Anda di halaman 1dari 38

KAITAN PANGAN, GIZI,

DAN KEPENDUDUKAN

Disampaikan Oleh Tim Dosen


Ilmu Gizi dan Pangan
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pendahuluan
• Teori Maltus menyebutkan bahwa
pertumbuhan penduduk seperti deret ukur,
sementara pertumbuhan produksi pangan
seperti deret hitung.
• Oleh sebab itu suatu saat besar
kemungkinan manusia di dunia ini akan
mengalami bencana kurang pangan
(kelaparan).
lanjutan
• Untuk mengurangi potensi kelaparan
tersebut yaitu dengan mengembangkan teknologi
produksi pangan dengan pesat (untuk menyiapkan
pangan yang lebih banyak)
• Serta menekan angka kelahiran dengan program
keluarga berencana
• Untuk sementara ini umat manusia berhasil
mengatasi ancaman kurang pangan, kecuali di
beberapa negara yang memang benar-benar
miskin.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MASALAH KEPENDUDUKAN

Faktor yang sangat berperan dalam peningkatan atau


penurunan masalah kependudukan

1. Pendidikan
Kependudukan

2.Faktor dan Frekuensi


Penduduk
A. PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN

• Masalah dan dampak kependudukan terhadap


kelangsungan hidup dan kualitas hidup seseorang
perlu mendapat perhatian berbagai kalangan.
Pendidikan kependudukan merupakan media
untuk memperluas kesadaran tersebut.
• Pertumbuhan penduduk yang cepat merupakan isu
sentral yang dihadapi dunia, terlebih di negara
berkembang termasuk Indonesia.
Konsekuensi logisnya adalah
1.Apakah peningkatan ketersediaan pangan mampu
mengimbangi pertambahan penduduk ?
2.Apakah terdapat lapangan usaha dan kerja yang
memadai sehingga tidak terjadi ledakan
pengangguran ?
3.Bagaimana dampaknya terhadap sumberdaya
alam?
A. PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN

• Kualitas hidup sangat tergantung pada


ketersediaan sumberdaya yang dimiliki oleh
individu dan masyarakat serta bagaimana
mengelola dan memanfaatkan sumberdaya
tersebut. Keduanya sangat dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan kependudukan.
• Oleh karena itu perlu metode yang dapat
digunakan untuk mengantisipasi dan mengatasi
masalah kependudukan.
A. PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN
• Adanya dinamika kependudukan berkaitan
dengan pengelolaan sumberdaya alam
untuk pembangunan ekonomi termasuk
pangan dan gizi, pembangunan sosial
termasuk kesehatan serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. FAKTOR DAN FREKUENSI PENDUDUK

• Pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh


angka kelahiran, kematian dan migrasi.
• Berkembangnya ilmu kesehatan turut berperan
dalam mengurangi angka akibat penyakit.
• Pengendalian pertumbuhan penduduk perlu
mendapat perhatian sebab ketersediaan pangan
dunia bukan tidak terbatas. Selain itu sarana
sosial ekonomi mungkin juga tidak mampu
mengatasi ledakan penduduk yg tidak terkendali.
Faktor dan Frekuensi Penduduk yang sangat
Mempengaruhi Kependudukan

1. Situasi penduduk
2.Faktor penyebab natalitas dan mortalitas
3.Dampak pertumbuhan penduduk
1. Situasi Penduduk
• Pada tahun 1830 penduduk dunia diperkirakan 1
milliar jiwa, kemudian naik dua kali lipat pada
seratus tahun kemudian. Tahun 1960 penduduk
dunia naik enam kali lipat menjadi 6,1 milliar
jiwa, selanjutnya diperkirakan 9,3 milliar pada
tahun 2050.
• Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Indonesia
memiliki kecenderungan menurun. Kebijakan
pemerintah untuk menekan LPP dengan adanya
program keluarga Berencana (KB) yang
diluncurkan tahun 1980 semakin nyata hasilnya.
1. Situasi Penduduk
• Pada tahun 1971-1980 LPP Indonesia masih tinggi
sekitar 2,33 persen, kemudian pada tahun 1990-2000
mengalami penurunan yang cukup tajam hingga 1,44
persen, hal ini disebabkan berkurangnya angka kelahiran
sebagai dampak peran serta masyarakat dalam program
KB.
• Namun pada sepuluh tahun berikutnya periode 2000-
2010 terjadi sedikit peningkatan 0,05 persen. Pada lima
tahun berikutnya kurun waktu 2010-2015 LPP
mengalami penurunan menjadi 1,43 persen.
1. Situasi Penduduk

• Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 mencapai 205 juta


jiwa, merupakan jumlah terbesar ke empat, setelah, China, India
dan Amerika Serikat, pada tahun 2010 penduduk Indonesia akan
mencapai 235 juta jiwa.
• Pada tahun 2017 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan
mencapai 262 juta jiwa. Meskipun jumlah populasi besar, tetapi
didominasi oleh usia produktif, sehingga angka ketergantungan
cenderung menurun.
1. Situasi Penduduk
• Angka ketergantungan, yakni jumlah penduduk usia tidak
produktif terhadap penduduk produktif pada 2016 sebesar
48,4 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibanding 1971
yang mencapai 86,6 persen.
• Proyeksi penduduk 2010-2035 (Bappenas), jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 271
juta jiwa atau bertambah 10 juta dari jumlah penduduk
pada tahun lalu.
• Pada tahun 2035 jumlah penduduk Indonesia akan
menembus 300 juta jiwa.
• LPP periode 2010-2035 diprediksi akan
mengalami penurunan, hal ini disebabkan,
meningkatnya pendidikan masyarakat,
kesadaran mengatur jarak kelahiran anak,
serta perubahan gaya hidup akan membuat
pertumbuhan penduduk cenderung
melambat, diperkirakan menurun menjadi
hanya 0,62 persen. Pada periode ini saatnya
Indonesia mencapai puncak era bonus
demografi
• Pucak era bonus demografi
adalah jumlah penduduk yang produktif
(17-50 tahun) lebih banyak disbanding non
produktif (anak anak dan lansia)
• Oleh karena itu diharapkan pada usia
tersebut mereka sudah mandiri dan
mendapatkan penghasilan yang mandiri
serta bisa berkreativitas menghasilkan
penghasilan
2. Natalitas dan Mortalitas
• Menurut FAO (1989) natalitas dan mortalitas
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : Biologis,
sosial-budaya dan ekonomi, pendidikan, kebijakan
pemerintah, pengetahuan dan teknologi serta
struktur kependudukan.
a. Biologis
• Hampir semua wanita berumur 15-49 tahun
memiliki potensi untuk hamil dan hampir semua
pria berumur 15 tahun sampai akhir hayatnya
dapat menjadi ayah bagi anak-anaknya, meskipun
potensinya menurun.
• Status kesehatan dan gizi akan sangat berpengaruh
terhadap kemampuan biologis seseorang.
• Keadaan gizi kurang yang lama pada wanita dapat
mengakibatkan gangguan pada siklus menstruasi
a. Biologis
• Beberapa studi membuktikan bahwa haid
pertama (menarche) ditentukan oleh status
gizi pada saat anak perempuan menginjak
remaja
• Wanita yang menyusui anaknya dapat
memperpanjang waktu untuk tidak
memperoleh haid kembali. Masa
berhentinya haid setelah melahirkan dapat
digunakan sebagai kontrasepsi alami.
a. Biologis

• Beberapa penyakit seperti penyakit kelamin


dapat menyebabkan seseorang menjadi berkurang
kesuburannya dan keadaan tersbut sangat
mempengaruhi angka kelahiran (Natalitas).
a. Biologis
• Status gizi yang rendah akan menurunkan resistensi
tubuh terhadap infeksi penyakit, sehingga banyak
menyebabkan kematian, terutama pada anak balita,
keadaan ini akan mempengaruhi angka mortalitas.
• Ibu hamil yang mempunyai gizi yang baik
mempunyai peluang yang tinggi untuk melahirkan
anak yang sehat.
• Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau
terlalu tua mengakibatkan kualitas janin yang
rendah dan juga merugikan kesehatan ibu.
b. Sosial Budaya dan Ekonomi
• Masih banyak masyarakat karena pengaruh budaya menginginkan
keluarga besar. Dari survei fertilitas diketahui bahwa wanita
Afrika, Asia dan Amerika latin banyak yang mengingikan
keluarga besar dibandingkan wanita Eropa dan Amerika Utara.
• Masyarakat petani dan pedesaan menganggap anak sebagai aset
ekonomi (bantuan anak dalam kegiatan rumah tangga,
dagang/berusaha tani, mengasuh, dan merupakan jaminan bagi
orang tua dimasa datang)
b. Sosial Budaya dan Ekonomi
• Di Indonesia masih ada anggapan bahwa :
“banyak anak, banyak rezeki”. Sehingga bagi
mereka punya anggapan tidak perlu membatasi
besarnya keluarga, karena ada anggapan anak
adalah titipan Tuhan.
b. Sosial Budaya dan Ekonomi

