Anda di halaman 1dari 20

Nama : Ira Amelia Santika

Kelas : AK-2B
No : 10

BUKTI AUDIT DAN TUJUAN AUDIT


A. AUDIT TOP-DOWN VS AUDIT BOTTOM-UP
Bukti audit top-down (top-down audit evidence) berfokus pada upaya auditor
dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri, sasaran dan tujuan
manajemen, bagaimana manajemen menggunakan sumber dayanya untuk mencapai
sasaran, keunggulan kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis inti, serta laba dan
arus kas yang dihasilkan. Prosedur audit top-down memberikan bukti tentang risiko
bisnis strategis yang dihadapi klien, bagaimana klien menanggapi risiko tersebut, dan ke
langsungan hidup entitas. Prosedur audit top-down juga membantu auditor dalam
membuat diagnosa bidang audit yang memerlukan perhatian tambahan.
Bukti audit bottom-up (bottom up audit evidence) berfokus pada pengujian
seacara langsung atas transaksi, saldo akun, serta sistem yang mencatat transaksi
tersebut yang pada akhirnya menghasilkan saldo akun. Bukti bottom-up meliputi
beberapa bentuk penarikan sampel transaksi, atau penarikan sampel terinci yang
mendukung saldo akun.

Akhirnya, auditor mengembangkan strategi audit yang mengga- bungkan suatu


kombinasi antara bukti audit top-down dan bottom-up. Setiap kali auditor mengukur
tingkat persaingan suatu entitas, ia juga memper- timbangkan proses inti, sifat setiap
transaksi, dan bagaimana kemungkinan transaksi tersebut secara bersama-sama dapat
menghasilkan laba dan arus kas. Setiap kali auditor mengumpulkan bukti bottom-up
dengan cara memeriksa dokumen pendukung transaksi (vouching), auditor juga
mengevaluasi substansi ekonomi dari transaksi tersebut.
B. KEPUTUSAN PENTING TENTANG BUTI AUDIT
Ketika merencanakan audit, auditor harus membuat empat keputusan pen- ting
tentang lingkup dan pelaksanaan auditKeputusan tersebut meliputi:
- Sifat pengujian yang harus dilaksanakan.
- penting yang harus diambil auditor berkenaan dengan bukti audit.
- Saat pengujian yang harus dilaksanakan.
- Luas pengujian yang harus dilaksanakan.
- Penetapan staf untuk melaksanakan audit.
C. SIFAT PENGUJIAN AUDIT
Sifat (nature) pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit
yang akan dilaksanakan. Pertama, prosedur audit tersebut harus dapat memberikan
bukti tentang kinerja kompetitif suatu entitas atau terkait dengan tujuan audit spesifik
yang ingin dicapai auditor. Akhirnya, bukti tersebut harus relevan dengan asersi laporan
keuangan manajemen. Auditor juga harus mempertimbangkan biaya relatif serta
efektivitas prosedur dalam kaitannya dengan tujuan audit yang spesifik tadi. Auditor
dapat memilih melaksanakan pengujian guna mem- peroleh pemahaman yang
diperlukan dalam audit, melaksanakan pengujian pengendalian, atau melaksanakan
pengujian substantif. Setiap keputusan tersebut mencerminkan pertimbangan audit
yang penting tentang sifat pengujian audit tersebut.
D. SAAT PENGUJIAN AUDIT
Auditor juga harus membuat keputusan tentang kapan audit tersebut
dilaksanakan. Saat (timing) mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian
audit serta menarik kesimpulan audit. AU 313.02, Substantive Test Prior to Balance
Sheet Date (SAS 45) menyatakan bahwa pengujian audit pada tanggal interim dapat
memberikan pertimbangan awal tentang masalah-masalah signifikan yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan pada akhir tahun buku.
Auditor juga dapat memilih untuk melaksanakan pengujian substantif tentang
kewajaran saldo akun sebelum tanggal neracaSebagai contoh, seorang auditor dapat
secara langsung menguji kewajaran asersi manajemen tentang keberadaan piutang
usaha pada tanggal neraca dengan cara melaku- kan konfirmasi tentang piutang usaha
pada akhir tahun dengan para pelanggan. Suatu keputusan penting tentang saat di
mana prosedur audit akan digunakan melibatkan pengambilan keputusan tentang
konfirmasi piutang usaha pada tanggal sebelum akhir tahun buku. Dalam contoh ini,
auditor memberikan pendapat atas kewajiban penyajian laporan keuangan pada tanggal
neraca, namun mengumpulkan bukti penting pada tanggal yang berbeda dengan tanggal
neraca.
E. LUAS PENGUJIAN AUDIT
Luas (extent) prosedur audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang
berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak diperlukan
untuk mencapai suatu tingkat risiko deteksi yang rendah dibandingkan dengan tingkat
risiko yang tinggiSebagai contoh, seorang auditor dapat mengirim permintaan
konfirmasi sebanyak 50% dari akun- akun yang ada dalam akun piutang usaha atau
hanya 10% saja dari akun- akun yang ada. Yang terakhir ini merupakan pengujian yang
kurang luas dibandingkan dengan yang pertama. Ukuran sampel untuk pengujian audit
tertentu merupakan masalah pertimbangan professional.
F. PENETAPAN STAF AUDIT
Keputusan terakhir yang dapat mempengaruhi lingkup dan pelaksanaan audit adalah
penetapan staf audit (staffing) dan keputusan audit tentang penugasan dan supervisi
personelAU Section 230, Due Professional Care in the Performance of Work (SAS Nos. 1,
41, & 82) menyatakan bahwa auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah
ditetapkan dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuannya sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang sedang
diperiksa. (AU 316.27), Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit SAS No.
82, menyatakan bahwa auditor dapat menanggapi risiko salah saji material yang
disebabkan oleh kecurangan dengan cara penugasan personnel. Tanggung jawab yang
ditetapkan harus disesuaikan dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
personel yang ditugaskan, sesuai dengan penilaian auditor atas tingkat risiko yang
berkaitan dengan tanggung jawab tersebut.
Penugasan yang secara relatif lebih jelas, seperti memperoleh pemahaman
tentang pengendalian intern, melakukan konfirmasi atas piutang usaha, pengujian
transaksi, atau pengujian penerapan GAAP, dapat diberikan kepada personel yang masih
baru dengan memperoleh supervisi yang baik. Namun, apabila penerapan pertimbangan
audit menjadi hal yang penting dalam pengujian audit, atau apabila pengujian audit
yang dilakukan memerlukan pengetahuan industri tingkat tinggi, biasanya kantor
akuntan akan menugaskan personel dengan tingkat keterampilan dan pengalaman yang
lebih luas untuk tugas tesebut. Penugasan dan supervisi staf audit merupakan hal yang
penting dalam keputusan perencanaan audit.
Singkatnya, auditor membuat empat pilihan penting yang berkaitan dengan bukti
audit; (1) bukti apa yang akan diperoleh (sifat), (2) bilamana akan memperoleh bukti
(saat), (3) berapa banyak bukti yang akan diperoleh (luas), dan (4) siapa yang akan
ditugaskan untuk memperoleh bukti (pene- tapan staf audit).
G. TUJUAN AUDT DAN SPESIFIK BUKTI AUDIT
Lima asersi manajemen yang digariskan dalam standar auditing yang berlaku
umum (GAAS) adalah sebagai berikut:
- Keberadaan dan keterjadian (Existence and Occurence/EO).
- Kelengkapan (Completeness/C)/.
- Hak dan kewajiban (Rights and Obligations/RO.
- Penilaian atau alokasi (Valuation or Allocation/VA).
- Penyajian dan pengungkapan (Presentation and Disclosure/PD).
Dalam memperoleh bukti untuk mendukung pendapat atas laporan ke- uangan,
auditor mengembangkan tujuan audit spesifik bagi setiap akun dalam laporan
keuangan. Auditor mengidentifikasi tujuan audit spesifik (specific audit objectives)
berdasarkan asersi manajemen dalam laporan keuangan karena setiap tujuan audit
memerlukan bukti audit yang berbeda pula. Kategori asersi laporan keuangan
manajemen tersebut di atas merupakan titik awal yang penting dalam mengembangkan
tujuan spesifik.
Sebagai contoh, mengilustrasikan bagaimana auditor menguraikan tiga tujuan audit
yang berbeda yang berkaitan dengan keberadaan dan keterjadian (EO) transaksi dalam
siklus pendapatan:
- EO1: Semua penjualan menunjukkan transaksi-transaksi yang terjadi selama periode
tersebut.
- EO2: Semua penerimaan kas menunjukkan transaksi-transaksi yang terjadi selama
periode tersebut.
- EO3: Semua penyesuaian penjualan menunjukkan transaksi-transaksi yang terjadi
selama periode tersebut.
Tujuan audit spesifik dikembangkan untuk setiap asersi. Selain itu, tujuan audit juga
dikembangkan untuk (1) transaksi relevan yang mem- pengaruhi piutang usaha, dan (2)
aspek penting pada saldo akun piutang usaha sebagaimana dilaporkan pada tanggal
neraca. Dengan memahami tujuan audit spesifik ini, auditor akan mampu memahami
salah saji yang mungkin timbul dalam laporan keuangan. Kemudian auditor dapat
