan
pengalaman masa lalu, PT Tugu Indah mengestimasikan jumlah retur diperkirakan sebesar
2% dari penjualan. Bagaimana PT Tugu Indah mengakui pendapatannya?

10 Agustus 2015 Piutang 4.000.000


Penjualan 4.000.000
30 Agustus 2015 Retur Penjualan 10.000
Piutang 10.000
31 Desember 2015 Retur Penjualan 70.000
Penyisihan Retur Penjualan 70.000
((Rp4.000.000 x 2%)
Rp10.000)

5. Penjualan dengan Perjanjian Membeli Kembali (Buyback Agreement)


Jika perusahaan menjual barangnya kemudian terdapat perjanjian untuk membelinya
kembali pada periode waktu tertentu, apakah artinya perusahaan telah menjual barangnya?
Dengan demikian apakah pendapatan dapat diakui? Kesepakatan penjualan semacam ini
memerlukan analisis apakah risiko dan manfaat yang signifikan telah berpindah dari penjual
kepada pembeli. Berikut contohnya.
PT. Pianika menjual barnag dagangannya berupa alat music kepada PT. Hiburan
senilai Rp. 80.000.000. Harga pokok penjualan barang tersebut adalah Rp. 60.000.000. PT
pianika setuju untuk membeli kembali barang tersebut dua tahun lagi pada nilai wajarnya. PT
Hiburan membayar penuh harga jual tersebut pada saat penyerahan barang dari PT Pianika
dan tidak ada pembatasan kepada PT Hiburan dalam menggunakan barang tersebut selama 2
tahun.
Dalam kasus ini, tampak bahwa risiko dan manfaat signifikan telah berpindah kepada
PT Hiburan, karena PT Hiburan akan menerima nilai wajar pada saat pembelian kembali oleh
PT PIanika menunjukkan bahwa PT Pianika telah memindahkan risiko kepada PT hiburan.
Tambah lagi tidak ada pembatasan apa pun dalm penggunaan barang, yang artinya PT
Pianika telah memindahkan manfaat signifikan dari barang tersebut kepada PT Hiburan.
Dengan demikian penjualan dapat diakui sebagai berkut:

Kas 80.000.000
Penjualan 80.000.000

Beban Pokok Penjualan 60.000.000


Persediaan 60.000.000
Situasi lain misalnya, pada transaksi tersebut PT Hiburan menandatangani surat
utang untuk membayar pembelian barang tersebut dengan pembayaran bulanan selama 24
bulan. Terdapat beberapa syarat atau pembatasan dalam menggunakan barang tersebut
yang harus dipenuhi oleh PT Hiburan. Selanjutnya, PT Pianika setuju untuk membeli
kembali barang tersebut setelah dua tahun segharga Rp55.000.000. Dalam kasus ini,
transaksi tidak dapat diakui sebagai penjualan karena terdapat pembatasan penggunaan
dan PT Pianika setuju untuk membeli lagi pada harga dan waktu yang telah ditentukan.
Dengan demikian, risiko dan manfaat signifikan masih berada di PT Pianika. Transaksi
ini mungkin dapat diakui sebagai transaksi sewa pembiayaan yang akan dibahas pada bab
tentang sewa.

