Anda di halaman 1dari 16

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga ka mi dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
ini. Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan.Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Tak ada gading yang tak retak.Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini
yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
agar makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.

1|PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAAN


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian.Dalam literatur - literatur kuno pada


umumnya penduduk dipandang sebagai penghambat pembangunan. Keberadaanya,
apalagi dalam jumlah besar dan dengan pertumbuhan yang tinggi, dinilai hanya
menambah beban pembangunan. Dinyatakan dengan kalimat yang lebih lugas: jumlah
penduduk yang besar memperkecil pendapatan per kapita dan menimbulkan masalah
ketenagakerjaan. Dalam literatur-literatur modern, penduduk justru dipandang sebagai
pemacu pembangunan.Berlangsungnya kegiatan produksi adalah berkat adanya orang
yang membeli dan mengonsumsi barang-barang yang dihasilkan.Konsumsi dari penduduk
inilah yang menimbulkan permintaan agregat.Pada gilirannya, peningkatan lonsumsi
agregat memungkinkan usaha-usaha produktif berkembang, begitu pula perekonomian
secara keseluruhan. Jadi, perkembangan ekonomi turut ditentukan oleh permintaan yang
datang dari penduduk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja variable - variabel kependudukan Indonesia?
2. Bagaimana karakteristik kependudukan Indonesia?
3. Apa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan, pekerjaan dan tingkat upah?
4. Apa kebijaksanaan kependudukan dan ketenagakerjaan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui variable - variabel kependudukan Indonesia
2. Mengerti karakteristik kependudukan Indonesia
3. Memahami tentang ketenagakerjaan, pekerjaan dan tingkat upah
4. Mengetahui kebijaksanaan kependudukan dan ketenagakerjaan

2|PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAAN


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Variabel - Variabel Kependudukan Indonesia


Menurut catatan, penaksiran yang pertama kali tentang jumlah penduduk di
Indonesia dilakukan pada tahun 1815. Itupun hanya sebatas pulau jawa, yang kala itu
ditaksir berjumlah 4,5 juta jiwa. Pada pertengahan tahun 1993 jumlah penduduk
indonesia ditaksir sudah mencapai angka sekitar 187 juta jiwa ( World Development
Report, 1995). Dengan jumlah ini indonesia menempati urutan keempat negara
berpenduduk terbesar didunia sesudah RRC, Cina, India dan Amerika Serikat.
Untuk jaman globalisasi seperti sekarang, dimana migrasi internasional
semakin sangat mudah berlangsung, gagasan tentang batas maksimum atau jumlah ideal
penduduk menjadi tidak relevan.Tekanan masalah kependudukan atas pembangunan
sesungguhnya tidak terlalu berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan lebih terkait
dengan variable - variabel lain kependudukan dan karakteristik penduduk yang
bersangkutan. Variabel - variabel lain itu misalnya sebaran, komposisi, kepadatan dan
pertumbuhan penduduk. Sedangkan karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat
pendapatan, kesehatan dan pendidikan.Sebagaimana kita ketahui, Indonesia bukan saja
memiliki penduduk dalam jumlah besar. Akan tetapi juga menghadapi masalah sebran
yang tidak merata dan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Dalam perspektif
spasial, sebagian besar penduduk tinggal didaerah pedesaan.Dalam perspektif regional,
mayoritas penduduk bermukim di pulau Jawa. Ketidakmerataan jumlah penduduk
menyebabkan masalah urbanisasi. Dalam perspektif jenis kelamin, proporsi penduduk
perempuan lebih besar daripada penduduk laki - laki. Mengatasi persoalan itu, sudah
sejak lama transmigrasi menjadi salah satu program penting. Kebijaksanaan mengenai hal
itu merupakan bagian tak terpisahkan dalam program - program pembangunan.

2.2 Karakteristik Kependudukan Indonesia


Sampai dengan akhir repelita VI komposisi penduduk Indonesia menurut jenis
kelamin diperkirakan tidak akan berubah, penduduk perempuan masih tetap lebih banyak
daripada laki-laki. Angka rata - rata harapan hidup meningkat dari 62,7 tahun pada akhir
Pelita yang lalu menjadi 64,6 tahun pada akhir pelita VI yang akan datang. Pola
ketimpangan pendidikan secara spasial tetap sama untuk jenjang yang lebih tinggi,

3|PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAAN


keadaan daerah perdesaan selalu lebih memprihatinkan. Mayoritas penduduk kita hanya
berpendidikan sekolah dasar. Proporsinya 36,77%, 30,09%, dan 34,60% masing - masing
untuk daerah perdesaan, daerah perkotaan dan seluruh Indonesia sebagai suatu kesatuan.

2.3 Mutasi Kependudukan

Dinamika kependudukan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat


menentukan perkembangan peduduk berdasarkan penelusuran penulis (Singarimbun,
1996; Ritonga, 2001; Faturrochman, 2004), faktor tersebut adalah :

a) Tingkat Kelahiran
Tingkat kelahiran (fertilitas) adalah tongkat pertambahan jumlah anak
atau bayi pada suatu periode tertentu. Tinkat kelahiran bayi dapat dihitung
dengan dua cara yaitu :
1). Angka kelahiran kasar (crude birth rate/CBR), adalah angka kelahiran yang
menunjukkan jumlah kelahiran perseribu penduduk dalam satu periode;
2). Angka kelahiran umum (general fertility rate/GFR) adalah angka yang
menunjukkan jumlah bayi uang lahir dari setiap 1.000 wanita pada usia
reproduksi atau melahirkan yaitu pada kelompok usia 15-49 tahun.

Besar kecilnya angka kelahiran (natalitas) dipengaruhi oleh faktor


pendorong dan faktor penghambat kelahiran. Faktor pendorong tersebut
diantaranya :
1) Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki;
2) Sifat alami manusia yang ingin melanjuktakn keturunan;
3) Pernikahan usia dini;
4) Adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya jika
dibandingkan dengan anak perempuan, sehinggabagi keluarga yang belum
memiliki anak laki-laki akan berusaha untuk mempunyai anak laki-laki;
5) Adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, asehingga bagi keluarga yang
belum memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak.

Faktor penghambattnya di antaranya :


1). Adanya program berencana (Kb);
2). Kemajuan di bidang iptek dan obat obatan;

4|PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAAN


3). Adanya peraturan pemerintah tenyang pembatasan tunjangan anak bagi
PNS;
4). Adanya undang - undang perkawinan yang membatasi dan mengatur
usia pernikahan;
5). Penundaan usia pernikahan karena lasan ekonomi, pendidikan, dan
karir;
6). Adanya perasaan malu bila banyak anak.

Di Negara - negara industri, pertumbuhan penduduk berlangsung terus


disamping adanya penurunan tingkat kelahiran, misalnya di Perancis, Amerika
Serikat dan Inggris. Di negara tersebut, tingkat kelahiran terus menurun sejak bad
kesembilan beas smapai awal abad ini. Hanya setelah perang dunia ke-II, tingkat
kelahiran meningkat dan mempercepat tingkat pertambahan penduduk. Tingkat
kelahiran dihubungkan dengan perkembangan ekonomi melalui pola - pola
kebudayaan seperti umur perkawianan, status wanitannya, kedudukan antara desa
dan kota serta sifat - sifat dari sistem kekeluargaan yang ada. Di Negara - negara
yang sudah maju, terutama di negara-negara barat, penurunan tingkat kematian
sungguh - sunguh telah diikuti oleh suatu penurunan tingkat kelahiran pula.

b) Tingkat Kematian
Tingkat kematian (mortalitas) merupakan pengurangan jumlah
penduduk pada periodetertentu yang disebabkan oleh faktor kematian. Tingkat
kematian dapat diketahui melalui tiga cara, yaitu :
1) Tingkat kematian kasar (Crude Death Rate/CDR), adalah angka yang
menunjukkan rata-rata kematian perseribu penduduk dalam satu tahun;
2) Tingkat kematian menurut umur (Age Specific Death Rate/ASDR), adalah
angka yang menunjukkan banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu
perseribu penduduk dalam kelompok yang sama;
3) Tingkat Kematian Bayi (Infan mortality Rate/MR), adalah angka yang
menunjukkan banyaknya bayi yang meninggal dari setiap 1.000 bayi yang lahir
hidup.
Besar kecilnya angka kematian (mortalitas) dipengaruhi oleh faktor
pendorong dan faktor penghambat. Faktor pendorong tersebut diantaranya :
1) Wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung, dan sebagainya;
2) Bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya;
5|PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAAN
3) Kesehatan dan pemenuhan gizi penduduk yang rendah;
4) Perang, kecelakaan, dan sebagainya;
5) Lingkungan yang tidak sehat.

Faktor penghambatnya diantaranya :


1) Kesehatan dan pemunuhan gizi masyarakat yang sudah baik;
2) Kondisi keamanan negara yang baik;
3) Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam
penyakit dapat diobati;
4) Pemahanan yang baik dari masyarakat tentang ajaran agama yang melarang
tindakan bunuh diri atau melakukan pembunuhan.

c. Tingkat Perpindahan
Migrasi atau mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari
suatu tempat ke tempat lain, atau dari satu daerah ke daerah lain.
Terdiri dari :
1. Migrasi inernasional (migrasi antar negara), yang terdiri dari imigrasi,
emigrasi, dan remigrasi. Imigrasi, yaitu masuknya penduduk asing yang
menetap ke dalam sebuah negara. Emigrasi, yaitu pindahnya penduduk keluar
negeri untuk menetap di sana. Remigrasi, yaitu pemulangan kembali
penduduk asing ke negara asalnya;
2. Migrasi Nasional (migrasi lokal), terdiri dari :
- Urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Transmigrasi,
yaitu perpindahan penduduk dari pulau yang padat penduduknya ke pulau
yang masih jarang penduduknya.
- Ruralisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa untuk menetap di
desa.
- Evakuasi, yaitu perpindahan penduduk untuk menghindari bahaya di suatu
daerah.
- Migrasi mempunyai peranan juga dalam menentukan tingkat pertumbuhan
penduduk. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan penduduk tidak dapat
diperhitungkan hanya dari tingkat kelahiran dan tingkat kematian saja. Bagi
Negara - negara sedang berkembang migrasi tidaklah berarti dalam
peningkatan jumlah penduduk ataupun dalam pengurangan jumlah
6|PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAAN
penduduk. Pemindahan penduduk ke luar negeri dari Negara - negara yang
sedang berkembang tidaklah mungkin dapat terlaksana lagi guna
mengurangi kepadatan penduduknya.

2.4 Ketenagakerjaan
2.4.1 Konsep dan Definisi
Untuk keperluan analisis ketenagakerjaan, penduduk suatu Negara
dipilah - pilah dalam berbagai kelompok. Konsep pemilahan penduduk dibagi
menjadi dua yaitu pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja
dan berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja.

Pemilihan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja :


1. Tenaga Kerja - Manpower, berusia>10 tahun.
a. Angkatan kerja (Labour Force) yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam
usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk
sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Angkatan
Kerja dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pekerja yaitu orang - orang yang mempunyai pekerjaan dan (saat
disensus atau disurvai) memang sedang bekerja, serta orang yang
mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang
tidak bekerja.
2. Penganggur yaitu orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya
orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.

b. Bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja
yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari
pekerjaan. Bukan angkatan kerja dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah
2. Mengurus rumah tangga
3. Penerima pendapatan lain

