Anda di halaman 1dari 23

RINGKASAN MATERI KULIAH

EKA 446 PENGAUDITAN II (E3)


“KONSEP PENGAUDITAN”

Disusun Oleh:
Kelompok 7
I Gede Candra Kusuma 2007531185
Ida Ayu Mirah Dwi Sasmitha 2007531266
Ni Made Ayu Novitarini 2007531270

Dosen Pengampu:
Dr. Anak Agung Gde Putu Widanaputra, S.E., M.Si., Ak.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KONSEP PENGAUDITAN

A. Pengauditan Dengan Pendekatan Akun, Siklus, Risk Base Audit


 Pendekatan Dengan Akun dan Silkus

Audit laporan keuangan dilakukan dengan memecah laporan keuangan


menjadi segmen-segmen yang lebih kecil. Pembagian audit atas segmen-segmen bisa
dilakukan dengan memperlakukan setiap pos (rekening) yang dicantumkan dalam
laporan keuangan sebagai segmen yang terpisah. Salah satu cara segmentasi audit
adalah dengan cara memperlakukan setiap akun dalam lapporan keuangan sebagai
suatu segemen tersendiri. Oleh karena itu, pendekatan tersebut pada masa sekarang
ini sudah dianggap kuno dan diganti dengan pendekatan lain yang lebih terpadu yang
disebut dengan pendekatan siklus.

Segmentasi audit yang lazim digunakan kini adalah pndekatan siklus yang
menempatkan jenis atau kelompok transaksi dan saldo akun yang berkaitan dengan
segmen yang sama. Logika pendekatan penggunaan siklus dapat membanyangkan
bagaimana transaksi dicatat dalam jurnal dan ringkasan buku besar dan laporan
keuangan. Pendekatan siklus diimplementasikan agar proses pengauditan lebih
efisien, karena pendekatan ini mengikuti aliran pencatatan dalan jurnal dan
peringkasannya di buku besar serta laporan keuangan. Contoh pendekatan siklus
adalah akun penjualan, rektur penjualan, penerimasan kas dan penghapusan piutang
tak tertagih merupakan transaksi yang menyebabkan perubahan saldo pada akun
piutang sehingga diklasifikasikan dalam siklus penjualan dan pendapatan.

Pendekatan siklus-siklus transaksi bisa dilakukan oleh auditor sesuai dengan


perusahaan-perusahaan yang diaudit dan pertimbangan auditor sendiri. Ada empat
macam siklus, yaitu:

 Siklus Pendapatan
Silkus pendapatan beriisi aset-aset perusahaan yang berkaitan dengan
pertukaran barang dan jasa antara perusahaan dengan pelanggan dan
proses pengumpulan kas yang dilakukan oleh perusahaan.
 Siklus Pengeluaran
Siklus pengeluaran berisi aset-aset yang berkaitan dengan berbagai
keputusan dan proses memperoleh aset tetap, barang dan jasa yang

2
diperlukan proses operasional perusahaan dan pembayaran yang
dilakukan perusahaan atau aset tetap, barang dan jasa yang diperoleh
 Siklus Produksi dan Personalia
Siklus produksi berkaitan dengan konversi bahan baku menjadi barang
jadi. Transaksi ini meliputi perencanaan dan pengendalian produksi
dan besarnya tingkatan persediaan. Transaksi siklus ini disebut sebagai
transaksi siklus manifaktur (produksi). Siklus personalia melibatkan
sebagai transaksi berkaitan dengan aktivitas karyawan dan
pembayaran.
 Siklus Investasi
Siklus investasi berkaitan dengan aktivitas kepemilikan surat berharga
yang dikeluarkan oleh perusahaan lain.

B. Hubungan Antar Siklus

Gambar di atas merupakan hubungan dari siklus-siklus dalam pendekatan


siklus. Dalam pendekatan siklus tidak mengenal awal dan akhir kecuali pada saat
awal perusahaan didirikan dan ketika perusahaan dilikuidasi. Akitvitas perusahaan
dimulai dengan adanya siklus perolehan modal yang biasanya dalam bentuk kas. Kas
yang diperoleh dari penananam modal digunakan untuk membeli bahan baku, asset
tetap dan barang serta jasa lainnya yang menghasilkan barang (siklus pembelian
dan pembayaran).