6. Penjualan Menggunakan Agen


Banyak perusahaan yang menjual produknya melalui perantara agen atau perantara
atau distributor. Agen bertugas memasarkan dan menyerahkan barang kepada konsumen
akhir. Produksen (principal) menyerahkan barang kepada agen dan selanjutnya agen tersebut
menyerahkan kepada konsumen akhir. Biasanya agen menerima komisi dari penjualan
tersebut. Pertanyaan yang sering muncul dalam transaksi yang melibatkan hubungan antara
principal dan agen ini adalah apakah agen mengakui pendapatan penjualan seluruhnya
sebesar hraga jual produk. Dalam hal ini agen hanya mengakui pendapatan sebesar komisi,
bukan harga jual penuh, karena agen tidak menanggung risiko dan manfaat terkait penjualan
tersebut. Walaupun agen menerima atau menagih pembayaran dari pelanggan, namun setelah
itu harus diserahkan kepada principal setelah dikurangi jumlah komisi yang menjadi bagian
agen. Risiko dan manfaat dari produk tidak beralih kepada agen. Pada kondisi demikian,
principal mengakui pendapatan pada saat manfaat dan risiko kepemilikan telah beralih
kepada konsumen akhir. Pendapatan diakui pada saat barang dijual oleh agen kepada pihak
ketiga atau konsumen akhir.
Menurut PSAK 23 (revisi 2010) Pendapatan, perusahaan bertindak sebagai principal
jika menanggung dampak manfaat dan risiko signifikan terkait dengan penjualan barang.
Fitur yang menunjukkan indikasi kapan perusahaan memiliki tanggung jawanb utama dalam
menyediakan barang kepada konsumen atau memenuhi pesanan, perusahaan menanggung
risiko produk sebelum dan setelah pesanan, selama pengiriman atau pada saat terdapat retur
konsumen, perusahaan memiliki wewenang dalam menetapkan harga baik secara langsung
maupun tidak langsung, dan perusahaan menanggung risiko kredit konsumen atas jumlah
yang dapat diterima dari konsumen. Lazimnya, jika suatu entitas bertindak sebagai agen,
maka jumlah yang diterima entitas ditetapkan sebelumnya, baik imbalan tetap per transaksi
atau persentase teretentu dari jumlah tagihan pelanggan. Salah satu bentuk hubungan antara
principal dan agen dapat ditemui dalam penjualan barang konsinyasi.
7. Penjualan Barang Konsinyasi
Dalam kesepakatan penjualan konsinyasi, consignor (produsen atau wholesaler)
mengirimkan barang kepada consignee (diler), yang bertindak sebagai agen dalam menjual
produk yang dimiliki oleh consignor. Consignor mengakui pendapatan penjualan sedangkan
agen mengakui komisi penjualan.
Consigne menerima produk yoleh consignor dan sepakat untuk menjaga produk
tersebut sampai terjual. Consignee menyerahkan uang yang diterima dari penjualan kepada
consignor setelah dikurangi komisi penjualan dan biaya lainnya yang dibebankan kepada
consignor sesuai kesepakatan.
Pada penjualan konsinyasi, consignor mengakui pendapatan hanya setelah menerima
pemberitahuan penjualan dan penyerahan kas dari consignee. Consignor tetap mencatat
brang jualan sebagai persediaan yang dilaporkn dalam laporan posisi keuangan, sementara
consignee juga tidak mengakui persediaan konsinyasi sebagai asetnya.
Berikut adalah contoh Penjualan Barang Konsinyasi:
PT Indah menjual barang konsinyasi untuk dijual pada PT Balada senilai
Rp67.000.000. Ongkos kirim barang tersebut untuk sampai ke PT Balada adalah
Rp3.000.000. Sampai akhir periode diketahui bahwa 60% dari barang konsinyasi terjual
senilai Rp50.000.000 tunai. PT Balada mengirimkan nota pemberitahuan penjualan barang
konsinyasi dengan menyerahkan uang kas dari penjualan kepada PT Indah dengan memotong
komisi penjualan sebesar 10%. Bagaimana ayat jurnal terkait transaksi konsinyasi tersebut di
kedua belah pihak?

PT Indah (consignor) PT Balada (consignee)


