Anda di halaman 1dari 22

MODUL PERKULIAHAN

AUDIT ATAS
ACQUISITION DAN
PAYMENT CYCLE -
SELECTED ACCOUNTS

Modul Standar untuk digunakan dalam


Perkuliahan di Universitas Widyatama

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi Bisnis Akuntansi ............... Aida Wijaya, S.E, M.Si, Ak, CA

07
Abstract Kompetensi
Melanjutkan desain audit pada siklus Mahasiswa memiliki kemampuan
pembelian dan pembayaran. Bab ini untuk mendesain proses audit test of
memilih beberapa pos yang umumnya control, analytical procedure,
merupakan pos yang signifikan nilainya substantive test dan test of detail of
di perusahaan untuk dilakukan audit balance atas beberapa pos terkait
atas pos tersebut. Bagaimana perolehan aset yang signifikan.
mendesain pengujian audit atas
property, plant & equipment dan pos
terkait, audit atas prepaid expense,
liability yang masih harus dibayar, baik
analitical procedure, TOC, substative
test of transaction, maupun test of
detail of balance
Pendahuluan

Awal pembahasan adalah memahami siklus perolehan secara umum. Tahapan proses
bisnis yang biasanya terjadi mulai dari pemesanan barang sampai pembayaran terjadi. Dari
tahap tersebut maka akan lebih mudah dalam pengenalan atas berbagai pos yang digunakan
dalam transaksi pembelian sampai pada pembayaran. Pada dasarnya bagian ini merupakan
review atas pos-pos yang digunakan dalam jurnal yang telah disampaikan pada chapter
sebelumnya.
Dalam bab ini akan dipilih beberapa jenis transaksi perolehan aset yang biasanya
terjadi dan biasanya signifikan dalam aset perusahaan. Salah satu proses pembelian yang
signifikan biasanya terkait dengan property, plant dan equipment, yang pastinya
membutuhkan pemeriksaan audit dan perhitungan yang spesifik. Selain itu juga berbagai
prepaid expense, salah satu yang biasanya signifikan adalah inventory, selain juga prepaid
expense lainnya yang tidak terlampau rumit auditnya.
Pengujian atas transaksi pada siklus pembelian juga meliputi desain audit atas utang
yang masih harus dibayar dan pengelolaan pengeluaran kas. Pada akhir bab juga dibahas
bagaimana audit atas expense (terkait perolehan aset/jasatau pengeluaran kas) dan income
dengan menggunakan analytical prosedur.

REVIEW SIKLUS PEROLEHAN – PENGELUARAN KAS

PENTINGNYA PEMAHAMAN SIKLUS


Dalam siklus perolehan sampai pada pembayaran, terdapat beberapa tahapan yang
umum akan dilakukan. Setiap tahapan mempunyai control yang harus diterapkan. Audit
terkait siklus perolehan akan diawali dari pemesanan barang dan diakhiri pada tahap
pembayaran. Untuk memahami berbagai pos yang akan terkait dengan proses perolehan ini,
harus dipahami terlebih dahulu siklus bisnisnya.
Proses bisnis yang terkait dengan transaksi perolehan bisa melibatkan
bagian/departemen yang berbeda di satu perusahaan, yang disebabkan perbedaan sifat dari
perolehan barang/jasa tersebut. Umumnya tiap perusahaan memiliki tingkat otorisasi yang
berbeda untuk perolehan dalam kuantitas moneter yang berbeda, berjenjang. Tetapi ada juga
yang memilahnya lagi berdasarkan jenis barang atau jasa yang diperoleh. Terkadang ada

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


2 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
langkah yang tidak dilakukan untuk perolehan satu jenis barang, tapi harus dilakukan untuk
jenis barang lain.
Misalnya, di suatu perusahaan mengharuskan setiap pembelian bahan baku tekstil
dilakukan atas otorisasi Kepala Divisi Pembelian, dan prosesnya diawali dari permintaan
bahan baku dari Kepala Divisi Produksi. Tetapi, kalau berkaitan dengan perolehan mesin
produksi, di perusahaan yang sama, mungkin saja tidak melalui Kepala Divisi Pembelian,
melainkan langsung dilakukan oleh Direktur (yang mungkin saja adalah pemilik perusahaan).
Kalau perolehan bahan baku akan diproses melalui prosedur permintaan pembelian
menggunakan formulir pembelian, maka kalau pembelian mesin produksi mungkin saja
hanya lisan antara Direktur dengan supplier, dan hanya ada memo internal sebagai aal proses.
Kondisi yang berbeda di satu perusahaan untuk berbagai jenis perolehan harus
dipahami oleh auditor untuk dapat menemukan spot dimana ada titik control yang lemah.
Antara perusahaan yang satu dengan yang lain juga bisa berbeda untuk jenis barang yang
sama. Karena itu, penting untuk melakukan pemahaman atas siklus setiap transaksi perolehan
signifikan sebelum memulai menyusun audit program. Itulah kenapa setiap program audit
akan diawali dengan walkthrough. Proses walkthrough ini merupakan proses Test of Control
yang dilakukan oleh auditor untuk memahami secara step by step apa yang dilakukan dalam
satu siklus perolehan. .
Tertib tidaknya implementasi prosedur merupakan salah satu poin audit untuk melihat
kepatuhan terhadap peraturan (compliance) dan menilai control yang ada. Penilaian atas baik
tidaknya cotrol di perusahaan akan mempengaruhi pertimbangan risiko audit dan pada
teknisnya akan mempengaruhi jumlah sample yang perlu diambil untuk diuji.

