Anda di halaman 1dari 6

KERTAS KERJA AUDIT

DEFINISI DAN TUJUAN PEMBUATAN KERTAS KERJA AUDIT

Kertas kerja adalah catatan – catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur audit yang
ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang
dibuatnya berkenaan dengan pelaksanaan audit. Kertas kerja merupakan media penghubung antara
catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, pembuatan dan penyimpanan kertas kerja
merupakan pekerjaan yang penting dalam audit.

Sebagian besar informasi yang disediakan klien untuk auditor merupakan informasi yang bersifat
rahasia. Oleh karena itu, auditor harus memberikan jaminan keahasiaan informasi yang diberikan
oleh klien. Hal ini sesuai dengan Kode Etik Akuntan Indonesia Pasal 19, yang berbunyi :

Seorang akuntan publik harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperolehnya selama
penugasan profesional dan tidak boleh terlibat dalam pengungkapan fakta atau informasi
tersebut, bila ia tidak memperoleh ijin khusus dari klien yang bersangkutan, kecuali jika
dikehendaki oleh hukum, atau negara, atau profesinya.

Meskipun kertas kerja dibuat dan dikumpulkan oleh auditor dari catatan klien, dalam daerah
wewenang klien, dan atas biaya klien, kepemilikan kertas kerja sepenuhnya ada di tangan auditor. Hal
ini disebabkan kertas kerja tidak hanya berisi tentang catatan klien, tetapi juga berisi langkah –
langkah yang dilakukan oleh auditor dalam melaksanakan audit.

Menurut SA 339.par 04 dikatakan bahwa kertas kerja harus disesuaikan dengan keadaan yang
dihadapi dan kebutuhan auditor dalam melaksanakan suatu penugasan audit. Faktor yang
mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kuantitas, bentuk, dan isi kertas kerja yang
diperlukan yang akan diigabungkan dalam satu kertas kerja pada waktu melaksanakan penugasan
audit, antara lain:

a. Sifat penugasan auditor


b. Sifat laporan audit
c. Sifat laporan keuangan, daftar, dan keterangan yang perlu bagi auditor dalam pembuatan
laporan.
d. Sifat dan kondisi catatan klien
e. Tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan oleh auditor
f. Kebutuhan dalam keadaan tertentu untuk mengadakan supervisi dan review atas pekerjaan
yang dilakukan para asisten

Dokumentasi auditor antara lain berisi:

 Semua jawaban terhadap resiko salah saji pada level laporan keuangan
 Sifat, waktu, dan luas dari prosedur audit yang selanjutnya
 Hubungan prosedur dengan penilaian resiko pada level asersi
 Hasil dari prosedur audit
 Sifat dan pengaruh dari jumlah salah saji
 Kesimpulan auditor terhadap jumlah salah saji yang menyebabkan salah saji menjadi
material
 Faktor – faktor kualitatif yang dipertimbangkan auditor dalam mengevaluasi salah saji yang
material dan kesimpulannya.
Kertas kerja dibuat dan dikumpulkan oleh auditor tidak hanya sekedar untuk
mendokumentasikan pelaksanaan audit, tetapi juga mempunyai tujuan – tujuan tertentu.

Ada beberapa tujuan yang dapat dicapai dengan pembuatan dan penyimpanan kertas kerja,
yaitu:

a. Memberi dukungan yang prinsipal atas laporan audit. Pendapat auditor dikeluarkan berdasar
hasil temuan audit. Berbagai temuan audit didokumentasikan dalam kertas kerja.
b. Sebagai alat untuk melakukan koordinasi, mengorganisasi, dan mengawasi pelaksanaan
seluruh tahapan audit.
c. Bukti bahwa audit telah dilakukan sesuai standar auditing. Hal ini perlu dilakukan untuk
menjaga diri terhadap tuntutan pemakai dan sanksi lembaga profesi.
d. Sebagai pedoman dalam melaksanakan audit berikutnya. Kertas kerja antara lain meliputi
kertas kerja yang disimpan dalam arsip permanen. Kertas kerja ini dapat digunakan untuk
audit pada tahun berikutnya.