Pengiriman barang konsinyasi
Persediaan Konsinyasi 67.000.000 Tidak ada jurnal
Persediaan Barang Jadi 67.000.000 (hanya memo penerimaan barang
konsinyasi)
Pembayaran ongkos angkut ke consignee
Persediaan Konsinyasi 3.000.000 Tidak ada jurnal
Kas 3.000.000
Penjualan barang konsinyasi
Tidak ada jurnal Kas 50.000.000
Utang kepada Consignor 50.000.000
Laporan penjualan dan pembayaran oleh
consignee
Kas 45.000.000 Utang kepada Consignor 50.000.000
Beban Komisi 5.000.000 Pendapatan Komisi 5.000.000
Penjualan 50.000.000 Kas 45.000.000
Jurnal penyesuaian oleh cognisor
Beban Pokok Penjualan 42.000.000 Tidak ada jurnal
Persediaan Konsinyasi 42.000.000
(Rp67.000.000 + Rp3.000.000) x 60%
F. Pendapatan Jasa
Pendapatan jasa dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Banyak
kontrak jasa yang pelaksanaanya mencakup beberapa periode akuntansi, seperti halnya pada
kontrak jangka panjang di industry konstruksi. Pendaptan untuk kontrak yang
penyelesaiannya meliputi beberapa periode akan diakui dengan mengacu pada tingkat
penyelesaian dari jasa yang diberikan. Metode ini sering disebut sebagai metode persentase
penyelesaian. Dalampengakuan pendapatan jasa, titik paling kritikal berada pada pemberian
jasa yang diberikan. Pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan.
Menurut PSAK 23 (Revisi 2010) pendapatan, pendapatan jasa dapat diakui
berdasarkan tahap penyelesaian dengan syarat bahwa hasil transaksi dapat diestimasi dengan
andal. Hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal ketika semua kondisi berikut ini
terpenuhi.
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
2. Emungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas.
3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur
secara andal.
4. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dpat
diukur dengan andal.
Pendapatan penjualan jasa diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas. Tingkat penyelesaian
transaksi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat transaksi, seperti:
1. Survey pekerjaan yang telah dilaksanakan;
2. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang
dilakukan; atau
3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimsi total biaya transaksi
tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan hingga tanggal
tertentu yang dimasukkan sebagai biayya yang terjadi hingga tanggal tersebut.
Pada tahap awal transaksi, sering kali perusahaan tidak dapat mengestimasi hasil
transaksi dengan andal, namun besar kemungkinan perusahaan akan memperoleh kembali
biaya yang terjadi. Pada kondisi tersebut, pendapatan jasa diakui hanya sebesar jumlah beban
yang telah terjadi yang dapat dipulihkan. Karena hasil teransaksi tersebut tidak dapat
diestimasi dengan andal, maka tidak ada laba yang diakui.
Jika hasil transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan kemungkinan kecil biaya
yang terjadi dapat dipulihkan, maka pendapatan jasa tidak dapat diakui dan biaya yang
timbul diakui sebagai bebann.
Contoh pengakuan pendapatan jasa adalah sebagai berikut:
1. Jasa instalasi diakui selama periode instalasi dengan mengacu kepada tahap penyelesaian.
2. Pengapatan langganan majalah diakui dengan basis garis lurus selama periode
berlangganan.
3. Komisi agen asuransi diakui pada awal periode asuransi dimulai.
4. Jasa pengembangan perangkat lunak (software) diakui selama periode instalasi dengan
mangacu kepada tahap penyelesaian.
5. Pendapatan penjualan tiket suatu pertunjukan diakui pada saat pertunjukan terjadi.
6. Pendapatan biaya pedidikan per semester diakui selama periode semester tersebut.

G. Kontrak konstruksi jangka panjang


Kontrak konstruksi adalah kontrak yang secara khusus dinegosiasikan untuk
konstruksi suatu asset tunggal seperti bangunan, jembatan, bendungan, jalan atau beberapa
asset yang berhubungan satu sama lain atau beberapa asset yang saling tergantung dalam
rancangannya, teknologi, fungsi, atau tujuan penggunaannya seperti konstruksi kilang
minyak. Periode dimulainya pekerjaan dengan penyelesaian aktivitas konstruksi biasanya
berrada dalam periode akuntansi yang berbeda. Dalam hal ini, isu utama adalah bagaimana
mengalokasikan pendapatan kontrak dan beban kontrak ke dalam periode akuntansi ketika
pekerjaan konstruksi dilakukan. Kontrak onnstruksi yang bersifat jangka panjang dalam
perjanjiannya sering kali mengatur agar penjual (dalam hal ini kontraktor yang membangun)
dapat menagih berdasarkan interval waktu tertentu, yang sering dikenal dengan istilah
termin. Interval waktu kapan kontraktor dapat melakukan penagihan biasanya berkaitan
dengan beberapa tahap penyelesaian pekerjaan. Namun jumlah yang dapat ditagihkan
biasanya belum tentu sama dengan tingkat penyelesaian pekerjaan.
Perlakuan akuntansi untuk kontrak konstruksi diatur dalam PSAK 34 KOntrak
Konstruksi.
Pendapatan kontrak terdiri dari jumlah pendapatan yang disetujui dalam kontrak dan
juga termasuk penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, atau insentif. Penyimpangan
adalah instruksi dari pelanggan untuk mengubah lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan
berdasarkan kontrak. Penyimpangan dapat menimbulkan kenaikan atau penurunan dalam
pendapatan kontrak. Klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pelanggan sebagai
penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nnilai kontrak. Sedangkan
pembayaran insentif artinya jumlah tambahan yang dibayarkan kepada kontraktor apabila
standar pelaksanaan yang telah ditentukan telah terpenuhi atau dilampaui. Misalnya karena
penyelesaian yang lebih awal.