Karena tidak memungkinkan untuk mengupas secara detil setiap variasi perolehan
aset/jasa, maka dalam pembahasan bab ini hanya akan menjelaskan secara garis besar
prosedur yang umum dilakukan dalam siklus pembelian sampai dengan pembayarannya.
Setiap variasi yang signifikan mungkin membutuhkan program audit yang berbeda pada titik
variasi tersebut, dan ini yang harus disusun oleh auditor secara lebih spesifik dan
membutuhkan pengalaman audit. Karena itu penting untuk mendiskusikan variasi program
audit yang akan diterapkan dengan PIC/Senior.
Dalam bagian ini hanya akan membahas perolehan Property, Plant & Equipment dan
perolehan Prepaid Expenses (termasuk inventory). Perolehan lain yang mungkin signifikan
misalnya pembelian investasi surat berharga atau intangible assets.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
PROSEDUR PEROLEHAN PPE
Property (lokasi tanah/bangunan pabrik atau kantor), plant (mesin produksi) atau Equipment
(peralatan pendukung operasi seperti furnitur, kendaraan) merupakan perolehan barang yang akan
dipakai untuk kegiatan operasional atau untuk memproduksi persediaan barang yang akan dijual.
Secara bisnis perolehan barang-barang ini sering disebut perolehan barang modal. Dan karena
sifatnya tidak rutin, bernilai relatif besar, maka perolehan barang-barang ini umumnya diawali
oleh perencanaan yang cukup panjang sebelumnya, berkaitan dengan: ekspansi, diversivikasi
produk yang membutuhkan mesin jenis baru, penggantian aset lama yang sudah tidak/kurang
produktif atau rusak. Penggantian yang bersifat mendadak umumnya disebabkan oleh kerusakan
yang mendadak, misalnya terjadi kebakaran atau kebanjiran atau kecelakaan yang merusak PPE.

Karena sifatnya yang tidak rutin, maka sebagai titik awal proses pembelian, seharusnya ada di
dalam anggaran atau notulensi rapat pejabat tingkat tinggi yng memutuskan perolehan PPE. Dari
titik tersebut, dilanjutkan ke bagian2 lainnya. Secara umum perolehan PPE dapat diuraikan dalam
prosedur sebagai berikut:
Keputusan pembelian PPE yang ada dalam anggaran atau notulensi rapat atau memo
internal yang ditandatangani secara resmi oleh pejabat yang berwenang (umumnya di
level manajerial tertinggi Direktur/Dewan Direksi, bahkan mungkin diputuskan oleh
Dewan Komisaris).
Berdasarkan dokumen dari otoritas yang berwenang tersebut, dilakukan proses
pemilihan supplier (bisa juga ini sudah diputuskan dalam notulensi). Pemilihan
supplier bisa dilakukan melalui penunjukan langsung atau proses tersendiri berupa
lelang. Jika dilakukan melalui tender, maka harus dilihat prosedur tender yang berlaku
di perusahaan, perhatikan apakah Berita Acara dibuat di setiap kejadian penting.
Setelah supplier terpilih, dilakukan pemesanan barang kepada supplier tersebut (jika
mesin/equipmet lainnya). Pemesanan umumnya juga akan ditandatangani oleh pejabat
berwenang yang memberikan keputusan pembelian (Direksi atau bahkan Dekom),
kecuali Direksi/Dekom menunjuk Kepala Divisi/Departemen yang melanjutkan
prosesnya, tentunya dengan memperhatikan otoritas dalam hal jumlah unit moneter
yang ada di bawah kewenangannya.
Pemesanan diserahkan kepada supplier, dan supplier menyampaikan kontrak
penjualan, bisa berupa kontrak dengan berbagai syarat pembayaran (termasuk pajak
yang harus ditanggung), atau bisa juga berupa faktur biasa (open account).
Ada kemungkinan proses pemesanan melibatkan pengeluaran kas untuk uang muka.
Jika terjadi pengeluaran kas untuk uang muka, maka harus ada perintah/dokumen

