Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan
catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat
penting dalam profesi akuntan public. Dalam proses auditnya, auditor harus
mengumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti.

Auditor membuat kertas kerja untuk mendukung simpulan dan pendapatnya


atas laporan keuangan auditan, serta untuk kepentingan pengumpulan dan
pembuatan bukti. SA Seksi 339 kertas kerja memberikan panduan bagi auditor
dalam penyusunan kertas kerja dalam audit atas laporan keuangan atau perikatan
audit lainnya, berdasarkan seluruh standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia.

Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan media yang digunakan auditor untuk
mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan dokumen yang dikumpulkan dan
simpulan yang dibuat auditor dalam setiap tahapan audit. Kertas kerja audit akan
berfungsi mendukung laporan hasil audit. Begitu pentingnya KKA ini sehingga
KKA harus dijaga mutunya melalui proses review secara berjenjang.

II. Rumusan Masalah


1) Bagaimana kertas kerja audit ?
2) Apa tujuan pembuatan kertas kerja?
3) Apa isi kertas kerja?
4) Bagaimana penyusunan dokumen audit?

III. Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui definisi kertas kerja
2) Untuk mengetahui tujuan pembuatan kertas kerja
3) Untuk mengetahui kertas kerja
4) Untuk mengetahui penyusunan dokumen audit

1
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pendokumentasian (Kertas Kerja) Audit


Standar audit (SA) 230 berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun
dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan. Menurut standar tersebut
yang dimaksud dengan dokumentasi audit adalah dokumentasi atas prosedur audit yang
telah dilakukan, bukti audit yang relevan yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik.
Dokumentasi audit harus mencakup semua informasi yang dipandang perlu oleh auditor
untuk memenuhi pelaksanaan audit dan menjadi pendukung atas laporan audit. Auditor
harus mengumpulkan berbagai jenis bukti untuk mendukung kesimpulan hasil audit yang
disajikannya dalam laporan hasil audit. Bukti yang dikumpulkan itu harus
didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi audit sering disebut juga kertas kerja audit,
tetapi di era tehnologi informasi sekarang ini, dokumentasi audit seringkali berbentuk file-
file berkomentar, sehingga istilah dokumentasi audit dipandang lebih tepat.

Kertas kerja didefinisikan sebagai catatan-catatan yang diselenggarakan oleh


auditor mengenai prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang
diperoleh, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan pelaksanaan penugasan audit
yang dilakukan.

II. Tujuan Dokumentasi Audit


Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam mendapatkan
jaminan yang layak bahwa audit telah dilaksanakan secara memadai sesuai dengan standar
auditing. Secara lebih spesifik, dokumentasi audit memberikan:
 Dukungan bagi Laporan Audit

Auditor harus memutuskan tipe laporan yang tepat untuk diterbitkan.


Basis keputusan ini adalah bukti audit yang dikumpulkan dan kesimpulan yang
dicapai dan terdokumentasi dalam kertas kerja. Kertas kerja juga
mendokumentasi bahwa ruang lingkup audit telah memadai untuk laporan yang
diterbitkan. Informasi kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi
berlaku umum juga dimasukkan dalam kertas kerja.
 Perencanaan, Pelaksanaan, dan Supervisi Audit

Kertas kerja mendokumentasikan kepatuhan auditor pada standar


auditing. Secara khusus, kertas kerja mendokumentasikan ketaatan auditor
dengan standar pekerjaan lapangan. Perencanaan perikatan, bersama dengan

2
eksekusi rencana audit, dimuat dalam kertas kerja. Kertas kerja juga merupakan
titik fokus untuk meninjau pekerjaan asisten dan peninjau pengendalian kualitas.

III. Isi Kertas Kerja Audit


Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari perencanaan
sampai dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiri dari: program audit, hasil
pemahaman terhadap pengendalian intern, analisis, surat konfirmasi, pernyataan dari klien,
salinan/copy dari dokumen yang dikumpulkan dan daftar atau komentar yang dibuat atau
diperolehauditor.