2. Bukan Tenaga Kerja, berusia < 10 tahun

7|PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAAN


Pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja :

a. Bekerja Penuh yaitu tenaga kerja yang bersangkutan termanfaatkan secara


cukup atau optimal.
b. Setengah menganggur yaitu bekerja tapi tenaganya kurang termanfaatkan
diukur dari curahan jam kerja, produktivitas kerja, atau penghasilan yang
diperoleh. Setengah menganggur dibagi menjadi dua yaitu :
1. Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment)
adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar
keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek
dari biasanya.
2. Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible
underemployment) adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full
time) tetapi pekerjannya itu dianggap tidak mencukupi karena
pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak
memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.

2.4.2 Angkatan Kerja Indonesia


Pada tahun 1993 jumlah tenaga kerja Indonesia tercatat sebanyak 143,8
juta orang. Proporsi tenaga kerja yang tergolong sebagai angkatan kerja hanyalah
sekitar 55 - 60 persen. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja lebih tinggi daripada
pertumbuhan jumlah penduduk secara keseluruhan. Pada tahun 1994 jumlah
angkatan kerja yang tercatat sebanyak 85,5 juta orang. Proporsi angkatan kerja
terhadap jumlah seluruh penduduk berkisar 40-45 persen dari tahun ke
tahun. Jumlah angkatan kerja tumbuh jauh lebih cepat daripada jumlah penduduk,
bahkan juga dibandingkan jumlah tenaga kerja. Hal tersebut disebabkan oleh
struktur penduduk kita menurut komposisi umur hingga saat ini masih didominasi
penduduk berusia muda.
Angkatan kerja yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan membawa
beban tersendiri bagi perekonomian, yakni penciptaan atau perluasan lapangan
kerja. Penciptaan lapangan kerja inilah yang sekarang menjadi salah satu masalah
rawan dalam pembangunan ekonomi di tanah air. Kualitas tenaga kerja Indonesia
sebagaimana tercermin dari tingkat pendidikan angkatan kerja dan produktivitas
pekerja yang ada masih relative rendah.

8|PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAAN


2.4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran
Dari data - data ketenagakerjaan data diketahui dan dihitung berbagai
konsep yang berkaitan dengan tingkat pengerjaan dan tingkat
pengangguran. Konsep - konsep dimaksud adalah Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK), tingkat pengerjaan, dan tingkat pengangguran. Angka - angka
semacam ini berguna untuk mengenali situasi yang berlangsung di pasar kerja.

TPAK = JUMLAH ANGKATAN KERJA X 100%


JUMLAH TENAGA KERJA

TINGKAT PENGERJAAN= JUMLAH PEKERJA X 100%


JUMLAH TENAGA KERJA

TINGKAT PENGANGGURAN = JUMLAH PENGANGGUR X 100%


JUMLAH ANGKATAN KERJA

TINGKAT PENGERJAAN + TINGKAT PENGANGGURAN = 1

Dalam perbandingan seksual atau antarjenis kelamin, TPAK laki - laki


masih jauh lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan. Perbandingan angkanya
untuk tahun 1994 adalah 72,3 banding 43,4. Ini mencerminkan peluang tenaga
kerja perempuan untuk terlibat dipasar tenaga kerja masih rendah.Jika dengan
perbandingan spasial atau daerah, TPAK di daerah pedesaan justru lebih tinggi
dibandingkan di daerah perkotaan.