3
Selain itu, kas digunakan juga untuk mendapatkan tenaga kerja dengan tujuan
mendukung proses operasional menghasilkan barang (Siklus penggajian dan
personalia). Hasil penggabungan kedua siklus ini adalah persediaan (Siklus
persediaan dan penggudangan). Kemudian persediaan dijual diiringi dengan
timbulnya tagihan serta penerimaan kas (Siklus Penjualan dan pengumpulan
piutang). Kas yang dihasilkan dari penjualan digunakan untuk membayar dividen dan
bunga serta untuk memulai kembali siklus. Pada perusahaan jasa, siklus-siklus
cenderung sama yang membedakan hanya tidak adanya persediaan.

C. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Subtantif


 Pengujian Pengendalian
a) Pengertian Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor tentang pengendalian intemal digunakan untuk
menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit transaksi. Sebagai
contoh adalah penetapan tujuan ketelitian untuk transaksi penjualan yang
ditetapkan rendah dan tujuan keberadaan yang ditetapkan moderat. Apabila
kebijakan dan prosedur pengendalian diyakini dirancang dengan efektif,
auditor menilai risiko pengendalian pada level yang mencerminkan relatif
efektifnya pengendalian tersebut.
Pengujian pengendalian, baik secara manual atau pun secara otomatis,
mencakup jenis-jenis bukti di bawah ini (Catatan: Tiga prosedur pertama
adalah sama dengan prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman
tentang pengendalian internal).
a. Mengajukan pertanyaan kepada personel klien yang sesuai.
b. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan.
c. Melakukan pengamatan atas aktivitas pengendalian terkait.
d. Melakukan-ulang prosedur-prosedur klien.
Auditor melakukan transaction walkthrough (mengikuti jejak
transaksi) sebagai bagian dari prosedur untuk memperoleh pemahaman yang
dapat membantunya dalam menentukan apakah pengendalian telah dijalankan.
Mengikuti jejak transaksi biasanya dilakukan pada satu transaksi atau
sejumlah kecil transaksi mencakup keseluruhan proses. Sebagai contoh,
auditor bisa memilih satu transaksi penjualan untuk mengikuti jejak transaksi

4
pada sistem tentang proses pemberian persetujuan kredit, selanjutnya
mengikuti proses pemberian persetujuan kredit dari awal transaksi penjualan
sampal persetujuan kredit diberikan.
Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah
pengendalian-pengendalian tersebut efektif yang biasanya mencakup suatu
sampel transaksi. Sebagai contoh, sebagai suatu pengujian efektivitas proses
pemberian persetujuan kredit, auditor bisa memeriksa suatu sampel yang
terdiri dari 50 transaksi penjualan yang terjadi dari awal sampai akhir tahun
untuk menentukan apakah persetujuan kedit diberikan sebelum pengiriman
barang diakukan. Prosedur untuk memperoleh pemahaman tentang
pengendalian intermal biasanya tidak memberi bukti yang memadai bahwa
pengendalian telah berialan dengan efektif. Pengecualian tentang hal inl
berlaku untuk pengendalian otomatis karena kinerjanya konsisten. Prosedur
yang diterapkan auditor untuk menentukan apakah pengendalian otomatis
telah diterapkan bisa juga merupakan suatu pengujian pengendalian, apabila
auditor memastikan hanya terdapat risiko minimal bahwa pengendalian
otomatis telah dlubah sejak pemahaman diperoleh. Selanjutnya tidak ada
tambahan pengujian pengendalian yang diperlukan. Jumlah bukti tambahan
untuk pengujian pengendalian tergantung pada dua hal:
a. Banyaknya bukti yang diperoleh dalam memperoleh pemahaman tentang
pengendalian intemal.
b. Rencana pengurangan risiko pengendalian.
Gambar 10-2 menggambarkan peran pengujian pengendalian dalam
pengauditan atas siklus penjualan dan pengumpulan piutang dalam
hubungannya dengan prosedur-prosedur lain yang dilakukan untuk
memperoleh bukti yang cukup sebagai dasar untuk memberikan pendapat.
Catatan: Lingkaran yang diberi tanda PP adalah pengujlan pengendalian.
Untuk menyederhanakan contoh, dalam gambar ini terdapat dua asumsi, yaitu:
hanya transaksi penjualan dan transaksi penerimaan kas serta tiga akun buku
besar yang membentuk siklus penjualan dan penerimaan piutang, dan saldo
awal dalam akun kas dan akun piutang usaha telah diaudit pada tahun yang
lalu dan dianggap benar.

5
Apabila pemeriksaan yang dilakukan auditor menunjukkan bahwa
transaksi penjualan dan penerimaan kas telah dicatat dalam catatan akuntansi
dan telah dibukukan ke buku besar dengan benar, auditor bisa berkesimpulan
bahwa saldo akhir akun piutang usaha dan penjualan adalah benar. (Transaksi
pengeluaran kas harus sudah diaudit sebelum auditor sampal pada kesimpulan
tentang saldo akhir dalam akun kas). Salah satu cara yang dapat dilakukan
auditor untuk memeriksa catatan transaksi adalah melakukan pengujian
pengendalian. Apabila pengendalian atas transaksi penjualan dan penerimaan
kas telah berjalan. auditor dapat melakukan pengujian pengendalian untuk
memastikan apakah keenam tujuan audit transaksi telah terpenuhi untuk siklus
yang bersangkutan.
Untuk memberi gambaran tentang pengujian pengendalian, marilah
kita kembali pada matrix pengujian pengendalian pada Gambar 8-3. Untuk
setiap pengendalian yang berjumlah 11 pengendalian dalam Gambar 8-3,
Tabel 10-1 di bawah ini mengidentifikasi suatu pengujian pengendalan yang
bisa dilakukan untuk menguji efektivitasnya.

Contoh Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian

6
Persetujuan kredit dilakukan Periksalah suatu sampel faktur penjualan,
secara otomatis dengan dan bandingkan pesanan dari pembeli ke
menggunakan komputer dengan batas kredit yang telah ditetapkan
cara membandingkannya ke limit perusahaan (prosedur melakukan-ulang)
kredit (P1)

Penjualan yang dicatat dalam Periksalah suatu sampel faktur penjualan


pembukuan didukung dengan
untuk memastikan bahwa semuanya
dokumen pengiriman barang yang
telah diotorisasi dan pesanan dari didukung dengan dokumen pengiirman
pembeli yang telah mendapat barang yang telah diotorisasi dan pesanan
persetujuan (P2)
dari pembeli yang telah mendapat
persetujuan (dokumentasi)
Terdapat pemisahan tugas antara Lakukan pengamatan untuk memastikan
bahwa personel yang bertanggungjawab
pembuat faktur, pencatatan
menerima kas tidak merangkap tugas
penjualan, dan penanganan sebagai pencatat akuntansi dan ajukan
pertanyaan tentang tugas mereka
penerimaan kas (P3)
masingmasing (observasi dan mengajukan
pertanyaan)

Dokumen pengiriman barang Lakukan pengamatan untuk memastikan


dikirimkan secara elektronis setiap bahwa dokumen pengiriman barang

hari ke bagian pembuat faktur dan dikirimkan setiap hari ke bagian pembuat
faktur dibuat pada hari berikutnya faktur dan amati juga kapan faktur dibuat
(P4) (observasi)
Dokumen pengiriman barang Periksalah apakah dokumen pengiriman
diberi nomor urut tercetak barang digunakan secara urut nomor dan
(prenumbered) dan penggunaan telusur setiap dokumen yang dipakai ke
dokumen tersebut jurnal penjualan (dokumentasi dan
dipertanggungjawabkan setiap melakukan ulang)
minggu (P5)

7
Total kuanitas per batch Lakukan pengamatan untuk memastikan
dibandingkan dengan kuantitas bahwa dokumen pengiriman barang
yang difaktur (P6) dikirimkan setiap hari ke bagian pembuat
faktur dan amati juga kapan faktur dibuat
(observasi)
Harga jual per unit diperoleh dari Periksalah apakah dokumen pengiriman
master file daftar harga yang telah barang digunakan secara urut nomor dan
disahkan perusahaan (P7) telusur setiap dokumen yang dipakai ke
jurnal penjualan (dokumentasi dan
melakukan-ulang)

Transaksi penjualan diperiksa Periksa dokumen-dokumen untuk


secara internal (P8) memastikan adanya pemeriksaan internal
Laporan piutang dikirim kepada Lakukan pengamatan untuk memastikan
para pelanggan setiap bulan (P9) bahwa laporan piutang dibuat untuk suatu
bulan tertentu dan tanyakan siapa yang
bertanggungjawab mengirimkan laporan
piutang tersebut. (Pengamatan dan
mengajukan pertanyaan)

Komputer secara otomatis Gunakan perangkat-lunak audit (audit


membukukan (posting) transaksi software) untuk menelusur posting dari
ke buku pembantu piutang dank ke batch transaksi penjualan ke buku pembantu
buku besar (P10) dank e buku besar

Master file piutang usaha Periksalah bukti adanya rekonsiliasi


direkonsiliasi dengan buku besar bulanan, dan periksalah ketelitian
setiap akhir bulan (P11) rekonsiliasi tersebut (dokumentasi dan
melakukan ulang)

b) Tipe Pengujian Pengendalian


Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:
1. Concurrenct test of control yaitu pengujian pengendalian yang
dilaksanakan auditor seiring dengan prosedur untuk memperoleh
pemahaman mengenai SPI klien

8
2. Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu
pengujian yang dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.
c) Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Pengendalian
Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien
2. Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya
3. Melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan
4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor
d) Lingkup Pengujian Pengendalian
Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan dan telah direncanakan oleh auditor. Semakin
rendah tingkat risiko pengendalian yang diterapkan, semakin banyak bukti
yang diperlukan dan harus dihimpun.
Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga
oleh penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun
sebelumnya. Sebelum menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan
audit tahun sebelumnya, auditor harus memastikan bahwa tidak ada perubahan
yang signifikan atas rancangan dan operasi berbagai kebijakan dan prosedur
pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
e) Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua saat, yaitu:
1. Selama pekerjaan
2. Pada saat mendekati akhir tahun
Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian pengendalian
mendekati akhir tahun. Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan
pada periode tahun pembukuan yang diaudit.
f) Penentuan Risiko Pengendalian Dalam menentukan risiko pengendalian,
auditor perlu:
1. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi
tersebut.
2. Mengidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi
salah saji.
3. Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan
operasi pengendalian relevan adalah efektif.
9
4. Mengevaluasi bukti yang diperoleh.
5. Menentukan risiko pengendalian.

 Pengujian Substantif

Pengujian substantif adalah prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk


mendeteksi monetary errors atau kesalahan penyajian material pada tingkat asersi.

a) Jenis Pengujian Substansif


Pengujian substansif terdiri dari:
1. Pengujian Substantif Golongan Transaksi
Pengujian substantif golongan transaksi digunakan untuk menentukan
apakah keenam tujuan audit transaksi telah terpenuhi untuk setiap
golongan transaksi. Apabila auditor yakin bahwa semua transaksi telah
dicatat dengan benar dalam jurnal dan telah diposting dengan benar,
dikaitkan dengan keenam tujuan audit transaksi, maka bisa diyakini
bahwa jumlah total buku besar adalah benar.
2. Prosedur Analitis
Prosedur analitis adalah pengevaluasian terhadap informasi keuangan
yang dilakukan dilakukan melalui analisis hubungan antara data
keuangan dan data nonkeuangan. Prosedur analitis juga mencakup
investigasi sebagaimana yang diperlukan atas fluktuasi atau hubungan
teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain, atau
yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan.
Dua tujuan terpenting prosedur analitis substantif dalam audit atas
saldo-saldo akun adalah:
• Menunjukkan kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan
• Menghasilkan bukti substantif.
Apabila auditor mengembangkan ekspektasinya dengan menggunakan
prosedur analitis dan berkesimpulan bahwa saldo akhir klien pada akun
tertentu nampak wajar, maka pengujian rinci saldo tertentu dapat
dibatalkan atau ukuran sampelnya diperkecil. Seberapa jauh auditor
akan mengandalkan pada hasil prosedur analitis substantif dalam
mendukung saldo akun tergantung pada beberapa faktor, antara lain

10
misalnya presisi ekspektasi yang dikembangkan auditor, materialitas,
dan risiko kesalahan penyajian material.
3. Pengujian Rinci Saldo
Pengujian rinci saldo berfokus pada saldo akhir akun-akun buku besar,
baik akun neraca maupun akun laba-rugi. Tekanan utama kebanyakan
pengujian rinci saldo adalah pada akun-akun dalam neraca (akun rill).
Pengujian rinci saldo berguna bagi auditor dalam menetapkan
kebenaran jumlah rupiah dalam akun-akun dan oleh karenanya
merupakan pengujian substantif.

b) Prosedur Pengujian Substantif


Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif, yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja
tugas mereka.
2. Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan
tugas mereka.
3. Menginspeksi dokumen dan catatan.
4. Melakukan penghitungan kembali
5. Konfirmasi
6. Analisis
7. Tracing atau pengusutan
8. Vouching atau penelusuran

c) Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Substantif


Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mempengaruhi penentuan
waktu pelaksanaan pengujian substantif. Jika risiko deteksi rendah maka
pengujian substantif lebih baik dilaksanakan pada atau dekat dengan tanggal
neraca.

d) Luas Pengujian Substantif


Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, semakin
banyak bukti yang harus dikumpulkan, auditor dapat mengubah jumlah bukti
yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas pengujian subtantif yang
dilakukan. Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif
didokumentasikan dalam kertas kerja dalam bentuk program audit. Program
audit adalah daftar prosedur audit yang akan dilaksanakan.
11
D. Risk Base Audit

Audit berbasis resiko adalah suatu teknik audit yang menekankan terhadap aspek
resiko. Audit atas laporan keuangan memiliki tujuan yang meningkatkan
kepercayaan dan pemakai laporan keuangan yang dituju. Tujuan itu dapat dicapai
dengan pemberian opini oleh auditor dengan menperoleh ansurans yang layak dan
keyakinan memenuhi mengenai apakah laporan keuangan disususn sesuai dalam
segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku. Resiko
audit (audit risk) yang dimaksud adakah resiko dimana auditor memberikan opini
audit yang tidak tepat atas laporan keuangan yang disalah sajikan secara material.
Adapun resiko audit atas dua unsur, yakni:

 Resiko salah saji material merupakan gabungan resiko bawaan dan


resiko pengendalian yang mengindikasikan laporan keuangan
mungkin atau berpotesi mengandung salah saji material.
 Resiko dekstesi merupakan resiko saat prosedur audit yang dilakukan
tidak dapat mendektisikan salah saji yang bisa material dalam laporan
keuangan.

Dalam melaksanakan audit berbasis resiko, auditor wajib memenuhi


beberapa hal berikut sebagaimana tentang dalam ISA 200:

1. Skeptisisme profesional yang berarti bahwa auditor wajib merencanakan dan


melakukan suatu audit dengan skeptisisme profesional dengan menyadri
bawa mungkin ada situasi yang menyebabkan laporan keuangan
disalahsajikan secara material.
2. Pertimbangan profesional yang berarti auditor wajib prefesional dalam
merencanakan dan melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan.
3. Asurans yang layak yang berarti auditor harus memperoleh bukti audit yang
cukup untuk menekan resiko ke tingkat rendah yang dapat diterima.

Audit berbasis resiko memiliki tiga langakah dalam pelaksanannya, meliputi:

a. Penilaian resiko (risk assessment)


Pada tahap ini, tujuan auditor adalah mengidentifikasikan dan menilai
salah saji yang material karena kekurangan atau kesalahan pada tingkat
laporan keungan dan arsersi, melalui pemahaman entitas dan

12
lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas yang memberikan
dasar untuk merancang dan mengimplementasikan tanggapan terhadap
resiko salah saji material yang dinilai.
b. Menaggapi Resiko (risk response)
Tahap kedua yakni, menanggapi resiko dimana tujuan adalah meperoleh
bukti audit yang cukup tepat tentang resiko yang dinilai, dengan
merancang dan mengimplementasikan tanggapan yang tepat terhadap
resiko tersebut.
c. Pelaporan (reporting)
Tahap ketiga adalah audit berbasis menilai bukti audit yang diperoleh dan
menentukan apakah ini sudah cukup dan tepat untuk mengurangi resiko
audit ke tingkat rendah yang dapat diterima.

E. Working Paper (WP) Audit ATLAS dari P2PK

ATLAS (Audit Tool and Linked Archive System) merupakan sebuah aplikasi
audit berbasis Miscrosoft Excel yang dikembangkan oleh Pusat Pembinaan Profesi
Keuangan (PPPK) bekerja sama dengan Institut Akuntansi Publik Indonesia (IAPI).
Aplikasi ini dimaksudkan sebagai sarana untuk menjalankan prosedur audit dan
mendokumentasikan hasilnya sebagai dasar dalam pemberian opini. Upaya ini
merupakan salah satu bentuk inisiasi untuk meningkatkan kualitas audit.

ATLAS ini, diperuntukan untuk membantu Akuntansi Publik dalam


memahami dan merapkan standar auditing yang berlaku dalam pemberian jasa
profesional.

Cara menggunakan aplikasi atau Working Paper Audit ATLAS dari P2PK
adalah:

1. Format pengisian
 Aplikasi ini terbatas untuk satu pada periode laporan keuangan pada
umumnya satu tahun.
 Format tanggal
a. Format ditulis: tanggal/bulan/tahun (untuk pc/komputer/laptop dengan
setting Region: Indonesia).

13
b. Perhatikan setting region pada komputer termasuk penggunaan tanda
“koma”
 Format waktu
format jam:menit (format 24 hours).
 Pengisian nilai hari libur lain pada sheet alokasi jam jasa (A 120)
TIDAK BOLEH ANGKA 0 (nol). Jika tidak ada hari libur lain maka
bisa menggunakan nilai input: 0,00001 atau ‘0.
 Tampilan awal dari aplikasi ATLAS:

Gambar 1

2. INFORMASI STATUS KKP


Kertas kerja ini dapat diakses dengan meng-klik ikon pada laman “CONTENT”.
Informasi pada kertas kerja ini digunakan untuk memantau status kertas kerja
pada setiap tahapan audit. Selain itu, terdapat pula informasi hari dan jam audit
yang telah disesuaikan sebagaimana dapat dilihat pada.

14
Gambar 2

Kertas kerja informasi hari dan jam audit dibandingkan anggaran merupakan kertas
kerja yang digunakan untuk melakukan penyesuaian jam kerja audit aktual. Untuk
melakukan penyesuaian tersebut, auditor dapat meng-klik kotak berwarna merah
jambu. Selanjutnya, auditor memasukkan angka jam aktual. Untuk kembali ke menu
awal klik kotak berwarna hitam.

Gambar 3

3. BERANDA

15
 Cara pengisian:
a. Identitas auditor diisi secara manual (ditandai ***) kecuali susunan tim
perikatan yang terisi secara otomatis (ditandai *). Untuk “Susunan Tim
Perikatan” akan terisi secara otomatis berasal dari gabungan kertas kerja
A.1103 setelah mengisi nama tim yang ditunjuk dan A.120 setelah mengisi
posisi dalam tim.
b. Identitas klien diisi secara manual (ditandai ***) maupun dropdown (ditandai
**) sesuai dengan kondisi auditee.
c. Isian untuk “Tipe Perikatan” akan menentukan prosedur lanjutan yang
terkait dan dapat dilihat pada layar “Content.” Jika diisi pilihan “Perikatan
Tahun Pertama” maka pada “Content” akan muncul “A.170 Perikatan Tahun
Pertama”. Selain itu, pada kertas kerja “A.110 Analisis Penerimaan dan
Keberlanjutan Hubungan dengan Klien” muncul pertanyaan Nomor 7 terkait
komunikasi dengan auditor pendahulu.
d. Isian untuk “Standar Akuntansi Klien” akan menentukan link template
laporan posisi keuangan/laporan laba rugi sesuai dengan standar tersebut.
Jika memilih “SAK umum konvergensi IFRS” akan berpengaruh pada:
Muncul “B.290 Informasi Segmen” namun jika memilih selain “SAK umum
konvergensi IFRS” maka B290 tidak akan muncul. Reviu pengungkapan
laporan keuangan pada form C200 sesuai dengan SAK yang auditor pilih.

Gambar 5

4. AUDIT CYCLE

16
Kertas kerja ini berisi informasi secara garis besar proses perencanaan audit yang
meliputi tahapan pra perikatan, risk assessment, risk response, dan reporting.
Gambar pada siklus audit ini hanya untuk mempermudah auditor. Pada setiap
tahapan audit, jika terdapat evaluasi bukti audit yang mengharuskan auditor
untuk melakukan pekerjaan tambahan yang diperlukan pada tahap sebelumnya
maka auditor dapat kembali ke tahapan tersebut.

Gambar 6

5. CONTENT (DAFTAR ISI)


Laman ini berisi daftar seluruh kertas kerja yang ada dalam aplikasi ATLAS
beserta indeks untuk setiap kertas kerja. Gambar yang disajikan di bawah
merupakan contoh ketika klien menggunakan standar akuntansi “SAK Umum
Konvergensi IFRS.” dengan tipe “perikatan tahun pertama” .

17
Gambar 7

Setiap tahap audit tersebut dapat langsung diklik untuk menuju ke kertas kerja
yang bersangkutan. Jika ingin kembali ke beranda dapat mengklik gambar
rumah/home. Sedangkan untuk melihat siklus audit dapat mengklik “Audit
Cycle.”
Jika bukan perikatan tahun pertama maka kertas kerja A.170 “Perikatan Tahun
Pertama” tersebut tidak muncul. Selain itu, jika auditor menggunakan standar
akuntansi selain SAK Umum Konvergensi IFRS maka kertas kerja B.290
“Informasi Segmen” tidak muncul. Informasi segmen dapat diisi secara manual
dan/atau dilampirkan pada kertas kerja ini.
6. INPUT LAPORAN KEUANGAN
Untuk menginput data laporan keuangan pada tahap awal, auditor harus
memasuki tahap Praperikatan terlebih dulu yaitu pada kertas kerja A.110
“Analisis Penerimaan dan Keberlanjutan Hubungan dengan Klien”. Auditor
harus melengkapi kertas kerja A.110 dan kertas kerja pendukungnya (A.1101
sampai dengan A.1104). Berdasarkan hasil pengisian kertas kerja tersebut secara
lengkap maka secara otomatis terdapat informasi risiko perikatan pada tingkat
high atau low.
Selanjutnya, auditor harus menjawab pertanyaan terkait menerima atau menolak
hubungan kerja dengan klien dengan menggunakan pilihan dropdown. Jika
auditor memutuskan menerima atau melanjutkan hubungan kerja dengan klien
tersebut maka muncul link “Template Laporan Keuangan”. Selain itu, auditor

18
dapat langsung menuju laman input laporan keuangan dari laman “CONTENT”
dengan memilih indeks D.100 Input Laporan Keuangan.

Gambar 8

Untuk menginput data laporan keuangan, auditor harus klik kotak merah .
Kemudian, auditor akan menuju laman seperti gambar 9 dan 10.
 Pengisian template kosong

Format
pengisian
numberik

Gambar 9

19
1. Nama akun diinput sesuai dengan nomor akun yang ada di laporan keuangan
klien. Apabila format nomor akun klien mengandung selain numberik maka
auditor harus mengubah ke dalam format numberik.
2. Kolom “Mapping Grup Akun”, “Mapping Kelompok Akun”, dan “Mapping
Header Akun” diisi dengan memilih dari dropdown di setiap sel sesuai dengan
jenis nama akun.
3. Untuk kolom “Input” hanya diiisi “Ya” satu kali dari kolom Mapping Header
Akun yang sama. Pada bagian atas kolom ini, terdapat informasi terkait header
ganda. Jika pada informasi tersebut menyatakan “Tidak ada header ganda” artinya
auditor telah melakukan mapping header akun dengan tepat. Jika terdapat
informasi “Header akun ganda” artinya auditor belum melakukan mapping header
akun secara tepat sehingga auditor harus meneliti kembali mapping header akun
yang dilakukan. Untuk mengetahui akun ganda, auditor dapat meng-klik “Cek
Header Ganda”.
4. Pada bagian kiri atas kertas kerja (gambar 10) terdapat kotak untuk menentukan
jenis mata uang yang digunakan dan pembulatan dalam memasukkan angka
laporan keuangan (in house). Pada kotak mata uang, auditor dapat memilih jenis
mata uang RP atau USD dengan menggunakan pilihan dropdown. Sedangkan
untuk pembulatan, terdapat 3 pilihan pada dropdown yaitu satuan penuh, dalam
ribuan, dan dalam jutaan.
5. Kotak “Klik tambah Header” digunakan untuk menambah/mengubah/ menghapus
nama Header Akun sesuai dengan kondisi pencatatan akuntansi yang ada di klien.

Gambar 10

6. Dalam melakukan mapping saldo laba/laba ditahan, apabila saldo laba tersebut
terdapat laba/rugi tahun berjalan maka untuk tujuan pembuatan worksheet versi
ATLAS maka laba/rugi tersebut harus dipisahkan pada kolom “No Akun” dan
“Nama Akun”. Sejalan hal tersebut, nama akun pada kolom “Mapping Header
akun” harus sama dengan nama akun pada kolom “Nama Akun”.

20
7. Ketika auditor melakukan mapping nama akun atas beberapa komponen yang
termasuk Others Comprehensive Income (OCI) maka mapping kelompok akun
dan mapping header akun harus menggunakan nama yang sama.
8. Setelah auditor melakukan mapping akun, auditor memasukkan saldo akun pada
kolom berwarna kuning sesuai tanggal posisi keuangan (gambar 11). Angka yang
dimasukkan pada kolom “INPUT ANGKA” menggunakan angka absolut
(mengabaikan nilai negatif) kecuali untuk akun nominal (akun pada laba rugi
tahun berjalan). Kolom “DEFAULT AKUN”, diisi sesuai dengan posisi header
akun berdasarkan laporan keuangan klien (penentuan debet atau kredit dari suatu
akun).

Gambar 11

9. Sebagai bahan pertimbangan Auditor dalam mengisi angka untuk akun yang
merupakan komponen ekuitas hasil dari akumulasi keuntungan atau kerugian
(contoh: saldo laba, laba tahun berjalan, dan Other Comprehensive Income/OCI),
Auditor dapat menggunakan default akun yaitu “K” (kredit) sehingga apabila
klien dalam kondisi rugi atau akun dimaksud dalam posisi debet maka angka yang
dimasukkan menggunakan negatif (-).
10. Kemudian, sebagai control input angka yang dimasukkan telah benar maka
Auditor dapat melihat baris “CEK NERACA” dan “CEK EBT”. Pada baris “CEK
NERACA” apabila neraca atau laporan posisi keuangan sudah balance maka pada
baris tersebut memberikan keterangan “BALANCE”. Jika laporan belum balance,
maka pada baris tersebut memberikan keterangan “CEK KEMBALI INPUT
DATA”.
11. Sebagai control input angka untuk akun nominal yang berhubungan dengan laba
rugi sebelum pajak atau EBT (Earnings Before Tax), Auditor harus memasukkan
angka EBT klien pada baris “INPUT EBT KLIEN”. Apabila Auditor telah
menginput angka dengan benar maka pada baris “CEK EBT” memberikan
keterangan “BALANCE”. Jika input angka belum tepat, maka pada baris tersebut
memberikan keterangan “CEK KEMBALI INPUT DATA”
12. Pada bagian kanan dari kertas kerja “Input Laporan Keuangan”, terdapat kertas
kerja perhitungan Total Aset, Total Ekuitas Aset Bersih, Total Pendapatan, Total

21
HPP, Laba Sebelum Pajak, EBITDA, Total Liabilitas, dan EBIT untuk setiap
tanggal posisi laporan keuangan.

Gambar 12

13. Kolom “as it is” pada gambar 14 akan terisi secara otomatis berdasarkan input
angka laporan keuangan per interim. Sedangkan, kolom “ekstrapolasi” akan terisi
secara otomatis jika auditor menginput informasi laporan keuangan interim.

Gambar 13

14. Untuk memperoleh hasil perhitungan EBIT dan EBITDA, auditor harus memilih
beban penyusutan/amortisasi dan beban/pendapatan bunga yang terlibat dalam
perhitungan EBIT dan EBITDA dengan menggunakan dropdown.

22
Gambar 14

23

Anda mungkin juga menyukai