Anda di halaman 1dari 44

BAB VII BUKTI AUDIT, TUJUAN AUDIT, PROGRAM AUDIT DAN

KERTAS KERJA

Program studi : Akuntansi

Mata Kuliah : Pengauditan

Jumlah SKS : 3 SKS

Pengajar : Herry Aprilia Manubulu, S.Sos.,M.Si

Sasaran Belajar :

Mahasiswa mampu memahami hakekat bukti audit, keputusan di dalam


pengumpulan bahan bukti yang harus dibuat, keandalan suatu bahan bukti, tujuan
bukti audit, prosedur dan kertas kerja.

Deskripsi Mata Kuliah :

Mata kuliah Pengauditan merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program
Studi Akuntansi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang. Mata kuliah ini
memperkenalkan dasar-dasar pemeriksaan akuntansi (audit). Materi yang dibahas
pada mata kuliah ini terdiri dari lingkungan pengauditan dan profesi akuntan
publik dan perencanaan audit. Bagian pertama, lingkungan pengauditan
membahas tentang pengauditan dan profesi akuntan publik, audit laporan
keuangan, tanggung jawab auditor, etika professional akuntan publik, dan
kewajiban hukum auditor. Bagian kedua, perencanaan audit membahas materi
mengenai gambaran umum proses audit, tujuan, bukti audit, dan kertas kerja;
penerimaan penugasan dan perencanaan audit; materialitas, risiko, dan strategi
audit; serta pemahaman struktur pengendalian intern.

1
Auditor mengawali perencanaan audit dengan meletakkan akhir audit di
benaknya. Sejak awal telah disebutkan bahwa tujuan menyeluruh audit laporan
keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan klien
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan GAAP.
Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti audit yang cukup dan kompeten
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Di samping itu, pilihan
akan bukti audit dipengaruhi oleh:

 Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien


 Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan
catatan klien
 Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan
 Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian.

TUJUAN AUDIT
a. Tujuan Audit Untuk Keberadaan dan Keterjadian
Berkaitan dengan masalah keberadaan dan keterjadian (existence and
occurrence), biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
1. Validitas/pisah batas (cutoff): semua transaksi tercatat benar-benar telah
terjadi selama periode akuntansi.
2. Validitas (validity): semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah
dicatat sebagaimana mestinya dalam neraca.
Pada saat auditor memeriksa siklus penjualan dan penagihan, ia harus
mengikuti tiga alur transaksi utama, yaitu: penjualan kredit, penagihan, dan
penyesuaian penjualan. Waktu dan perhatian yang diberikan kepada tujuan
audit ini tergantung pada kepentingan dan materialitas transaksi pada proses
bisnis inti entitas.
b. Tujuan Audit Untuk Kelengkapan
Berkaitan dengan masalah kelengkapan (completeness), auditor biasanya akan
memastikan hal-hal sebagai berikut:
 Kelengkapan/pisah batas (cutoff): semua transaksi yang terjadi dalam
periode itu telah dicatat.

2
 Kelengkapan (completeness): semua saldo yang tercantum dalam neraca
meliputi semua aktiva, kewajiban, dan ekuitas sebagaimana mestinya.
Dalam konteks siklus penjualan dan penagihan, biasanya auditor akan
menekankan perhatian tentang transaksi penjualan, penerimaan kas, dan
penyesuaian penjualan serta akumulasinya pada saldo piutang usaha. Masalah
pisah batas (cutoff) seringkali di-review oleh para auditor karena transaksi-
transaksi yang tidak tercatat merupakan kesalahan pencatatan pada periode
yang salah. Pentingnya tiga alur transaksi ini tergantung pada sifat bisnis
entitas dan proses bisnis inti.
c. Tujuan Audit Untuk Hak dan Kewajiban
Tentang masalah hak dan kewajiban (right and obligations), biasanya auditor
menguji kepemilikan (ownership), kesesuaian atas hak entitas terhadap aktiva,
serta hak kepemilikan yang jelas terhadap aktiva. Apabila ingin
mempertimbangkan kelangsungan usaha dan arus kas, auditor akan mengukur
resiko kemungkinan klien telah menggadaikan atau menjual piutang dan
selanjutnya merencanakan untuk melakukan pengujian atas hak kepemilikan
yang sesuai.

d. Tujuan Audit Untuk Penilaian atau Alokasi


Berkaitan dengan masalah penilaian dan alokasi (valuation allocation),
biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
 Penerapan GAAP (application of GAAP) bahwa saldo telah dinilai
sebagaimana mestinya untuk mencerminkan penerapan GAAP dalam hal
penilaian kotor dan alokasi jumlah tertentu antarperiode (seperti penyusutan
dan amortisasi).
 Pembukuan dan pengikhtisaran (posting and summarization). Transaksi
telah dibukukan dan diikhtisarkan sebagaimana mestinya dalam jurnal dan
buku besar.
 Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). Saldo-saldo
telah dinilai sebagaimana mestinya pada nilai bersih yang dapat
direalisasikan.

3
Terdapat beberapa tujuan audit pokok atas asersi penilaian atau alokasi dimana
masing-masing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda dan akan
memerlukan bukti audit  yang berbeda pula. Auditor akan menggunakan
pengetahuannya tentang GAAP, pengetahuan tentang volume kegiatan bisnis,
dan pemeriksaan bukti yang mendukung transaksi penjualan untuk menilai
kelayakan penjualan menurut nilai kotornya.

e. Tujuan Audit Untuk Penyajian dan Pengungkapan


Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan (presentation and
disclosure), biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
 Pengklasifikasian (classification). Transaksi dan saldo telah diklasifikasikan
sebagaimana mestinya dalam laporan keuangan.
 Pengungkapan (disclosure). Semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh
GAAP telah tercantum dalam laporan keuangan.
Tujuan audit spesifik dibuat sedemikian rupa agar sesuai untuk setiap klien. AU
326.09, Evidential Matter (SAS Nos. 31, 48, dan 80), menyebutkan bahwa auditor
harus mempertimbangkan (1) keadaan dimana klien beroperasi, (2) sifat kegiatan
ekonominya, dan (3) praktik akuntansi yang unik untuk industri tersebut. Sebagai
contoh, tujuan spesifik tambahan akan diperlukan apabila sebagian dari transaksi
dan piutang entitas dinyatakan dalam valuta asing. Demikian juga, jumlah tujuan
spesifik untuk setiap kategori asersi akan beragam.

BUKTI AUDIT
Bukti Audit, Informasi Penguat, dan Prosedur Audit
Setelah auditor mengembangkan tujuan audit spesifik untuk saldo akun
atau golongan transaksi yang material, selanjutnya ia akan mengembangkan
prosedur audit yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan
bahan bukti kompeten yang cukup. Pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti
audit dipengaruhi oleh meterialitas dan risiko, faktor-faktor ekonomi, serta ukuran
dan karakteristik populasi. Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

4
pertimbangan auditor tentang kompetensi bukti audit adalah relevansi, sumber,
ketepatan waktu, dan objektivitas.