menggunakan kombinasi prosedur audit top-down dan bottom-up untuk memperoleh
bukti audit bahwa laporan keuangan telah menyajikan secara wajar posisi keuangan,
hasil usaha, serta arus kas.
H. TUJUAN AUDIT UNTUK KEBERADAAN DAN KETERJADIAN
Berkaitan dengan masalah keberadaan dan keterjadian (existence and
occurence), biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
- Validitas/pisah batas (cutoff): Semua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi
selama periode akuntansi.
- Validitas (validity): Semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah dicatat
sebagaimana mestinya dalam neraca.
Pada saat auditor memeriksa siklus penjualan dan penagihan, ia harus mengikuti
tiga alur transaksi utama, yaitu: penjualan kredit, penagihan, dan penyesuaian
penjualan. Waktu dan perhatian yang diberikan kepada tujuan audit ini tergantung pada
kepentingan dan materialitas transaksi pada proses bisnis inti entitas.
I. TUJUAN AUDIT DAN KELENGKAPAN
Berkaitan dengan masalah kelengkapan (completeness), auditor biasanya akan
memastikan hal-hal sebagai berikut:
- Kelengkapan/pisah batas (cutoff): Semua transaksi yang terjadi dalamperiode itu
telah dicatat.
- Kelengkapan (completeness): Semua saldo yang tercantum dalam neraca meliputi
semua aktiva, kewajiban, dan ekuitas sebagaimana mestinya
Dalam konteks siklus penjualan dan penagihan, biasanya auditor akan menekankan
perhatian tentang transaksi penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan
serta akumulasinya pada saldo piutang usaha.
Masalah pisah batas (cutoff) seringkali di-review oleh para auditor karena transaksi-
transaksi yang tidak tercatat merupakan kesalahan pencatatan pada periode yang salah.
Pentingnya tiga alur transaksi ini tergantung pada sifat bisnis entitas dan proses bisnis
inti..
J. TUJUAN AUDIT UNTUK HAK DAN KEWAJIBAN
Tentang masalah hak dan kewajiban (right and obligations), biasanya auditor
menguji kepemilikan (ownership), kesesuaian atas hak entitas terhadap aktiva, serta hak
kepemilikan yang jelas terhadap aktiva. Apabila ingin mempertimbangkan kelangsungan
usaha dan arus kas, auditor akan meng- ukur risiko kemungkinan klien telah
menggadaikan atau menjual piutang, dan selanjutnya merencanakan untuk melakukan
pengujian atas hak kepemilikan yang sesuai.
K. TUJUAN AUDIT UNTUK PENILAIAN ATAU ALOKASI
Berkaitan dengan masalah penilaian atau alokasi (valuation allocation),biasanya auditor
akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
- Penerapan GAAP (application of GAAP) Bahwa saldo telah dinilai sebagaimana
mestinya untuk mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan
alokasi jumlah tertentu antarperiode (seperti penyusutan dan amortisasi).
- Pembukuan dan pengikhtisaran (posting and summarization). Transaksi telah
dibukukan dan diikhtisarkan sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar.
- Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value) Saldo-saldo telah dinilai
sebagaimana mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Terdapat beberapa tujuan audit pokok atas asersi penilaian atau alokasi di mana
masing-masing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda dan akan memerlukan bukti
audit yang berbeda pula. Auditor akan menggunakan pengetahuannya tentang GAAP,
pengetahuan tentang volume kegiatan dalam bisnis, dan pemeriksaan bukti yang
mendukung transaksi penjualan untuk menilai kelayakan penjualan menurut nilai
kotornya. Kemungkinan auditor akan menggunakan komputer dengan perangkat lunak
audit (audit software) untuk menguji pembukuan dan pengikhtisaran. Pengetahuan
auditor tentang bisnis dan industri akan berguna secara khusus untuk menilai
kecukupan cadangan akun-akun yang meragukan.
L. TUJUAN AUDIT UNTUK PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure),
biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
- Pengklasifikasian (classification) Transaksi dan saldo telah diklasi- fikasikan
sebagaimana mestinya dalam laporan keuangan.
- Pengungkapan (disclosure) Semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP
telah tercantum dalam laporan keuangan.
Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan, auditor me- nekankan
perhatian secara khusus pada klasifikasi dan pengungkapan yang tepat atas transaksi
pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa (related party) dalam siklus penjualan
dan penagihan.
Tujuan audit spesifik dibuat sedemikian rupa agar sesuai untuk setiap klien. AU
326.09, Evidential Matter (SAS Nos. 31, 48, dan 80), menyebutkan bahwa auditor harus
mempertimbangkan (1) keadaan di mana klien beroperasi, (2) sifat kegiatan
ekonominya, dan (3) praktik akuntansi yang unik untuk industri tersebut. Sebagai
contoh, tujuan spesifik tambahan akan diperlukan apabila sebagian dari transaksi dan
piutang entitas dinyatakan dalam valuta asing. Demikian juga, jumlah tujuan spesifik
untuk setiap kategori asersi akan beragam sebagaimana ditunjukkan dalam daftar AUD
sebelumnya.
Tujuan audit akan membantu auditor dalam merencanakan bukti audit yang
diperlukan. Dalam pelaksanaan audit, auditor menerapkan prosedur audit untuk
memperoleh bukti berkenaan dengan setiap tujuan spesifik. Dari bukti-bukti yang
terkumpul, auditor akan sampai pada kesimpulan apakah asersi manajemen telah
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
M. BUKTI AUDIT, INFORMASI PENGUAT, DAN PROSEDUR AUDIT
Setelah auditor mengembangkan tujuan audit spesifik untuk saldo akun atau
golongan transaksi yang material, selanjutnya ia akan mengembangkan prosedur audit
yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten
yang cukup. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor tentang
kompetensi bukti audit adalah relevansi, sumber, ketepatan waktu, dan objektivitas.
N. DATA AKUNTANSI DAN INFORMASI PENGUAT
Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang prosedur
audit untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus memper- timbangkan sifat bukti
yang akan diperolehBukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari (1) data
akuntansi yang mendasari, dan (2) informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Bagi yang menekuni bidang auditing, tentunya telah akrab dengan komponen
dasar dari data akuntansi yang mendasari (underlying account- ing data) sebagaimana
dilukiskan dalam Gambar di bawah (yaitu jurnal, buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi
dan sebagainya)Buku-buku ayat jurnal awal, buku besar dan buku pembantu, catatan
dan kertas kerja, serta spreadsheets yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan
rekonsiliasi, semuanya tergolong sebagai bukti yang mendukung laporan keuangan.
Dewasa ini data-data tersebut seringkali ada dalam bentuk data elektronik.
Data akuntansi yang mendasari saja dianggap tidak cukup mendukung laporan
keuanganAuditor harus merancang suatu prosedur audit untuk memperoleh bukti penguat
(corroborating evidence) guna mendukung data akuntansi yang mendasari tersebut. Gambar
dibawah menguraikan tujuh jenis utama bukti penguat.
Bukti dokumenter (documentary evidence) telah digunakan secara luas dalam
auditing dan dapat dikaitkan dengan setiap tujuan audit spesifik, tergantung pada situasi
yang ada. Dokumen yang dimaksud dapat berasal dari luar entitas, dari dalam entitas
dengan pengesahan atau tanda tangan dari pihak luar, atau berasal dari dalam dan tidak
beredar di luar organisasi. Pengaruh sirkulasi dokumen terhadap keandalan bukti
dokumenter diikhtisarkan dalam Gambar di atas.
O. PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit (audit procedures) adalah metode atau teknik yang digunakan
oleh para auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi
dan kompeten. Pembahasan berikut ini akan berfokus pada review beberapa jenis
prosedur yang digunakan oleh para auditor. Prosedur ini dapat digunakan untuk
mendukung pendekatan audit top- down ataupun pendekatan audit bottom-up. Auditor
akan mempertimbangkan bagaimana setiap prosedur ini akan digunakan ketika
mereNcanakan audit dan mengembangkan program audit.
Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit yang akan dibahas kemudian:
- Prosedur analitis (analytical procedures).
- Inspeksi (inspecting).
- Konfirmasi (confirming).
- Permintaan keterangan (inquiring).
- Penghitungan (counting).
- Penelusuran (tracing).
- Pemeriksaan bukti pendukung (vouching).
- Pengamatan (observing).
- Pelaksanaan ulang (reperforming).
- Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques).

Pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu tujuan audit
tertentu terjadi dalam tahap perencanaan audit. Efektivitas prosedur dalam memenuhi
tujuan audit spesifik dan biaya pelaksanaan prosedur tersebut harus dipertimbangkan
dalam pemilihan prosedur yang akan digunakan.

1. Prosedur Analitis
Prosedur analitis (analytical procedures) terdiri dari penelitian dan
perberbandingan hubungan di antara data. Prosedur ini meliputi perhitungan
tadan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal atau laporan
persentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau
anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis
regresi. Analisis regresi ini dapat melibatkan penggunaan data nonkeuangan
(seperti data jumlah karyawan) maupun data keuangan. Prosedur analitis
seringkali meliputi juga pengukuran kegiatan bisnis yang mendasari operasi serta
membandingkan ukuran-ukuran kunci ekonomi yang menggerakkan bisnis
dengan hasil keuangan terkaitProsedur analitis umumnya digunakan dalam
pendekatan top-down untuk mengembangkan harapan atas akun laporan
keuangan dan untuk menilai kelayakan laporan keuangan dalam konteks
tersebut.
2. Inspeksi
Inspeksi (inspecting) meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan
catatan, serta pemeriksaan sumberdaya berwujud. Prosedur ini digunakan
secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan
dan mengevaluasi bukti bottom-up maupun top-down. Dengan melakukan
inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam
faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi
transaksi tersebutPada saat yang sama auditor seringkali mempertimbangkan
implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan
persaingan entitas.
Menginspeksi dokumen dapat membuka jalan untuk mengevaluasi bukti
dokumenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat menilai keaslian
dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahan atau item-
item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau
memeriksa secara cepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.
Memeriksa sumberdaya berwujud memungkinkan auditor dapat
mengetahui secara langsung keberadaan dan kondisi fisik sumberdaya tersebut.
Dengan demikian, inspeksi juga memberikan cara untuk mengevaluasi bukti fisik
(physical evidence).
3. Konfirmasi
Meminta konfirmasi (confirming) adalah bentuk permintaan keterangan
yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber
independen di luar organisasi klien. Dalam kasus yang lazim, klien membuat
permintaan kepada pihak luar secara tertulis, namun auditor yang
mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut. Permintaan
tersebut juga harus meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima
untuk mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Konfirmasi
(confirmations) menyediakan bukti bottom-up penting dan digunakan dalam
auditing karena bukti tersebut biasanya objektif dan berasal dari sumber yang
independen.
4. Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan (inquiring) meliputi permintaan keterangan
secara lisan atau tertulis oleh auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya
ditujukan kepada manajemen atau karyawan, umumnya berupa pertanyaan-
pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis atau
permintaan keterangan yang berkaitan dengan keusangan persediaan atau
piutang yang dapat ditagih. Auditor juga dapat langsung meminta keterangan
pada pihak ekstern, seperti permintaan keterangan langsung kepada penasehat
hukum klien tentang kemungkinana hasil litigasi. Hasil permintaan keterangan
dapat berupa bukti lisan atau bukti dalam bentuk representasi tertulis
Permintaan keterangan dapat menjadi teknik yang efektif dalam
mengidentifikasi masalah serta dapat mendukung bukti audit top-down atau
bottom-up. Namun, hasil permintaan keterangan biasanya masih memerlukan
bukti penguat lainnya karena jarang dianggap objektif atau tidak memihak dan
biasanya berasal dari para karyawan perusahaan dan bukan dari sumber yang
independen.
5. Perhitungan
Dua aplikasi yang paling umum dari penghitungan (counting) adalah (1)
penghitungan fisik sumberdaya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan
yang ada, dan (2) akuntansi iseluruh selu dokumen dengan nomor urut yang
telah dicetak (prenumbered). Yang pertama menyediakan cara untuk
mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada, sementara yang kedua dapat
dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal
perusahaan melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi.
Teknik penghitungan ini menyediakan bukti audit bottom- up, namun auditor
seringkali terdorong untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu guna
mendapatkan konteks ekonomi dari prosedur penghitungan.
6. Penelusuran
Dalam penelusuran (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai
penelusuran ulang, auditor (1) memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi
dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh
dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal
dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke
catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui
sistem akuntansi. Karena prosedur ini memberikan keyakinan bahwa data yang
berasal dari dokumen sumber pada akhirnya dicantumkan dalam akun, maka
secara khusus data ini sangat berguna untuk mendeteksi terjadinya salah saji
berupa penyajian yang lebih rendah dari yang seharusnya (understatement)
dalam catatan akuntansi. Dengan demikian, prosedur ini merupakan prosedur