2.5 Pekerjaan dan Tingkat Upah


1. Lapangan, Status dan Jenis Pekerjaan
Lapangan pekerjaan utama bagi rakyat Indonesia masih di sektor
pertanian. Sampai tahun 1994, separuh dari jumlah pekerja menyandarkan sektor

9|PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAAN


pertanian sebagai sumber nafkah utama. Sektor perdagangan dan sektor jasa
menempati kedudukan kedua dan ketiga, kemudian sektor industri pengolahan berada
di urutan berikutnya. Menurut hasil survey Sosial - Ekonomi Nasional (SUSENAS)
tahun 1994, proporsi pekerja perempuan yang bekerja di sektor pertanian di daerah
pedesaan tidak berbeda jauh dengan pekerja laki - laki, sebaliknya di daerah
perkotaan pekerjaan bertani lebih banyak dilakukan oleh pekerja laki - laki. Sektor
perdagangan dan sektor industri, baik di perkotaan maupun pedesaan, didominasi oleh
pekerja perempuan. Di lain pihak, sektor bangunan dan sektor komunikasi, baik di
perkotaan maupun pedesaan, didominasi oleh pekerja laki - laki. Ditinjau menurut
status dari pekerjaan utama yang dilakukan, hampir sepertiga angkatan kerja yang
bekerja berstatus sebagai buruh atau karyawan atau pegawai. Disamping
menurut sektor dan status pekerjaan, para pekerja dapat pula dipilah - pilah menurut
jenis pekerjaan yang dilakukan. Kemampuan tenaga kerja Indonesia untuk
menjalankan fungsi kepemimpinandan keetatalaksaan masih rendah. Peran kaum
wanita Indonesia di pasar kerja rasanya cukup berarti. Tenaga - tenaga profesional,
teknisi, dan sejenisnya justru lebih dominan diperankan oleh pekerja perempuan.

2. Jam Kerja
Menilai seseorang bekerja ataukah menganggur semata - mata
berdasarkan apakah ia mempunyai pekerjaan atau tidak, sesungguhnya kurang
memadai. Pendekatan semacam itu mengabaikan kadar pemanfaatan tenaga yang
bersangkutan. Seseorang bisa saja tergolong tidak menganggur karena ia bekerja atau
mempunyai pekerjaan. Akan tetapi jika dalam bekerja itu tenaganya tidak
termanfaatkan secara optimal, berarti ia bekerja tidak dalam kapasitas penuh, maka
sesungguhnya ia setengah menganggur atau menganggur secara terselubung. Oleh
karena itu, jam kerja yang dicurahkan perlu turut untuk dipertimbangkan.

Seseoerang dikatakan bekerja penuh (fully employed) apabila jumlah


jam kerjanya telah mencapai setidak-tidaknya 35 jam kerja dalam seminggu. Kriteria
ini menuruti konsep bekerja minimal 1 jam berturut - turut. Berlandaskan kriteria ini,
maka dari seluruh pekerja yang ada (79.200.542 orang) hanya 58,46% saja yang
bekerja penuh. Pekerja - pekerja yang bekerja tidak penuh ini kebanyakan adalah
pekerja perempuan, baik di perkotaan maupun pedesaan. Di daerah pedesaan jumlah
jam kerja yang paling banyak dijalani para pekerja adalah antara 35 hingga 45 jam per
10 | P E N D U D U K D A N K E T E N A G A K E R J A A A N
minggu. Sedangkan di daerah perkotaan jumlah jam kerja terbanyak yang dijalani
adalh antara 45 hingga 59 jam per minggu.

3. Tingkat Upah
Upah tertinggi bagi pekerja yang berstatus karyawan atau buruh adalah
di sektor pertambangan. Tingkat upah para pekerja di Indonesia, khususnya pekerja
rendahan atau buruh kasar sangat rendah. Hal itu bisa diukur dengan
membandingkannya terhadap kebutuhan fisik minimum.
Variasi tingkat upah tidak hanya terjadi antar lapangan usaha atau
secara sektoral. Akan tetapi juga secara regional atau antar wilayah di tanah air, serta
secara jenis kelamin. Dalam perbandingan jenis kelamin di sekter industri
pengolahan, hampir di semua wilayah tanah air pekerja laki - laki menerima upah
lebih tinggi dari pada pekerja perempuan. Perbedaan tingkat upah antar jenis
kelamin di sektor industri pengolahan berlaku umum di semua subsektor.
Kesenjangan upah buruh berlangsung pula antarjenjang. Hal ini bisa ditelaah melaui
perbandingan upah rata - rata tertinggi terhadap upah rata - rata terendah.

