AUDIT ATAS
ACQUISITION DAN
PAYMENT CYCLE -
SELECTED ACCOUNTS
07
Abstract Kompetensi
Melanjutkan desain audit pada siklus Mahasiswa memiliki kemampuan
pembelian dan pembayaran. Bab ini untuk mendesain proses audit test of
memilih beberapa pos yang umumnya control, analytical procedure,
merupakan pos yang signifikan nilainya substantive test dan test of detail of
di perusahaan untuk dilakukan audit balance atas beberapa pos terkait
atas pos tersebut. Bagaimana perolehan aset yang signifikan.
mendesain pengujian audit atas
property, plant & equipment dan pos
terkait, audit atas prepaid expense,
liability yang masih harus dibayar, baik
analitical procedure, TOC, substative
test of transaction, maupun test of
detail of balance
Pendahuluan
Awal pembahasan adalah memahami siklus perolehan secara umum. Tahapan proses
bisnis yang biasanya terjadi mulai dari pemesanan barang sampai pembayaran terjadi. Dari
tahap tersebut maka akan lebih mudah dalam pengenalan atas berbagai pos yang digunakan
dalam transaksi pembelian sampai pada pembayaran. Pada dasarnya bagian ini merupakan
review atas pos-pos yang digunakan dalam jurnal yang telah disampaikan pada chapter
sebelumnya.
Dalam bab ini akan dipilih beberapa jenis transaksi perolehan aset yang biasanya
terjadi dan biasanya signifikan dalam aset perusahaan. Salah satu proses pembelian yang
signifikan biasanya terkait dengan property, plant dan equipment, yang pastinya
membutuhkan pemeriksaan audit dan perhitungan yang spesifik. Selain itu juga berbagai
prepaid expense, salah satu yang biasanya signifikan adalah inventory, selain juga prepaid
expense lainnya yang tidak terlampau rumit auditnya.
Pengujian atas transaksi pada siklus pembelian juga meliputi desain audit atas utang
yang masih harus dibayar dan pengelolaan pengeluaran kas. Pada akhir bab juga dibahas
bagaimana audit atas expense (terkait perolehan aset/jasatau pengeluaran kas) dan income
dengan menggunakan analytical prosedur.
Karena tidak memungkinkan untuk mengupas secara detil setiap variasi perolehan
aset/jasa, maka dalam pembahasan bab ini hanya akan menjelaskan secara garis besar
prosedur yang umum dilakukan dalam siklus pembelian sampai dengan pembayarannya.
Setiap variasi yang signifikan mungkin membutuhkan program audit yang berbeda pada titik
variasi tersebut, dan ini yang harus disusun oleh auditor secara lebih spesifik dan
membutuhkan pengalaman audit. Karena itu penting untuk mendiskusikan variasi program
audit yang akan diterapkan dengan PIC/Senior.
Dalam bagian ini hanya akan membahas perolehan Property, Plant & Equipment dan
perolehan Prepaid Expenses (termasuk inventory). Perolehan lain yang mungkin signifikan
misalnya pembelian investasi surat berharga atau intangible assets.
Karena sifatnya yang tidak rutin, maka sebagai titik awal proses pembelian, seharusnya ada di
dalam anggaran atau notulensi rapat pejabat tingkat tinggi yng memutuskan perolehan PPE. Dari
titik tersebut, dilanjutkan ke bagian2 lainnya. Secara umum perolehan PPE dapat diuraikan dalam
prosedur sebagai berikut:
Keputusan pembelian PPE yang ada dalam anggaran atau notulensi rapat atau memo
internal yang ditandatangani secara resmi oleh pejabat yang berwenang (umumnya di
level manajerial tertinggi Direktur/Dewan Direksi, bahkan mungkin diputuskan oleh
Dewan Komisaris).
Berdasarkan dokumen dari otoritas yang berwenang tersebut, dilakukan proses
pemilihan supplier (bisa juga ini sudah diputuskan dalam notulensi). Pemilihan
supplier bisa dilakukan melalui penunjukan langsung atau proses tersendiri berupa
lelang. Jika dilakukan melalui tender, maka harus dilihat prosedur tender yang berlaku
di perusahaan, perhatikan apakah Berita Acara dibuat di setiap kejadian penting.
Setelah supplier terpilih, dilakukan pemesanan barang kepada supplier tersebut (jika
mesin/equipmet lainnya). Pemesanan umumnya juga akan ditandatangani oleh pejabat
berwenang yang memberikan keputusan pembelian (Direksi atau bahkan Dekom),
kecuali Direksi/Dekom menunjuk Kepala Divisi/Departemen yang melanjutkan
prosesnya, tentunya dengan memperhatikan otoritas dalam hal jumlah unit moneter
yang ada di bawah kewenangannya.
Pemesanan diserahkan kepada supplier, dan supplier menyampaikan kontrak
penjualan, bisa berupa kontrak dengan berbagai syarat pembayaran (termasuk pajak
yang harus ditanggung), atau bisa juga berupa faktur biasa (open account).
Ada kemungkinan proses pemesanan melibatkan pengeluaran kas untuk uang muka.
Jika terjadi pengeluaran kas untuk uang muka, maka harus ada perintah/dokumen
Perolehan property tentunya tidak persis seperti yang di atas, karena akan melibatkan
pihak notaris yang harus ada untuk pengesahan dokumen2 terkait jual beli. Dalam
perjanjian jual beli, harus diperhatikan status legal property yang dibeli, karena akan
menentukan apakah property tersebut bisa dianggap sebagai bangunan/tanah, atau hanya
hak atas penggunaannya. Perbedaan tersebut akan menyebabkan pos yang dipakai untuk
mencatat juga berbeda.
Perolehan persediaan merupakan perolehan yang rutin, karena itu umumnya tidak akan
membutuhkan otorisasi dari pejabat tertinggi (Direksi/Dekom). Bahkan untuk perusahaan
yang jenjangnya panjang, mungkin otorisasi pembelian inventory hanya dilakukan oleh
manajer tingkat menengah, tidak sampai kepada kepala divisi/departemen.
Karena merupakan pembelian yang rutin, maka umumnya prosedur sudah lebih baku.
Meskipun demikian, ke bagian mana saja salinan dokumen tertentu disampaikan juga
berbeda di tiap perusahaan.
Prosedur pembelian barang atau jasa lainnya mungkin menggunakan proses yang
berbeda. Namun ketika melakukan audit, yang perlu diingat adalah bagaimana kita
mengidentiikasi setiap titik proses yang mengandung pengendalian. Jika hal tersebut
dilanggar, maka pengendalian perusahaan menjadi lemah dan hal tersebut bisa mengarah
pada indikasi selanjutnya terkait kemungkinan adanya fraud atau memicu terjadinya kerugian
lainnya.
Misalnya, ketika dalam prosedur disebutkan harus disetujui oleh pejabat X, kita harus
melihat pejabat X sebagai alat control. Jika tidak ada tanda tangan persetujuan pejabat X, apa
kemungkinan buruk yang akan terjadi? Bisa terjadi pembelian barang tersebut tidak
dibutuhkan oleh perusahaan, tapi dibutuhkan oleh pribadi, dan suatu saat barang tersebut
“lenyap” dari perusahaan, “pindah” ke rumah. Atau dalam rangka pembelian tersebut ada
kick-back dari penjual kepada personil yang menggolkan pembelian tersebut, padahal
barangnya tidak dibutuhkan perusahaan.
Atau misalnya PO seharusnya ditembuskan ke bagian penerimaan barang, jika tidak,
apa yang bisa terjadi? Bisa saja bagian penerimaan barang menerima barang yang tidak
dipesan. Dampaknya apa? Uang kas dibayarkan atas barang yang tidak diperlukan, kalau
bagian keuangan tidak mencocokkan PO dengan BTB. Atau mengurus retur penjualan yang
harus mengeluarkan waktu dan biaya. Barang tersebut menyita ruang di gudang untuk
penyimpanan yang lebih lama dari yang seharusnya atau bahkan mungkin sampai barangnya
rusak karena memang tidak pernah diperlukan.