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


4 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
yang melandasi pengeluaran kas tersebut, ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang dengan otoritas jumlah moneter yang tepat.
Pengeluaran dilakukan bisa tunai kas namun umumnya perusahaan jaman sekarang
melakukannya dengan menggunakan transfer bank atau penarikan cek (Bukti Kas
Keluar/BKK). Perhatikan rekening tujuan pembayaran, apakah rekening atas nama
perusahaan atau atas nama pribadi. Jika berhubungan dengan supplier perusahaan,
maka sebaiknya pengeluaran ditujukan ke rekening perusahaan, kecuali jika
perusahaan tersebut dimiliki oleh perseorangan.
Setelah transfer dilakukan, bagian keuangan seharusnya melakukan konfirmasi atas
pengeluaran tersebut kepada supplier. Perhatikan dalam kontrak atau dokmen
pemesanan, dalam berapa lama barang yang dibeli harus diterima.
Bagian yang seharusnya menerima barang tersebut (bisa saja bagian/departemen
manapun) seharusnya diberi informasi ketika uang muka telah diberikan kepada
supplier, untuk melakukan control atas waktu penerimaan barang.
Ketika barang diterima, bagian yang menerima barang harus menyampaikan laporan
penerimaan tersebut (Laporan Penerimaan Barang/Berita Acara Penerimaan Barang)
ke Pejabat yang memutuskan pembelian tersebut, ke bagian aset manajemen (atau
jika tidak ada, ke bagian accounting, yang umumnya mengelola pencatatan aset
perusahaan) dan ke bagian umum (yang biasanya mengelola secara fisik aset-aset
perusahaan).
Atas laporan penerimaan barang, Pejabat yang berwenang memberikan perintah
kepada bagian keuangan untuk melakukan pelunasan sesuai dengan termin dan
persyaratan lain yang telah disepakati dalam kontrak pembelian.

Perolehan property tentunya tidak persis seperti yang di atas, karena akan melibatkan
pihak notaris yang harus ada untuk pengesahan dokumen2 terkait jual beli. Dalam
perjanjian jual beli, harus diperhatikan status legal property yang dibeli, karena akan
menentukan apakah property tersebut bisa dianggap sebagai bangunan/tanah, atau hanya
hak atas penggunaannya. Perbedaan tersebut akan menyebabkan pos yang dipakai untuk
mencatat juga berbeda.

PROSEDUR PEROLEHAN PERSEDIAAN


Persediaan yang dimaksud bisa merupakan persediaan bahan baku yang akan digunakan
untuk produksi, atau persediaan barang dagang yang akan langsung dijual lagi. Perolehan

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


5 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
persediaan dibedakan dari perolehan supplies (yang seringkali dicampuradukan istilahnya
kalau di perusahaan). Perolehan supplies di beberapa perusahaan tidak dilakukan secara
rutin dan bisa dilakukan dalam jumlah relatif signifikan. Tetapi di perusahaan lain
mungkin hanya dianggap pengeluaran rutin yang dianggap/dicatat sebagai beban
operasional dan tidak pernah dicatat sebagai aset karena dianggap tidak signifikan.

Perolehan persediaan merupakan perolehan yang rutin, karena itu umumnya tidak akan
membutuhkan otorisasi dari pejabat tertinggi (Direksi/Dekom). Bahkan untuk perusahaan
yang jenjangnya panjang, mungkin otorisasi pembelian inventory hanya dilakukan oleh
manajer tingkat menengah, tidak sampai kepada kepala divisi/departemen.
Karena merupakan pembelian yang rutin, maka umumnya prosedur sudah lebih baku.
Meskipun demikian, ke bagian mana saja salinan dokumen tertentu disampaikan juga
berbeda di tiap perusahaan.