Data Akuntansidan Bukti Penguat


Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang
prosedur audit untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan
sifat bukti yang akan diperoleh. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan
terdiri dari (1) data akuntansi yang mendasari, dan (2) informasi penguat yang
tersedia bagi auditor.
          Komponen dasar dari data akuntansi yang mendasari (underlying
accounting data) yaitu jurnal, buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi dan
sebagainya. Buku-buku ayat jurnal awal, buku besar dan buku pembantu, catatan
dan kertas kerja, serta spreadsheets yang mendukung alokasi biaya, perhitungan,
dan rekonsiliasi, semuanya tergolong sebagai bukti yang mendukung laporan
keuangan. Dewasa ini, data-data tersebut seringkali ada dalam bentuk data
elektronik.
          Data akuntansi yang mendasari saja dianggap tidak cukup mendukung
laporan keuangan. Auditor harus merancang suatu prosedur audit untuk
memperoleh bukti penguat (corroborating evidence) guna mendukung data
akuntansi yang mendasari tersebut.
          Bukti dokumenter (documentary evidence) telah digunakan secara luas
dalam auditing dan dapat dikaitkan dengan setiap tujuan audit spesifik, tergantung
pada situasi yang ada. Dokumen yang dimaksud dapat berasal dari luar entitas,
dari dalam entitas dengan pengesahan atau tanda tangan dari pihak luar, atau
berasal dari dalam dan tidak beredar di luar organisasi.

5
Sifat Bahan Bukti Standar Ketiga Pekerjaan Lapangan

Data Akuntansi yang Mendasari


 Buku-buku ayat jurnal awal
 Buku besar dan bukti pembantu
 Pedoman akuntansi terkait
BAHAN
 Catatan informal dan memorandum,
seperti kertas kerja, perhitungan, dan
BUKTI
rekonsiliasi

KOMPETEN
INFORMASI PENGUAT

 Dokumen-dokumen seperti cek, YANG


faktur, kontrak, dan notulen
MENCUKUPI
 Konfirmasi dan pernyataan tulisan
lain
 Informasi yang diperoleh dari
permintaan keterangan, pengamatan,
inspeksi, dan pemeriksaan fisik.
 Informasi lain yang diperoleh atau
dikembangkan oleh auditor.

6
Sifat dan Keandalan Bukti Penguat

Jenis Bukti Sifat dan Keandalan Bukti Contoh


Penguat Penguat

Sifat: Perbandingan dengan Perbandingan saldo atau


harapan yang dikembangkan rasio-rasio kunci klien
berdasarkan pengalaman, dengan
Bukti Analitis
anggaran, data industri,
 Hasil-hasil tahun yang
pengetahuan tentang bisnis dan
lalu
industri sebelumnya.
 Anggaran
Keandalan: Tergantung pada
 Stastistik industri
relevansi data yang digunakan
dalam mengembangkan nilai  Harapan lain yang di
yang diharapkan auditor. kembangkan auditor

Sifat: Klien seringkali memiliki  Risalah rapat dewan


ragam dokumen yang luas dan direksi
Bukti
dapat diperiksa selama audit  Laporan bank
Dokumenter
berlangsung.  Kontrak
Kendalan: Dokumen-dokumen  Konosemen dengan
yang berasal dari luar entitas tanda tangan
pada umumnya lebih dapat pengangkut

7
diandalkan dibandingkan dengan  Faktur-faktur pemasok
dokumen-dokumen yang berasal
 Cek-cek yang
dari dalam entitas. Demikian
dibatalkan
juga dengan karakteristik
 Faktur penjualan klien
dokumen, seperti pengesahan,
tanda tangan pihak ketiga atas  Laporan yang

dokumen intern, atau validasi dihasilkan komputer

cek oleh bank akan


meningkatkan keandalan suatu
dokumen intern.

Bukti elektronik yang


Sifat: Informasi yang dihasilkan
diciptakan atau diperoleh
atau dikelola secara elektronik.
Bukti Elektronik melalui media elektronik,
Keandalan: Tergantung pada misalnya scanners,
keandalan pengendalian atas sensors, magnetic
penciptaan, pemilihan, dan media, atau pesan-pesan
kelengkapan data serta komputer
kompetensi alat audit yang
digunakan untuk menilai bukti
elektronik.

Konfirmasi atas:
Konfirmasi
Sifat: Suatu jenis khusus bukti  Kas keluar dan masuk
dokumenter yang berbentuk bank
tanggapan tertulis langsung  Piutang usaha dari
sesuai yang diketahui oleh pihak pelanggan
ketiga atas permintaan spesifik  Persediaan dalam

8
tentang informasi yang gudang umum dari
sebenarnya. gudang custodian
 Hutang obligasi dari
Keandalan: Sangat dapat
perwalian
diandalkan, namun dianggap
 Persyaratan sewa guna
juga sebagai prosedur yang
usaha dari pihak yang
mahal.
menyewakan (lessor)
 Bagian saham biasa
yang dimiliki dari
pencatat saham

Bukti Matematis

Menghitung ulang item-

Sifat: Perhitungan ulang yang item seperti:


dilakukan oleh auditor
atas  Total jurnal
angka dan nilai yang digunakan  Buku besar
klien untuk menyusun laporan  Skedul pendukung
keuangan.  Pembayaran minimum

Keandalan: Pada umumnya sewa guna

dianggap dapat diandalkan usaha (lease)

karena telah diverifikasi secara  Kewajiban dana

independen oleh auditor. Secara pension

relatif dianggap rendah biaya.  Perhitungan EPS

Bukti Fisik Sifat: Bukti yang diperoleh Pemeriksaan atas:


melalui pemeriksaan fisik atau
 Penerimaan kas yang
inspeksi atas aktiva berwujud.
belum disetorkan
Keandalan: Biasanya sangat  Persediaan

9
dapat diandalkan. Namun, dapat  Aktiva tetap
saja auditor yang melakukannya
tidak cukup mampu menetapkan
mutu, kondisi, atau nilai
berdasarkan bukti fisik, sehingga
diperlukan bantuan seorang
spesialis.

Representasi Sifat: Pernyataan yang  Representasi tertulis


Tertulis ditandatangani oleh perorangan dari pakar yang berasal
yang bertanggung jawab dan dari pihak luar
dikenal sebagai pihak yang  Surat representasi klien
berkaitan dengan asersi
manajemen.

Keandalan: Tergantung pada


kualifikasi, reputasi, dan
independensi dari yang
membuat pernyataan serta
kemampuannya untuk
memperkuat bukti lain.

Bukti Lisan
Sifat: Auditor seringkali
 Tanggapan lisan atas
menerima bukti lisan sebagai
permintaan keterangan
tanggapan atas sejumlah
auditor
permintaan keterangan yang
 Penjelasan atas
diajukan langsung kepada para
perlakuan akuntansi
pejabat dan pekerja.
atau penilaian klien atas

10
Keandalan: Kurang dapat estimasi akuntansi
diandalkan dan biasanya masih
memerlukan bukti penguat
tambahan. Nilai utamanya dalah
dapat mengarahkan auditor
kepada sumber bukti lainnya.

PROSEDUR AUDIT

Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para


auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan
kompeten. Pilihan auditor tentang prosedur audit dipengaruhi oleh faktor dari
mana data diperoleh, dikirimkan, diproses, dipelihara, atau disimpan secara
elektronik. Pengolahan komputer juga mempengaruhi pemilihan prosedur audit.
Pembahasan berikut ini akan berfokus pada review beberapa jenis prosedur yang
digunakan oleh para auditor. Prosedur ini dapat digunakan untuk mendukung
pendekatan audit top-down ataupun pendekatan audit bottom-up. Auditor akan
mempertimbangkan bagaimana setiap prosedur ini akan digunakan ketika
merencanakan audit dan mengembangkan program audit.
Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit yang akan dibahas
kemudian:
    Prosedur analitis (analytical procedures)
    Inspeksi (inspecting)
    Konfirmasi (confirming)
    Permintaan keterangan (inquiring)
    Perhitungan (counting)
    Penelusuran (tracing)

11
    Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
    Pengamatan (observing)
    Pelaksanaan ulang (reperforming)

    Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)

Pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu tujuan audit
tertentu terjadi dalam tahap perencanaan audit. Efektivitas prosedur dalam
memenuhi tujuan audit spesifik dan biaya pelaksanaan prosedur tersebut harus
dipertimbangkan dalam pemilihan prosedur yang akan digunakan.

1. Prosedur Analitis
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan di antara
data. Prosedur ini meliputi:
 perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana;
 analisis vertikal atau laporan persentase
 perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran;
serta
 penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi.
Analisis regresi dapat melibatkan penggunaan data nonkeuangan (seperti data
jumlah karyawan) maupun data keuangan.
Prosedur analitis seringkali meliputi juga pengukuran kegiatan bisnis yang
mendasari operasi serta membandingkan ukuran-ukuran kunci ekonomi yang
menggerakkan bisnis dengan hasil keuangan terkait. Prosedur analitis
umumnya digunakan dalam pendekatan top-down untuk mengembangkan
harapan atas akun laporan keuangan dan untuk menilai kelayakan laporan
keuangan dalam konteks tersebut.

2. Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam

12
auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-down. Dengan melakukan inspeksi
atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur
atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi
tersebut. Pada saat yang sama, auditor seringkali mempertimbangkan implikasi
bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan persaingan entitas.
Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa kontrak sewa guna usaha, ia
melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi yang digunakan untuk sewa guna
usaha, mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini berpengaruh pada
kegiatan pembiayaan dan investasi entitas, dan akhirnya mempertimbangkan
bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi kemampuan entitas untuk
menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh transaksi ini atas struktur
biaya tetap entitas.
Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan
memeriksa (examining) adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan
catatan. Menginspeksi dokumen dapat membuka jalan untuk mengevaluasi
bukti documenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat menilai
keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan
atau item-item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi
adalah scanning atau memeriksa secara tepat dan tidak terlampau teliti
dokumen dan catatan.
Memeriksa sumber daya berwujud memungkinkan auditor dapat
mengetahui secara langsung keberadaan dan kondisi fisik sumber daya
tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga memberikan cara untuk
mengevaluasi bukti fisik.

3. Konfirmasi
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang
memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber
independen di luar organisasi klien. Dalam kasus yang lazim, klien membuat
permintaan kepada pihak luar secara tertulis,  namun auditor yang

13
mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut. Permintaan
tersebut juga harus meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima
untuk mengirimkan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Konfirmasi
menyediakan bukti bottom-uppenting dan digunakan dalam auditing karena
bukti tersebut biasanya objektif dan berasal dari sumber yang independen.

4. Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau
tertulis oleh auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada
manajemen atau karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang
timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis atau permintaan keterangan
yang berkaitan dengan keusangan persediaan atau piutang yang dapat ditagih.
Auditor juga dapat langsung meminta keterangan pada pihak eksteren, seperti
permintaan keterangan langsung kepada penasehat hokum klien tentang
kemungkinan hasil litigasi. Hasil permintaan keterangan dapat berupa bukti
lisan atau bukti dalam bentuk representasi tertulis.

5. Perhitungan
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah (1) perhitungan
fisik sumber daya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada, dan
(2) akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak. Yang
pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang
ada, sedangkan yang kedua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk
mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui bukti yang objektif
tentang kelengkapan catatan akuntansi. Teknik perhitungan ini menyediakan
bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong untuk memperoleh
bukti top-down terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi dari
prosedur perhitungan.

6. Penelusuran

14
Dalam penelurusan (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai
penelusuran ulang, auditor (1) memilih dokumen yang dibuat pada saat
transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa informasi yang diberikan
oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi
(jurnal dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen
menuju ke catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data
melalui sistem akuntansi. Karena proesdur ini memberikan keyakinan bahwa
data yang berasal dari dokumen sumber pada akhirnya dicantumkan dalam
akun, maka secara khusus data ini sangat berguna untuk mendeteksi terjadinya
salah saji berupa penyajian yang lebih rendah dari yang seharusnya
(understatement) dalam catatan akuntansi.

7. Pemeriksaan Bukti Pendukung


Pemeriksaan bukti (vouching) pendukung meliputi (1) pemilihan ayat
jurnal dalam catatan akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa
dokumentasi yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk
menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi. Dalam
melakukan vouching, arah pengujian berlawanan dengan yang digunakan
dalam tracing. Prosedur vouchingdigunakan secara luas untuk mendeteksi
adanya salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang seharusnya
(overstatement) dalam catatan akuntansi.

8. Pengamatan
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan
menyaksikan pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa
pemrosesan rutin jenis transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat
apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk
memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat
mengamati kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan

15
pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yanf terakhir ini
memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan menginspeksi.

9. Pelaksanaan Ulang
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang
(reperforming) perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya
menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau
premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar
ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor
juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu
untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengandalian
intern yang telah dirumuskan. Sebagai contoh, auditor dapat melaksanakan
ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan untuk
menentukan bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat
transaksi tersebut diproses. Pemeriksaan ulang biasanya memberikan
bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya, auditor dapat terlebih
dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.

10. Teknik Audit Berbantuan Komputer


Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik,
maka auditor dapat menggunakan teknik audit berbantuan computer
(computer-asssited audit techniques/CAAT) untuk membantu melaksanakan
beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh, auditor
dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal
sebagai berikut:
 Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam
prosedur analitis.
 Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.

16
 Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua
dokumen yang berurutan telah dipertanggungjawabkan.
 Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk
disesuaikan (seperti harga yang tercantum dalam faktur dengan master file
yang memuat harga-harga yang telah disahkan)
 Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah
aspek komputer dari pengendalian intern telah berfungsi.
 Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar
pembantu piutang usaha atau file persediaan.

KERTAS KERJA AUDIT


Dokumentasi bukti audit disediakan dalam kertas kerja.  SAS 41, Working
papers (AU 339.03), menguraikan kertas kerja (Working papers) sebagai catatan
yang disimpan oleh auditor tentang prosedur audit yang diterapkan pengujian
yang dilaksanakan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan tentang masalah
yang dicapai dalam audit. Kertas kerja memberikan :
 Dukungan utama bagi audit
 Cara untuk melakukan koordinasi dan supervisi audit
 Bukti bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan GAAS

a. Jenis Kertas Kerja


Jenis- jenis kertas kerja yang dalam audit, antara lain :
1. Kertas Kerja Neraca Saldo
Dalam kertas kerja neraca saldo tersedia kolom- kolom untuk saldo buku
besar tagun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit),
penyesuaian, saldo setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah
diaudit). Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling
penting di dalam audit karena:
 Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item –
item yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
 Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual.

