Kelas : AK-2B
No : 10
Pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu tujuan audit
tertentu terjadi dalam tahap perencanaan audit. Efektivitas prosedur dalam memenuhi
tujuan audit spesifik dan biaya pelaksanaan prosedur tersebut harus dipertimbangkan
dalam pemilihan prosedur yang akan digunakan.
1. Prosedur Analitis
Prosedur analitis (analytical procedures) terdiri dari penelitian dan
perberbandingan hubungan di antara data. Prosedur ini meliputi perhitungan
tadan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal atau laporan
persentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau
anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis
regresi. Analisis regresi ini dapat melibatkan penggunaan data nonkeuangan
(seperti data jumlah karyawan) maupun data keuangan. Prosedur analitis
seringkali meliputi juga pengukuran kegiatan bisnis yang mendasari operasi serta
membandingkan ukuran-ukuran kunci ekonomi yang menggerakkan bisnis
dengan hasil keuangan terkaitProsedur analitis umumnya digunakan dalam
pendekatan top-down untuk mengembangkan harapan atas akun laporan
keuangan dan untuk menilai kelayakan laporan keuangan dalam konteks
tersebut.
2. Inspeksi
Inspeksi (inspecting) meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan
catatan, serta pemeriksaan sumberdaya berwujud. Prosedur ini digunakan
secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan
dan mengevaluasi bukti bottom-up maupun top-down. Dengan melakukan
inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam
faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi
transaksi tersebutPada saat yang sama auditor seringkali mempertimbangkan
implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan
persaingan entitas.
Menginspeksi dokumen dapat membuka jalan untuk mengevaluasi bukti
dokumenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat menilai keaslian
dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahan atau item-
item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau
memeriksa secara cepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.
Memeriksa sumberdaya berwujud memungkinkan auditor dapat
mengetahui secara langsung keberadaan dan kondisi fisik sumberdaya tersebut.
Dengan demikian, inspeksi juga memberikan cara untuk mengevaluasi bukti fisik
(physical evidence).
3. Konfirmasi
Meminta konfirmasi (confirming) adalah bentuk permintaan keterangan
yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber
independen di luar organisasi klien. Dalam kasus yang lazim, klien membuat
permintaan kepada pihak luar secara tertulis, namun auditor yang
mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut. Permintaan
tersebut juga harus meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima
untuk mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Konfirmasi
(confirmations) menyediakan bukti bottom-up penting dan digunakan dalam
auditing karena bukti tersebut biasanya objektif dan berasal dari sumber yang
independen.
4. Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan (inquiring) meliputi permintaan keterangan
secara lisan atau tertulis oleh auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya
ditujukan kepada manajemen atau karyawan, umumnya berupa pertanyaan-
pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis atau
permintaan keterangan yang berkaitan dengan keusangan persediaan atau
piutang yang dapat ditagih. Auditor juga dapat langsung meminta keterangan
pada pihak ekstern, seperti permintaan keterangan langsung kepada penasehat
hukum klien tentang kemungkinana hasil litigasi. Hasil permintaan keterangan
dapat berupa bukti lisan atau bukti dalam bentuk representasi tertulis
Permintaan keterangan dapat menjadi teknik yang efektif dalam
mengidentifikasi masalah serta dapat mendukung bukti audit top-down atau
bottom-up. Namun, hasil permintaan keterangan biasanya masih memerlukan
bukti penguat lainnya karena jarang dianggap objektif atau tidak memihak dan
biasanya berasal dari para karyawan perusahaan dan bukan dari sumber yang
independen.
5. Perhitungan
Dua aplikasi yang paling umum dari penghitungan (counting) adalah (1)
penghitungan fisik sumberdaya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan
yang ada, dan (2) akuntansi iseluruh selu dokumen dengan nomor urut yang
telah dicetak (prenumbered). Yang pertama menyediakan cara untuk
mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada, sementara yang kedua dapat
dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal
perusahaan melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi.
Teknik penghitungan ini menyediakan bukti audit bottom- up, namun auditor
seringkali terdorong untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu guna
mendapatkan konteks ekonomi dari prosedur penghitungan.
6. Penelusuran
Dalam penelusuran (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai
penelusuran ulang, auditor (1) memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi
dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh
dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal
dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke
catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui
sistem akuntansi. Karena prosedur ini memberikan keyakinan bahwa data yang
berasal dari dokumen sumber pada akhirnya dicantumkan dalam akun, maka
secara khusus data ini sangat berguna untuk mendeteksi terjadinya salah saji
berupa penyajian yang lebih rendah dari yang seharusnya (understatement)
dalam catatan akuntansi. Dengan demikian, prosedur ini merupakan prosedur
yang penting untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan asersi
kelengkapan. Efektivitas prosedur ini dapat ditingkatkan apabila klien
menggunakan dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak (prenumbered).
Prosedur penelusuran ini memberikan bukti audit bottom- up, namun auditor
seringkali terdorong untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu guna
mendapatkan konteks ekonomi dari prosedur penelusuran serta pengujian asersi
kelengkapan.
7. Pemerikasaan Bukti Pendukung
Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) meliputi (1) pemilihan ayat
jurnal dalam catatan akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa
dokumentasi yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk me-
nentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi. Dalam melakukan
vouching, arah pengujian berlawanan dengan yang digunakan dalam trac- ing.
Prosedur vouching digunakan secara luas untuk mendeteksi adanya salah saji
berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang seharusnya (over- statement) dalam
catatan akuntansi. Dengan demikian, prosedur ini merupakan prosedur yang
penting untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan asersi keberadaan atau
keterjadian.
8. Pengamatan
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan
menyaksikan pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat
berupa pemrosesan rutin jenis transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk
melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting
untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat
mengamati kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan
pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yang terakhir ini
memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan meng-
inspeksi. Di satu sisi, auditor mengawasi prosesnya sedangkan pekerja klien
melaksanakan penghitungan fisik atas persediaan tersebut. Di sisi lain, auditor
juga dapat menginspeksi atau memeriksa item-item persediaan tertentu untuk
membuat penilaian sendiri atas kondisi tersebut. Dengan demikian, yang
menjadi pokok masalah dalam pengamatan adalah per- sonel, prosedur, dan
proses. Dari pengamatan ini, auditor memperoleh pengetahuan pribadi langsung
yang berkaitan dengan tujuan audit. Biasa- nya pengamatan memberikan bukti
bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya auditor dapat terlebih dahulu
memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
9. Pelaksanaan Ulang
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang
(reperforming) perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya,
menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau
premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar
ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor
juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu
untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengendalian
intern yang telah dirumuskan.
10. Teknik Audit Berbantuan Komputer
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik,
maka auditor dapat menggunakan teknik audit berbantuan komputer
(computer-assisted audit techniques/CAAT) untuk membantu melaksanakan
beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh, auditor
dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut:
- Melaksanakan penghitungan dan perbandingan yang digunakan
dalam prosedur analitis.
- Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.
- Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa
semua dokumen yang berurutan telah dipertanggungjawabkan.
- Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk
disesuaikan (seperti harga yang tercantum dalam faktur dengan mas-
ter file yang memuat harga-harga yang telah disahkan).
- Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan
apakah aspek komputer dari pengendalian intern telah berfungsi.
- Melaksanakan ulang berbagai penghitungan seperti penjumlahan
buku besar pembantu piutang usaha atau file persediaan.
CAAT dapat digunakan untuk memperoleh bukti top-down atau bottom-up.
CAAT dapat digunakan sebagai prosedur analitis untuk mengem- bangkan
harapan atas saldo akun atau golongan transaksi, atau dapat juga digunakan
untuk melaksanakan pengujian yang sesuai dengan harapan auditor.
P. HUBUNGAN ANTARA PROSEDUR AUDIT, JENIS BUKTI AUDIT, DAN ASERSI
Untuk memenuhi sejumlah tujuan audit spesifik yang diangkat dari asersi
laporan keuangan manajemen, auditor akan menggunakan sejumlah atau seluruh
prosedur audit dan jenis bukti audit yang telah diuraikan dalam bab ini. Beberapa
contoh hubungan antara prosedur audit, jenis bukti dan asersi diuraikan dalam Gambar
dibawah.
Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa tiga prosedur, yaitu tracing, vouching,
dan inspeksi menggunakan bukti dokumenter. Prosedur inspeksi dapat terdiri dari
penggunaan bukti fisik, seperti halnya pada prosedur penghitungan dan pengamatan.
Demikian juga, dapat dilihat bahwa permintaan keterangan dapat menghasilkan bukti
dalam bentuk representasi tertulis (written) atau lisan (oral), tergantung pada sifat
permintaan keterangan atau tanggapannya.
Keterangan di atas garis dalam Gambar dibawah, yang menghubungkan kotak
prosedur yang berada di kiri dengan kotak bukti yang berada di kanan, menguraikan
aplikasi atau penerapan ilustratif. Sedangkan keterang-an prosedur dan bukti terkait.
Contoh dalam Gambar dibawah hanya merupakan ilustrasi. Dalam situasi nyata,
bagaimana prosedur tersebut dilaksanakan dapat mempengaruhi jumlah asersi yang
berkaitan dengan bukti audit.
KERTAS KERJA
Sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan IAI, berkas pemeriksaan (beberapa auditor
menyebutnya kertas kerja pemeriksaan, dan dalam teks selanjutnya disebut sebagai kertas kerja
saja) didefinisikan sebagai catatan-catatan yang dibuat atau dikumpulkan dan disimpan oleh
dengan pemeriksaannya. Kertas kerja seharusya mencakup seluruh informasi yang dipandang
perlu oleh auditor dalam melaksanakan pemeriksaan yang memadai dan mendukung laporan
audit.