Secara umum prosedur pembelian meliputi proses sebagai berikut:


Dokumen Permintaan Pembelian (PP) dibuat oleh bagian yang membutuhkan. Bisa
diawali di Bagian Produksi kalau kasusnya pembelian bahan baku untuk produksi
pesanan. Bisa diawali di Bagian Gudang Bahan Baku kalau ceritanya pembelian
bahan baku untuk produksi massal yang terus-menerus tanpa perubahan perencanaan
produksi.
PP diserahkan ke Bagian Pembelian, yang kemudian membuat Purchase Order (PO)
atau pesanan pembelian ke supplier yang terpilih. PO ditembuskan ke Bagian
Penerimaan Barang (umumnya ini merupakan bagian/fungsi yang terpisah dari fungsi
gudang/penyimpanan barang).
Pada saat barang datang dari supplier, Bagian Penerimaan Barang mencocokkan PO
yang diarsipnya dengan Surat Jalan (SJ) yang dibawa oleh supplier/pengirim barang.
Bagian Penerimaan mencocokkan PO, SJ dan fisik barang yang diterima. Terkadang
selain SJ juga terlampir Fakturnya. Faktur diserahkan ke bagian keuangan jika akan
dibayarkan tunai atau ke Bagian Kredit (yang umumnya ada di bawah bagian
akunting) jika akan dibayarkan nanti.
Jika penerimaan barang sudah sesuai dengan pesanan dan surat jalan, maka bagian
penerimaan melakukan serah terima barang dengan bagian gudang. Harus ada bukti
dokumen serah terima yang dibuat untuk proses ini yang ditandatangani oleh bagian
gudang dan bagian penerimaan. Seringkali bagian gudang ikut melihat saat barang

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


6 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
datang dari supplier sehingga tidak perlu menghitung ulang ketika serah terima.
Terkadang tidak ada bagian penerimaan barang, sehingga langsung diterima oleh
bagian gudang. Dalam proses ini akan dibuat Bukti Terima Barang (BTB).
BTB dilaporkan ke bagian keuangan untuk dicocokkan dengan uang yang akan
dibayarkan/faktur yang ditagih oleh supplier. Atau jika pembelian non-tunai, BTB
disimpan di Bagian Kredit bersamaan dengan Faktur dan dokumen pendukung
lainnya untuk disiapkan pembayaran pada saat jatuh temponya.
Jika menggunakan sistem perpetual dalam mencatat mutasi persediaan, maka salinan
BTB dan faktur juga harus disampaikan ke bagian akuntansi untuk dicatat di kartu
persediaan.
Pada saat jatuh tempo pembayaran, faktur, BTB, SJ, PO dan dokumen terlampir lain
diserahkan ke bagian keuangan sebagai dasar untuk pengeluaran kas (Bukti Kas
Keluar – BKK).

Prosedur pembelian barang atau jasa lainnya mungkin menggunakan proses yang
berbeda. Namun ketika melakukan audit, yang perlu diingat adalah bagaimana kita
mengidentiikasi setiap titik proses yang mengandung pengendalian. Jika hal tersebut
dilanggar, maka pengendalian perusahaan menjadi lemah dan hal tersebut bisa mengarah
pada indikasi selanjutnya terkait kemungkinan adanya fraud atau memicu terjadinya kerugian
lainnya.
Misalnya, ketika dalam prosedur disebutkan harus disetujui oleh pejabat X, kita harus
melihat pejabat X sebagai alat control. Jika tidak ada tanda tangan persetujuan pejabat X, apa
kemungkinan buruk yang akan terjadi? Bisa terjadi pembelian barang tersebut tidak
dibutuhkan oleh perusahaan, tapi dibutuhkan oleh pribadi, dan suatu saat barang tersebut
“lenyap” dari perusahaan, “pindah” ke rumah. Atau dalam rangka pembelian tersebut ada
kick-back dari penjual kepada personil yang menggolkan pembelian tersebut, padahal
barangnya tidak dibutuhkan perusahaan.
Atau misalnya PO seharusnya ditembuskan ke bagian penerimaan barang, jika tidak,
apa yang bisa terjadi? Bisa saja bagian penerimaan barang menerima barang yang tidak
dipesan. Dampaknya apa? Uang kas dibayarkan atas barang yang tidak diperlukan, kalau
bagian keuangan tidak mencocokkan PO dengan BTB. Atau mengurus retur penjualan yang
harus mengeluarkan waktu dan biaya. Barang tersebut menyita ruang di gudang untuk
penyimpanan yang lebih lama dari yang seharusnya atau bahkan mungkin sampai barangnya
rusak karena memang tidak pernah diperlukan.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


7 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
Jadi, penting untuk memahami prosedur untuk melihat titik control agar audit yang
dilakukan menjadi lebih efektif. Sampel bisa dimodifikasi agar mengarah pada kelemahan
titik control yang terdeteksi saat TOC/walkthrough. Dengan demikian risiko kesalahan audit
bisa turun, karena kita sudah memeriksa pada arah yang tepat.