KERTAS KERJA DAN STANDAR AUDITING

Kertas kerja harus disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi dan kebutuhan auditor dalam
melaksanakan suatu penugasan audit. Kertas kerja juga berhubungan erat dengan ketiga kelompok
standar auditing, yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan.

Kertas Kerja Audit dan Standar Umum

Standar umum menyatakan tentang kompetensi, independensi, dan kecermatan, keseksamaan


pelaksanaan tugas. Kertas kerja merupakan bukti latihan teknis dan kecakapan auditor yang
ditunjukkan dengan pengetahuan auditor tentang prinsip akuntansi yang berterima umum dan
kemampuannya menerapkan prosedur audit yang tepat sesuai situasi dan kondisi yang ada.

Kertas kerja harus memberikan kesimpulan yang dapat menunjukkan independensi dan obyektivitas
auditor. Kelengkapan kertas kerja dapat membuktikan bahwa pelaksanaan audit telah dilakukan
secara cermat dan seksama.

Kertas Kerja Audit dan Standar Pekerjaan Lapangan

Standar pekerjaan lapangan berhubungan dengan perencanaan dan pengawasan struktur


pengendalian internal bukti audit kompeten yang memadai. Dalam hal ini, kertas kerja
mendokumentasikan strategi audit yang diterapkan dalam perencanaan audit.

Kegunaan pokok kertas kerja selama proses pelaksanaan audit adalah untuk mengkoordinasikan
pekerjaan yang dilakukan dalam penugasan profesionalnya. Kertas kerja memudahkan pemeriksaan
pada setiap tingkat pengawasan. Hal ini merupakan pemenuhan standar pekerjaan lapangan yang
pertama.

Kertas kerja penting untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga. Kertas kerja
antara lain berisi bukti dokumentasi pemahaman struktur pengendalian intern klien. Kertas kerja
berguna untuk mendokumentasikan bukti – bukti yang diperoleh selama pelaksanaan audit.

Kertas Kerja dan Standar Pelaporan

Kertas kerja juga berhubungan erat dengan standar pelaporan. Kertas kerja bukan hanya berguna
untuk memudahkan membuat laporan audit. Kertas kerja berguna untuk mendukung pendapat
auditor yang diberikan dalam laporan audit. Kertas kerja harus meliputi bukti yang berkaitan dengan
kesesuaian prinsip akuntansi yang berterima umum, konsistensi, pengungkapan yang memadai, dan
pernyataan pendapat.

PEMBUATAN KERTAS KERJA

Ada empat teknik dasar yang digunakan dalam pembuatan kertas kerja. Keempat teknik tersebut
adalah :

1. Pembuatan heading yang berisi nama klien dan judul untuk mengidentifikasikan isi kertas
kerja, serta tanggal neraca atau periode audit.
2. Nomor indeks yang dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi dan referensi silang antar
kertas kerja. Penomoran kertas kerja umumnya didasarkan pada urutan akun, diikuti oleh
nomor halamannya. Misalnya.
a. Menggunakan satu huruf (A,B,C, dan seterusnya) untuk akun – akun aktiva.
b. Menggunakan dua huruf (AA,BB,CC, dan seterusnya) untuk akun – akun hutang dan
modal.
c. Menggunakan nomor (10,20,30, dan seterusnya) untuk akun – akun penghasilan dan
biaya.

Jadi, misalnya kertas kerja B6, dapat berarti kertas kerja B adalah untuk piutang, dan angka 6
adalah menunjukkan kertas kerja B yang keenam, dan lain – lain.

3. Referensi silang (cross – refencing). Data dalam kertas kerja yang diambil dari kertas kerja
lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi referensi silang dengan
nomor. Pada umumnya, program microcomputer yang digunakan untuk menyusun kertas
kerja memiliki kemampuan memberi referensi silang dan menghubungkan kertas kerja
secara elektronik.
4. Tick mark yang berupa simbol – simbol yang digunakan auditor untuk membuat referensi
penjelasan naratif dimana pun dalam kertas kerja. Setiap simbol dihubungkan dengan
penjelasan sifat dan luas pekerjaan yang dilakukan .
5. Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal pembuatan serta
penelaahan.

ISI KERTAS KERJA

Kertas kerja merupakan bukti dilaksanakannya standar auditing, dan program audit yang telah
ditetapkan kuantitas, tipe, dan isi kertas kerja dapat saja bervariasi tergantung pada keadaan yang
dihadapi oleh auditor. Namun demikian, kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan
akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing
yang dapat diterapkan telah dilaksanakan. Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas biasanya berisi
dokumentasi yang memperlihatkan :

a. Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan


dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
c. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan pengujian yang
telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menunjukkan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MEMBUAT KERTAS KERJA


Untuk membuktikan kecakapan teknis dan keahlian profesional, seorang auditor harus dapat
menghasilkan kertas kerja yang bermanfaat. Agar kertas kerja bermanfaat, maka harus
memperhatikan hal – hal tertentu dalam pembuatannya. Untuk itu kertas kerja yang dibuat harus :

a. Lengkap
b. Teliti
c. Ringkas
d. Jelas
e. Rapi

Lengkap

Kertas kerja dikatakan lengkap apabila memenuhi dua syarat berikut :

a. Berisi semua informasi pokok


b. Tidak memerlukan penjelasan lisan sebagai tambahan.

Telit

Kertas kerja yang dibuat auditor harus bebas dari kesalahan penulisan maupun kesalahan dalam
penjumlahan. Untuk itu, pembuatan kertas kerja harus dilakukan secara cermat dan teliti.

Ringkas

Kertas kerja dikatakan ringkas apabila hanya berisi informasi pokok dan relevan dengan tujuan
pemeriksaan. Dengan demikian penyajian kertas kerja dapat ringkas tetapi tetap dapat dimengerti.

Jelas

Auditor harus menggunakan istilah – istilah yang tidak menimbulkan pengertian ganda. Auditor
harus menyajikan kertas kerja secara sistematis.

Rapi

Kerapian kertas kerja akan mempermudah pemahaman terhadap kertas kerja tersebut. dengan
demikian, auditor dengan mudah dapat memperoleh informasi yang diperlukan dari kertas kerja
tersebut.

Disamping itu, ada beberapa prinsip umum yang berkaitan dengan pembuatan dan penyimpanan
kertas kerja. Prinsip umum tersebut antara lain :

