PEMBAHASAN
Kertas kerja adalah catatan tertulis tentang bukti-bukti audit atau informasi-
informasi yang diperoleh selama pelaksanaan audit serta metode-metode, prosedur-
prosedur yang diterapkan, pengujian-pengujian yang dilakukan serta kesimpulan-
kesimpulan yang telah dibuat oleh auditor. Oleh karena itu sebagian dari kertas kerja
itu dapat berbentuk rekonsiliasi bank, analisa akun atau rekening buku besar,
ringkasan surat menyurat klien, notulen rapat direksi atau pemegang saham, daftar
pemegang saham atau mungkin dapat berbentuk bagan struktur organisasi, tata
susunan pabrik, neraca saldo, program audit, daftar pertanyaan pengendalian intern,
surat pernyataan klien, jawaban konfirmasi, bermacam-macam daftar saldo, analisa
umur piutang, dan dokumen-dokumen lainnya.
Jadi, kertas kerja adalah semua catatan tentang informasi atau bukti yang
dikumpulkan auditor untuk menunjukkan pekerjaan yang telah mereka lakukan,
metode dan prosedur yang mereka ikuti dan kesimpulan-kesimpulan yang telah
mereka lakukan. Dengan kertas kerja tersebut auditor menyusun laporannya kepada
klien, serta membuktikan luas auditnya dan membuktikan kemampuan profesionalnya
dalam melaksanakan audit.
Secara umum tujuan dari kertas kerja adalah untuk membantu auditor dengan
memberikan bukti bahwa auditor telah melaksanakan tugas auditnya sesuai dengan
standar auditing yang berlaku umum. Namun demikian tujuan utama kertas kerja
adalah sebagai berikut:
Sebagai alat koordinasi
Semua data dan informasi yang ditemukan dalam setiap fase audit itu
dicatat sehingga dapat dinilai secara benar dan ditentukan kaitannya dengan
fase-fase audit yang lain. Dengan perencana yang baik dalam penugasan
kepada asisten atau tenaga pembantu auditor, maka asisten ini akan bekerja
dengan baik dan lancar pada bidangnya masing-masing dalam waktu yang
bersamaan. Sehingga perancangan kertas kerja yang baik menunjukkan bahwa
auditor telah melaksanakan standar pelaksanaan auditing yang pertama yaitu:
adanya perencanaan dan pengawasan yang memadai terhadap pelaksanaan
audit.
Sebagai alat pengkajian
Dalam melakukan audit terhadap perusahaan yang mempunyai
berbagai cabang, maka harus digunakan tenaga auditor maupun asisten lebih
banyak, begitu pula kertas kerja yang harus dibuat juga lebih banyak. Tiap-
tiap cabang dari perusahaan itu mungkin akan diperiksa oleh auditor yang
sama atau mungkin auditor lain dari kantor akuntan publik yang sama.
Sehingga kertas kerja akan dibuat di tempat audit dan hasilnya dikirimkan ke
pusat untuk digabungkan dengan kertas kerja lainnya dan dikaji ulang oleh
auditor ketua sebelum auditor tersebut menyusun laporannya.
Dalam hal ini keseragaman dan kualitas yang baik dari kertas kerja
tersebut merupakan hal yang sangat penting. Audit pada dasarnya tidak dapat
diselesaikan di kantor klien dan biasanya laporan auditor diselesaikan
seluruhnya di kantor akuntan. Maka kertas kerja mempunyai peranan yang
penting bagi auditor dalam mengkaji ulang atau mereview pekerjaan yang
dilakukan di masing-masing cabang perusahaan kliennya.
Sebagai dasar penyusunan laporan audit
Kertas kerja akan mempermudah penyusunan laporan auditor karena
kertas kerja merupakan sumber data atau bahan penyusunan laporan tersebut.
Bentuk dari kertas kerja itu akan berbeda-beda tergantung pada tujuan dan
luasnya audit. Namun demikian data tentang penemuan-penemuan penting dan
rekomendasi-rekomendasi, yang biasanya merupakan hal yang sangat penting
baik dalam penyusunan laporan khusus (hasil investigasi) maupun pada
laporan bentuk pendek dan bentuk panjang, harus tersedia atau
didokumentasikan pada suatu kertas kerja, dan dari kertas kerja inilah auditor
menyusun laporannnya. Karena hasil akhir hampir dari semua jenis audit
adalah laporan auditor yang disusun berdasarkan dengan apa yang ada pada
kertas kerja audit. Maka sudah selayaknya jika kertas kerja itu harus dirancang
dan dibuat dengan sebaik-baiknya.