POS DALAM SIKLUS PEROLEHAN – PENGELUARAN KAS

Pemahaman atas prosedur juga membuat auditor dapat mengetahui kapan dan pada
pos apa saja pencatatan akuntansi dilakukan atau seharusnya dilakukan, sehingga akan
menunjukkan saldo yang tepat pada pos-pos yang tepat pula. Berbagai pos yang
digunakan dalam jurnal terkait perolehan dan pembayaran dikelompokkan menjadi asset,
expense, dan liability, umumnya menggunakan pos-pos sebagaimana berikut:

Perolehan Aset:

Sumber: Arens, Elder, Beasley, 2017

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


8 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
Perolehan inventory, pembayarna beban, dan pengeluaran lainnya:

Sumber: Arens, Elder, Beasley, 2017

Pos yang digunakan untuk mencatat timbulnya liabilitas di sisi kredit:

Accounts Associated with the


Acquisition and Payment Cycle

 Accounts payable
 Rent payable
 Accrued professional fees
 Accrued property taxes
 Other accrued expenses
 Income taxes payable

20 - 5
Sumber: Arens,©2006 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 11/e, Arens/Beasley/Elder
Elder, Beasley, 2017

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


9 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
Dengan berdasarkan pada pemahaman atas prosedur, auditor bisa mengetahui kapan
suatu transaksi harus dicatat dan berapa pengukurannya (nilai moneternya). Misalnya dengan
mengetahui prosedur pembelian mesin, auditor bisa mengetahui apakah harga mesin sudah
dicatat dengan semestinya, misalnya: mencakup biaya transport impor, asuransi perjalanan
dan biaya expert yang melakukan pemasangan. Semua cost tersebut harus dicatat ke pos
“mesin” (aset tetap) atau masih dicatat di pos “aset dalam penyelesaian”.
Selanjutnya, auditor harus bisa mengetahui kapan seharusnya mesin tersebut dicatat
sebagai aset tetap, yakni seharusnya pada saat selesai dirakit dan mulai digunakan, bukan
pada tanggal mesin datang. Kesalahan kapan mencatat akan menyebabkan kesalahan
dalam perhitungan beban penyusutan di tahun perolehan, kesalahan tersebut menyebabkan
kesalahan pada COGS, dst. Jika perolehan tersebut jumlahnya material, maka akan
menghasilkan angka2 laporan keuangan terdistorsi dan tidak menunjukkan nilai yang
semestinya dan mungkin mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan pengguna
laporan keuangan.
Karena itu auditor harus mendesain program audit yang dapat meyakini bahwa
transaksi yang dicatat oleh perusahaan sudah bebas dari kesalahan material yang dapat
menyesatkan pembaca laporna keuangan.

DESAIN AUDIT
Dalam mendesain program audit memang terdapat hal-hal umum yang harus diperiksa
dan berlaku untuk setiap jenis pembelian/perolehan barang atau jasa. Namun auditor tidak
boleh terpaku hanya pada program yang standar atua yang umum, karena setiap perusahaan
memiliki ciri khasnya tersendiri dalam prosedur yang dijalankan. Setiap perbedaan mungkin
memerlukan modifikasi dari program audit yang dirancang. Jadi ketika masuk di satu
perusahaan, pahami proses ketika melakukan TOC, buat catatan2 untuk mengingatkan
modifikasi yang harus dilakukan dalam penyusunan program audit.

DESAIN AUDIT UNTUK PPE


Hal pertama sebelum menyusun desain audit atas setiap pos yang signifikan, maka
auditor harus memahami perbedaan pengklasifikasian setiap pos. Contohnya dalam pos
Property, Plant and Equipment terdapat beberapa pos yang berbeda jenisnya, diantaranya
pos-pos sbb:

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


10 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
Sumber: Arens, Elder, Beasley, 2017

Hal yang perlu diingat misalnya:


Land berbeda dari land improvement. Land tidak disusutkan sementara land improvement
akan disusutkan. Perlu perhatian khusus mengenai transaksi/aktivitas pengolahan tanah
mana yang bisa diterapkan ke dalam pos land dan mana yang merupakan land
improvement.
Terkadang perusahaan tidak memisahkan building dengan construction in process.
Padahal seharusnya sebelum aset tersebut digunakan dan mulai disusutkan, harus
dikategorikan ke dalam contruction-in-process. Seringkali audit atas pos contruction-in-
process juga melibatkan pemahaman yang mendalam atas perjanjian kerja sama yang
dibuat dengan kontraktor, mengenai termin pembayaran, mengenai nilai bangunan yang
diakui, keterlambatan dan sanksi/fee yang harus dibayar kontraktor, dsb.