Tujuan menyeluruh kertas kerja adalah untuk membantu auditor memberikan keyakinan
memadai bahwa audit yang layak telah dilakukan sesuai dengan standar auditing yang
ditetapkan IAI. Lebih spesifik, kertas kerja, sebagai yang disinggung dalam audit tahun
berjalan, menyediakan dasar untuk perencanaan audit, pencatatan bahan bukti yang
dikumpulkan dan hasil pengujian, data untuk menentukan jenis laporan audit yang pantas,
Dasar untuk perencanaan audit Kalau auditor ingin merencanakan audit tahun berjalan
dengan memadai, informasi acuan yang perlu harus tersedia dalam kertas kerja. Berkas in
pengendalian intern, anggaran waktu bagi tap bidang audit, program audit, dan hasil audit tahun
lalu.
Catatan bahan bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian Kertas kerja adalah alat
dokumentasi utama bahwa audit yang memadai telah dilaksanakan sesuai dengan standar
auditing yang ditetapkan IAI. Kalau diperlukan, auditor akan dapat menunjukkan kepada
lembaga kehakiman dan pengadilan bahwa audit telah direncanakan dengan baik dan
disupervisi dengan cukup, bahan bukti yang dikumpulkan kompeten, cukup, dan tepat waktu,
Data untuk menentukan jenis laporan audit yang pantas Kertas kerja memberikan sumber
informasi penting yang membantu auditor menentukan kelayakan laporan audit yang
diterbitkan dalam suatu keadaan tertentu. Data dalam kertas kerja juga bermanfaat untuk
mengevaluasi kecukupan rang lingkup audit dan kewajaran laporan keuangan. Tambahan pula,
Dasar untuk penelaahan oleh penyelia dan partner Kertas kerja merupakan kerangka acuan
utama yang digunakan penyelia untuk mengevaluasi apakah bahan bukti yang kompeten telah
dikumpulkan dengan cukup untuk membenarkan laporan audit. Disamping tujuan yang
langsung berkaitan dengan laporan audit, kertas kerja juga berfungsi sebagai dasar pengisian
SPT, dan laporan-laporan lainnya; sumber informasi bagi komunikasi dengan komite audit dan
manajemen berkenaan dengan berbagai masalah apakah karena diminta oleh auditor dapat
membantu klien memperbaiki operasinya; kerangka acuan untuk pelatihan staf; dan sebagai
jenis yang tepat untuk aspek tertentu suatu audit adalah perlu untuk mendokumentasikan
kecukupan pelaksanaan audit dan untuk memenuhi tujuan kertas kerja yang lain. Berikut ini
Analisis Suatu analisis dirancang untuk menunjukkan aktivitas dalam akun neraca selama
periode yang diperiksa, menghubungkan antara saldo awal dan saldo akhir. Daftar jenis ini
biasanya digunakan untuk akun seperti efek-efek, wesel tagih, penyisihan piutang tak tertagih,
mesin pabrik, dan peralatan, utang jangka panjang, dan perkiraan modal. Karateristik mum
akun ini adalah besarnya aktivitas selama setahun. Dalam banyak hal, kertas kerja untuk
Neraca saldo atau lis daftar daftar jenis in mencakup rincian yang membentuk saldo akhir
tahun baik akun neraca maupun rugi laba. Contoh yang umum adalah neraca saldo atau daftar
yang mendukung piutang usaha dagang, hutang usaha. dagang, beban pemeliharaan dan
Rekonsiliasi suatu jumlah Suatu rekonsiliasi mendukung jumlah tertentu dan. biasanya
diharapkan menghubungkan jumlah yang ada di catatan Klien dengan. sumber informasi lain.
Ikhtisar prosedur-prosedur Daftar yang lain adalah ikhtisar hasil pelaksanaan prosedur
Pemeriksaan dokumen pendukung Sejumlah daftar yang bertujuan khusus telah dirancang
untuk menunjukkan pengujian rinci yang dilaksanakan, seperti pemeriksaan dokumen selama
pengujian transaksi atau pisah batas. Daftar in tidak menunjukkan total, dan tidak dihubungkan
dengan saldo buku besar karena hanya mendokumentasikan pelaksanaan pengujian dan hasil
yang diperoleh. Daftar ini, akan tetapi, harus menyatakan dengan pasti kesimpulan positif atau
Informasional Daftar jenis in berisi informasi yang bertolak belakang dengan bahan bukti
audit. Daftar in mencakup informasi untuk pengisian SPT, dan data seperti anggaran waktu dan
Dokumentasi dari luar Kebanyakan isi kertas kerja adalah dokumentasi dari luar yang
dikumpulkan auditor, seperti jawaban konfirmasi dan fotokopi surat penugasan. Meskipun
bukan " daftar" dalam arti yang nyata, daftar ini juga diindeks dan dikaitkan dengan berkas lain
dan prosedur yang mengindikasikan mereka seperti juga daftar yang lain.