1. Pengakuan pendapatan dan beban kontrak


Pengakuan pendapatan dan beban kontrak dapat dilakukan dengan memperhatikan
apakah hasil dari kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal. Berdasarkan hal tersebut,
pengakuan pendapatan dan beban kontrak dapat dibedakan menjadi 2 (dua) metode, yaitu:
1. Metode persentase penyelesaian (percentage of completion method)
Perusahaan mengakui pendapatan, beban, dan laba setiap periodenya berdasarkan tahap
penyelesaian kontrak, yaitu berdasarkan persentase penyelesaian. Dengan demikian
penadapatan, beban, dan laba yang dilaporkan dapat diatribusikan menurut penyelesaian
pekerjaan secara proporsional. Metode ini memberi informasi yang berguna mengenai
cakupan aktivitas kontrak dan kinerja selama suatu periode. Perusahaan mengakumulasi
biaya konstruksi ditambah dengan laba yang diperoleh sampai akhir periode dalam suatu
akun yaitu pekerjaan dalam proses (construction in process), dan mengakumulasi
penagihan termin dalam akun kontra yaitu termin (progress billing).
2. Metode biaya terpulihkan (cost-recovery method)
Dalam beberapa kondisi ketika metode persentase penyelesaian tidak dapat digunakan,
maka menurut metode ini pendapatan hanya diakui sebesar biaya yang telah terjdi
sepanjang biaya tersebut diperkirakan dapat terpulihkan. Ketika semua biaya telah diakui
maka laba baru dapat diakui. Perusahaan mengakumulasi biaya konstruksi dalam suatu
akun yaitu pekerjaan dalam proses (construction in process), dan mengakumulasi
penagihan termin dalam akun kontra yaitu termin (progress billing).
Perusahaan harus menggunakan metode persentase penyelesaian ketika hasil kontrak
konstruksi dapat diestimasi secara andal dan jika semua kondisi berikut terpenuhi:
1. Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal.
2. Kemungkinan besar manfaat ekonomis yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan
menagalir ke perusahaan.
3. Biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak dan tahapan penyelesaian kontrak pada akhir
periode pelaporan dapat diukur secara andal.
4. Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas dan
diukur secara andal sehingga biaya kontrak actual dapat dibandingkan dengan estimasi
sebelumya.
Perusahaan menggunakan metode biaya terpulihkan hanya ketika perusahaan tidak
dapat memenuhi kondisi yang disyaratkan untuk menggunakan metode persentase
penyelesaian.

2. Metode persentase penyelesaian


Perhitungan persentase penyelesaian
Dalam psak 23 (revisi 2010) pendapatan, tingkat penyelesaian transaksi dapat
ditentukan dengan berbagai cara. Perusahaan menggunakan dasar yang andal dalam
mengukur pekerjaan yang dilakukan. Tergantung dari sifat kontraknya, dasar yang dapat
digunakan yaitu:
1. Proporsi biaya kontrak yang terjadi dibandingkan estimasi total biaya kontrak;
2. Hasil survey pekerjaan yang telah dilakukan;
3. Penyelesaian berdasdarkan proporsi fisik dari pekerjaan kontrak.
Progress pembayaran dan uang muka yang diterima dari pelanggan umumnya tidak
dapat mencerminkan progress pekerjaan yang telah dilaksanakan.
Salah satu dasar penentuan yang paling popular untuk digunakan yaitu berdasarkan
proporsi biaya yang timbul atau cost to cost basis. Caranya adalah persentase penyelesaian
pekerjaan kontrak dihitung berdasarkan rasio antara akumulasi biaya yang terjadi dengan
total estimasi biaya terakhir untuk penyelesaian kontrak. Formulanya adalah sebgai berikut:

Persentase penyelesaian = akumulasi biaya yang terjadi sampai akhir periode


Estimasi total biaya yang paling mutakhir

Persentase penyelesaian tersebut akan menjadi dasar perhitungan berapa total


pendapatan dan laba yang diakui sampai akhir periode. Formulanya adalah sebagai berikut:

Akumulasi pendapatan persentase estimasi total


= x
(laba) penyelesaian pendapatan (laba)

3. Pengakuan pendapatan
Untuk menghitung berapa pendapatan dan laba yang diakui setiap periode, maka
perusahaan dapat mengurangkannya dengan total pendapatan atau laba yang sudah diakui
sampai periode sebelumnya, seperti ditunjukkan pada formula berikut ini:

Estimasi total
Akumulasi pendapatan pendapatan (atau laba)
Pendapatan periode
= (atau laba) yang diakui - yang sudah diakui
berjalan (atau laba)
sampai akhir periode sampai periode
sebelumnya

4. Penyajian pada Laporan Keuangan


Perusahaan menyajikan pada Laporan Posisi Keuangan yaitu:
1. Jumlah tagihan bruto kepada pelanggan disajikan sebagai asset; dan
2. Jumlah utang bruto kepada pelanggan disajikan sebagai liabilitas
Untuk semua pekerjaan dalam proses dimana akun pekerjaan dalam proses
melebihi termin dalam periode berjalan, maka perusahaan menyajikan jumlah tagihan
bruto kepada pelanggan sebesar selisih antara biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui
(dalam akun pekerjaan dalam proses) dengan tagihan termin yang diakui (dalam akun
termin).
Sedangkan untuk pekerjaan dalam proses dengan jumlah termin yang melebihi
pekerjaan dalam proses dalam periode berjalan, maka perusahaan menyajikan jmlah utang
bruto dari pelanggan sebesar selisih antara tagihan termin (dalam akun termin dengan
biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dalam akun pekerjaan dalam proses).

5. Pengakuan dalam laporan keuangan


Pada catatan atas laporan keuangan, perusahaan mengungkapkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada periode.
2. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui pada
periode.
3. Metode yang digunakan untuk menentukna tahap penyelesaian kontrak.
Selain dari itu, untuk peekerjaan dalam proses, perusahaan juga mengungkapkan
jumlah agregat biaya yang terjdi dan laba yang diakui, uang muka yang diterima dan jumlah
retensi. Retensi adalah jumlah termin yang tidak dapat dibayar hingga pemenuhan kondisi
yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut atau hingga telah
diperbaiki.

6. Pengakuan taksiran rugi


Terdapat dua jenis kerugian yang mungkin terjadi terkait dengan kontrak konstruksi,
yaitu sebagai berikut:
1. Rugi pada periode berjalan dalam suatu nilai kontrak yang secara total masih
memberikan kenuntungan. Hal ini mungkin terjadi ketika ada kenaikan sifnifikan pada
biaya kontrak pada suatu periode tertntu, namun tidak menyebabkan biaya kontrak
melebihi nilai atau harga kontrak. Jika hal ini terjadi maka rugi diakui pada periode
berjalan dengan memperhatikan persentase penyelesaian.
2. Rugi dalam suatu kontrak yang secara keseluruhan mengalami kerugian. Hal ini terjadi
ketika kemungkinan besar total biaya kontrak akan melebihi total pendapatan kontrak.
Jika demikian, maka taksiran total rugi yang akan terjadi diakui seluruhnya sebagai beban
pada periode berjalan.

H. Pendapatan Bunga, Royalti dan Dividen


Pendapatan yang timbul dari penggunaan asset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga royalty, atau dividen diakui sebagai berikut:
1. Pengakuan pendapatan bunga mengikuti konsep akuntansi akrual. Pendapatan bunga
diakui menggunakan metode suku bunga efektif.
2. Pendapatan royalty diterima dari penggunaan asset perusahaan seperti paten, hak cipta
music dan film, akan diakui berdasarkan garis lurus selama periode waktu perjanjian
royalty.
3. Pendapatan dividen diakui ketika muncul hak pemegang saham untuk menerima
pembayaran dividen, yaitu tanggal pengumuman dividen.