Untuk transaksi yang umum terjadi atas PPE, contohnya adalah transaksi pembelian
manufacturing equipment. Pencatatan terjadi mulai saat perolehan, penyusutannya sampai
saat disposal menghasilkan gain/loss. Proses yang mempengaruhi pencatatan akuntansi dan
pos-posnya digambarkan sebagai berikut:

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


11 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
Sumber: Arens, Elder, Beasley, 2017

Atas equipment tersebut perlu dilakukan verifikasi perhitungan mutasinya:


1. Saldo awal tahun dicocokkan dulu dengan saldo akhir tahun dari audited laporan
keuangan tahun lalu.
2. Perhitungan mutasi saldo awal ditambah pembelian dikurangi penjualan
menghasilkan saldo akhir
3. Perhitungan ulang atas laba dan rugi penjualan aset
4. Perhitungan ulang atas beban penyusutan dan sampai termasuk saldo akumulasi
penyusutan (lakukan footing dan cross-footing)
5. Perhitungan penyusutan harus dengan memperhatikan metode yang diterapkan
apakah sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan dan sesuai dengan PSAK.

Jika dikaitkan dengan masing-masing tujuan audit, prosedur audit yang perlu didesain
meliputi hal-hal berikut ini:
1. Detail tie-in
Perolehan di tahun berjalan harus sesuai dengan yang tercatat di master file/database
accounting.
 Lakukan footing (penjumlahan menurun) atas skedul perolehan.
 Telusuri setiap perolehan satu per satu ke master file.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


12 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
Footing dan tracing tidak perlu dilakukan terlalu banyak kecuali jika ditengarai control
sangat tidak memadai.
 Telusuri jumlahnya ke general ledger. Semua pkenaikan di saldo GL harus
dicocokkan dengan daftar aset tetapnya.
2. Existence
Perolehan tahun berjalan yang ada di daftar memang ada.
 Periksa faktur pemasok dan laporan penerimaan
 Lakukan pemeriksaan fisik atas aset
Pemeriksaan fisik aset jarang dilakukan kecuali dianggap pengendalian kurang barik atau
nilainya material.
3. Completeness
Semua perolehan yang ada sudah dicatat secara lengkap
 Periksa faktur pemasok dengan pos-pos yang terkait dengan aset, misalnya repair &
maintencance. Untuk melihat kemungkinan ada pengeluaran untuk aset yang
belum/tidak tercatat. Hal ini terutama untuk equipment.
 Review perjanjian leasing/sewa. Terutama yang baru berakhir di tahun berjalan,
apakah aset menjadi milik penyewa/dibeli oleh penyewa dan belum tercatat sebagai
aset tetap (masih tercatat sebagai aset sewa)
4. Accuracy
Perolehan tahun berjalan telah terdaftar/dicatat secara akurat.
 Periksa jumlah faktur pemasok termasuk perjanjian pembelian terkait asuransi
perjalanan dan biaya assembling.
Luas pemeriksaan tergantung pada risiko inheren dan efektifitas internal control
5. Classification
Perolehan di tahun berjalan telah diklasifikasikan dengan tepat (dicatat pada pos yang
benar). Prosedur yang dilakukan sangat mirip dengan yang perlu dilakukan untuk tujuan
completeness, jadi bisa dilakukan bersamaan.
 Periksa faktur dari berbagai pos equipment untuk menemukan kemungkinan
kesalahan klasifikasi item yang seharusnya diklasifikasikan sebagai peralatan pabrik
atau peralatan kantor, bagian dari bangunan, atau beban reparasi.
 Periksa pos terkait misalnya repar & maintenance untuk melihat kemungkinan pos
yang dibebankan padahal seharusnya dikapitalisasi sebagai aset.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


13 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
 Periksa beban sewa/leasing untuk kemungkinan adanya lease/sewa yang seharusnya
dikapitalisir menjadi aset.
6. Cut-off
Perolehan tahun berjalan sudah dicatat pada periode yang tepat. Biasanya dilakukan
bersamaan dengan test cut-off atas utang, jika barang belum dibayar.
 Review transaksi yang ada di dekat2 tanggal pelaporan keuangan (sebelum maupun
sesudah tanggal laporan) untuk melihat kemungkinan perolehan aset yang belum
tercatat atau terlalu cepat dicatat.
7. Rights
Hak atas perolehan memang merupakan hak perusahaan. Biasanya perhatian utamanya
adalah kemungkinan aset tersebut bukan dimiliki (secara legal) melainkan hanya disewa
 Periksa faktur pemasok