IV. Contoh Dokumentasi Audit


Dokumentasi audit memiliki berbagai macam tipe. Dokumentasi audit yang umum
meliputi rencana dan program audit, daftar saldo pemeriksaan, analisis dan daftar akun,
memo audit, dan jurnal penyesuaian dan reklasifikasi.
 Rencana dan Program Audit
Rencana audit memuat strategi yang akan diikuti auditor dalam
melaksanakan audit. Dokumen ini menguraikan pemahaman auditor atas klien dan
risiko audit potensial. Rencana audit memuat kerangka dasar bagaimana sumber
daya audit (jam audit yang dianggarkan) akan dialokasi pada berbagai bagian dalam
perikatan. Program audit memuat prosedur audit yang akan dilaksanakan oleh
auditor. Secara umum, setiap proses bisnis dan saldo akun memiliki satu program
audit yang terpisah.

 Neraca Saldo
Neraca saldo menghubungkan jumlah dalam laporan keuangan ke kertas
kerja audit.
 Analisis dan Daftar Akun

Analisis kertas kerja umumnya memuat aktivitas dalam suatu akun tertentu
selama periode terkait. Sebagai contoh, auditor mungkin memperoleh daftar
seluruh jumlah utang pada vendor yang menyusun saldo utang akhir tahun. Daftar
ini akan merepresentasi neraca saldo dari faktur vendor terutang.
 Memorandum Audit

Banyak pekerjaan auditor didokumentasi dalam memorandum tertulis. Ini


meliputi pembahasan terkait hal-hal seperti pengendalian internal, observasi
persediaan, kesalahan yang diidentifikasi, dan masalah yang ditemui selama audit.
 Jurnal Penyesuaian dan Reklasifikasi

3
Dokumentasi audit harus juga memasukkan jurnal penyesuaian dan
reklasifikasi yang diidentifikasi oleh auditor atau klien. Jurnal penyesuaian dibuat
untuk mengoreksi salah saji dalam catatan klien. Sebagai contoh, jika auditor
menemukan bahwa akun persediaan tertentu dinilai secara tidak tepat, satu jurnal
penyesuaian akan diajukan untuk mengoreksi jumlah rupiah salah saji tersebut.
Jurnal penyesuaian dipindahbukukan, baik dalam catatan klien dan daftar saldo
pemeriksaan.

Jurnal reklasifikasi dibuat untuk menyajikan informasi secara tepat dalam


laporan keuangan. Suatu entri reklasifikasi mempengaruhi akun laporan laba rugi
atau laporan posisi keuangan, namun tidak keduanya sekaligus. Sebagai contoh,
jurnal reklasifikasi mungkin perlu untuk menyajikan bagian utang jangka panjang
sebagai utang lancar.

V. Format Dokumentasi Audit


Dokumentasi audit bisa disiapkan dalam bentuk kertas dan elektronik. Kebanyakan
auditor sekarang menggunakan komputer personal dan memiliki program dokumentasi
elektronik. Baik dokumentasi audit yang dipersiapkan secara manual ataupun elektronik,
format umumnya memiliki tiga karakteristik umum

1) Judul
Semua dokumentasi audit harus memiliki judul yang baik. Judul seharusnya
meliputi nama klien, judul kertas kerja, dan tanggal akhir tahun klien.

2) Pemberian Indeks dan Lintas-Referensi


Proses pemberian indeks dan lintas-referensi menyediakan jejak dari
laporan keuangan ke dokumen audit individual yang mudah diikuti peninjau.

3) Tanda Centang
Auditor menggunakan tanda centang untuk mendokumentasi pekerjaan
yang dilakukan. Tanda centang merupakan notasi yang dibuat auditor dekat atau di
sebelah suatu bagian atau jumlah dalam satu dokumen audit. Simbol tanda centang
secara umum dijelaskan atau didefinisi pada akhir dokumen audit, meskipun
banyak perusahaan menggunakan suatu set tanda centang terstandar. Dalam contoh
dokumentasi ini, tanda centang mengindikasi bahwa auditor telah menguji tagihan
yang dikirim kepada klien oleh pihak yang dibayar untuk jumlah dan deskripsi yang
benar.

VI. Persyaratan Kertas Kerja Audit

4
Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlian professional dari
auditor yang menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan tugasnya
akan menghasilkan kertas kerja yang bermanfaat. Agar bermanfaat. Kertas kerja harus
lengkap, teliti, ringkas, jelas, dan rapi.

1) Kertas kerja yang lengkap:


a) Berisi semua informasi utama, artinya semua informasi penting harus
dicantumkan dalam kertas kerja.
b) Tidak memerlukan penjelasan tambahan. Auditor harus mempertimbangkan
bahwa kertas kerja akan direview dan digunakan oleh seniornya untuk
penyusunan laporan dan review hasil audit.
2) Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga
bebas dari kesalahan.
3) Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan relevan
dengan tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data yang tidak perlu.
4) Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis,
penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
5) Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja diperlukan
untuk mempermudah ketua tim dan surpervisor mereview hasil pekerjaan dan
menyusun laporan hasil audit.

VII. Pemilik File Audit


Dokumen audit yang dibuat auditor selama audit berlangsung, termasuk daftar-
daftar yang dibuat klien untuk keperluan auditor adalah milik auditor. Tidak seorangpun
berhak untuk melihat isi dokumen tersebut (termasuk klien) selain auditor beserta tim
auditnya, kecuali bila auditor diajukan ke pengadilan berkaitan dengan audit yang
bersangkutan. Setelah audit selesai, file audit disimpan oleh auditor untuk kepentingan
pertanggungjawaban di masa yang akan datang serta untuk mempersiapkan audit tahun
berikutnya.

VIII. Kerahasiaan File Audit


Auditor wajib merahasiakan file audit yang berisi data klien. Hal ini berkaitan
dengan Prinsip Kerahasiaan yang harus dipedang teguh oleh auditor sebagaimana
ditetapkan dalam Seksi 140 Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Beberapa hal penting yang
berkaitan dengan Prinsip Kerahasiaan dikutip di bawah ini.

 140.1 Prinsip Kerehasiaan mewajibkan setiap Praktisi untuk tidak melakukan


tindakan-tindakan sebagai berikut:
a) Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
hubungan professional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau
Jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali

5
jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan
hukun atau peraturan lainnya yang berlaku, dan
b) Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
hubungan professional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau
pihak ketiga.

 140.2 Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
lingkungan sosialnya.

 140.4 Setiap Praktisi harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi


terjaga dalam KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja.

Selama audit berlangsung, auditor mengumpulkan berbagai informasi


diantaranya bersifat rahasia, seperti misalnya gaji para direksi, penetapan harga jual, data
biaya produksi, serta bersifat rahasia lainnya. Apabila auditor membocorkan informasi
semacam itu kepada pihak luar atau kepada karyawan perusahaan klien, maka dapat
mengganggu hubungan baik dengan manajemen. Selain itu, apabila karyawan klien
mempunyai akses atas file audit, maka akan memberi kesempatan kepada mereka untuk
mengubah isi file audit. Oleh karena itu, auditor harus menjaga kerahasiaan dengan
seksama setiap saat.

IX. Jangka Waktu Pengarsipan


Standar audit (SA 230 – Para A. 23) mewajibkan KAP untuk menetapkan suatu
kebijakan dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen audit. Batas waktu
penyimpanan tidak boleh kurang dari 5 tahun sejak tanggal yang lebih dari (1) laporan
auditor atas laporan keuangan entitas, atau (2) laporan auditor atas laporan keuangan
konsolidasian dan anak perusahaan. Kebijakaan kertas kerja atau file audit pada perusahaan
privat minimum selama 5 tahun.