yang penting untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan asersi
kelengkapan. Efektivitas prosedur ini dapat ditingkatkan apabila klien
menggunakan dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak (prenumbered).
Prosedur penelusuran ini memberikan bukti audit bottom- up, namun auditor
seringkali terdorong untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu guna
mendapatkan konteks ekonomi dari prosedur penelusuran serta pengujian asersi
kelengkapan.
7. Pemerikasaan Bukti Pendukung
Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) meliputi (1) pemilihan ayat
jurnal dalam catatan akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa
dokumentasi yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk me-
nentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi. Dalam melakukan
vouching, arah pengujian berlawanan dengan yang digunakan dalam trac- ing.
Prosedur vouching digunakan secara luas untuk mendeteksi adanya salah saji
berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang seharusnya (over- statement) dalam
catatan akuntansi. Dengan demikian, prosedur ini merupakan prosedur yang
penting untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan asersi keberadaan atau
keterjadian.
8. Pengamatan
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan
menyaksikan pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat
berupa pemrosesan rutin jenis transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk
melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting
untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat
mengamati kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan
pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yang terakhir ini
memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan meng-
inspeksi. Di satu sisi, auditor mengawasi prosesnya sedangkan pekerja klien
melaksanakan penghitungan fisik atas persediaan tersebut. Di sisi lain, auditor
juga dapat menginspeksi atau memeriksa item-item persediaan tertentu untuk
membuat penilaian sendiri atas kondisi tersebut. Dengan demikian, yang
menjadi pokok masalah dalam pengamatan adalah per- sonel, prosedur, dan
proses. Dari pengamatan ini, auditor memperoleh pengetahuan pribadi langsung
yang berkaitan dengan tujuan audit. Biasa- nya pengamatan memberikan bukti
bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya auditor dapat terlebih dahulu
memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
9. Pelaksanaan Ulang
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang
(reperforming) perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya,
menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau
premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar
ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor
juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu
untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengendalian
intern yang telah dirumuskan.
10. Teknik Audit Berbantuan Komputer
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik,
maka auditor dapat menggunakan teknik audit berbantuan komputer
(computer-assisted audit techniques/CAAT) untuk membantu melaksanakan
beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh, auditor
dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut:
- Melaksanakan penghitungan dan perbandingan yang digunakan
dalam prosedur analitis.
- Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.
- Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa
semua dokumen yang berurutan telah dipertanggungjawabkan.
- Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk
disesuaikan (seperti harga yang tercantum dalam faktur dengan mas-
ter file yang memuat harga-harga yang telah disahkan).
- Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan
apakah aspek komputer dari pengendalian intern telah berfungsi.
- Melaksanakan ulang berbagai penghitungan seperti penjumlahan
buku besar pembantu piutang usaha atau file persediaan.
CAAT dapat digunakan untuk memperoleh bukti top-down atau bottom-up.
CAAT dapat digunakan sebagai prosedur analitis untuk mengem- bangkan
harapan atas saldo akun atau golongan transaksi, atau dapat juga digunakan
untuk melaksanakan pengujian yang sesuai dengan harapan auditor.
P. HUBUNGAN ANTARA PROSEDUR AUDIT, JENIS BUKTI AUDIT, DAN ASERSI
Untuk memenuhi sejumlah tujuan audit spesifik yang diangkat dari asersi
laporan keuangan manajemen, auditor akan menggunakan sejumlah atau seluruh
prosedur audit dan jenis bukti audit yang telah diuraikan dalam bab ini. Beberapa
contoh hubungan antara prosedur audit, jenis bukti dan asersi diuraikan dalam Gambar
dibawah.
Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa tiga prosedur, yaitu tracing, vouching,
dan inspeksi menggunakan bukti dokumenter. Prosedur inspeksi dapat terdiri dari
penggunaan bukti fisik, seperti halnya pada prosedur penghitungan dan pengamatan.
Demikian juga, dapat dilihat bahwa permintaan keterangan dapat menghasilkan bukti
dalam bentuk representasi tertulis (written) atau lisan (oral), tergantung pada sifat
permintaan keterangan atau tanggapannya.
Keterangan di atas garis dalam Gambar dibawah, yang menghubungkan kotak
prosedur yang berada di kiri dengan kotak bukti yang berada di kanan, menguraikan
aplikasi atau penerapan ilustratif. Sedangkan keterang-an prosedur dan bukti terkait.
Contoh dalam Gambar dibawah hanya merupakan ilustrasi. Dalam situasi nyata,
bagaimana prosedur tersebut dilaksanakan dapat mempengaruhi jumlah asersi yang
berkaitan dengan bukti audit.
KERTAS KERJA

Sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan IAI, berkas pemeriksaan (beberapa auditor

menyebutnya kertas kerja pemeriksaan, dan dalam teks selanjutnya disebut sebagai kertas kerja
saja) didefinisikan sebagai catatan-catatan yang dibuat atau dikumpulkan dan disimpan oleh

akuntan publik mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuhnya, pengujian yang

dilakukannya, keterangan yang diperolehnya dan kesimpulan yang ditariknya sehubungan

dengan pemeriksaannya. Kertas kerja seharusya mencakup seluruh informasi yang dipandang

perlu oleh auditor dalam melaksanakan pemeriksaan yang memadai dan mendukung laporan

audit.

TUJUAN KERTAS KERJA

Tujuan menyeluruh kertas kerja adalah untuk membantu auditor memberikan keyakinan

memadai bahwa audit yang layak telah dilakukan sesuai dengan standar auditing yang

ditetapkan IAI. Lebih spesifik, kertas kerja, sebagai yang disinggung dalam audit tahun

berjalan, menyediakan dasar untuk perencanaan audit, pencatatan bahan bukti yang

dikumpulkan dan hasil pengujian, data untuk menentukan jenis laporan audit yang pantas,

dan dasar untuk menelaah oleh penyelia dan partner.

Dasar untuk perencanaan audit Kalau auditor ingin merencanakan audit tahun berjalan

dengan memadai, informasi acuan yang perlu harus tersedia dalam kertas kerja. Berkas in

mencakup berbagai informasi perencanaan seperti informasi deskriptif mengenai struktur

pengendalian intern, anggaran waktu bagi tap bidang audit, program audit, dan hasil audit tahun

lalu.

Catatan bahan bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian Kertas kerja adalah alat

dokumentasi utama bahwa audit yang memadai telah dilaksanakan sesuai dengan standar

auditing yang ditetapkan IAI. Kalau diperlukan, auditor akan dapat menunjukkan kepada

lembaga kehakiman dan pengadilan bahwa audit telah direncanakan dengan baik dan
disupervisi dengan cukup, bahan bukti yang dikumpulkan kompeten, cukup, dan tepat waktu,

dan laporan audit sudah pantas dengan mempertimbangkan hasil audit.