2.6 Kebijaksanaan Kependudukan dan Ketenagakerjaan


Secara konseptual pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua aspek ini secara bersama - sama
memberikan signal terhadap arah pengembangan sumber daya manusia. Pergeseran
struktur ekonomi ini akan berpengaruh terhadap pergeseran stuktur tenaga kerja. Pada
saat perekonomian suatu negara based on pertanian maka pengembangan sumber daya
manusia diarahkan kepada pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan sektor tersebut.Pada
saat ini permintaan tenaga kerja didominasi oleh sektor tradisional dan perencanaan
ekonomi juga diarahkan pada penciptaan sector - sektor industri yang diharapkan mampu
untuk menyerap hasil - hasil produksi pertanian. Yang pada gilirannya kekuatan sektor
industri yang didukung oleh kemapanan sektor pertanian akan mampu menciptakan
kestabilan ekonomi suatu negara.
Berbagai kebijaksanaan telah, sedang, dan akan ditempuh oleh pemerintah
dalam upaya mengatasi masalah - masalah kependudukan dan ketenagakerjaan. Dalam
Repelita VI, pembangunan kependudukan dalam PJPII diarahkan pada peningkatan
kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Dengan peningkatan

11 | P E N D U D U K D A N K E T E N A G A K E R J A A A N
kualitas penduduk dimaksudkan adalah peningkatan kualitas kehidupan dan kemampuan
manusia serta masyarakat Indonesia sebagai pelaku utama dan sasaran
pembangunan.Sedangkan di bidang ketenagakerjaan, penciptaan dan perluasan tenaga
kerja terus diupayakan terutama melalui peningkatan dan pemerataan industri, pertanian,
dan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan
masyarakat.

Dalam rangka peningkatan kualitas penduduk, secara konkret diharapkan pada


akhir PJP II kelak angka sasaran-sasaran berikut dapat tercapai :

 Angka harapan hidup : 70,6 tahun


 Pertumbuhan penduduk : 0,88 persen
 Angka kelahiran kasar : 16,1 per seribu penduduk
 Angka pertumbuhan kasar : 7.4 per seribu penduduk
 Pertumbuhan alamiah : 8,8 per seribu penduduk
 Angka kematian bayi : 26 per seribu penduduk

Untuk mencapai sasaran - sasaran yang dicanangkan di atas, ditempuh


berbagai kebijaksanaan dan program - program berikut :
a. Peningkatan kualitas penduduk, melalui program perluasan pendidikan dan
perbaikan mutu pendidikan.
b. Pengendalian pertumbuhan dan kualitas penduduk, melalui program keluarga
berencana, perbaikan layanan kesehatan dasar.
c. Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk, melalui program
transmigrasi, pemerataan pembangunan antar wilayah.
d. Penyempurnaan sistem informasi kependudukan, melalui program
pengembangan administrasi, dan penataan statistik kependudukan.
e. Pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut.

Sebagai langkah awal bagi sasaran jangka panjang tersebut, dalam Repelita VI
Pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp12,89 miliar untuk program kependudukan
dan Rp1,73 triliun untuk program keluarga berencana.

Dibidang ketenagakerjaan, sasaran pokok pembangunannya dalam PJP II meliputi


terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat

12 | P E N D U D U K D A N K E T E N A G A K E R J A A A N
menyerap tambahan angkatan kerja baru yang masuk pasar kerja; mengurangi setengah
pengangguran; mengurangi kesenjangan produktivitas antar sektor; serta meningkatkan
pemerataan kesempatan kerja antar wilayah. Secara konkret dalam PJP II kelak
diharapkan dapat diciptakan 68,6 juta tambahan kesempatan kerja untuk melayani sekitar
69 juta orang tambahan angkatan kerja baru.