17
 Mengidentifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukti audit bagi
setiap item laporan keuangan.

2. Skedul dan Analisis


Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas
kerja (working paper analysis) digunakan secara bergantian untuk
menggambarkan setiap kertas kerja yang memuat bukti- bukti yang
mendukung item –item dalam kertas kerja neraca saldo. Apabila beberapa
buku akun besar digabungkan untuk tujuan pelaporan, maka harus
disusun skedul kelompok (group schedule)atau sering juga disebut
sebagai skedul utama (lead schedule).Selain menunjukkan akun masing –
masing buku besar yang ada dalam kelompok tersebut, skedul utama juga
mengidentifikasi skedul atau analisis dalam kertas kerja individu yang
memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing – masing akun dalam
kelompok tersebut.

3. Memoranda Audit dan Informasi Penguat


Memoranda Audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang
disusun oleh auditor dalam bntuk naratif. Memoranda meliputi komentar –
komentar atas pelaksanaan prosedur – prosedur audit yang meliputi :
1) Lingkup pekerjaan
2) Temu – temuan
3) Kesimpulan audit.
Auditor juga dapat menyusun memoranda audit untuk mendokumentasikan
informasi penguat sebagai berikut :
 Salinan risalah rapat dewan direksi
 Representasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari
luar organisasi

18
 Salinan kontrak – kontrak penting.

4. Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi


Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas
kesalahan klien sebagai akibat pengabaian atau salah penerapan GAAP.
Oleh karena itu, pada akhirnya ayat jurnal penyesuaian secara sendiri-
sendiri atau bersama – sama akan dianggap material dengan harapan, akan
dicatat oleh klien sehingga saldo buku besar dapat sisesuaikan.
Sebaliknya, ayat jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan
keuangan yang benar dengan saldo akun yang sesuai.
Setiap ayat jurnal yang dianggap material oleh auditor dan diusulkan dalam
kertas kerja harus ditunjukkan dalam :
 Skedul atau analisis dari setiap akun yang mempengaruhi,
 Setiap skedul utama yang dipengaruhi,
 Ikhtisar terpisah dari ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal reklasifikasi
yang diusulkan, dan
 Kertas kerja neraca saldo.

b. Menyusun Kertas Kerja


Teknik – teknik dasar yang harus diperhatikan dalam menyusun kertas kerja
yang baik, antara lain :
 Judul (heading). Setiap kertas ikerja harus memuat nama klie, judul
deskriptif yang dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut.
 Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja harus diberi nomor
indeks atau nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan.
 Referensi Silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang
diambil dari kertas kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja
lain harus diberi referensi silang. Pada umumnya, program microcomputer
yang digunakan untuk menyusun kertas kerja memiliki kemampuan untuk
memberikan referensi silang dan menghubungkan kertas kerja secara
elektronik.

19
 Tanda koreksi (tick maks). Tanda koreksi berupa simbol – simbol seperti
tanda pengecekan () yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan
bahwa auditor telah melaksnakan sejumlah prosedur pada item-item dimana
tanda pengecekan tersebut diberikan. Keterangan tentang kertas kerja
tersebut harus dapat menjelaskan tentang sifat dan luasnya pekerjaan yang
disajikan oleh setiap tanda koreksi atau dapat memberikan informasi
tambahan bagi item- item yang deberi tanda koreksi tersebut.
 Tanda tangan dan tanggal (signatures and dates). Setelah menyelesaikan
masing-masing tugasnya, penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut
harus membubuhkan paraf dan tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini
diperlukan untuk menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review
yang dilaksanakan.

c. Me-review Kertas Kerja


Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas
kerja. Review tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari penyusun seperti
atasan dan manajernya. Reviewdilakukan apabila pekerjaan pada segmen
tertentu dalam suatu audit telah diselesaikan. Pihak yang
melakukan review terutama menekankan perhatian pada lingkup pekerjaan
yang dilakukan, bukti dan temuan yang diperoleh, serta kesimpulan yang telah
dicapai oleh penyusun. Review lainnya dilakukan atas kertas kerja apabila
pekerjaan lapangan telah diselesaikan.

d. Pengarsipan Kertas Kerja


Kertas kerja diarsipkan menurut  dua kategori antara lain :
1) File Permanen (permanent file) memuat data yang diharapkan tetap
bermanfaat bagi auditordalam banyak perikatan dengan klien di masa
mendatang.
2) File tahun berjalan (current file) memuat informasi penguat yang berkenaan
dengan pelaksanaan program audit tahun berjalan saja.
Pada umumnya item – item yang ditemui dalam berkas permanen , antara lain :

20
 Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien.
 Bagan akun dan manual atu pedoman prosedur.
 Struktur organisasi.
 Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk – produk utama.
 Ketentuan – ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi.
 Salinana kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha, rencana
pensiun, perjanjian pembagian laba dan bonus.
 Skedul amortisasi kewajibanjangka panjang serta penyusutan aktiva
pabrik.
 Ikhtisar prinsip –prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien.

e. Kepemilikan dan Penyimpanan Kertas Kerja


Kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien atau pribadi
auditor. Namun hak kepemilikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk
pada pembatasan – pembatasan yang diatur dalam kode etik profesi auditor itu
sendiri. Peraturan 301, Code of Profesional Conduct dari AICPA menentukan
bahwa seorang CPA dilarang untuk mengungkapkan setiap informasi rahasia
yang diperoleh selama pelaksanaan penugasan profesional tanpa seizin klien,
kecuali untuk kondisi tertentu sebagaimana ditetapkan dalam peraturan.
Penyimpangan kertas kerja terletak pada tangan auditor, di mana ia
bertanggung jawab untuk menyimpannya dengan aman. Kertas kerja yang
tergolong sebagai file permanen akan disimpan untuk waktu yang tak terbatas.
Sedangkan kertas kerja yang tergolong sebagai file tahun berjalan akan
disimpan selama file tersebut diperlukan oleh auditor untuk melayani klien atau
diperlukan untuk memenuhi persyaratan hukum sebagai referensi catatan.
Ketentuan mengenai batasan waktu penyipanan jarang yang melampaui waktu
enam tahun. 

SOAL

21
1. Sebutkan bukti penguat yang dapat diperoleh dalam suatu audit dan
bahaslah secara singkat tentang keandalan setiap jenis bukti penguat.
2. Identifikasi jenis prosedur audit yang dapat digunakan untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti.
3. Sebutkan dan jelaskan empat jenis kertas kerja
4. Sebutkan empat teknik dasar dalam penyusunan kertas kerja yang baik.
5. Apakah seorang auditor dibenarkan untuk mengungkapkan isi kertas kerja
kepada setiap orang selain klien?

22
BAB VIII MENERIMA PERIKATAN AUDIT DAN
MERENCANAKAN AUDIT

Program studi : Akuntansi

Mata Kuliah : Pengauditan

Jumlah SKS : 3 SKS

Pengajar : Herry Aprilia Manubulu, S.Sos.,M.Si

Sasaran Belajar :

Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah yang diperlukan dalam


menerima suatu perikatan audit

Deskripsi Mata Kuliah :

Mata kuliah Pengauditan merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program
Studi Akuntansi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang. Mata kuliah ini
memperkenalkan dasar-dasar pemeriksaan akuntansi (audit). Materi yang dibahas
pada mata kuliah ini terdiri dari lingkungan pengauditan dan profesi akuntan
publik dan perencanaan audit. Bagian pertama, lingkungan pengauditan
membahas tentang pengauditan dan profesi akuntan publik, audit laporan
keuangan, tanggung jawab auditor, etika professional akuntan publik, dan
kewajiban hukum auditor. Bagian kedua, perencanaan audit membahas materi
mengenai gambaran umum proses audit, tujuan, bukti audit, dan kertas kerja;
penerimaan penugasan dan perencanaan audit; materialitas, risiko, dan strategi
audit; serta pemahaman struktur pengendalian intern.

23
Dalam profesi akuntan publik, terdapat persaingan yang ketat antar kantor
akuntan untuk mendapatkan klien. Klien tersebut termasuk klien yang meminta
audit untuk pertama kali dan klien yang meminta penggantian auditor.
Penggantian auditor dapat diakibatkan oleh berbagai faktor yaitu :

1. Merger antara perusahaan yang memiliki auditor independen yang berbeda


2. Kebutuhan akan jasa professional yang lebih luas.
3. Ketidakpuasan dengan kantor akuntan tertentu
4. Keinginan untuk mengurangi biaya audit
5. Merger antara kantor CPA

Langkah-Langkah dalam penerimaan suatu perikatan audit

Mengevaluasi Mengidentifikasi Menilai Kompetensi


integritas kondisi khusus dan untuk melaksanakan
manajemen risiko yang tidak biasa audit

Mengevaluasi Keputusan untuk Membuat surat


Independensi menerima atau menolak perikatan
perikatan

Menerima dan Mempertahankan Klien

Tahap awal dari audit laporan keuangan melibatkan suatu keputusan untuk
menerima atau menolak kesempatan untuk menjadi auditor dari klien baru atau
untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Standar
pengendalian mutu menyediakan petunjuk profesional berkenaan dengan
keputusan untuk menerima dan melanjutkan klien dan perikatan, sejalan dengan
standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing yang berlaku
umum.

24
MengevaluasiIntegritas Manajemen

Tujuan utama dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan suatu
pendapat atas laporan keuangan manajemen. Jadi penting bagi auditor untuk
menerima suatu perikatan audit hanya apabila terdapat keyakinan yang memadai
bahwa manajemen klien dapat dipercaya. Bila manajemen kurang memiliki
integritas , terdapat kemungkinan kekeliruan (error) yang material dan
ketidakberesan (irregularities) akan terjadi dalam proses akuntansi di mana
laporan keuangan dibuat.

a) Berkomunikasi dengan Auditor Terdahulu

Untuk klien yang pernah diaudit, pengetahuan mengenai manajemen klien


yang diperoleh auditor terdahulu (predecessor auditor) merupakan informasi
penting bagi auditor pengganti (successor auditor). Komunikasi dapat
dilakukan tetapi harus seijin klien dan diminta untuk mengotorisasi auditor
terdahulu untuk menjawab dengan lengkap pertanyaan auditor pengganti.
Otorisasi diperlukan karena kode etik profesi melarang seorang auditor untuk
mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh.

b) Mengajukan Pertanyaan kepada Pihak Ketiga Lainnya

Informasi mengenai integritas manajemen juga dapat diperoleh dari pihak lain
yang memiliki pengetahuan di bidangnya seperti; pengacara, bankir dan pihak
lain dalam komunitas keuangan dan bisnis yang berhubungan bisnis dengan
calon klien.

c) Me-review Pengalaman Masa Lalu dengan Klien yang Telah Ada

Sebelum membuat keputusan untuk melanjutkan suatu perikatan dengan klien


audit, auditor harus berhati-hati dalam mempertimbangkan pengalaman masa
lalu dengan manajemen klien.

25
MengidentifikasiKondisi Khususdan Risiko yang tidak biasa

Elemen penting dari audit melibatkan penilaian risiko salah saji material dalam
laporan keuangan. Akuntan publik juga menaruh perhatian terhadap resiko bisnis
auditor (auditor’s business risk) jika dihubungkan dengan perusahaan yang
memiliki masalah keuangan atau kelangsungan usaha, pihak yang dirugikan dapat
menuntut keandalan laporan keuangan.

a) Mengidentifikasi Pemakai Laporan yang Telah Diaudit

Tanggung jawab hukum auditor atas audit bervariasi, tergantung pada pemakai
laporan. Oleh karena itu auditor harus mempertimbangkan status badan hukum
dari calon klien.

b) Menilai Stabilitas Keuangan dan Hukum Calon Klien

Jika suatu entitas mengalami kesulitan hukum, maka perkara hukum sangat
mungkin akan melibatkan auditor yang sering dianggap memiliki “deep
pockets”. Oleh karena itu auditor harus mengidentifikasi calon klien yang
memiliki risiko tinggi untuk di tuntut.

c) Mengidentifikasi Pembatasan Lingkup

Ketika menerima suatu perikatan, seorang auditor harus mengevvaluasi apakah


pembaasan lingkup audit meningkatkan risiko yang menyebabkan auditor tidak
dapat menerbitkan pendapat.

d) Mengevaluasi Sistem Pelaporan Keuangan Entitas dan Kemampuan untuk


Audit

Seorang auditor harus mengevaluasi kondisi lain yang meningkatkan


pertanyaan mengenai kemampuan audit atau auditabilitas calon klien. Dengan
semakin bergantungnya perusahaan pada pemrosesan data elektronik auditor
harus mempertimbangkan implikasi apakah bukti penguat tersedia dalam

26
bentuk dokumen atau dalam bentuk elektronik, dimana auditor ragu dan
khawatir tentang catatan akuntansi atau jejak audit, maka sebaiknya perikatan
tersebut ditolak.

Menilai KompetensiUntuk Melaksanakan Audit

Standar umum pertama dari GAAS menyatakan; “ Audit dilaksanakan oleh


seseorang atau orang-orang yang memiliki pelatihan teknis dan kecakapan yang
memadai sebagai seorang auditor.

a) Jasa yang Diinginkan

Kebanyakan klien memerlukan suatu audit juga memerlukan jasa tambahan.


Oleh karena itu auditor dapat membuat rekomendasi tentang bagaimana
meningkatkan kinerja bisnis setelah auditor memahami keadaan yang
dibutuhkan oleh klien serta berusaha meningkatkan keahlian dalam sistem
informasi dan pengendalian intern.

b) Mengidentifikasi Tim Audit

Penempatan staf audit sebagai suatu tim audit (audit team) dalam pengumpulan
bukti diperlukan untuk pengendalian kualitas dari hasil audit. Umumnya tim
audit terdiri dari:

 Seorang partner, yang memiliki baik tanggung jawab keseluruhan maupun


tanggung jawab akhir untuk suatu perikatan.
 Satu atau lebih manajer, yang biasanya memiliki keahlian signifikan dalam
industri dan yang mengkoordinasikan serta mengawasi pelaksanaan
program audit
 Satu atau lebih senior, yang mungkin memiliki tanggung jawab untuk
merencanakan audit, melakukan bagian dari program audit dan mengawasi
serta me-review pekerjaan asisten staf.
 Asisten staf, yang melakukan berbagai prosedur audit yang diperlukan.
a) Mempertimbangkan Kebutuhan untuk Konsultasi dan Menggunakan Spesialis

27
Dalam menentukan apakah akan menerima suatu perikatan, adalah lebih baik
bagi seorang auditor untuk mempertimbangkan apakah akan menggunakan jasa
konsultan dan spesiali untuk membantu tim audit dalam melakukan audit.
Elemen pengendalian mutu mengenai konsultasi menyatakan bahwa
perusahaan seharusnya mengadopsi kebijakan dan prosedur untuk
menyediakan keyakinan yang memadai bahwa personel akan mencari bantuan
hingga sejauh yang diperlukan.

MengevaluasiIndependensi

Standar umum kedua dari GAAS menyatakan: dalam semua hal yang
berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikam mental perlu
dipertahankan oleh para auditor. Independensi dalam perikatan audit diwajibkan
karena merupakan elemen dalam pengendalian mutu. Apabila persyaratan
independensi tidak dapat dipenuhi, maka perikatan harus ditolak atau calon klien
harus diberitahu dan tidak memberikan pendapat (disclaimer) atas laporan
keuangan, guna terhindar dari konflik kepentingan.

Membuat Keputusanuntuk menerima atau menolak audit

Kondisi yang dapat menyebabkan KAP menarik diri dari suatu audit termasuk :

 Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan bukti yang


tampak selama audit.
 Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan keuangan
 Klien tidak mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki
kecurangan atau tindakan melawan hukum yang ditemukan selama audit.

Mempersiapkan surat perikatan

Langkah akhir dari tahap penerimaan, merupakan praktek profesional yang baik
untuk mentaati syarat-syarat dari setiap perikatan dalam surat perikatan
(engagement letter). Bentuk dan isi dari surat perikatan dapat bervariasi untuk

28
berbagai klien yang berbeda, tetapi secara umum surat perikatan harus mencakup
hal-hal berikut :

 Identifikasi yang jelas mengenai entitas dan laporan keuangan yang akan
diaudit
 Tujuan audit
 Referensi terhadap standar-standar profesional (GAAS) yang akan menjadi
acuan auditor (dan jika dapat diterapkan, referensi terhadap peraturan
pemerintah, seperti ketika melaksanakan audit yang diminta oleh pemerintah
tertentu).
 Suatu penjelasan mengenai sifat dan lingkup audit serta tanggung jawab
auditor.
 Suatu pernyataan bahwa suatu audit yang telah dirancang dan dilaksanakan
dengan tepat mungkin tidak akan dapat mendeteksi semua ketidakberesan yang
material.
 Sebagai pengingat kepada manajemen bahwa ia bertanggung jawab untuk
menyusun laporan keuangan dan menyelenggarakan struktur pengendalian
intern yang memadai.
 Suatu indikasi bahwa manajemen akan diminta untuk menyediakan beberapa
representasi tertulis tertentu kepada auditor.
 Suatu deskripsi dari jasa yang akan diberikan oleh auditor seperti
mempersiapkan atau me-review surat pemberitahuan pajak.
 Dasar di mana biaya akan dihitung dan pengaturan pembayaran.
 Suatu permintaan bagi klien untuk mentaati syarat-syarat perikatan dengan
menandatangani dan mengembalikan salinan surat perikatan kepada auditor.

SOAL

1. Sebutkan langkah-langkah yang diperlukan dalam menerima suatu


perikatan audit.

29
2. Mengapa perlu dipertimbangkan oleh auditor pengganti untuk
berkomunikasi dengan auditor terdahulu.
3. Mengapa penting bagi seorang auditor untuk mengevaluasi independensi
dalam memutuskan untuk menerima klien baru?

30
BAB IX MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT AWAL

Program studi : Akuntansi

Mata Kuliah : Pengauditan

Jumlah SKS : 3 SKS

Pengajar : Herry Aprilia Manubulu, S.Sos.,M.Si

Sasaran Belajar :

1. Mahasiswa mampu memahami konsep materialitas yang di gunakan dalam audit.


2. Mahasiswa mampu memahami pentingnya konsep risiko audit
3. Mahasiswa mampu membedakan berbagai alternatif strategi audit awal yang
dapat digunakan dalam perencanaan audit

Deskripsi Mata Kuliah :

Mata kuliah Pengauditan merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program
Studi Akuntansi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang. Mata kuliah ini
memperkenalkan dasar-dasar pemeriksaan akuntansi (audit). Materi yang dibahas
pada mata kuliah ini terdiri dari lingkungan pengauditan dan profesi akuntan
publik dan perencanaan audit. Bagian pertama, lingkungan pengauditan
membahas tentang pengauditan dan profesi akuntan publik, audit laporan
keuangan, tanggung jawab auditor, etika professional akuntan publik, dan
kewajiban hukum auditor. Bagian kedua, perencanaan audit membahas materi
mengenai gambaran umum proses audit, tujuan, bukti audit, dan kertas kerja;
penerimaan penugasan dan perencanaan audit; materialitas, risiko, dan strategi
audit; serta pemahaman struktur pengendalian intern.

31
Materialitas

Materialitas mendasari penerapan standar-standar auditing yang berlaku umum,


terutama standar pekerjaan lapangan dan pelaporan. Oleh karena itu materialitas
memiliki dampak yang mendalam pada audit laporan keuangan.

Materialitas merupakan besarnya nilai yang dihilangkan/ salah saji informasi


akuntansi, yang dilihat dari keadan yang melingkupi, dapat mengakibatkan
perubahan/ pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
pada informasi tersebut karena adanya penghilangan / salah saji itu.

2 hal yang dipertimbangkan oleh auditor berkaitan dengan materialitas :

1) Keadaan yang berkaitan dengan entitas

(2)Keburuhan inforamsi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas


lap.keuangan auditan.

Pertimbangan Awal Tentang Materialitas

Auditor menggunakan 2 cara dalam menerapkan materialitas;

1. pada saat perencanaan audit

2. pada saat menegvaluasi bukti audit dalam pelaksanaan audit.

Penetuan materialitas dapat berbeda dengan tingkat materialitas yg digunakan


pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi tmuan audit
karena keadaan yang melingkupi berubah dan informasi tambahan tentangklien
yang diperoleh saat audit berlangsung.

Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan

Salah saji dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting untuk mencegah


laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliruan/ ketidakberesan yang dampaknya secara individual/ gabungan.

32
Salah saji dapt terjadi sebagai akibat penerapan secara keliru prinsip akuntansi
berterima umum, penyimpangan dari fakta/ penghilangab informasi yang
diperlukan

contoh materialitas pada tingkat laporan keuangan ;

laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah


saji :

 5% sampai 10% dari laba sebelum pajak.


 ½ % sampai 1% dari total aktiva.
 1% dari passive
 ½ % sampai 1 % dari pendapatan bruto.

Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun

Salah saji minimun yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang
sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak
boleh dikacaukan dengan istilah saldo akun material. Saldo akun material;
besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan
dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi
keuangan.

Pengalokasian materialitas laporan keuangan ke akun

Bila dalam pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan


keuangan dikuantifikasikan, penaksiran awal untuk setiap akun dapat diperoleh
dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke akun secara individual.
Pengalokaisan dapat dilakukan baik untuk akun neraca / akun laba rugi. Karena
salah saji laba-rugi mempengaruhi neraca dan akun neraca lebih sedikit, banyak
auditor yang melakukan alokasi atas dasar akun neraca.

33
Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit

Materialitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petimbangan


auditor tentang kecukupan bukti audit. Semakin rendah tingkat materialitas,
semakin besar jumlah bukti yang diperlukan.

Risiko Audit

Risiko Audit adalah risko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu lap.keu yang
mengandung salah saji material.

Unsur Risiko Audit;

 Risiko Bawaan ; kerentanan suatu saldo akun/ golongan transaksi terhadap


suatu salah saji material dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
 Risiko Pengendalian; risko tejadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah/ didektesi secara tepat waktu oleh pengendalian intern
entitas.Risiko pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan dalam
setiap pengendalian intern.
 Risiko Deteksi ; risko sebagai akibat auditor tidak dapat mendektesi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.

Penggunaan Informasi Risiko Audit ; Taksiran risiko audit pada tahap


perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk menerapkan jumlah bukti
audi yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian saldo akun
tertentu.

untuk itu , auditor menetukan risiko deteksi darii formula risiko audit berikut ini;

34
Risiko Audit Individual = Risiko Bawaan x Risiko Pengendalian x Risko
Deteksi

Hubungan antara risiko audit dengan bukti audit ; semakin rendah tingkat risiko
audit yang ingin dicapai, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan.

Strategi Audit Awal

Tujuan utama auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk
mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai untuk mendukung
suatu pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam
segala hal yang material. Hal ini dicapai dengan mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti berkenaan dengan asersi-asersi yang terdapat dalam laporan
keuangan manajemen.

Karena hubungan timbal balik antara bukti, materialitas dan komponen risiko
audit yang dibahas di awal, auditor dapat memilih diantara strategi audit awal
dalam merencanakan audit untuk asersi individual atau sekelompok asersi.

Strategi audit awal bukan merupakan spesifikasi mendetil dari prosedur audit
yang akan dilaksanakan dalam menyelesaikan audit. Sebaliknya strategi ini
mempresentasikan pertimbangan pendahuluan auditor mengenai suatu perikatan
audit dan didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu mengenai pelaksanaan audit.

Komponen Stategi Audit

(1) Tingkat risiko bawaan yang dinilai,

(2) Tingkat risko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai dengan


mempertimbangkan luas pemahaman pengendalian intern dan pelaksanaan
pengujian pengendalian.

35
(3) Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan dengan petimbangan
pemahaman tentang bisnis&industri yang diperoleh dan pelaksanaan prosedur
analitis mengenai penyajian suatu asersi

(4) Tingkat pegujian yang direncanakan,apabila dikombinasikan dg prosedur lain


mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai.

SOAL

1. Uraikan tentang materialitas!


2. Definisikan materialitas pada tingkat saldo akun !
3. Bagaimana hubungan materialitas dengan bukti audit
4. Apa yang dimaksud dengan risiko audit
5. Apakah tujuan utama auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit
6. Sebutkan empat komponen strategi audit awal!

36
BAB X PEMAHAMAN TENTANG PENGENDALIAN INTERN

Program studi : Akuntansi

Mata Kuliah : Pengauditan

Jumlah SKS : 3 SKS

Pengajar : Herry Aprilia Manubulu, S.Sos.,M.Si

Sasaran Belajar :

Mahasiswa mampu memahami pentingnya pengendalian intern bagi suatu entitas


dan auditor eksternal.

Deskripsi Mata Kuliah :

Mata kuliah Pengauditan merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program
Studi Akuntansi Universitas Kristen Artha Wacana Kupang. Mata kuliah ini
memperkenalkan dasar-dasar pemeriksaan akuntansi (audit). Materi yang dibahas
pada mata kuliah ini terdiri dari lingkungan pengauditan dan profesi akuntan
publik dan perencanaan audit. Bagian pertama, lingkungan pengauditan
membahas tentang pengauditan dan profesi akuntan publik, audit laporan
keuangan, tanggung jawab auditor, etika professional akuntan publik, dan
kewajiban hukum auditor. Bagian kedua, perencanaan audit membahas materi
mengenai gambaran umum proses audit, tujuan, bukti audit, dan kertas kerja;
penerimaan penugasan dan perencanaan audit; materialitas, risiko, dan strategi
audit; serta pemahaman struktur pengendalian intern.

Dalam bagian ini, pertama-tama kita akan membahas pentingnya pengendalian


intern yang semakin berkembang bagi manajemen, auditor independen dan pihak
eksternal. Kemudian kita akan menelaah suatu definisi kontemporer mengenai
pengendalian intern dan lima komponen pengendalian intern yang saling
berhubungan.

37
Selain itu kita akan mempertimbangkan tujuan entitas mana yang dituju oleh
pengendalian intern yang relevan terhadap audit laporan keuangan, menguraikan
komponen pengendalian intern, mengakui keterbasan tertentu yang melekat pada
pengendalian intern, serta menspesifikasi peran dan tanggung jawab berbagai
pihak terhadap pengendalian intern suatu entitas.

Pentingnya Pengendalian Intern

Pentingnya pengendalian intern bagi manajemen dan auditor independen telah


diakui dalam literature professional selama beberapa tahun. Faktor – faktor yang
berkontribusi terhadap meluasnya pengakuan atas pentingnya pengendalian intern
yaitu :

 Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan tersebar
luas sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah laporan dan analisis
untuk mengendalikan operasi secara efektif
 Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengendalian intern
yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.
 Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan perusahaan
dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menggantungkan pada sistem
pengendalian intern klien

Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dilakukan oleh dewan direksi,
manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas yang dirancang untuk
menyediakan keyakinan yang memadai dengan pencapaian tujuan dalam kategori
“keandalan pelaporan keuangan”, “ kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku” dan ”efektifitas dan afisiensi operasi.

Tujuan Entitas dan Pengendalian Intern yang Relevan dengan suatu audit

38
Manajemen mengadopsi pengendalian intern untuk menyediakan keyakinan yang
memadai dalam mencapai tiga kategori tujuan yaitu :

1. Keandalan dari informasi keuangan


2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Efektivitas dan efisiensi dari operasi.