Sebagai pendukung pendapat auditor
Laporan auditor disusun berdasarkan kertas kerja audit, ini berarti
bahwa kertas kerja merupakan alat untuk membuktikan dan menjelaskan
kesimpulan-kesimpulan yang ada pada laporan tersebut. Pada suatu ketika
kemungkinan auditor diminta oleh pengadilan untuk memberikan kesaksian
mengenai peristiwa keuangan kliennya atau mungkin dia diminta untuk
mempertahankan tentang ketelitian atau kewajaran laporan tersebut. Dalam
hal lain, auditor setelah memahami pengendalian intern kliennya dia akan
menyusun surat rekomendasi kepada manajemen tentang pengendalian intern
tersebut. Dalam mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang ada pada suatu
pengendalian intern, demikian juga dalam menyusun rekomendasi
perbaikannya auditor akan menggunakan kertas kerja audit sebagai sumber
informasi yang utama.
Dalam kaitannya dengan tujuan kertas kerja audit ini, Arens secara lebih
spesifik menjelaskan tujuan-tujuan tersebut sebagai berikut:
Selain tujuan-tujuan di atas, kertas kerja audit juga dapat digunakan sebagai:
Rencana audit, program audit, daftar pertanyaan (untuk memahami dan menilai
pengendalian intern), flow chart, dan agenda atau jadwal waktu audit.
Kertas kerja neraca saldo (working trial balance), skedul utama (lead schedule),
skedul pendukung (supporting schedul).
Jurnal-jurnal penyesuaian dan pengklasifikasian kembali (adjusment and
reklasification entries).
Analisis, dan kertas kerja hasil perhitungan auditor (computational working
papers).
Salinan keterangan atau notulen rapat dan catatan-catatan atau dokumen
lainnnya.
Surat pernyataan klien atau dari penasihat hukum klien.
Rancangan atau konsep laporan auditor dan laporan keuangan yang telah
diperiksa dapat dipertimbangkan juga sebagai kertas kerja.
Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur
tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe
bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Dalam
program audit, auditor menyebutkan prosedur audit yang harus diikuti dalam
melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan keuangan, tanggal
dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukan indeks kertas kerja yang
dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang
bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerja audit.
Program audit dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan
untuk melaksanakan audit beserta komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior
yang akan ditugasi, taksiran jam yang akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan
auditor yang berperan sebagai supervisor dapat mengikuti program audit yang sedang
berlangsung.
Adalah suatu daftar tentang saldo-saldo akun-akun buku besar tahun yang
diperiksa dan tahun sebelumnya, ditambah juga kolom-kolom untuk penyesuaian
auditor serta reklasifikasi maupun jumlah-jumlah akhir yang akan muncul dalam
laporan keuangan yang telah diaudit. Kerrtas kerja ini merupakan daftar utama yang
mengawasi atau meringkas semua kertas kerja pendukung. Jumlah kolom-kolom yang
harus ada akan berbeda-beda tergantung kebutuhan dan pandangan dari masing-
masing auditor, namun demikian, pada umumnya kolom-kolom kertas kerja neraca
saldo adalah sebagai berikut:
Referensi Nama Akun Saldo Tahun Saldo akhir Penyesuaian Saldo per
Kertas Kerja Lalu per buku dan Audit
besar reklasifikasi
Dalam suatu audit, pada umumnya klien diminta untuk membuat neraca saldo
setelah jurnal penyesuaian dibukukan atau dipostingkan. Namun demikian sebelum
auditor yang bersangkutan menerima neraca saldo tersebut sebagai kertas kerjanya
maka dia harus menelusuri (tracing) jumlah-jumlah tersebut ke buku besarnya sebagai
bukti bahwa semua akun-akun buku besar telah dimasukkan dalam neraca saldo
tesebut. Jika auditor menemukan adanya ketidakseimbangan dalam buku besar, maka
dia biasanya meminta kliennya untuk mencarikan atau menemukan sebab-sebab
ketidakseimbangan tersebut, maka hal ini harus disadari oleh klien bahwa tugas ini
diluar tugas audit dan harus dibebani sebagai jasa auditor yang bersangkutan.