• Di beberapa banyak negara terjadi


pernikahan sangat muda antara 15-19 tahun,
dengan usia perkawinan muda maka selang usia
subur menjadi lebih panjang dan berpotensi untuk
melahirkan anak banyak.
• Konsekuensi lainnya adalah ada persaingan
kebutuhan zat gizi antara ibu muda dan janinnya
c. Tingkat Pendidikan
• Wanita yang berpendidikan rendah atau yang tidak
berpendidikan biasanya mempunyai anak lebih banyak
dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.
Umumnya yang berpendidikan rendah sulit diajak
memahami dampak negatif dari mempunyai banyak
anak
c. Tingkat Pendidikan
• Frekuensi kehamilan dan melahirkan akan
menyebabkan ibu berpeluang besar mengalami
gangguan kesehatan dan menyebabkan angka
kematian anak dan ibu tinggi.
• Di Indonesia angka kematian bayi masih sangat
tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya yaitu
334 per 100.000 kelahiran pada tahun 2000
d. Kebijakan Pemerintah
• Kebijakan pemerintah dalam pembangunan kependudukan adalah
sebagai berikut :
1. Pengendalian pertumbuhan penduduk melalui program KB
2. Penurunan tingkat kematian terutama ibu, bayi dan balita melalui
program pelayanan kesehatan terpadu
3. Pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk (transmigrasi)
4. Peningkatan kualitas penduduk yang meliputi kualitas fisik dan
non fisik
d. Kebijakan Pemerintah
5. Memberikan kesempatan kepada penduduk
usia lanjut untuk bisa menikmati hari tuanya.
6. Peningkatan upaya penerangan, pendidikan dan
penyuluhan mengenai kependudukan, KB dan
keluarga sejahtera.
7. Penyempurnaan administrasi, pencatatan dan
statistik kependudukan.
e. Pengetahuan dan Teknologi
• Kemajuan dalam ilmu kedokteran dan pelayanan
kesehatan mengakibatkan penurunan angka kematian
dan peningkatan usia harapan hidup.
• Usia harapan hidup di Indonesia adalah 60 tahun,
sedangkan di Jepang 98 tahun
• Angka kematian bayi di negara-negara berkembang
menunjukkan kecenderungan menurun, hal ini
disebabkan karena meningkatnya anak-anak yang
memperoleh imunisasi terhadap penyakit infeksi.
e. Pengetahuan dan Teknologi
• Ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang baik telah menghasilkan berbagai
teknik kontrasepsi, sehingga pasangan suami istri
dapat memilih jenis alat kontrasepsi yang
diinginkan sehingga bisa mengatur jarak
kelahiran, sehingga anak-anak dapat hidup lebih
sejahtera.
f. Struktur Kependudukan

• Struktur penduduk sering


digambarkan dalam
bentuk piramida
penduduk.
f. Struktur Kependudukan
• Keberhasilan pembangunan nasional,
khususnya bidang kependudukan dan keluarga
sejahtera telah menghasilkan ciri kependudukan
• dengan piramida yang melebar di tengah dan
diatas
• Struktur tersebut berciri penduduk golongan
muda (diatas 15 tahun) yang tinggi dan dan diatas
60 tahun yang tinggi dengan masa tua yang
semakin panjang.
• Struktur ini mencerminkan proporsi usia subur
yang tinggi dengan potensi melahirkan yang
tinggi.
3. Dampak Pertumbuhan
Penduduk
• Pertambahan penduduk akan berakibat pada
ketersediaan sumberdaya dan kelestarian
lingkungan, ketersediaan pangan, kesehatan
masyarakat, kesempatan memperoleh pendidikan,
maupun kesempatan kerja.
3. Dampak Pertumbuhan Penduduk
• Pertumbuhan penduduk yang tinggi
meningkatkan kompetisi pemanfaatan lahan yang
dapat mengancam keberadaan lahan pertanian
yang subur.
• Konversi lahan pertanian menjadi isu sentral bagi
pemantapan ketahanan pangan (ketersediaan
pangan) karena lebih dari 60% produksi padi
dihasilkan di Pulau Jawa.
3. Dampak Pertumbuhan

Penduduk
Selain itu menyebabkan konsumsi pangan (kualitas dan
kuantitas) yang tidak memadai.
• Faktor-faktor penyebab masalah gizi yang sering dikenal
sebagai lingkaran spiral yang berbahaya dan cenderung
meluas adalah, rendahnya pendapatan, rendahnya
pendidikan dan pengetahuan gizi, besarnya keluarga.
3. Dampak Pertumbuhan Penduduk
• Bila jumlah penduduk terus meningkat
maka lahan usaha tani akan terbatas, sehingga
terjadi pengangguran di sektor pertanian yang
dapat berakibat terjadinya urbanisasi tetap atau
musiman, keadaan ini berdampak negatif, yaitu
terjadinya kepadatan penduduk perkotaan, yang
akan timbul daerah-daerah kumuh baru.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai