Anda di halaman 1dari 6

SUMMARY NOTES - 2004-AUDAK1-04-01

KAITAN ANTARA BUKTI DENGAN TUJUAN AUDIT


(Direview oleh: Melan Sinaga, S.E., Ak., M.Ak., CPA)

Standar auditing menyediakan kerangka dasar bagi pemahaman auditor atas bukti
audit dan kegunaannya dalam mendukung opini auditor pada laporan keuangan.
Auditor mengumpulkan bukti dengan melakukan prosedur audit untuk menguji asersi
manajemen. Sementara itu, tujuan audit pada umumnya mengikuti asersi manajemen
itu sendiri. Tujuan audit dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tujuan audit terkait transaksi,
tujuan audit terkait saldo, serta tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan.

Bukti audit merupakan pendukung opini auditor mengenai apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar. Secara spesifik, laporan keuangan mencerminkan asersi
manajemen mengenai beragam komponen laporan keuangan. Auditor menguji asersi
manajemen yang relevan telah terpenuhi. Apabila terdapat bukti yang mendukung
asersi manajemen, auditor dapat menerbitkan laporan audit wajar tanpa pengecualian.

Gambar berikut merupakan hubungan antara laporan keuangan, asersi manajemen,


prosedur audit, bukti audit, dan laporan audit.

Laporan Laporan
keuangan
audit

Asersi manajemen Auditor memperoleh


mengenai komponen kesimpulan berdasar
laporan
bukti

Prosedur Menyediakan bukti


audit
tentang kewajaran

laporan keuangan

Auditor umumnya membagi laporan keuangan menjadi sejumlah komponen atau


segmen dalam rangka mengelola audit. Suatu komponen dapat berupa akun laporan
keuangan, misalnya piutang, atau sebuah proses bisnis. Proses bisnis pada umumnya
adalah proses pendapatan, proses pembelian, proses manajemen sumber daya
manusia, proses manajemen persediaan, dan proses keuangan atau investasi. Proses
bisnis mendukung sejumlah fungsi seperti penjualan dan pelayanan, pembelian
material, produksi dan distribusi, manajemen sumber daya manusia, serta manajemen
keuangan.

Halaman | 1
SUMMARY NOTES - 2004-AUDAK1-04-01

Pemeriksaan proses bisnis dan akun memungkinkan auditor untuk mengumpulkan


bukti dengan memahami pengolahan transaksi terkait melalui sistem informasi, mulai
dari kemunculannya sampai dengan disposisi akhir dalam jurnal dan buku besar
akuntansi.

Manajemen bertanggung jawab atas penyajian laporan keuangan secara wajar. Asersi
adalah representasi manajemen baik secara eksplisit mau pun implisit mengenai
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan informasi dalam laporan
keuangan dan pengungkapan terkait. Sebagai contoh, ketika laporan posisi keuangan
memuat satu baris piutang bernilai lima juta dolar, manajemen menyatakan bahwa
piutang tersebut benar adanya dan memiliki nilai realisasi bersih (net realized value)
sebesar lima juta dolar. Manajemen juga menyatakan bahwa saldo akun piutang
muncul dari penjualan barang atau jasa secara kredit dalam operasi bisnis normal.

Sementara itu, tujuan audit menguji apakah transaksi piutang tersebut benar-benar
telah dicatat atau tidak (kejadian) dan apakah jumlah yang tercatat tersebut benar atau
tidak (akurasi). Dalam hal ini auditor dapat melakukan prosedur audit lapangan dengan
cara mengonfirmasi sejumlah saldo piutang ke pelanggan. Konfirmasi piutang
merupakan salah satu bukti audit yang paling andal dan berguna.

__________________
Penulis: Melan Sinaga, S.E., Ak., M.Ak., CPA
Sumber Referensi: Messier F. W., Glover M. S., & Prawitt, F. D. (2014). Jasa audit dan assurance:
Pendekatan sistematis (Edisi 9 buku 1). Jakarta: Salemba Empat.

Halaman | 2
SUMMARY NOTES - 2004-AUDAK1-04-02

JENIS BUKTI AUDIT


(Direview oleh: Melan Sinaga, S.E., Ak., M.Ak., CPA)

Standar Audit (SA 500) menjelaskan tentang hal yang merupakan bukti audit dalam
suatu opini laporan keuangan dan berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
merancang serta melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat untuk memungkinkan penarikan kesimpulan memadai yang menjadi
basis opini auditor.

Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dan laporan auditor. Bukti audit ini
memiliki sifat kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dilaksanakan
selama proses audit. Namun, bukti audit dapat juga mencakup informasi yang
diperoleh melalui sumber lain, seperti audit periode lalu (dengan syarat auditor telah
menentukan apakah telah terjadi perubahan sejak periode audit lalu yang mungkin
relevan terhadap periode audit kini) atau prosedur pengendalian mutu KAP untuk
penerimaan dan keberlanjutan klien. Di samping sumber lain yang berasal dari dalam
mau pun luar entitas, catatan akuntansi entitas merupakan suatu sumber bukti audit
yang penting.

Sebagian besar pekerjaan auditor dalam merumuskan opini auditor terdiri dari
pemerolehan dan pengevaluasian bukti audit. Prosedur audit untuk memperoleh bukti
audit dapat mencakup inspeksi, observasi, konfirmasi, pengitungan kembali,
pelaksanaan ulang (reperformance), prosedur analitis, dan seringkali memadukan
beberapa prosedur sebagai tambahan atas prosedur permintaan keterangan dari
manajemen. Meskipun permintaan keterangan dapat memberikan bukti audit penting
dan mungkin dapat menghasilkan bukti kesalahan penyajian, permintaan keterangan
saja umumnya tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mendeteksi
kesalahan penyajian material pada tingkat asersi maupun efektifitas operasi dari
pengendalian.

Berikut ini adalah jenis-jenis bukti audit yang dipakai auditor yang dijelaskan dalam SA
500 paragraf A14 – A25.
1) Inspeksi
Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen, baik internal maupun
eksternal, dalam bentuk kertas, elektronik, atau pemeriksaan fisik atas suatu aset.
Contoh inspeksi yang digunakan sebagai pengujian pengendalian adalah inspeksi
atas catatan bukti otorisasi.
2) Observasi
Observasi merupakan melihat langsung suatu proses atau prosedur yang dilakukan
oleh orang lain. Sebagai contoh observasi oleh auditor atas perhitungan persediaan
yang dilakukan oleh personel entitas atau melihat langsung pelaksanaan akitivitas
pengendalian. Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksanaan suatu
proses atau prosedur namun hanya terbatas pada titik waktu tertentu pada saat
observasi dilaksanakan. Kemudian, fakta bahwa adanya observasi atas aktivitas
tersebut dapat memengaruhi bagaimana proses atau prosedur tersebut
dilaksanakan.

Halaman | 1
SUMMARY NOTES - 2004-AUDAK1-04-02

3) Konfirmasi eksternal
Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai respon
langsung pihak ketiga (pihak yang mengonfirmasi) dalam bentuk fisik. Prosedur
konfirmasi eksternal umumnya relevan untuk mencapai asersi yang berhubungan
dengan saldo akun tertentu dan unsur-unsurnya. Namun konfirmasi eksternal tidak
perlu dibatasi untuk saldo akun saja. Sebagai contoh, auditor dapat meminta
konfirmasi tentang syarat-syarat perjanjian atau transaksi yang dimiliki oleh suatu
entitas dengan pihak ketiga.
4) Penghitungan ulang
Penghitungan ulang terdiri dari pengecekan akurasi penghitungan matematis
dalam dokumen atau catatan. Penghitungan ulang dapat dilakukan secara manual
atau secara elektronik.
5) Pelaksanaan kembali
Pelaksanaan kembali adalah pelaksanaan prosedur atau pengendalian independen
oleh auditor yang semula merupakan bagian pengendalian intern entitas.
6) Prosedur analitis
Prosedur analitis terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang
dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan
dengan data non keuangan. Prosedur analitis juga meliputi investigasi atas fluktuasi
yang telah diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara satu informasi
dengan informasi lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan
dari jumlah yang telah diprediksi sebelumnya.
7) Permintaan keterangan
Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang memiliki
pengetahuan, baik keuangan mau pun non keuangan, di dalam atau di luar entitas.
Permintaan keterangan digunakan secara luas sepanjang audit sebagai tambahan
untuk prosedur audit lainnya. Permintaan keterangan dapat berupa permintaan
keterangan resmi secara tertulis mau pun permintaan keterangan secara lisan.