Auditor harus selalu mengecek bahwa semua jurnal penyesuaian kembali itu
dicatat oleh kliennya pada akun-akun yang bersangkutan, jika tidak laporan keuangan
yang disajikan dalam laporan auditor akan tidak sama dengan catatan akuntansi
kliennya. Disamping penggolongan kertas kerja audit seperti tersebut diatas, ada juga
yang hanya mengklasifikasikan kertas kerja audit itu menjadi dua grup lainnya yaitu
(1) Skedul utama dan (2) Skedul Pendukung.
Skedul Utama (grouping sheet, lead schedule, summary schedule)
Kertas kerja neraca saldo biasanya untuk klien kecil dalam arti hanya
mempunyai beberapa rekening buku besar. Untuk klien yang besar mempunyai akun
buku besar yang cukup banyak, maka metode kertas kerja neraca saldo sulit untuk
digunakan. Hal ini disebabkan banyaknya akun-akun buku besar yang harus
digabungkan menjadi satu angka atau satu rekening dalam penyajian laporan
keuangan yang telah diperiksa auditor. Teknik grouping sheet atau skedul utama
dirancang untuk mengatasi kelemahan kertas kerja neraca saldo tersebut.
Skedul utama adalah kertas kerja audit dengan kolom-kolom sama dengan
kertas kerja neraca saldo. Kertas kerja skedul utama ini dibuat untuk menggabungkan
akun-akun kas kecil, kas di bank, kas di bank untuk upah, kas di bank untuk dividen,
dan sebagainya. Jurnal-jurnal penyesuaian dan reklasifikasi yang dibuat oleh auditor
yang diterima oleh klien harus dipostingkan pada masing-masing skedul utama,
semua kolom-kolom pada skedul utama dijumlahkan, kemudian jumlah tersebut
direkapitulasi pada kertas kerja neraca atau kertas kerja laporan laba rugi.
Merupakan daftar atau skedul yang dibuat oleh auditor untuk mendukung
suatu jumlah yang ada dalam laporan keuangan. Sebagian besar dari kertas kerja
merupakan skedul pendukung, sehingga skedul yang digunakan akan bermacam-
macam tipenya sesuai dengan keadaan dan tujuan audit dan berbagai aspek yang
diperlukan untuk mendokumentasikan ataupun menunjukkan luasnya audit untuk
memenuhi tujuan-tujuan lain dari kertas kerja tersebut. Jenis-jenis skedul pendukung
yang sering digunakan oleh auditor pada umunya adalah sebagai berikut:
Antara kertas kerja yang satu dengan kertas kerja yang lain pada dasarnya
saling berkaitan dan kertas kerja tersebut akhirnya akan mendukung informasi atau
data yang disajikan dalam laporan keuangan.
Sistem atau metode pengarsipan kertas kerja yang berlaku atau digunakan
akan berbeda-beda antara kantor akuntan yang satu dengan kantor akuntan yang lain.
Namun pada umumnya sistem pengarsipan kertas kerja dibagi menjadi arsip
permanen dan arsip tahun berjalan.
Arsip Permanen
Merupakan kumpulan data permanen atau kertas kerja audit yang
diperlukan secara terus-menerus atau yang bermanfaat untuk audit tahun-tahun
berikutnya, atau berisi data historis yang sifatnya dapat digunakan secara terus
menerus dalam audit tahun-tahun berikutnya.
Tujuan dari arsip permanen antara lain adalah (a) menyediakan data
historis keuangan perusahaan, (b) menyediakan referensi untuk hal-hal yang
berlangsung terus-menerus dan terjadi berulang-ulang, (c) mengurangi
pekerjaan pembuatan kertas kerja baru untuk hal-hal yang tidak ada
perubahannya dan (d) menyediakan data bagi audit tahun-tahun yang akan
datang.
Sebagian besar informasi-informasi yang termasuk dalam arsip
permanen ini diperoleh selama audit yang pertama kali terhadap catatan
kliennya. Informasi yang termasuk dalam arsip permanen ini antara lain
adalah sebagai berikut:
Ikhtisar atau salinan (copy) dari dokumen-dokumen perusahaan yang
selalu diperlukan oleh auditor, misalnya: anggaran dasar atau akte
pendirian, surat perjanjian atau kontrak-kontrak dengan pihak lain yang
meliputi rencana pension, sewa jangka panjang, kontrak pembangunan
jangka panjang, notulen rapat pemegang saham, rapat direksi atau rapat-
rapat komisi lainnya, hasil pemahaman struktur pengendalian intern.
Dokumen tersebut sangat penting untuk auditor dan mempengaruhi
auditnya beberapa tahun.
Analisa akun tahun-tahun sebelumnya yang masih dianggap penting bagi
auditor yang bersangkutan, misalnya akun aktiva tetap, goodwill, utang
jangka panjang, modal dan sebagainya,. Dengan demikian informasi
mengenai hal-hal tersebut dimasukkan dalam arsip permanen akan
memungkinkan bagi auditor hanya memperhatikan dan menganalisa
perubahan-perubahan yang terjadi pada masing-masing akun yang
bersangkutan.
Informasi yang berhubungan dengan hasil evaluasi dan penilaian tentang
sistem pengendalian intern, yang meliputi bagan organisasi, luasnya
wewenang dan tanggung jawab masing-masing fungsionaris, flowchart,
daftar pertanyaan, dan informasi mengenai pengendalian intern lainnya
termasuk kesimpulan auditor mengenai kebaikan dan kelemahan dari
pengendalian intern tersebut.
Hasil pengujian analisis dari audit tahun sebelumnya, antaranya adalah
ratio-ratio dan presentase yang dihitung oleh auditor. Informasi ini
berguna bagi auditor untuk menentukan adanya perubahan-perubahan
yang luar biasa yang terjadi pada tahun yang diaudit yang memerlukan
penelitian lebih intensif.
Salinan daftar pemegang saham, contoh lembaran saham dan obligasi,
pedoman pembukuan termasuk daftar dan kode rekening, catatan
mengenai prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan, dan tembusan
laporan auditor tahun-tahun sebelumnya.
Tata letak atau layout pabrik, proses produksi dan daftar barang-barang
utama yang dihasilkan oleh perusahaan klien, dan artikel-artikel dalam
majalah atau surat kabar yang ada kaitannya dengan perusahaan klien.
Untuk mencapai mutu kertas kerja yang baik seperti yang diharapkan, maka
berikut uraian pedoman dasar pembuatan kertas kerja:
a. Setiap kertas kerja harus bertujuan, dalam arti bahwa sebelum auditor yang
bersangkutan membuat kertas kerja terlebih dahulu ditetapkan tujuan yang
ingin dicapai, informasi yang ingin dikumpulkan dalam kertas kerja yang
bersangkutan, kemudian merencanakan atau merancang bentuk atau format
kertas kerja tersebut.
b. Setiap topik dibuatkan kertas kerja tersendiri dan hanya satu muka yang
digunakan (tidak bolak-balik), hal ini dengan tujuan untuk menghindari
adanya informasi penting yang tercatat di halaman sebaliknya yang
terlewatkan oleh pengkaji.
c. Adanya identitas yang benar untuk setiap kertas kerja terutama mengenai judul
kertas kerja. Kertas kerja tersebut harus mencantumkan nama perusahaan
klien, tanggal audit, periode yang tercakup, penjelasan atau uraian mengenai
informasi yang disajikan, uraian mengenai prosedur uraian yang telah
dilakukan, serta adanya tanda tangan atau paraf dari pembuat kertas kerja.
d. Setiap kertas kerja harus diberi indek atau indek silang terhadap kertas kerja
neraca saldo atau skedul pertama yang bersangkutan. Jika memang diperlukan
maka diberi pula indek atau indek silang di antara kertas kerja satu terhadap
kertas kerja lainnya.
e. Semua langkah-langkah atau prosedur audit yang telah dilakukan harus
dinyatakan pada kertas kerja yang bersangkutan dan atau pada catatan
akuntansi perusahaan klien. Misalnya pengkajian atau review terhadap faktur
pembelian yang telah dibayar, dapat didukung dengan audit terhadap order
pembelian dan dokumen penerimaan barang untuk menguatkan atau
membuktikan kebenaran dan keabsahan dari faktur-faktur yang diperiksanya.
f. Dalam kertas kerja harus termasuk pula komentar auditor yang mencerminkan
kesimpulan terhadap setiap aspek pekerjaan. Dengan kata lain semua
informasi atau bukti yang diperoleh selama melakukan audit harus dituangkan
dalam suatu kertas kerja.
g. Hindarilah pekerjaan menulis kertas kerja kembali karena hal ini hanya akan
membuang waktu dan menambah biaya audit.
h. Kertas kerja yang sudah selesai pekerjaannya harus disimpan tersendiri dan
terpisah dengan kertas kerja yang belum selesai segera setelah kertas kerja
tersebut diselesaikan.