Data untuk menentukan jenis laporan audit yang pantas Kertas kerja memberikan sumber

informasi penting yang membantu auditor menentukan kelayakan laporan audit yang

diterbitkan dalam suatu keadaan tertentu. Data dalam kertas kerja juga bermanfaat untuk

mengevaluasi kecukupan rang lingkup audit dan kewajaran laporan keuangan. Tambahan pula,

berkas pemeriksaan berisi informasi yang dibutuhkan untuk penyiapan.

Dasar untuk penelaahan oleh penyelia dan partner Kertas kerja merupakan kerangka acuan

utama yang digunakan penyelia untuk mengevaluasi apakah bahan bukti yang kompeten telah

dikumpulkan dengan cukup untuk membenarkan laporan audit. Disamping tujuan yang

langsung berkaitan dengan laporan audit, kertas kerja juga berfungsi sebagai dasar pengisian

SPT, dan laporan-laporan lainnya; sumber informasi bagi komunikasi dengan komite audit dan

manajemen berkenaan dengan berbagai masalah apakah karena diminta oleh auditor dapat

membantu klien memperbaiki operasinya; kerangka acuan untuk pelatihan staf; dan sebagai

alat bantu dalam perencanaan dan koordinasi audit selanjutnya.

jenis yang tepat untuk aspek tertentu suatu audit adalah perlu untuk mendokumentasikan

kecukupan pelaksanaan audit dan untuk memenuhi tujuan kertas kerja yang lain. Berikut ini

adalah jenis daftar pendukung yang utama.

Analisis Suatu analisis dirancang untuk menunjukkan aktivitas dalam akun neraca selama

periode yang diperiksa, menghubungkan antara saldo awal dan saldo akhir. Daftar jenis ini

biasanya digunakan untuk akun seperti efek-efek, wesel tagih, penyisihan piutang tak tertagih,
mesin pabrik, dan peralatan, utang jangka panjang, dan perkiraan modal. Karateristik mum

akun ini adalah besarnya aktivitas selama setahun. Dalam banyak hal, kertas kerja untuk

analisis mengacu silang ke kertas kerja lain.

Neraca saldo atau lis daftar daftar jenis in mencakup rincian yang membentuk saldo akhir

tahun baik akun neraca maupun rugi laba. Contoh yang umum adalah neraca saldo atau daftar

yang mendukung piutang usaha dagang, hutang usaha. dagang, beban pemeliharaan dan

perbaikan, beban hukum, dan pendapatan lain-lain.

Rekonsiliasi suatu jumlah Suatu rekonsiliasi mendukung jumlah tertentu dan. biasanya

diharapkan menghubungkan jumlah yang ada di catatan Klien dengan. sumber informasi lain.

Ikhtisar prosedur-prosedur Daftar yang lain adalah ikhtisar hasil pelaksanaan prosedur

pemeriksaan tertentu. Contohnya adalah ikhtisar hail konfirmasi piutang

usaha dan ikhtisar pengamatan persediaan.

Pemeriksaan dokumen pendukung Sejumlah daftar yang bertujuan khusus telah dirancang

untuk menunjukkan pengujian rinci yang dilaksanakan, seperti pemeriksaan dokumen selama

pengujian transaksi atau pisah batas. Daftar in tidak menunjukkan total, dan tidak dihubungkan

dengan saldo buku besar karena hanya mendokumentasikan pelaksanaan pengujian dan hasil

yang diperoleh. Daftar ini, akan tetapi, harus menyatakan dengan pasti kesimpulan positif atau

negatif mengenai tujuan pengujian.

Informasional Daftar jenis in berisi informasi yang bertolak belakang dengan bahan bukti
audit. Daftar in mencakup informasi untuk pengisian SPT, dan data seperti anggaran waktu dan

jam kerja klien, yang berguna sebagai administrasi penugasan.

Dokumentasi dari luar Kebanyakan isi kertas kerja adalah dokumentasi dari luar yang

dikumpulkan auditor, seperti jawaban konfirmasi dan fotokopi surat penugasan. Meskipun

bukan " daftar" dalam arti yang nyata, daftar ini juga diindeks dan dikaitkan dengan berkas lain

dan prosedur yang mengindikasikan mereka seperti juga daftar yang lain.

Anda mungkin juga menyukai