I. Program Loyalitas Pelanggan


Program loyalitas pelanggan digunakan entitas untuk memberikan insentif kepada
pelanggan untuk membeli barang atau jasa yang mereka jual. Ketika pelanggan membeli
barang atau jasa, entitas kemudian memberikan poin penghargaan kepada pelanggan
(seringkali disebut sebagai poin). Penghargaan tersebut dapat ditukar dengan barang atau
jasa secaara gratis atau dengan potongan harga.
Perlakuan akuntansi untuk pengakuan pendapatan yang terkait dengan program
loyalitas pelanggan diatur dalam PSAK 23 Pendapatan paragram 12 dan dibahas dalam ISAK
10 program Loyalitas Pelanggan. Pada saat diberikan (penjualan awal), poin pneghargaan
diidentifikassikan secara terpisah dari transaksi penjualan. Bilai wajar imbalan yang diterima
atau ditagihkan sehubungan dengan penjualan awal harus dialokasikan antara poin
penghargaan dengan komponen lainnya dari penjualan. Imbalan yang dialokasikan pada poin
penghargaan dengan komponen lainnya dari penjualan. Imbalan yang dialokasikan pada poin
penghargaan diukur dengan mengacu pada nilai wajarnya yaitu nilai poin penghargaan
tersebut jika dijual secara terpisah. Selanjutnya entitas mengakui pendapatan pada saat poin
pernghargaan ditukar dan entitas telah memenuhi kewajiban untuk memberi penghargaan.
Jumlah pendapatan yang diakui berdasarkan pada jumlah poin penghargaan yang telah
ditukar secara relatif terhadap jumlah keseluruhan yang diperkirakan akan ditukar.
Pengakuan pendapatan terkait program loyalitas pelanggan akan diuraikan dalam
contoh berikut ini.
Sebuah toko penjual pakaian menjual satu unit pakaian seharga Rp100.000. Pada saat
penjualan, pelanggan akan diberikan voucher yang bernilai diskon Rp50.000 yang berlaku
untuk pembelian berikutnya untuk pakaian jenis yang sama. Toko ini mempunyei
pengalaman bahwa untuk setiap 2 voucher yang dikeluarkan, terdapat 1 voucher yang akan
diberikan.
Dalam hal ini pelanggan akan membeli pakainan dan voucherm dengan demikian
imbalan yang diterima dari penjualan ini juga dialokasikan untuk voucher. Terdapat 2 cara
untuk mengalokasikan pendapat untuk voucher, yaitu (1) Metode Residual dan (2) Metode
Nilai Wajar relatif.
1. Metode Residual
Dengan menggunakan metode residual, pendapatan dialokasikan ke voucher
berdasarkan nilai wajar voucher tersebut, dan sisanya dialokasikan ke penjualan
pakaian.
Nilai wajar voucher adalah ekspetasi ditukar (1 dari 2 voucher diestimasikan akan
ditukar) adalah 50% dari nilai voucher Rp50.000, yaitu sebesar Rp25.000.
Misalkan ada 10 unit pakaian terjual, maka jurnal saat penjualan awal adalah
sebagai berikut.

Kas 1.000.000
Pendapatan 750.000
Pendapatan Ditangguhkan 250.000

Voucher diakui sebagai pendapat ditangguhkan pada saat penjualan awal, karena
pada saat itu entitas belum dapat mengakui pendapatan karena voucher belum
ditukar dan entitas belum melakukan kewajibannya untuk memberi penghargaan
berupa potongan harga kepada pelanggan.
Estimasi voucher yang ditukar adalah 50%, yaitu 1 dari 2 voucher yang
diterbitkan diestimasikan akan ditukar pada pembelian berikutnya, dalam hal ini
ada 5 voucher dari 10 voucher yang diterbitkan.
Ketika pelanggan melakukan pembelian berikutnya dengan menggunakan
voucher, jurnal untuk mengakui penjualan 1 pakaian menggunakan voucher
adalah sebagai berikut.

Pendapatan Ditangguhkan 50.000*


Kas 50.000
Pendapatan 100.000
*(1/5 x Rp250.000)

Maka utuk keseluruhan estimasi penjualan berikutnya menggunakan voucher


sebanyak 5 pakaian, jurnalnya adalah sebagai berikut.

Pendapatan Ditangguhkan 250.000


Kas 250.000
Pendapatan 500.000

2. Metode Nilai Wajar Relatif


Dengan menggunakan nilai wajar relatif, pendapatan dialokasikan ke setiap
komponen menggunakan dasar nilai wajar relatif.
Berdasarkan ilustrasi sebelumnya, masih dengan contoh yang sama dengan
mengasumsikan 10 unit pakaian yang terjaual. Diketahui nilai wajar pakaian
adalah Rp100.000 dan nilai wajar voucher adalah Rp25.000. Pendapatan yang
dialokasikan untuk penjualan pakaian per unit, yaitu Rp80.000
((Rp100.000/Rp125.000) x Rp100.000) dan pendapatan yang dialokasikan untuk
voucher adalah Rp20.000 ((Rpp25.000/Rp125.000) x Rp100.000). juenal untuk
mengakui pendapatan dari 10 unit pakaian yang terjual adalah sebagai berikut.
Kas 1.000.000
Pendapatan 800.000
Pendapatan Ditangguhkan 200.000

Jurnal untuk mengakui seluruh penjualan berikutnya sesuai estimasi sebanyak


50% voucher yang ditukar (50% x 10 unit = 5 unit) adalah sebagai berikut.

Pendapatan Ditangguhkan 200.000


Kas 250.000
Pendapatan 450.000

Ilustrasi mengenai program loyalitas pelanggan juga dapat dilihat dari


contoh berikut ini, yaitu mengenai Produk Gratis.
Misalnya, suatu promosi diberikan dalam bentuk buy one get one. Pada
saat penjualan awal, untuk setiap 1 produk yang dibeli, maka pelanggan akan
menerima gratis 100% produk kedua yang diperleh secara langsung pada saat
penjualan awal. Dengan demikian, pendapatan yang diakui adalah sebesar
imbalan yang diterima untuk 1 produk, dan entitass mengakui 1 produk gratis
yang diberikan kepada pelanggan sebagai biaya produk penjualan. Produk gratis
tersebut bukan diakui sebagai beban pemasaran atau beban promosi.
Harga jual 1 unit produk misalnya Rp40.000 dan beban pokok penjualan 1
unit sebesar Rp15.000, dengan buy one get one, artinya dengan menerima imbalan
1 unit produk sebesar Rp40.000, maka beban pokok penjualan yang diakui adalah
untuk 2 unit produk. Jurnalnya adalah sebagai berikut.

Kas 40.000
Penjualan 40.000

Beban Pokok Penjualan 30.000


Persediaan 30.000
(2 x Rp15.000)

J. Pengungkapan
Terkait pendapatan yang disajikan di laporan keuangan, entitas mengungkapkan hal
berikut ini di catatan atas laporan keuangan
1. Kebijakan akuntasi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan
2. Jumlah pos yang signifikan dari total pendapatan periode tersebut termasuk pendapatan
yang berasal dari:
a. Penjualan barang
b. Penjualan jasa
c. Bunga
d. Royalty
e. Dividen
3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang dan jasa untuk setiap pos
pendapatan yang signifikan

Ilustrasi pengungkapat terkait pendapatan PT Unilever Indonesia, Tbk adalah sebagai


berikut.

PT Unilever Indonesia Tbk dan Entitas Anak


Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
31 Desember 2011 dan 2010

(dalam jutaan rupiah, kecuali dinyatakan lain)

q. Pendapatan dan Beban


Penjualan bersih adalah penfdapatan yang diperoleh dari penjualan produk Grup,
setelah dikurangi retur, biaya penjualan dan pajak pertambahan nilai. Pendapatan
dari penjualan barang diakui pada saat risiko dan manfaat kepemilikan barang
secara signifikan telah berpindah kepada pelanggan, dalam hal penjualan ekspor
diakui pada saat penyerahan barang di atas kapal di pelabuhan pengirim (f.o.b.
shipping point) dan penjualan local diakui pada saat penyerahan barang kepada
distributor/pelaggan.

Beban diakui pada saat terjadinya dengan menggunakan metode akrual.

Penjualan bersih
2011
Dalam negeri 22.429.297
Ekspor 1.039.927
Jumlah 23.469.218

Tidak ada pelanggan yang secara individu memiliki jumlah transaksi melebihi
10% dari penjualan bersih.

Anda mungkin juga menyukai