DESAIN AUDIT UNTUK PREPAID EXPENSES


Beberapa pos yang diklasifikasikan ke dalam prepaid expenses dan jurnal terkait adalah
sebagai berikut:

Sumber: Arens, Elder, Beasley, 2017

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


14 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
Transaksi perolehan prepaid expenses akan melibatkan pos aset dan pos expenses.
Terkadang perusahaan mencatat perolehan ke dalam prepaid (sebagai aset) tetapi ada juga
perusahaan yang mencatat ke dalam expense. Di akhir periode harus dilakukan
adjustment dengan perhitungan yang tepat, berapa bagian yang masih aset dan berapa
bagian yang masih expense. Gambar berikut ini merupakan gambaran transaksi perolehan
prepaid expense yang dicatat ke dalam pos aset pada saat perolehan awalnya:

Sumber: Arens, Elder, Beasley, 2017

TOC terkait prepaid expense adalah terkait dengan:


1. Perolehan dan pencatatan prepaid. Misalnya prepaid insurance. Harus dibaca polis
asuransinya. Apa yang di-cover, apakah coverage nilainya dianggap cukup atas aset yang
diasuransi. Perlu pernyataan manajemen untuk menyatakan bahwa coverage asuransi
adalah cukup untuk menutup kerugian risiko.
2. Bagaimana perhitungan beban secara periodik/alokasi pembebanan secara periodik, juga
alokasi beban jika asuransi mengcover aset yang ditempatkan pada divisi berbeda.
Misalnya berapa bagian yang masuk sebagai COGS, berapa yang masuk sebagai beban
marketing, berapa masuk sebagai beban administratif. Lakukan perhitungan ulang.
3. Bisa saja dilakukan konfirmasi kepada pihak asuransi yang menerbitkan polis jika
dianggap perlu. Misalnya jika tidak ada polis asli yang disampaikan kepada auditor.

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


15 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
4. Dapat juga dilakukan cek silang atas aset yang diasuransikan, apakah aset tersebut
memang ada, bagaimana kondisi fisiknya, dari observasi dapat disimpulkan apakah
sebenarnya coverage tersbut cukup atau tidak.
5. Bandingkan perhitungan expense dengan tahun sebelumnya.

Jika dikaitkan dengan tujuan audit atas saldo prepaid expense, dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Balance-Related Audit Objectives

Existence and
Rights
completeness

Insurance policies The client has rights


in the prepaid to all insurance
insurance schedule policies in the
exist and existing prepaid insurance
policies are listed. schedule.

©2006 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 11/e, Arens/Beasley/Elder 20 - 33

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


16 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
Balance-Related Audit Objectives

Presentation and
Cutoff
disclosure

Insurance transactions Prepaid insurance is


are recorded in the properly presented
proper period. and disclosed.

©2006 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 11/e, Arens/Beasley/Elder 20 - 35

Sumber: Arens, Elder, Beasley, 2017

AUDIT ATAS INVENTORY


Salah satu aset yang dapat dikategorikan sebagai prepaid expense adalah inventory.
Secara umum audit atas inventory sangat berkaitan dengan audit atas pos pembelian, retur
pembelian, diskon pembelian, atau jika dilakukan pencatatan dengan sistem perpetual tidak
menggunakan pos pembelian melainkan menggunakan pos inventory.

Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan terkait audit atas inventory adalah sebagai
berikut:
1. Penetapan kebijakan metode pencatatan persediaan, apakah sudah sesuai dengan yang
disyaratkan oleh PSAK. Perlu diperhatikan, untuk setiap jenis persediaan diperkenankan
untuk menggunakan metode pencatatan yang berbeda.
2. Penetapan net realizable value atas saldo akhir persediaan. Bagaimana jurnal dan dasar
penilaiannya.
3. Penetapan allowance for inventory oblsolences, bagaimana pertimbangan
perhitungannya. Jika manajemen tidak membuat allowance untuk ini maka amanjemen
harus mencantumkan alasannya pada penjelasan atas inventory.
4. Melakukan perhitungan ulang mutasi persediaan (saldo awal sesuaikan dengan tahun
sebelumnya, tambah, kurang, saldo akhir) baik secara keseluruhan, maupun secara
individual dengan sampel.
5. Melakukan penghitungan fisik persediaan. Perhatikan beberapa hal berikut ini:

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


17 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
Tetapkan tanggal perhitungan fisik akan dilakukan, sebaiknya di tanggal paling
mendekati tanggal pelaporan. Jika tidak, harus bisa diperoleh mutasi dari tanggal cek
fisik sampai ke tanggal pelaporan.
Usahakan tidak ada mutasi keluar masuk barang secara fisik ketika dilakukan
perhitungan.
Minta klien menyiapkan daftar barang yang akan dicek fisik.
Siapkan kalkulasi unit metrik khusus, misalkan perhitungan meter ke yard, inch
dengan cm, dst.
Auditor melakukan observasi, bukan menghitung sendiri.
Lakukan observasi secara totalitas. Misalnya:
 minta untuk naik menggunakan alat untuk melihat di balik tumpukan
tinggi bagian depan.
 Minta untuk membuka segel secara sample untuk beberapa barang
yang masih utuh dalam kardus.
 Beri tanda pada setiap item barang yang telah dihitung untuk
menghindari terhitung double atau belum terhitung.
Jangan pernah meniru dari catatan akuntan/klien, jadi selalu konsentrasi saat
melakukan observasi perhitungan.
Mintakan tandatangan approval dari klien pada kertas hasil perhitungan fisik.

DESAIN AUDIT UNTUK ACCRUED LIABILITY


Beberapa pos penting terkait dengan liabilitas yang masih harus dibayar diantaranya
adalah pajak pendapatan, bunga, pensiun, sewa, garansi. Seringkali accrued liability
merupakan jumlah yang harus dibayar di masa depan dengan jumlah yang pasti, namun
sekarang ini tidak jarang jumlah tersebut merupakan provisi atau pencadangan yang
dihitung dengan berbagai estimasi, Misalnya estimasi atas kemungkinan pembayaran
manfaat purnakarya/pensiun, estimasi atas kemungkinan bonus/hadiah yang akan diklaim
oleh pelanggan, estimasi garansi atas kemungkinan barang rusak, dll.

Masing-masing pos memerlukan cara audit yang berbeda, namun pada dasarnya adalah:
1. Periksa saat timbulnya liabilitas. Termasuk sifat transaksi yang menimbulkan
liabilitas tersebut. Apakah memang termasuk kategori liabilitas, beberapa ciri
liabilitas adalah:

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


18 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
ada keharusan membayar di masa depan,
pembayaran akan dilakukan kepada pihak ketiga,
kecil kemungkinan untuk menghindar dari pembayaran yang harus dilakukan,
ada waktu jatuh tempo yang ditetapkan atau dapat disetimasi secara wajar,
ada jumlah yang harus dibayar yang sudah dapat ditetapkan atau diestimasi secara
wajar
2. Lakukan perhitungan ulang (income tax, interest, rent, warranty cost)
3. Dapatkan perhitungan estimasi dari aktuaris untuk utang pensiun/manfaat purnakarya.
Periksa kelayakan asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan tersebut.

Contoh kaitan transaksi berkenaan dengan timbulnya kewajiban pajak:

DESAIN AUDIT UNTUK INCOME & EXPENSE


Beberapa pengujian audit dapat dilakukan mulai dari prosedur analitis, TOC substantive
test of transaction dan test of detail of balance. Test of Control dan Substantive Test of
Transaction yang dilakukan pada dasarnya akan memverifikasi pos-pos yang berada di
laporan posisi keuangan maupun laporan laba rugi. Jika diasumsikan control telah baik
atas perolehan suatu aset atau perolehan jasa, maka evidence/bukti yang dikumpulkan
untuk transaksi sebenarnya meliputi kedua jenis pos tersebut. TOC dan substantive test of
transaction saja belum cukup untuk meyakini saldo, karena itu audit masih harus

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


19 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
dilengkapi dengan substantive test of detail of balance, juga untuk melihat rasionalitas
saldo yang timbul satu sama lain juga perlu dilakukan Analytical Procedures.

Untuk prosedur analitis yang dilakukan dapat menunjukkan kemungkinan salah saji
sebagaimana dalam gambar berikut ini:

Sumber: Arens, Elder, Beasley, 2017

Berikut contoh kertas kerja audit atas Legal Expense. Setiap tick mark menunjukkan
audit test yang dilakukan:

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


20 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
Sumber: Arens, Elder, Beasley, 2017

Selain melakukan Analytical Procedure, Test of Detail of Balances yang bisa dilakukan
digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Arens, Elder, Beasley, 2017

Daftar Pustaka

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


21 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA
Randal J. Elder., Mark S. Beasley., Arens Alvin A., 2017. Auditing and Assurance Service:
An Integrated Approach. 16th. Edition. Pearson International Edition, Pearson Education,
Inc., Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall

‘20 Nama Mata Kuliah dari Modul


22 Dosen Pengampu
Auditing II
Aida wijaya, S.E., M.Si., Ak., CA

Anda mungkin juga menyukai