 Arsip Permanen
Arsip permanen berisi data historis dan data yang bersifat berkelanjutan.
File-file ini merupakan sumber informasi tentang berbagai hal dalam audit yang
berlaku dari tahun ke tahun. Arsip permanen biasanya meliputi hal-hal berikut:

 Ringkasan atau copy dokumen-dokumen yang berlaku secara berkelanjutan


seperti misalnya anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan perjanjian
obligasi
 Analisis akun-akun tertentu dari tahun-tahun yang lalu yang berpengaruh
terhadap auditor. Akun-akun semacam itu misalnya, utang jangka panjang,
ekuitas pemegang saham, good will, dan aset tetap. Dengan adanya
informasi ini dalam arsip permanen, akan membantu auditor untuk lebih
berkonsentrasi pada perubahan yang terjadi selama tahun yang diperiksa.
6
 Informasi yang berhubungan dengan pemahaman tentang pengendalian
internal dan penilaan risiko pengendalian. Meliputi bagan organisasi, bagan
alir prosedur pengendalian, daftar pertanyaan, dan informasi pengendalian
internal lainnya.
 Hasil prosedur analitis dari tahun-tahun yang lalu. Data ini antara lain
meliputi rasio-rasio dan persentase-persentase yang dihitung oleh auditor
serta total saldo atau saldo per bulan untuk akun-akun tertentu. Informasi ini
berguna untuk membantu auditor dalam menentukan apakah terdapat
perubahan tidak lazim dalam saldo akun tahun ini yang memerlukan
penyelidikan lebih intensif.

 Arsip Tahun Berjalan


Arsip tahun berjalan (arsip tahun yang diperiksa) meliputi semua dokumen
yang bersangkutan dengan tahun berjalan atau tahun yang diperiksa. Dalam arsip
terdapat satu arsip permanen untuk setiap klien dan seperangkat arsip tahun
berjalan untuk setiap tahun yang diperiksa. Berikut adalah jenis-jenis informasi
yang termasuk dalam arsip tahun berjalan.

1. Program Audit

Program audit biasanya ditempatkan dalam file terpisah untuk


meningkatkan koordinasi dan mengintegrasikan semua bagian audit,
meskipun ada juga kantor akuntan yang mencantumkan satu copy program
audit pada setiap bagian audit dalam dokumen audit. Standar Auditing
mengharuskan adanya program audit tertulis untuk setiap audit.

Sejalan dengan perkembangan audit, setiap auditor memberi paraf


atau mencantumkan tandatangan elektronis dalam program audit untuk
prosedur yang telah dilaksanakan dan mencantumkan tanggal
pelaksanaannya. Pencantuman program audit yang dirancang dengan baik
dalam file audit menjadi bukti terlaksananya audit berkualitas tinggi.

2. Informasi Umum
File audit biasanya memuat informasi dari tahun berjalan yang
bersifat umum, seperti rencana audit (audit planning), ringkasan atau
salinan notulen rapat dewan komisaris, ringkasan dari kontrak-kontrak atau
perjanjian yang tidak tercantum dalam arsip permanen, catatan hasil diskusi
dengan klien, komentar hasil review supervisor, dan kesimpulan umum.

3. Working Trial Balance


Dasar penyusunan laporan keuangan adalah buku besar, maka
jumlah-jumlah yang tercantum dalam catatan tersebut merupakan hal yang

7
sangat penting dalam audit. Segera setelah akhir tahun buku, auditor
membuat daftar yang berisi saldo dari semua akun yang ada di buku besar.
Daftar ini disebut working trial balance. Bisa juga digunakan program
perangkat lunak sehingga auditor bisa mengunduh saldo akhir buku besar
klien ke file working trial balance.
Teknik yang umum dipakai oleh kebanyakan kantor akuntan dalam
membuat working trial balance adalah menggunakan format yang saa
dengan laporan keuangan. Setiap baris dalam trial balance didukung oleh
satu daftar utama (lead schedule)yang berisi detil dari akun sampai akun
menunjukkan saldo akhirnya. Selanjutnya setiap akun sebagaimana
tercantum dalam daftar utama, didukung oleh daftar yang merupakan
pendukung yang menunjukkan pekerjaan pengauditan yang telah dilakukan
dan kesimpulan yang dicapai. Sebagai contoh, hubungan antara kas
sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan, working trial balance,
daftar utama kas, dan daftar pendukung dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar Hubungan antara Dokumentasi Audit dengan Laporan Keuangan

8
4. Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Reklasifikasi
Apabila auditor menemukan kesalahan penyajian material dalam catatan
akuntansi, maka laporan keuangan harus dikoreksi. Sebagai contoh, apabila klien
tidak secara tepat menurunkan nilai persedian akibat adanya persediaan bahan baku
yang sudah usang, auditor harus mengusulkan kepada klien untuk membuat
penyesuaian agar persediaan mencerminkan nilai bersih yang bisa direalisasi (net
realizable value).
Meskipun jurnal penyesuaian yang ditemukan dalam audit seringkali dibuat
oleh auditor, namun setiap ayat jurnal penyesuaian tersebut harus mendapat
persetujuan dari klien, karna penyajian laporan keuangan secara wajar merupakan
tanggungjawab manajemen.

9
Reklasifikasi seringkali dibuat dalam laporan agar laporan menyajikan
informasi secara tepat, walaupun angka dalam buku besar sudah benar. Contoh
reklasifikasi untuk penyajian di laporan keuanga adalah reklasikasi atas piutang
usaha bersaldo kredit ke utang usaha. Karena saldo piutang usaha di buku besar
sudah mencerminkan piutang usaha yang tepat dari sudut pandang operasi
perusahaan dari hari ke hari, maka ayat jurnal reklasifikasi tidak dimasukkan ke
dalam buku besar klien.
Hanya ayat-ayat jurnal penyesuaian dan jurnal reklasifikasi yang
berpengaruh signifikan terhadap penyajian secara wajar laporan keuangan yang
harus dicatat. Auditor memutuskan kapan suatu kesalahan penyajian material harus
disesuaikan dengan berlandaskan pada asas materialitas. Pada saat yang sama,
auditor juga harus menyadari bahwa sejumlah kesalahan penyajian tidak material
apabila digabung menjadi satu bisa berakibat material terhadap laporan keuangan
sebagai keseluruhan. Oleh karena itu, auditor biasanya membuat ikhtisar semua
ayat jurnal penyesuaian yang belum dicatat dalam ikhtisar terpisah sebagai cara
untuk menilai dampak kumulatifnya.

5. Daftar Pendukung
Bagian terbesar dari dokumen audit yaitu berupa daftar pendukung detil
yang dibuat oleh klien atau auditor sebagai pendukung atas angka-angka tertentu
yang tercantum dalam laporan keuangan. Auditor harus memilih tipe daftar yang
tepat untuk suatu aspek audit tertentu agar dapat mendokumentasikan kecukupan
audit dan untuk memenuhi tujuan-tujuan pendokumentasian audit lainnya.
Berikut adalah tipe-tipe datar pendukung:
a. Analisis
Sebuah analisis dirancang untuk menunjukkan aktivitas dalam sebuah akun
buku besar sepanjang periode yang diaudit, sebagai upaya untuk
menghubungkan saldo awal hingga menjadi saldo akhir. Tipe daftar semacam
ini biasanya digunakan untuk akun-akun seperti surat berharga, piutang wesel,
cadangan kerugian piutang, aset-aset tetap, utang jangka panjang, dan akun-
akun ekuitas. Pada umumnya, tipe-tipe ini memiliki referensi-silang ke file
audit yang lain.
b. Daftar Saldo
Tipe daftar ini berisi detil yang akhirnya menghasilkan saldo akhir dari
sebuah akun buku besar. Isi daftar ini berbeda dengan analis, karena daftar ini
hanya menunjukkan apa saja yang akhirnya menunjukkan saldo akhir akun
tertentu. Contoh: daftar saldo untuk mendukung akun piutang usaha, utang
usaha, beban reparasi dan pemeliharaan, dan pendapatan lain-lain. Gambar di
bawah ini menunjukkan contoh kertas kerja daftar saldo.

10
c. Rekonsiliasi jumlah-jumlah tertentu
Rekonsiliasi dibuat untuk mendukungjumlah-jumlah tertentu dan
biasanya dimaksudkan untuk mengubungkan suatu jumlah yang tercantum
dalam catatan klien dengan sumber informasi lainnya. Contoh: rekonsiliasi
saldo kas dengan laporan bank, rekonsiliasi saldo-saldo piutang usaha dalam
buku pembantu piutang usaha dengan jawaban konfirmasi dari debitur, dan
rekonsiliasi saldo-saldo di buku pembantu utang usaha dengan laporan dari
pemasok.

d. Uji Kewajaran

11
Daftar uji kewajaran, seperti tercermin dari namanya, berisi informasi
yang memungkinkan auditor mengevaluasi apakah saldo dalam pembukuan
klien mengandung kesalahan penyajian. Seringkali auditor melakukan
pengujian beban depresiasi atau cadangan kerugian piutang dengan melakukan
uji kewajaran. Pengujian ini merupakan suatu prosedur analitis yang utama.

e. Ringkasan pelaksanaan prosedur


Jenis daftar lainnya adalah meringkas hasil pelaksanaan dari suatu
prosedur audit tertentu. Daftar ini antara lain mendokumentasikan luasnya
pengujian yang telah dilakukan, kesalahan penyajian yang ditemukan, dan
kesimpulan auditor berdasarkan pengujian yang telah dilakukannya. Contoh
yang lazim dijumpai dalam pengauditan adalah ringkasan atau ikhtisar hasil
konfirmasi piutang, dan ringkasan hasil observasi persediaan.

f. Pemeriksaan dokumen pendukung


Berbagai daftar dengan tujuan khusus tertentu dirancang untuk
menunjukkan pengujian detil yang telah dilakukan, seperti misalnya
pemeriksaan dokumen dalam rangka pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi. Daftar-daftar tersebut tidak menunjukkan jumlah total,
dan tidak dihubungkan ke buku besar karena tujuannya adalah menunjukkan
pengujian yang dilakukan dan hasil yang diperoleh. Namun demikian, daftar
harus berisi kesimpulan positif atau negatif tentang tujuan yang di uji.

g. Dokumen-dokumen dari luar


File audit banyak berisi dokumen yang berasal dari luar yang
dikumpulkan auditor seperti misalnya jawaban konfirmasi dan salinan
perjanjian yang dibuat klien. Walaupun tidak berupa daftar, dokumen-dokumen
tersebut diberi index dan diarsipkan. Dalam dokumen ini ditunjukkan prosedur
audit yang telah diterapkan seperti halnya yang diterapkan dalam daftar-daftar
yang lain.

X. PENYUSUNAN DOKUMEN AUDIT


Penyiapan daftar-daftar yang sesuai untuk mendokumentasikan bukti yang
terkumpul, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai, merupakan bagian yang
sangat penting dalam suatu audit. Pendokumentasian harus disusun dengan cukup detil
sehingga auditor berpengalaman yang tidak terlibat dalam audit mendapat pemaham yang
jelas tentang pekerjaan yang telah dilakukan, bukti yang diperoleh beserta sumbernya, dan
kesimpulan yang dicapai. Meskipun rancangan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai,
namun dokumentasi audithendaknya memiliki karakteristik tertentu berikut ini:

12
1. Setiap file audit harus memiliki identifikasi yang jelas yang memuat informasi
tentang nama klien, periode yang diaudit, deskripsi tentang isi file, paraf pembuat
kertas kerja, tanggal pembuatan, dan kode index kertas kerja.
2. Dokumen audit harus diberi index dan referensi-silang (cross-referenced) untuk
memudahkan dalam pengorganisasian dan pengarsipan.
3. Dokumen audit yang sudah rampung harus secara jelas menunjukkan pekerjaan audit
yang telah dilakukan. Hal ini dapat dicapai melalui tiga cara berikut:
a. Dengan membuat pernyataan tertulis dalam bentuk memo
b. Dengan memberi paraf pada prosedur audit dalam program audit
c. Dengan memberi notasi secara langsung dalam daftar
Notasi dalam daftar dilakukan dengan menggunakan tickmarks, yaitu simbol-
simbol yang menunjukkan tindakan atau pekerjaan yang dilakukan auditor yang
dicantumkan pada batang tubuh daftar-daftar. Notasi tersebut harus dijelaskan
artinya pada bagian bawah daftar.
d. Dokumen audit harus berisi cukup informasi untuk memenuhi tujuan sesuai
dengan rencana. Agar dapat menyiapkan dokumen audit dengan baik, auditor
harus mengetahui tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh, jika daftar dirancang
untuk mendaftar detil tertentu dan menunjukkan verifikasi untuk mendukung
sebuah akun neraca seperti misalnya akun asuransi dibayar di muka, maka detil
dalam daftar harus bersesuaian dengan daftar saldo audit.
e. Kesimpulan yang dicapai tentang suatu segmen audit harus diformulasikan dengan
jelas.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dokumentasi audit juga merupakan hal yang penting dalam setiap audit untuk perencanaan
audit yang efektif, menjadi catatan tentang bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian,
memutuskan jenis laporan audit yang tepat, dan mereview pekerjaan para asisten audit. Kantor

13
akuntan publik menetapkan sendiri kebijakan dan pendekatan untuk menyelenggarakan
dokumentasi audit untuk memastikan bahwa tujuan telah tercapai. Kantor-kantor akuntan publik
berkualitas tinggi memastikan bahwa dokumentasi audit disiapkan dengan tepat dan memadai
sesuai dengan situasi yang dihadapi dalam audit yang bersangkutan. Seorang auditor tidak dapat
memberikan informasi kepada pihak bukan klien kecuali jika klien mengizinkannya. Meskipun
kertas kerja dibuat dan dikumpulkan auditor dalam daerah wewenang klien, dari catatan-catatan
klien, serta atas biaya klien, hak pemilikan atas kertas kerja tersebut sepenuhnya berada di tangan
akuntan public, bukan milik klien atau milik pribadi auditor. Karena kertas kerja tidak hanya berisi
informasi yang diperoleh auditor dari catatan klien saja, tetapi berisi pula program audit yang akan
dilakukan oleh auditor, maka tidak semua informasi yang tercantum dalam kertas kerja dapat
diketahui oleh klien. Untuk membuktikan bahwa seseorang merupakan auditor yang kompeten, ia
harus dapat menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat. Kertas kerja yang baik harus
lengkap, teliti, ringkas, jelas, rapi, disimpan dan dijaga kerahasiaannya. Agar mudah diakses.

Daftar Pustaka

Messier, Glover dan Prawitt, 2014. Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Sistematis.
Jakarta:Selemba Empat.
Al Haryono,Jusup, 2014. Auditing, Edisi 2. Yogyakarta:Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN.
Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, 2007. Dasar-dasar
Audit Internal Sektor Publik. Tanggerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
14

Anda mungkin juga menyukai