Pemahaman atas prosedur juga membuat auditor dapat mengetahui kapan dan pada
pos apa saja pencatatan akuntansi dilakukan atau seharusnya dilakukan, sehingga akan
menunjukkan saldo yang tepat pada pos-pos yang tepat pula. Berbagai pos yang
digunakan dalam jurnal terkait perolehan dan pembayaran dikelompokkan menjadi asset,
expense, dan liability, umumnya menggunakan pos-pos sebagaimana berikut:
Perolehan Aset:
Accounts payable
Rent payable
Accrued professional fees
Accrued property taxes
Other accrued expenses
Income taxes payable
20 - 5
Sumber: Arens,©2006 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 11/e, Arens/Beasley/Elder
Elder, Beasley, 2017
DESAIN AUDIT
Dalam mendesain program audit memang terdapat hal-hal umum yang harus diperiksa
dan berlaku untuk setiap jenis pembelian/perolehan barang atau jasa. Namun auditor tidak
boleh terpaku hanya pada program yang standar atua yang umum, karena setiap perusahaan
memiliki ciri khasnya tersendiri dalam prosedur yang dijalankan. Setiap perbedaan mungkin
memerlukan modifikasi dari program audit yang dirancang. Jadi ketika masuk di satu
perusahaan, pahami proses ketika melakukan TOC, buat catatan2 untuk mengingatkan
modifikasi yang harus dilakukan dalam penyusunan program audit.
Untuk transaksi yang umum terjadi atas PPE, contohnya adalah transaksi pembelian
manufacturing equipment. Pencatatan terjadi mulai saat perolehan, penyusutannya sampai
saat disposal menghasilkan gain/loss. Proses yang mempengaruhi pencatatan akuntansi dan
pos-posnya digambarkan sebagai berikut:
Jika dikaitkan dengan masing-masing tujuan audit, prosedur audit yang perlu didesain
meliputi hal-hal berikut ini:
1. Detail tie-in
Perolehan di tahun berjalan harus sesuai dengan yang tercatat di master file/database
accounting.
Lakukan footing (penjumlahan menurun) atas skedul perolehan.
Telusuri setiap perolehan satu per satu ke master file.
Jika dikaitkan dengan tujuan audit atas saldo prepaid expense, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Existence and
Rights
completeness
Presentation and
Cutoff
disclosure
Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan terkait audit atas inventory adalah sebagai
berikut:
1. Penetapan kebijakan metode pencatatan persediaan, apakah sudah sesuai dengan yang
disyaratkan oleh PSAK. Perlu diperhatikan, untuk setiap jenis persediaan diperkenankan
untuk menggunakan metode pencatatan yang berbeda.
2. Penetapan net realizable value atas saldo akhir persediaan. Bagaimana jurnal dan dasar
penilaiannya.
3. Penetapan allowance for inventory oblsolences, bagaimana pertimbangan
perhitungannya. Jika manajemen tidak membuat allowance untuk ini maka amanjemen
harus mencantumkan alasannya pada penjelasan atas inventory.
4. Melakukan perhitungan ulang mutasi persediaan (saldo awal sesuaikan dengan tahun
sebelumnya, tambah, kurang, saldo akhir) baik secara keseluruhan, maupun secara
individual dengan sampel.
5. Melakukan penghitungan fisik persediaan. Perhatikan beberapa hal berikut ini:
Masing-masing pos memerlukan cara audit yang berbeda, namun pada dasarnya adalah:
1. Periksa saat timbulnya liabilitas. Termasuk sifat transaksi yang menimbulkan
liabilitas tersebut. Apakah memang termasuk kategori liabilitas, beberapa ciri
liabilitas adalah:
Untuk prosedur analitis yang dilakukan dapat menunjukkan kemungkinan salah saji
sebagaimana dalam gambar berikut ini:
Berikut contoh kertas kerja audit atas Legal Expense. Setiap tick mark menunjukkan
audit test yang dilakukan:
Selain melakukan Analytical Procedure, Test of Detail of Balances yang bisa dilakukan
digambarkan sebagai berikut:
Daftar Pustaka