Secara lebih rinci sasaran konkret bidang ketenagakerjaan dalam PJP II adalah
sebagai berikut :

a. Tambahan angkatan kerja : 69.089.400 orang


b. Tambahan kesempatan kerja : 68.647.500 orang

Menurut status :

a. Berusaha sendiri : 1925.800


b. Berusaha dengan keluarga : 545.300
c. Berusaha dengan buruh tetap : 4.199.000
d. Buruh/karyawan : 63.645.300
e. Pekerja keluarga : -1.486.900

Kebijaksanaan yang ditempuh serta program - program yang akan dijalankan


untuk mencapai sasaran di atas meliputi:

1. Pembinaan dan pengembangan kesempatan kerja dan produktivitas. Program-


programnya mencakup pengembangan produktivitas dan pembinaan lembaga
produktivitas.
2. Pendayagunaan dan penyebaran tenaga kerja.

Program - programnya antara lain perencanaan tenaga kerja; sistem informasi


dan bursa tenaga kerja terpadu; penciptaan tenaga kerja mandiri dan profesional;
pemerataan kesempatan kerja antar daerah; pengindonesiaan tenaga kerja asing;
peningkatan ekspor jasa tenaga kerja; dan pemasyarakatan teknologi padat karya dalam
upaya mendayagunakan tenaga kerja yang menganggur dan setengah menganggur.

1. Pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja, melalui program kemitraan


pelatihan, pemagangan;serta perbaikan metode dan sistem informasi pelatihan.

13 | P E N D U D U K D A N K E T E N A G A K E R J A A A N
2. Pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja.

Guna mencapai sasaran-sasaran jangka panjang di atas, dalam Repelita VI ini


Pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp1,073 triliun ntuk pembangunan di bidang
ketenagakerjaan.

14 | P E N D U D U K D A N K E T E N A G A K E R J A A A N
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Variabel-variabel dalam kependudukan Indonesia misalnya sebaran,


komposisi, kepadatan dan pertumbuhan penduduk.Sedangkan karakteristik yang dimaksud
misalnya tingkat pendapatan, kesehatan dan pendidikan.Konsep pemilahan penduduk dibagi
menjadi dua yaitu pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja dan
berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja.Sedangkan lapangan pekerjaan utama bagi
rakyat Indonesia masih di sektor pertanian.Sampai tahun 1994, separuh dari jumlah pekerja
menyandarkan sektor pertanian sebagai sumber nafkah utama.Sektor perdagangan dan sektor
jasa menempati kedudukan kedua dan ketiga, kemudian sektor industri pengolahan berada di
urutan berikutnya.Dalam hal tingkat upah, variasi tidak hanya terjadi antarlapangan usaha
atau secara sektoral.Akan tetapi juga secara regional atau antarwilayah di tanah air, serta
secara jenis kelamin.Dalam perbandingan jenis kelamin di sekter industri pengolahan, hampir
di semua wilayah tanah air pekerja laki-laki menerima upah lebih tinggi daripada pekerja
perempuan. Perbedaan tingkat upah antar jenis kelamin di sektor industri pengolahan berlaku
umum di semua subsektor. Kesenjangan upah buruh berlangsung pula antarjenjang.Hal ini
bisa ditelaah melaui perbandingan upah rata-rata tertinggi terhadap upah rata-rata terendah.

15 | P E N D U D U K D A N K E T E N A G A K E R J A A A N
DAFTAR PUSTAKA

Dumairy.1996.Perekonomian Indonesia.Jakarta:Erlangga

Pujoalwanto,Basuki.2014.Perkeonomian Indonesia.Yogyakarta:Graha Ilmu

http://eprints.undip.ac.id/1178/1/analisis_faktor_tingkat_h.32.pdf

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/pengangguran-definisi-dimensi-dan-bentuk-
pengangguran.html

16 | P E N D U D U K D A N K E T E N A G A K E R J A A A N

Anda mungkin juga menyukai