__________________
Penulis: Melan Sinaga, S.E., Ak., M.Ak., CPA
Sumber Referensi: Institut Akuntan Publik Indonesia. (2013). Standar profesional akuntan publik.
Jakarta: Salemba Empat.

Halaman | 2
SUMMARY NOTES - 2004-AUDAK1-04-03

KAITAN ANTARA BUKTI DENGAN KEPUTUSAN AUDITOR


(Direview oleh: Melan Sinaga, S.E., Ak., M.Ak., CPA)

Dalam Standar Audit (SA 500) disebutkan bahwa auditor harus merancang dan
melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat. Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur
audit, auditor harus mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang
digunakan sebagai bukti audit.

Kecukupan dan ketepatan bukti audit saling berkaitan satu dengan lainnya. Kecukupan
adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang dibutuhkan dipengaruhi
oleh penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material (makin tinggi risiko,
makin banyak bukti audit yang dibutuhkan) dan kualitas bukti audit (makin baik kualitas
bukti audit, makin sedikit bukti yang dibutuhkan). Namun, pemerolehan bukti audit
yang makin banyak tidak dapat mengompensasi buruknya kualitas bukti audit tersebut.

Ketepatan merupakan ukuran kualitas bukti audit, yang mencakup relevansi dan
keandalan bukti audit yang mendukung auditor untuk merumuskan opininya.
Keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya serta bergantung pada
masing-masing kondisi bukti audit yang diperoleh.

SA 330 mewajibkan auditor untuk menyimpulkan apakah bukti audit yang cukup dan
tepat telah diperoleh. Kecukupan dan ketepatan bukti audit yang telah diperoleh untuk
menurunkan risiko audit sampai pada tingkat yang dapat diterima. Dengan demikian
hal tersebut memungkinkan auditor untuk mengambil kesimpulan yang memadai
sebagai basis opini auditor. SA 200 berisi pembahasan tentang hal tersebut, seperti sifat
prosedur audit, ketepatan waktu pelaporan, serta pertimbangan antara manfaat dan
biaya. Hal-hal tersebut merupakan faktor yang relevan bagi auditor untuk
menggunakan pertimbangan profesionalnya berkaitan dengan kecukupan dan
ketepatan bukti audit yang telah diperoleh.

Untuk memperoleh bukti audit yang andal, informasi yang dihasilkan oleh entitas yang
akan digunakan untuk melaksanakan prosedur audit harus cukup lengkap dan akurat.
Sebagai contoh, efektifitas dalam melakukan audit atas pendapatan dengan
menerapkan harga standar ke dalam catatan jumlah penjualan dipengaruhi oleh
akurasi informasi harga serta kelengkapan dan akurasi data volume penjualan. Dengan
cara yang sama, jika auditor bermaksud untuk menguji suatu populasi (seperti
pembayaran) untuk karakteristik tertentu (seperti otorisasi), hasil pengujian menjadi
kurang dapat diandalkan apabila populasi unsur yang akan dipilih untuk pengujian
tidak lengkap (SA 500 paragraf A49).

Pemerolehan bukti audit yang berkaitan dengan akurasi dan kelengkapan informasi
semacam itu dapat dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan prosedur audit
yang diterapkan atas informasi tersebut jika proses pemerolehan bukti audit tersebut
merupakan bagian terpadu dari prosedur audit itu sendiri. Dalam situasi lainnya,
auditor mungkin memperoleh bukti audit tentang akurasi dan kelengkapan informasi

Halaman | 1
SUMMARY NOTES - 2004-AUDAK1-04-03

tersebut dengan menguji pengendalian atas penyusunan dan pemeliharaan informasi.


Namun, dalam beberapa situasi, auditor dapat menentukan prosedur audit tambahan
yang diperlukan (SA 500 paragraf A50).

Jika auditor tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk suatu asersi
laporan keuangan yang material, auditor harus berusaha untuk memperoleh bukti
audit lanjutan. Apabila auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat maka auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak
menyatakan pendapat terhadap laporan keuangan (SA 330 paragraf 27).

__________________
Penulis: Melan Sinaga, S.E., Ak., M.Ak., CPA
Sumber Referensi: Institut Akuntan Publik Indonesia. (2013). Standar profesional akuntan publik.
Jakarta: Salemba Empat.

Halaman | 2

Anda mungkin juga menyukai