Keterbatasan Pengendalian Intern suatu entitas:

 Kesalahan dalam pertimbangan (kadang2 manajemen dan pesonel lainnya


dapat melakukan pertimbangan yang buruk dalam pengambilan keputusan
bisnis karena informasi yang tidak mencukupi),
 Kemacetan (terdapat kesalahan pesonel dalam pemahaman intruksi yang akan
dilaksanakan mengakibatkan perubahan dan akan terjadi kemacetan ),
 Penolakan Manajemen (mengesampingkan kebijakan/ proseduruntuk tujuan
tidak sah),

Biaya dan Manfaat (biaya pengendalian intern suatu entitas seharusnya tidak
melebihi manfaat yang diharapkan untuk diperoleh)

Peran dan Tanggung Jawab:

 Manajemen : menciptakan pengendalian yang efektif,


 Dewan direksi dan komite audit : pengaturan umum dan tanggung jawab 
terhadap kekeliruan,
 Auditor Internal : memeriksa & mengevaluasi kecukupan pengendalian intern
suatu entitas secara periodik dan membuat rekomendasi untuk perbaikan,
 Personel entitas lainnya : menyediakan informasi kepada / menggunakan
informasi yang ada dan megkomunikasikan masalah2 yang tidak sesuai
dengan pengendalian,
 Auditor Independen : menemukan kekurangan dalam pengendalian yang akan
dikomunikasikan kepada manajemen ,komite audit, dewan direksi bersamaan
dengan rekomedasi perbaikan,

39
 Pihak eksternal lainnya : menetapakan persyaratan minimal untukpengadaan
pengendalian intern oleh entitas2 tertentu.

Komponen  pengendalian Intern

1. Lingkungan pengendalian. Menetapkan suasana suatu organisasi yang


mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya dan
merupakan pondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya. Faktor
yang membentuk lingkungan pengendalian suatu entitas : integritas dan nilai
etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit, filosofi
dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, penetapan wewenang dan
tanggungjawab, kebijakan dan pratik sumberdaya manusia.
2. Penilaian Risiko. Pengidentifikasian dan analisis entitas mengenai risiko yang
relevan terhadap pencapaian tujuan entitas.
Identifikasi, analisis, dan pengelolan risiko suatu entitas yang relevan dengan
penyusunan lap.keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku.
Penilaian risiko oleh manajemen juga harus mencakup pertimbangan khusus
atas risiko yang dapat muncul dari perubahan kondisi yaitu perubahan dalam
lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru/dimodifikasi,
pertumbuhan yang cepat, teknologi baru, lini,produk,atau aktifitas baru,
restruktur perusahaan, operasi di luar negeri dan pernyataan akuntansi.
3. Informasi dan Komunikasi. Merupakan pengidentifikasian, penangkapan, dan
pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang membuat
orang mampu melaksanakan tanggung jawabnya.informasi dan komunikasi 
metode-metode dan catatan-catatan yang diciptakan untuk mengidetifikasi,
mengumpulkan ,menganalisis, mengklasifikasi, mencatat, dan melaporkan
transaksi entitas untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva-aktiva dan
kewajiban-kewajiba yang berhubungan.
Faktor sistem akuntansi adalah pada transaksi : sistem akuntansi yang efektif
seharusnya menghasilkan penanganan transaksi dengan suatu cara yang

40
mencegah salah saji dalam asersi laporan keuangan manajemen, sistem
seharusnya menyediakan suatu jejak audit/ transaksi yang lengkap. Faktor
teknologi yang penting : transaksi dapat dimulai dengan komputer, jejak audit
dapat dalam bentuk  elektronik, bagaimana data dikonversi dari dokumen
sumber ke dalam bentuk mesin.
4. Aktivitas Pengendalian. Kebijakan dan prosedur yang membantu menyakinkan
bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Kategori aktifitas yang relevan
dengan audit laporan keuangan yaitu
 pemisahan tugas
 Pengendalian pemrosesan informasi yang terdiri dari :

Pengendalian umum

Pengendalian aplikasi

 Pengendalian fisik
 Review kinerja
5. Pemantauan. Proses menilai kualitas kinerja pengendalian intern pada suatu
waktu,-penilaian rancangan dan pengeoperasian pengendalian dasar waktu dan
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
Pemantauan dapat dilaksanakan melalui aktivitas yang berkelanjutan, sebagai
contoh masalah dengan pengendalian intern dapat menarik perhatian
manajemen melalui keluhan yang diterima dari pelanggan mengenai kekeliruan
tagihan atau dari pemasok mengenai masalah pembayaran

SOAL

1. Sebutkan lima komponen pengendalian intern!


2. Sebutkan faktor-faktor yang membentuk lingkungan pengendalian !
3. Bagaimana penilaian risiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan?
Apakah sama atau berbeda dengan penilaian risiko auditor?

41
PENUTUP

Rangkuman

Pengauditan merupakan sebuah proses logis yang terstruktur atau terorganisir di


dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersi
dengan membandingkan asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
disampaikan dalam laporan tertulis yang berguna bagi pihak berkepentingan.
Audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit memberi
banyak manfaat bagi dunia bisnis.

a. Bagi Pihak yang diaudit


1. Menambah Kredibilitas laporan keuangannya sehingga laporan tersebut
dapat dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas seperti pemegang
saham, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.
2. Mencegah dan menemukan fraud yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan yang diaudit.
3. Memberikan dasar yang dapat lebih dipercaya untuk
penyiapan Surat Pemberitahuan Pajak yang diserahkan
kepada Pemerintah.
4. Membuka pintu bagi masuknya sumber- pembiayaan dari
luar.
5. Menyingkap kesalahan dan penyimpangan moneter dalam
catatan keuangan.
b. Bagi anggota lain dalam dunia usaha
1. Memberikan dasar yang lebih meyakinkan para kreditur atau
para rekanan untuk mengambil keputusan pemberian kredit.
2. Memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada
perusahaan asuransi untuk menyelesaikan klaim atas
kerugian yang diasuransikan.

42
3. Memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan
calon investor untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan
manajemen
4. Memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dan
pihak yang diaudit untuk menyelesaikan sengketa mengenai
upah dan tunjangan.
5. Memberikan dasar yang independen kepada pembeli
maupun penjual untuk menentukan syarat penjualan,
pembelian atau penggabungan perusahaan.
6. Memberikan dasar yang lebih baik, meyakinkan kepada para
langganan atau klien untuk menilai profitabilitas atau
Audit Finansial, Audit Manajemen, dan Sistem Pengendalian Intern
rentabilitas perusahaan itu, efisiensi operasionalnya, dan
keadaan keuangannya.

c. Bagi badan pemerintah dan orang-orang yang bergerak di


bidang hukum
1. Memberikan tambahan kepastian yang independen tentang
kecermatan dan keandalan laporan keuangan.
2. Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang
bergerak di bidang hukum untuk mengurus harta warisan dan
harta titipan, menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan dan insolvensi,
dan menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan dengan cara
semestinya.
3. Memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan Undang-
Undang Keamanan Sosial.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Boynton, C William, Johnson N Raymond dan Kell G. Walter, 2003.


Modern Auditing, buku satu, edisi ketujuh diterjemahkan oleh Paul A.
Rajoe, dkk, Penerbit Erlangga, Jakarta.
2. Harahap, Sofyan S, 2002. Corporate accountability, Media Akuntansi,
No.29/November-Desember/2002, Penerbit Intama Artha Indonusa,
Jakarta
3. Toruan, L Henry, 2001. Tanggung jawab akuntan publik, Media
Akuntansi, No.18/Juni/2001, Penerbit Intama Artha Indonusa, Jakarta
4. Ardiyos. 2007. Kamus Standar Akuntansi. Citra Harta Prima: Jakarta.
5. Arens, A.A, Elder, R, J. A and Beasley, M.S. 2003. Auditing and
Assurance Service: An Intergrated Approach. Ninth Edition. Prentice
Hall. New Jersey.
6. IAI. 2002. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat: Jakarta.
7. IAI. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat: Jakarta.
8. Riduan Tobing dan Nirwana. 2004. Kamus Istilah Akuntansi. Jakarta:
Atalya Rileni Sucedo.

44

Anda mungkin juga menyukai