\/ letakkan symbol ini disamping kanan angka - angka dalam suatu jurnal, untuk
menunjukkan bahwa angka tersebut telah ditelusuri atau ditrasir dan dibandingkan
dengan dokumen dasar, misalnya dengan faktur.
\I\ letakkan symbol ini dibawah suatu penjumlahan horizontal atau vertikal, hal
ini untuk menunjukkan bahwa telah dilakukan penjumlahan kembali terhadap jumlah-
jumlah tersebut baik ke bawah atau ke kanan.
\/\/ letakkan symbol ini di samping suatu jumlah dalam rekening buku besar untuk
menunjukkan bahwa telah dilakukan penelusuran ke buku jurnalnya.
= letakkan tanda “sama dengan” ini dibawah suatu jumlah total dalam suatu
kolom penjumlahan untuk menunjukkan bahwa jumlah tersebut telah sama dengan
jumlah-jumlah pendistribusiannya.
ᴼ letakkan tanda atau simbol ini disamping suatu nilai tiap cek yang masih
beredar (outsanding check) yang tercatat pada check register untuk menunjukkan
bahwa jumlah-jumlah telah didaftar pada rekonsiliasi bank.
$ simbol ini untuk menunjukkan bahwa suatu jumlah tersebut telah dibuatkan
perinciannya.
/- simbol ini di letakkan di samping angka tembusan bukti setoran bank untuk
menunjukkan atau menyatakan bahwa angka tersebut telah dicocokan dengan buku
penerimaan kas.
? simbol “tanda tanya” ini di samping kanan suatu angka atau komentar untuk
menyatakan bahwa angka atau komentar tersebut masih diragukan kebenarannya atau
perlu penjelasan lebih lanjut.
8. Pemberian Indek
Setiap kertas kerja harus diberi indek, subindek atau indek silang secara
lengkap dan sistematis baik selama atau setelah audit maupun kesimpulan. Pemberian
indek ini dimaksudkan untuk mempermudah pengarsipan dan pencarian kembali
terhadap kertas kerja tersebut bila sewaktu-waktu diperlukan.
Metode I, yaitu dengan memberi nomer urut pada setiap kertas kerja utama
atau skedul utama dan memberi sub-nomor pada skedul pendukung.
Contoh :
7 Skedul Utama Piutang Usaha dan Piutang Wesel
7-1 Piutang Usaha
7-2 Piutang Wesel
7-3 Cadangan Kerugian Piutang
Metode II, yaitu dengan menggunakan kode huruf alphabet untuk skedul
utama, diikuti dengan angka untuk skedul pendukung. Jika untuk skedul utama
kehabisan huruf maka dapat digunakan dobel huruf.
Contoh :
A Skedul Utama Piutang Usaha dan Piutang Wesel
A-1 Piutang Usaha
A-2 Piutang Wesel
A-3 Cadangan Kerugian Piutang
Metode III, dalam metode ini sangat mudah yaitu hanya dengan menggunakan
nomor urut untuk setiap kertas kerja akun tertentu sesuai dengan urutan
penyajiannya dalam laporan keuangan.
Contoh :
1 Kas
2 Kas Bank
3 Kas Kecil
Program Audit
PT BAHAGIA
Working Trial Balance
31 Desember 2012
No. Akun Nama Akun Indeks Kertas Saldo Adjustment Saldo
Kerja Menurut Setelah
Buku Adjustment
100 Kas F 14.000.000 500.000 15.000.000
110 Piutang G 55.000.000 (10.000.000) 45.000.000
Adjusment and Reklasification Entries :
PT BAHAGIA
Ringkasan Jurnal Adjustment
31 Desember 2012
Debit Kredit
Jurnal Adjustment #1
450 Hasil Penjualan
111 Piutang Dagang 6.000.000
Untuk mengoreksi penjualan konsinyasi 6.000.000
yang barangnya belum laku dijual pada
tanggal neraca
Jurnal Adjustment #2
210 Investasi 4.000.000
112 Piutang Wesel 4.000.000
Koreksi investasi dalam wesel tagih
yang dicatat sebagai piutang wesel
Skedul Utama :
PT BAHAGIA
Piutang
31 Desember 2012
No. Nama Akun Indeks Saldo Menurut Adjustment Saldo
Akun Kertas Buku Setelah
Kerja Adjustment
111 Piutang Dagang G-1 41.000.000 (6.000.000) 35.000.000
112 Piutang wesel G-2 19.000.000 (4.000.000) 15.000.000
113 Piutang Lain G-3 2.000.000 2.000.000
114 Cad Kerugian Piutang G-4 (7.000.000) (7.000.000)
55.000.000 (10.000.000) 45.000.000
Skedul Pendukung :
PT BAHAGIA
Piutang Wesel
31 Desember 2012
Jangka Waktu
Pembuat Dari Sampai Saldo
Wesel
Eliona Sari 12/09/2011 12/01/2012 10.000.000
Rissa Rimendi 15/11/12011 15/02/2012 5.000.000 √
Oki Sasongko 14/02/2011 14/02/2012 4.000.000 √
Jumlah 19.000.000 √√
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kertas kerja adalah semua catatan tentang informasi atau bukti yang
dikumpulkan auditor untuk menunjukkan pekerjaan yang telah mereka lakukan, metode
dan prosedur yang mereka ikuti dan kesimpulan-kesimpulan yang telah mereka
lakukan. Dengan kertas kerja tersebut auditor menyusun laporannya kepada klien, serta
membuktikan luas auditnya dan membuktikan kemampuan profesionalnya dalam
melaksanakan audit.
Tujuan utama kertas kerja adalah (a) sebagai alat koordinasi (b) sebagai alat
pengkajian (c) sebagai dasar penyusunan laporan audit (d) sebagai pendukung pendapat
auditor. Pada umumnya kertas kerja audit dapat dikategorikan beberapa golongan yaitu
program audit, kertas kerja neraca, jurnal penyesuaian dan reklasifikasi, skedul utama,
dan skedul pendukung.
Selain itu, hubungan antara kertas kerja yang satu dengan kertas kerja yang lain
pada dasarnya saling berkaitan dan kertas kerja tersebut akhirnya akan mendukung
informasi atau data yang disajikan dalam laporan keuangan. Dan sistem pengarsipan
kertas kerja dibagi menjadi dua yaitu arsip permanen dan arsip tahun berjalan.
Untuk mencapai mutu kertas kerja yang baik seperti yang diharapkan, maka
berikut uraian pedoman dasar pembuatan kertas kerja yaitu setiap kertas kerja harus
bertujuan, setiap topik dibuatkan kertas kerja tersendiri, adanya identitas yang benar,
setiap kertas kerja harus diberi indek atau indek silang, semua langkah-langkah atau
prosedur audit yang telah dilakukan harus dinyatakan pada kertas kerja yang
bersangkutan, dalam kertas kerja harus termasuk pula komentar auditor yang
mencerminkan kesimpulan terhadap setiap aspek pekerjaan, hindarilah pekerjaan
menulis kertas kerja kembali, kertas kerja yang sudah selesai pekerjaannya harus
disimpan tersendiri dan terpisah dengan kertas kerja yang belum selesai.
Selain itu, setiap kertas kerja harus diberi indek, subindek atau indek silang
secara lengkap dan sistematis baik selama atau setelah audit maupun kesimpulan.
Pemberian indek ini dimaksudkan untuk mempermudah pengarsipan dan pencarian
kembali terhadap kertas kerja tersebut bila sewaktu-waktu diperlukan.
Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang
disusun oleh auditor sendiri maupun yang disusun oleh klien untuk auditor, adalah
milik auditor (akuntan publik). Oleh karena itu semua kertas kerja tersebut harus
disimpan oleh auditor dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan secara teratur sesuai
dengan urutan yang logis.
B. SARAN
Perlakuan secara hukum yang tegas terhadap semua kegiatan audit beserta
auditornya dan juga terhadap subjek auditnya sangatlah diperlukan. Hal ini dapat
mengurangi tingkat kecurangan yang terjadi dalam proses audit dan juga untuk menjaga
kualitas laporan dan opini hasil auditnya sehingga para pengguna informasi atau para
pihak luar khususnya investor maupun nasabah bank beserta pengawasnya tidak akan
tertipu dengan kecurangan yang sangat merugikan setiap keputusan investasi pihak luar
tersebut.
Proses audit baiknya tidak hanya dilakukan oleh akuntan publik secara
independen penuh akan tetapi harus melibatkan pihak berwenang yang berfungsi
sebagai pengawas audit yang mempunyai kewenangan hukum yang diharapkan sebagai
salah satu pengendalian mutu.
DAFTAR PUSTAKA