1. Pembuatan kertas kerja harus mempunyai maksud dan tujuan yang jelas.
Kualitas kerja auditor dalam melakukan audit tidak diukur dengan melihat banyak sedikitnya
kertas kerja yang dibuatnya. Kertas kerja yang berlebihan sangat tidak baik. Hal tersebut
mengakibatkan biaya audit menjadi mahal sebab menghabiskan banyak waktu pembuatnya,
menghabiskan waktu atasan untuk menelaah kertas kerja yang tidak perlu, memerlukan
biaya dan tempat penyimpanan kertas kerja.
Kertas kerja yang tidak lengkap dan tidak memadai juga tidak baik. Seperti telah disebutkan
di atas, salah satu syarat kertas kerja yang bermanfaat adalah kertas kerja yang lengkap.
Kertas kerja yang lengkap dapat digunakan sebagai bukti bagi auditor bahwa ia telah
melaksanakan audit sesuai standar auditing dengan sebaik – baiknya.
2. Hindarkan pekerjaan Salin – menyalin yang tidak diperlukan.
Pekerjaan menyalin sangat memakan waktu dan ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam
menyalin. Auditor dibayar untuk melakukan pemeriksaan bukan untuk melakukan
penyalinan. Salah satu cara untuk menghindari pekerjaan penyalinan adalah meminta foto
copy pada klien atau membuat ringkasan dan tidak menyalin suatu dokumen atau catatan.
Di samping itu, asisten, terutama asisten baru, cenderung menyukai penyalinan kertas kerja
yang dibuat sebelumnya untuk menghindarkan dirinya sehingga tidak melakukan kesalahan.
Asisten sering juga melakukan penyalinan kembali atas kertas kerja agar hasil pekerjaannya
kelihatan bagus. Pekerjaan menyalin kembali ini sangat memakan waktu. Asisten harus
dibiasakan untuk membuat kertas kerja yang rapi dan bersih sejak awal agar tidak perlu
diulang kembali. Atasan lebih mudah melakukan penelaahan atas kertas kerja yang bersih
dan rapi.
3. Buktikan keterangan lisan yang diperoleh melalui pengajuan pertanyaan (inquary)
Auditor dan asistennya sering memperoleh keterangan lisan dari klien dan karyawan klien.
Sebagai contoh, saat auditor mengajukan pertanyaan pada klien mengenai alasan mengapa
biaya overhead produksi meningkat dua kali lipat. Auditor mungkin memperoleh jawaban
yang menyatakan bahwa peningkatan biaya overhead produksi disebabkan perusahaan
sering melakukan pekerjaan lembur. Jawaban atau keterangan ini harus dibuktikan sendiri
oleh auditor misalnya dengan melihat laporan waktu kerja atau melakukan observasi
terhadap pelaksanaan pekerjaan lembur.
4. Jangan meninggalkan satu pertanyaan tanpa ada jawaban yang jelas.
Auditor sering menjumpai adanya pertanyaan – pertanyaan yang tidak terjawab oleh klien
dan pihak lain. Auditor kadang belum menerima surat representasi klien (rep klien).
Pertanyaan yang belum terjawab jangan ditinggalkan begitu saja tidak terjawab. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kesan bahwa auditor lalai dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya.
5. Tuliskan segala masalah relevan yang ditemukan pada saat melaksanakan audit.
Pembuat kertas kerja harus menulis semua persoalan relevan yang dihadapi selama
pemeriksaan, yang memerlukan konsultasi lebih lanjut dengan atasannya. Pembuat kertas
kerja sering lupa untuk menuliskan komentar atau informasi yang diperolehnya sewaktu
melakukan pemeriksaan. Mereka sering hanya mengandalkan daya ingatnya sehingga dapat
terlupakan. Penelaahan yang baik dari atasan sangat diperlukan dalam hal ini. Penelaahan
yang baik dari atasan dapat membiasakan asisten untuk mencatat hal – hal penting dalam
kertas kerja yang dibuatnya.

Perlu pula diketahui bahwa kertas kerja akan mengandung kekurangan apabila tidak terdapat
beberapa ciri berikut :

1. Kertas kerja harus dapat memberi bukti bahwa struktur pengendalian intern telah diperiksa.
Kertas kerja harus dapat menunjukkan apakah struktur pengendalian intern tersebut kuat
atau lemah.
2. Kertas kerja harus dapat memperjelas permasalahan yang dikemukakan pada waktu audit
sebelumnya.
3. Satu kertas kerja harus mempunyai hubungan erat dengan kertas kerja lainnya. Kertas kerja
harus dapat menunjukkan dari dan kemana suatu angka penyesuaian dipindahkan.
4. Kertas kerja harus dapat menjelaskan prosedur audit yang diikuti auditor.
5. Kertas kerja harus dapat memberi bukti bahwa auditor telah melakukan pemeriksaan
transaksi setelah tanggal neraca (subsequent event review).
6. Kertas kerja harus dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diajukan
klien. Kertas kerja harus dapat menjelaskan masalah konfirmasi piutang dan analisis umur
piutang. Kertas kerja harus digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai metode
penentuan harga, metode depresiasi aktiva tetap dan amortisasi aktiva tidak berwujud.
Kertas kerja harus dapat digunakan untuk menjelaskan analisis audit.

Anda mungkin juga menyukai