Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KAITAN PANGAN GIZI DAN KEPENDUDUKAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. Kairunnisa Putri Pangaribuan (2002021013)
2. Muzakir wallad (2002021014)

DOSEN PENGAMPU : Ir. Neni Ekowati Januariana, MPH


MATA KULIAH ; EKOLOGI PANGAN DAN GIZI

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN MASYARAKAT
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun makalah
yang berjudul “ KAITAN PANGAN GIZI DAN KEPENDUDUKAN “ dengan
tepat waktu dan tanggung jawab mengingat ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah Ekologi Pangan dan Gizi.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat kami perhatikan dan
pertimbangkan guna perbaikan dimasa datang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
tugas makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Pangan dan Gizi,
dan mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada
para pembaca

Medan, 10 oktober 2022

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting
dalam pembangunan, komponen ini memberikan kontribusi dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal
dalam pembangunan. Karena peranan ini sangat penting, pangan dan gizi dapat
diibaratkan sebagai kebutuhan dan modal dasar pembangunan serta menjadi
indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan.
Kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan, menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan
kematian. Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu. Menurut teori malthus pertumbuhan penduduk seperti deret ukur,
sementara produksi pangan seperti deret hitung. Oleh karen itu, suatu saat besar
kemungkinan manusia didunia ini akan mengalami bencana kurang pangan.
Ternyata teknologi produksi pangan berkembang dengan pesat dan disisi lain
angka kelahiran berhasil ditekan dengan KB. Dengan demikian, untuk sementara
ini umat manusia berhasil mengatasi ancaman kurang pangan, kecuali dibeberapa
negara yang benar-benar miskin.
Jumlah penduduk Indonesia sudah semakin meningkat. Dua ratus juta
penduduk telah tercatat, sekitar 37,3 penduduk hidup di bawah garis kemiskinan,
separuh dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhan
sehari-hari lima juta balita berstatus gizi kurang dan lebih dari seratus juta
penduduk beresiko terhadap berbagai masalah kurang gizi. Semakin padatnya
penduduk akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap pangan yang harus
dikonsumsi. Jika penduduk padat disertai dengan jumlah penduduk produksi
pangan melimpah dan penduduk mampu menjangkau harga dari pangan tersebut
tentu tidak menjadi masalah. Namun, jika penduduk padat tidak disertai dengan
produktifitas pangan yang memadai, maka inilah yang menjadi masalah besar
seperti gizi buruk terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

1
Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang
dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh,
lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya
aktivitas dan produktifitas kerja. Pada bayi dan balita, kekurangan gizi dapat
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan
spiritual. Bahkan, pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan
sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita akan
mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi akan mempengaruhi rendahnya konsumsi pangan dan kadar gizi yang
diperoleh. Diharapkan dengan menekan jumlah penduduk Indonesia, masalah gizi
buruk dan kelaparan dapat diminimalkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari kependudukan ?
2. Bagaimana masalah gizi di tinjau dari kependudukan?
3. Apa itu kaitan pangan,gizi dan kependudukan?
4. Apa tujuan kaitan pangan,gizi dan kependudukan?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apa itu kependudukan
2. Mengetahui masalah gizi ditinjau darimana
3. Mengetahui apa itu kaitan pangan,gizi dan kependudukan
4. Mengetahui tujuan kaitan pangangizi dan kependudukan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI KEPENDUDUKAN
Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Kata demografi
berasal dari bahasa yunani yang berarti(demos) adalah rakyat atau penduduk dan
“grafein” adalah menulis. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-
karangan mengenai rakyat atau penduduk. Istilah ini dipakai untuk pertama
kalinya oleh Achille Guillard dalam karangannya yang berjudul Elements de
Statisque Humaine on Demographic Compares pada tahun 1885.
Kependudukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah,
pertumbuhan,persebaran,mobilitas,penyebaran,kualitas,kondisi kesejahteraan,
yang menyangkut politik,ekonomi,sosial,budaya,agama serta lingkungan.
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat
kelahiran,kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk
masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan criteria
seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.

Tujuan Demografi :
1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.
2. Menjelaskan pertambahan penduduk masa lampau, penurunan, persebaran
dengan data yang tersedia.
3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk
dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial.
4. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa akan datang.

3
B. Masalah Gizi Ditinjau dari Segi Kependudukan.
Proses terjadinya akibat faktor lingkungan dan manusia yang didukung
oleh kekurangan asupan zat gizi. Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat
gizi pada ubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaaan ini
berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi
kemerosotan jaringan. Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau
masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya
akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi dibagi menjadi 2 yaitu,
masalah gizi makro dan masalah gizi mikro. Adapun gangguan gizi mikro hanya
dikenal dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi,
kurang zat yodium dan kurang vitamin A.
Masalah gizi makro, terutama masalah kurang energi protein yang telah
menjadi perhatian para pakar gizi selama puluhan tahun. Berdasarkan data
Susenas,prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita berhasil diturunkan dari
35,57% tahun 1992 menjadi 24,66% pada tahun 2000.
Disamping itu, tingkat kematian anak-anak di bawah umur 4 tahun masih
tinggi. Dari setiap 1.000 bayi yang lahir hidup setiap tahun, 125-150 daripadanya
meningga sebelum umur 1 tahun. Gejala tingkat kematian yang tinggi tersebut
merupakan suatu tanda bahwa keadaan gizi penduduk masih belum baik. Tingkat
kematian yang tinggi tersebut antara lain disebabkan para ibu hamil selama masa
kandungannya kurang mendapatkan asupan kalori protein yang cukup.
Masalah gizi yang timbul diatas salah satu penyebabnya dikarenakan
faktor demografi. Untuk Negara berkembang seperti Indonesia, masalah
melonjaknya tingkat pertumbuhan penduduk yang menyebabkan kepadatan
penduduk masih sulit untuk diatasi.Tingkat kepadatan penduduk akan
mempengaruhi permintaan jum lah pangan yang dibutuhkan. Permintaan jumlah
pangan lebih cepat daripada produksinya. Akibatnya, akan terjadi kesenjangan
untuk kebutuhan dna produksi pangan domestic yang semakin lebar. Penyebab
utama kesenjangan itu adalah adanya pertumbuhan penduduk yang relative masih
tinggi.

4
C. Kependudukan dan Kaitannya dengan Gizi
Jumlah penduduk yang melonjak drastis akan semakin berpengaruh di
semua sektor bagi negara yang masih berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan
sensus penduduk yang dilakukan 10 tahun sekali diperoleh jumlah penduduk
Indonesia sebagai berikut :
a. Tahun 1961 = 97,1 juta jiwa.
b. Tahun 1971 = 119,2 juta jiwa.
c. Tahun 1980 = 147,5 juta jiwa.
d. Tahun 1990 = 179.321 juta jiwa.
e. Tahun 2004 = 238.452 juta jiwa.
Kepadatan penduduk yang relative terus meningkat akan menimbulkan
banyak masalah. Stabilitas penduduk dimasa lalu dilakukan dengan mengimbangi
angka kelahiran dan kematian. Terpeliharanya gizi dalam jangka panjang tidak
hanya akan membatasi besarnya keluarga, tetapi program gizi juga secara
langsung merupakan mekanisme operasional untuk mendorong keluarga
berencana.
Sebagaimana pemberantasan gizi kurang pada anak dan ibu bisa
mendorong keluarga kecil sejahtera, pembatasan jumlah keluarga juga bisa
membantu memperbaiki gizi dan keselamatan bayi. Perbaikan gizi akan
memperkecil keguguran dan memperpanjang masa reproduksi.
Pendidikan kependudukan merupakan media untuk memperluas kesadaran
tersebut. Pertumbuhan penduduk yang cepat merupakan isu sentral yang dihadapi
dunia,terlebih di negara berkembangan termasuk Indonesia. Kualitas hidup sangat
tergantung kepada ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh individu dan
masyarakat,serta berbagai mengelola dan memanfaatkan sumber daya.
D. MASALAH KEPENDUDUKAN
Pertumbuhan penduduk menjadi persoalan yang harus diantisipasi
dengan kerja keras oleh Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk di negeri ini
tampaknya sudah berada pada kondisi “Lampu Kuning”. Hal tersebut bisa terlihat
pada tabel perkembangan jumlah penduduk Indonesia tahun 1600 – 2010 lalu.
Ledakan tersebut sudah mulai terasa sejak awal abad 19 di mana jumlah penduduk

5
mengalami pertumbuhan dua kali lipat, dari 18,3 juta menjadi 40,2 juta. Kian
pesat pada awal abad 20, di mana dalam seratus tahun jumlah penduduk Indonesia
meningkat drastis lima kali lipat, menjadi 205,8. Yang menakjubkan dalam
periode 2000 – 2010 angkanya berlipat menjadi 237,8 juta atau 32 juta dalam satu
dasawarsa. Bila di rata-rata pertumbuhan pertahunnya menyentuh angka 3,2 juta
per tahun atau sekitar 10.000 bayi lahir per hari. Jika tidak ada perubahan
bermakna, maka dengan pertumbuhan 1,49 % per tahun diperkirakan jumlah
penduduk Indonesia sekitar 45 sampai 50 tahun mendatang akan mencapai 474
juta jiwa.
E. UPAYA MENYELESAIKAN MASALAH GIZI KEPENDUDUKAN
Masalah gizi yang timbul dari faktor demografi atau kependudukan harus
segera diatasi. Hal ini diharapkan dapat meminimalkan penderita gizi buruk yang
selama ini menjadi langganan masyarakat Indonesia yang tidak sanggup
menyediakan pangan untuk dikonsumsi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain
untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk yaitu pengendalian jumlah dan
pertumbuhan penduduk serta pemerataan persebaran penduduk. Sedangkan untuk
mengatasi masalah gizi antara lain:
1. Peningkatan Gizi Masyarakat.
- Hal ini dapat dilakukan dengan member makanan tambahan yang bergizi
terutama bagi anak-anak. Program ini dapat dioptimalkan melalui
pemberdayaan posyandu dan kegiatan PKK.
2. Pelaksanaan Imunisasi.
- Berdasarkan prinsip, mencegah lebih baik dari pada mengobati. Program
imunisasi bertujuan melindungi tiap anak dari penyakit umum. Hal tersebut
dapat dilaksanakan melalui PIN (Pekan imunisasi Nasional).
3. Penambahan Fasilitas Kesehatan.
- Fasilitas kesehatan harus mampu menampung dan menjangkau masyarakat
di daerah-daerah tertinggal. Penambahan fasilitas kesehatan ini meliputi
rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, dan posyandu.
Penambahan fasilitas ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, seperti imunisasi, KB, pengobatan, dan lain-lain.

6
Dengan demikian dapat mengurangi tingginya angka kematian bayi, dan
meningkatkan angka harapan hidup masyarakat.
4. Penyediaan Pelayanan Kesehatan Gratis.
- Pemerintah menyediakan pelayanan gratis bagi penduduk miskin dalam
bentuk kartu sehat yang digunakan untuk memperoleh layanan kesehatan
secara murah, atau bahkan gratis di rumah sakit pemerintah atau puskesmas.
5. Pengadaan Obat Generik.
- Pemerintah harus mengembangkan pengadaan obat murah yang dapat
dijangkau oleh masyarakat bawah. Penyediaan obat murah ini dapat
berupa obat generik.
6. Penambahan Jumlah Tenaga Medis.
- Agar pelayanan kesehatan dapat mencakup seluruh lapisan masyarakat
dan mencakup sleuruh wilayah Indonesia, diperlukan penambahan jumlah
tenaga medis seperti dokter, bidan dan perawat. Tenaga medis tersebut juga
harus memiliki dedikasi tinggi untuk ditempatkan di daerah-daerah terpencil
serta berdedikasi tinggi melayani masyarakat miskin.
7. Melakukan Penyuluhan.
- Melakukan penyuluhan tentang arti pentingnya kebersihan dan pola hidup
sehat. Penyuluhan semacam ini juga bisa melibatkan lembaga-lembaga lain
di luar lembaga kesehatan seperti sekolah, organisasi masyarakat, dan tokoh-
tokoh masyarakat. Jika kesadaran akan arti pentingnya pola hidup sehat
sudah tertanam dengan baik, maka masyarakat akan dengan sendirinya
trehindar dari berbagai penyakit.
F. MASALAH KETAHANAN PANGAN
Krisis energi dan pangan pada 2005-2008 yang membuat harga
komoditas pangan dan energi bergejolak tajam dalam kurun yang sangat cepat,
membuat masyarakat terancam kesejahteraanya. Dunia telah memprediksi bahwa
akibat perubahan iklim dan ledakan penduduk akan menyebabkan terjadi
kelangkaan pangan, air, dan energi yang luar biasa menjelang tahun 2030.

7
Saat ini secara nasional, Indeks Ketahanan Pangan berada pada peringkat
“Cukup Tangguh”, dan secara kewilayahan, masih bervariasi dari peringkat
“Rawan” hingga “Sangat Tangguh”. Kondisi ini masih tergolong baik namun
tentu berbeda bila di kemudian hari faktor kependudukan dan ketahanan pangan
tidak terselesaikan dengan baik.
Pada 2030 menurut Glick (2010) diperkirakan akan terjadi kenaikan
permintaan pangan dunia sebesar 50%. Hal ini seiring dengan pertumbuhan
penduduk dunia yang diperkirakan menyentuh angka 9 miliar jiwa pada tahun
yang sama. Dari sebaran menunjukkan, negara berkembang menjadi penyumbang
terbanyak pertumbuhan penduduk, dibanding negara transisi dan negara maju. Hal
ini memicu peningkatan kebutuhan pangan di negara bersangkutan. Padahal
jumlah lahan yang tersedia tidak melulu ada di negara berkembang. Bahkan,
ironisnya, stok pangan lebih banyak berada di negara maju yang berhasil dengan
program-program intensifikasi pangannya.
Tak hanya faktor peningkatan penduduk saja, melainkan juga kondisi
perubahan iklim dunia yang mendorong banyak negara mengatur ulang kebijakan
ekspor pangan dari negaranya. Contohnya adalah negara pengekspor beras seperti
Vietnam dan Thailand sudah memberikan peringatan pengurangan jumlah ekspor
karena persediaan beras mereka
juga sudah menipis akibat cuaca ekstrem. Dampak langsungnya adalah
melonjaknya harga pangan dunia.
G. HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN
KETERSEDIAAN PANGAN
Dalam publikasi terbaru yang diterbitkan oleh Food and Agriculture
Organization(FAO) PBB mengenai “indeks harga makanan”, indeks yang
mengukur perubahanharga sekeranjang komoditas pangan dunia secara
bulanan, secara jelasmenunjukkan bahwa harga komoditas tersebut mengalami
kenaikan terus-menerusdalam beberapa tahun terakhir di berbagai belahan
dunia.Harga pangan dianggap sebagai “tsunami bisu” yang akan mempengaruhi
kehidupanjutaan orang, karena tampaknya era makanan murah telah berakhir dan

8
beban dariharga-harga baru ini akan semakin membuat dunia
“tenggelam” seiring denganbertambahnya jumlah penduduk dunia.
Meningkatnya harga pangan ini secara nyata bertepatan dengan
meningkatnya kekhawatiran mengenai ketersediaan pangan dunia pada indeks
harga berapa pun.Hal ini mengkhawatirkan terutama bagi negara-negara
berkembang di manasejumlah lapisan masyarakat yang paling rentan
semakin dihadapkan pada ketidakpastian apakah mereka mampu memperoleh
makanan berikutnya atau tidak.Keluarga miskin yang pendapatannya terbatas
cenderung menghabiskan sebagian besar pendapatannya pada makanan, dan
karena kenaikan harga pangan tidak disertai dengan kenaikan upah,
akibatnya kaum miskin sering menjadi pihak yang harus membayar konsekuensi
tertinggi akibat kenaikan harga tersebut.Beberapa faktor berkontribusi terhadap
kenaikan harga pangan saat ini. Kenaikanjumlah populasi dunia secara
keseluruhan mengindikasikan akan bertambahnya jumlah individu yang harus
diberi makan, kenaikan permintaan jumlah makanan dan kualitas makanan yang
lebih baik dari negara-negara seperti India atau China.
Seiring dengan semakin meningkatnya kualitas kehidupan
mereka,pergeseran global ke arah konsumsi makanan yang berprotein tinggi
(lebih mahal untuk diproduksi), meningkatnya penggunaan biofuel yang
menghapus sejumlah lahanuntuk pertanian dan mengurangi kuantitas lahan yang
digunakan untuk pangansecara keseluruhan, berkembangnya isu mengenai
perubahan iklim, kegagalan panendan penurunan produktivitas pertanian seiring
dengan semakin banyaknya pendudukyang pindah ke kota dan mencari pekerjaan
di sektor non-pertanian.
Kecenderungan-kecenderungan ini terlihat relevan untuk jangka waktu
dekat maupun panjang dan hal ini mengindikasikan bahwa harga pangan akan
cenderungterus meningkat, tidak akan menurun seiring waktu berjalan. Dengan
tidak adanyasolusi yang cukup untuk mengatasi isu ini sekarang, pada akhirnya
kelaparan akan menjadi isu yang paling penting di seluruh dunia untuk beberapa
tahun ke depan.Meningkatnya kekhawatiran terhadap harga pangan dan

9
bagaimana hal ini berdampak pada tingkat kemiskinan dan pembangunan, terbukti
oleh kerusuhan danrevolusi yang terjadi di Timur Tengah.
Harga pangan merupakan pendorongterjadinya kerusuhan sosial yang
menyebar di Tunisia dan selanjutnya berkembang menjadi isu di beberapa negara
lain. Tingginya harga pangan menyebabkan jutaan orang jatuh ke jurang
kemiskinan,mengakibatkan kerusuhan, ketidakstabilan ekonomi dan
meruntuhkan kekuasaan pemerintah di negara-negara berkembang
tersebut.Permasalahan ketahanan pangan, di antara yang lainnya, merupakan salah
satu isusentral dari peringatan ke-20 tahun World Economic Forum (WEF) yang
dilangsungkan di Jakarta pertengahan Juni ini, di mana pemerintah, pebisnis, dan
pemangku kebijakan menggaris bawahi kebutuhan akan adanya usaha keras untuk
mengembangkan solusi yang berkelanjutan mengenai masalah ketahanan pangan
global.
Permasalahan ketahanan pangan, di antara yang lainnya, merupakan salah
satu isusentral dari peringatan ke-20 tahun World Economic Forum (WEF)yang
dilangsungkan di Jakarta pertengahan Juni ini, di mana pemerintah, pebisnis, dan
pemangku kebijakan menggaris bawahi kebutuhan akan adanya usaha keras untuk
mengembangkan solusi yang berkelanjutan mengenai masalah ketahanan
panganglobal.Akan tetapi,hal yang dapat menjadi sebuah kejutan adalah ketika
WEF tidak berupaya menambah produksi pangan secara keseluruhan, karena pada
dasarnya dunia saat ini telah memproduksi pangan lebih dari cukup untuk setiap
orang.
Masalah utamanya ada pada bagaimana pangan tersebut digunakan dan
dibagi.Sejumlah pangan diproduksi, tidak untuk dimakan, namun diproses
menjadi biofuel dan jumlah yang besar terbuang di meja makan kita sehari-
hari.Peningkatan produksi dapat mengantarkan pada ketersediaan pangan yang
banyak, namun isu mengenai distribusi yang merata dan keseimbangan antara
pangan dan bahan bakar kemudian menjadi lebih penting saat ini.Krisis pangan
yang sedang terjadi mengingatkan kita bahwa isu ketahanan panganadalah isu
permasalahan sosial dan merupakan permasalahan ekonomi.

10
Dalam kasusIndonesia, kebijakan di bidang pertanian saat ini telah
menghasilkan beberapa poin yang beralasan mengenai swasembada beberapa
pangan utama, mengembangkan diversifikasi pangan,meningkatkan kapasitas dan
efisiensi yang produktif, dan kebijakan-kebijakan ini juga telah mampu
meningkatkan standar kehidupan bagi sejumlah penduduk.Negara seperti
Indonesia telah membuat perkembangan yang signifikan dalam usaha mengurangi
kemiskinan sejak krisis finansial Asia dI tahun 1998, dan dengan pengembangan
produktivitas di bidang pertanian, Indonesia telah memperoleh predikat sebagai
salah satu negara yang mengalami perkembangan di sektor pertanian tercepat.
Namun, saat ini dunia telah menjadi satu kesatuan yang rumit. Apa yang
terjadi diluar mempengaruhi keadaan domestik Indonesia. Investasi di produksi
pangansecara nyata perlu ditingkatkan untuk jangka waktu dekat dan panjang.
Selain itu,pembatasan dunia terhadap ekspor pangan atau subsidi, terutama oleh
negara-negaramaju, perlu dimonitor karena mereka memainkan peranan yang
krusial dalam mendorong harga pangan meningkat ke atas.
Terlebih lagi, kerja sama antara pemerintah dan organisasi internasional
serta berbagai forum seperti WTO Doha Round dapat menghasilkan beberapa
solusi jangka panjang bagi masalah ini. Panggilan terhadap kerja sama global di
bidang pangan sudah mulai terdengar. Sejauh ini telah banyak yang
dikatakan,namun begitu sedikit yang dilakukan.Pesatnya pertumbuhan penduduk
menuntut pemenuhan pangan yang sangat besar.US Census Bureau mencatat
kebutuhan pangan biji-bijian (beras dan jagung) di Asiaakan meningkat pesat dari
344 juta ton than 1997 menjadi 557 juta ton tahun 2020.Persoalan krisis pangan
dunia yang ditandai kelangkaan pangan dan melonjaknyaharga pangan di pasar
internasional tahun 2008.
Salah satunya disebabkan karenamembumbungya permintaan pangan
oleh kekuatan ekonomi baru Cina dan Indiadengan penduduk masing-masing 1
miliar jiwa.Pertumbuhan penduduk yang pesat dan kegagalan program keluarga
berencana disejumlah negara memunculkan tantangan serius bagi penyediaan
pangan penduduk dunia ke depan. Krisis pangan serta adanya kompetisi sengit

11
penggunan lahan untukpangan dan bahan bakar menjadi semacam lonceng
peringatan yang harus dijawab oleh para pemimpin dunia.
Keprihatinan menyangkut tantangan penyediaan pangan dan daya
dukung lingkungan dalam beberapa decade mendatang ini memunculkan
sinyalmen adanya agenda negara maju, seperti AS dengan tatanan dunia baru
( New World Order) nya, untuk mengendalikan jumlah dalam rangka menjaga
perdamaian dan stabilitas dunia.

H. PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN KETERSEDIAAN PANGAN


DI INDONESIA
Tingkat pertambahan penduduk dihitung berdasarkan persentase kenaikan
relative atau persentase penurunan relative dari jumlah penduduk neto per tahun
yang bersumber dari pertambahan alami dan migrasi internasional
neto.Pertambahan alami adalah selisih antara jumlah kelahiran dengan jumlah
kematian disuatu Negara (selisih antara fertilitas dengan mortalitas). Migrasi
internasional neto adalahselisih antara jumlah penduduk yang beremigrasi dengan
yang berimigrasi.
Laju pertumbuhan penduduk Negara dunnia ketiga hamper sepenuhnya
dihitung berdasarkan angka pertambahan alami.Total tingkat fertilitas atau total
fertility rate adalah rata-rata jumlah anak yang akan dimiliki seorang wanita
dengan mengasumsikan bahwa tingkat kelahiran saat ini tetap konstan selama
masa produktif wanita tersebut.Penyebab utama perbedaan laju pertumbuhan
penduduk antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang bertumpu
pada perbedaan tingkat kelahiran.Kesenjangan tingkat kematian antara Negara-
negara maju dan berkembang semakinlama semakin kecil. Penyebab utamanya
adalah membaiknya kondisi kesehatan diseluruh Negara-negara dunia ketiga. Bagi
kebanyakan Negara berkembang, tingkatkematian bayi telah mengalami
penurunan besar selama beberapa decade terakhir sehingga harapan hidup menjadi
lebih lama.

12
Penduduk indonesia dari tahun ke tahun selalu bertambah. Perubahan jumlah
penduduk ini disebut sebagai pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk
adalah bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk disuatu daerah atau negara
dalam kurun waktu tertentu. Tingkat pertumbuhan penduduk dinegara kita masih
termasuk tinggi.
Pertumbuhan penduduk disuatu daerah/negara disebabkan oleh faktor-
faktor demografi, yaitu :
1. Angka kelahiran, fertilitas , natalis/birth rate
2. Angka kematian, mortalitas/death rate
3. Migrasi masuk (imigrasi) yaitu masuknya penduduk kesuatu daerah tempat
tujuan (arae of destination)
4. Migrasi keluar ( emigrasi) yaitu perpindahan penduduk keluar dari suatu
daerah asal (arae of origin)
Sebuah fakta yang mengejutkan, hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010
ternyata mencapai angka 237,6 juta jiwa. Tingkat pertumbuhannya pun yang
menyentuh angka 1,49 persen per tahun ternyata meleset dari perkiraan
sebelumnya. Angka ini memang sebuah statistik, tetapi bukan sekedar statistik
karena memiliki makna penting dan implikasi yang serius. Makna penting dari
angka ini adalah 237,6 juta jiwa penduduk Indonesia jangan sampai menjadi
beban tetapi harus menjadi modal pembangunan. Penduduk Indonesia harus
memperoleh pendidikan agar cerdas,kreatif dan inovatif.
Selain itumereka harus pula memperoleh pangan dan asupangizi yang
cukup agar sehat, serta memperoleh pencerahan agama dan budaya agar jujur dan
amanah serta menjunjung nilai-nilai luhur budaya bangsa. Statistik ini
punmemiliki implikasi yang serius terhadap sumber daya alam dan lingkungan,
mulai dari soal penyediaan pangan, energi, alokasi lahan permukiman hingga
meningkatnya degradasi sumber daya alam dan lingkungan.
Jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa telah menempatkan Indonesia
sebagai negara keempat terbanyak jumlah penduduknya setelah Cina, India, dan
Amerika Serikat. Indonesia menghadapi berbagai masalah kependudukan seperti
ketidakmerataan persebarannya, piramida penduduk yang melebar, dan Indeks

13
Pembangunan Manusia (IPM) yang masih sangat rendah. Persoalan
ketidakmerataan penyebaran penduduk cukup serius. Sebagian besar penduduk
terkonsentrasi dipulau Jawa (57,49 persen) sementara luas lahannya hanya 7
persen dari luas Indonesia.
Amat berbeda dengan penduduk luar Jawa khususnya di Indonesia Timur
yang relatif jarang penduduknya dan mendiami lahan yang luas.Dampak
lanjutannya adalah terkait masalah ekonomi yakni ketimpangan antar-
wilayah,antar-sektor dan kemiskinan. Ketimpangan distribusi: Jawa dan luar
Jawa, kota dan perdesaan serta ketimpangan pertumbuhan antara kota-kota
metropolitan dan kotamenengah kecil memiliki implikasi yang luas terhadap
penyediaan infrastruktur,perumahan,fasilitas sosial-ekonomi,dan khususnya
terkait dengan penyediaan pangan, kecukupan pemenuhan kebutuhan energi, dan
kerusakan lingkungan hidup.Masalah jumlah penduduk yang besar ini tak hanya
sekedar persoalan ekonomi,sosial dan lingkungan melainkan juga terkait dengan
persoalan politik dan idiologis.Secara politik jumlah penduduk yang tinggi tanpa
adanya langkah penanganan danantisipasi yang serius khususnya yang terkait
dengan pangan, energi, lingkungan,pendidikan, kesehatan,dan lapangan pekerjaan
akan berimplikasi pada ancaman kedaulatan bangsa dan ketahanan nasional.
Krisis politik yang dibarengi krisis ekonomi, ancaman kelaparan akibat
kekurangan pangan & pasokan energi serta lingkungan hidup berpotensi
menghancurkan eksistensi sebuah Negara.Besarnya jumlah penduduk terkait
langsung dengan jumlah penyediaan pangan,pertumbuhan penduduk yang sangat
pesat menuntut pemenuhan pangan yang sangat besar pula.Dibutuhkan sedikitnya
130kg beras untuk setiap orang per tahunnya.Belum maksimalnya penyediaan
pangan yang ditandai dengan besarnya impor kebutuhan pangan saat ini, menjadi
pertanda yang serius bagi kita agar memiliki perhatian pada persoalam penyediaan
pangan di negara tercinta ini.Indonesia sebagai negara agraris dengan jumlah
penduduk terbesar ke-4 di dunia dan memliki lahan pertanian yang sangat luas.
Departemen Pertanian mencatat Indonesia memiliki kurang lebih 30 juta
hektar lahan pertanian. Selain itu, Badan Meteorologi,Klimatologi, dan Geofisika
juga mencatat curah hujan di Indonesia sangat tinggidengan rata-rata 2.000-3.000

14
milimeter per tahun yang mengakibatkan ketersediaanair yang sangat melimpah.
Dengan demikian Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara yang
terdepan dalam dunia pertanian. Banyak hal yang akan menunjang kemajuan
bidang pertanian antara lain benih yang berkualitas, nutrisi tanaman dan pestisida.
Dengan tersedianya nutrisi tanaman yang mencukupi dengan kualitas yang baik
akan memberikan dampak yang besar bagi para pelaku bidang pertanian, yang
nantinya kita semua akan merasakan manfaatnya. Pada tahun 1960,
kita semua mulai mengenal Revolusi Hijau yang dipelopori oleh Ford dan
Rockefeller Foundation dengan ditemukannya teknologi pupuk
Nitrogen,Phosporus, dan Kalium yang memungkinkan membantu perkembangan
pertanian.Namun 40 tahun setelah Revolusi Hijau, dunia mulai mencari
alternatif lain dan dibidang pupuk atau nutrisi tanaman yang lebih efisien dan
ramah lingkungan.
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat
gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagai tubuh, mengatur
proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki
jaringan tubuh. Beberapa diatara zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut
disebut zat gizi esensia, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak
dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah diperlukan untuk
pertumbuhan dan kesehatan yang normal, jadi zat esensial yang disediakan untuk
tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya dalah zat gizi yang tiak dibentuk
dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan diataranya adalah
asam amino esensial semua zat esensial diperlukan untuk kesehatan yang baik.
Pada umumnya zat gizi dibagi dalam lima kelompok utama, yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar juga
berpendapat bahwa air juga merupakan bagian dari zat gizi. Hal ini didasarkan
kepada fungsi air dalam metabolisme makanan yang cukup penting walaupun air
dapat disediakan di luar bahan pangan. Dalan konteks ini penulis lebih memilih
memasukkan air dalam kelompok zat gizi, sehingga zat gizi terbagi kedalam enam
kelompok yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Tiga

15
golongan zat gizi yang dapat diubah menjadi energi adalah karbohidrat, protein
dan lemak.
Akan tetapi vitamin, mineral dan air diperlukan untuk membantu mengubah
zat gizi tersebut menjadi energi atau menjadi sesuatu dalam biosintesis.Susunan
pangan dalam makanan yang seimbang adalah susunan bahan pangan yang dapat
menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh untuk
tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan. Banyaknya gizi yang
diperlukan, berbeda antara satu orang dengan orang lain disebabkan berbagai
faktor yang dibicarakan kemudian, tetapi fungsi gizi pada pokoknya sama utnuk
semua orang. Berdasarkan asaupan gizi tersebutlah seseorang akan mempunyai
status gizi. Secara umum ada 3 status gizi yailtu status gizi kurng, status gizi
seimbang (normal), dan status gizi lebih.
I. SISTEM PANGAN DAN GIZI
Sistem Pangan dan Gizi Oleh karena keterkaitan gizi dengan berbagai
factor seperti pertanian, sosial, ekonomi, dan budaya maka perbaikan gizi
masyarakat dilakukan dengan pendekatan sistem yang lazim dinamakan sistem
pangan dan gizi. Suatu sistem adalah serangkaian komponen atau unsur yang
saling terkait menuju suatu tujuan yang sama. Sistem pangan dan gizi mempunyai
tujuan meningkatkan dan mempertahankan suatu gizi masyarakat dalam keadaan
optimal. Sistem pangan dan gizi mempunyai empat komponen yaitu:
 Penyediaan Upaya
mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan
penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui
produksi
pangan dalam negeri melalui upaya pertanian dalam menghasilkan makanan
pokok, lauk pauk, sayur mayur dan buah-buahan. Agar produksi pangan dapat
dimanfaatkan setinggi-tingginya perlu diberikan perlakuan pasca panen sebaik-
baiknya dengan tujuan menyiapkan hasil panen agar tahan disimpan dalam waktu
yang panjang tanpa mengalami kerusakan terlalu banyak dan dapat dipasarkan
dalam kondisi baik.

16
 Distribusi Pangan
Agar sampai kepada masyarakat luas dalam keadaan baik, distribusi pangan
perlu memperhatikan aspek transportasi, penyimpanan, pengolahan, pengemasan,
dan pemasaran. Tujuannya adalah agar pangan yang disediakan sampai di
masyarakat secara merata, dalam keadaan baik, tidak banyak terbuang dan dengan
harga yang dapat terjangkau.
 Konsumsi Makanan
Konsumsi makanan oleh masyarakat atau keluarga bergantung pada jumlah
dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, dandistribusi dalam keluarga, dan
kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini bergantung pula pada pendapatan,
agama, adat kebiasaan, dan pendidikan masyarakat serta jumlah anggota keluarga
lainnya. Penggunaan bahan makanan (utilisasi) oleh tubuh akan bergantung pada
pencernaan serta penyerapan dan metabolisme zat gizi. Hal ini juga bergantung
pada kebersihan lingkungan dan ada tidaknya penyakit yang berpengaruh terhadap
penggunaan zat-zat gizi dalam tubuh. Tujuan akhir dari konsumsi dan penggunaan
makanan oleh tubuh adalah tercapainya status gizi tubuh yang optimal.
Pangan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan setiap individu dan
sumber energi untuk memulai segala aktivitas. Jumlah penduduk yang bertambah
sangat cepat selama 40 tahun terakhir (1971 – 2010) menyebabkan kebutuhan
pangan terus meningkat. Istilah
ketahanan pangan muncul sebagai salah satu bentuk upaya penanganan masalah
pangan. Ketahanan pangan merupakan sebuah kondisi yang dijadikan acuan untuk
mengatur upaya-upaya kestabilan kondisi antara penduduk dengan kondisi
pangan.
Ketahanan pangan diartikan sebagai akses setiap rumah tangga atau
individu untuk memperoleh pangan untuk keperluan hidup yang sehat dengan
persyaratan penerimaan pangan sesuai dengan nilai-nilai atau budaya yang
berlaku dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi, akses, dan
ketersediaan pangan (World Food Programme, 2009). Dimensi dalam ketahanan
pangan mencakup ketersediaan, pemanfaatan, akses sosial budaya ekonomi, dan
akses infrastruktur (Rivani,2012).

17
Di Indonesia kualifikasi beras atau padi selalu dijadikan tolok ukur kondisi
pangan suatu wilayah. Di dalam ringkasan pelaksanaan Pelita I pada lampiran dari
Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di depan Sidang Dewan
Perwakilan Rakyat pada tanggal 15 Agustus 1974 yang dikeluarkan oleh
Bappenas (Bappenas, 2016) menyatakan
bahwa beras atau padi merupakan komoditas yang dikonsumsi oleh hampir
seluruh penduduk Indonesia. Oleh karena itu padi atau beras merupakan komoditi
pangan yang penting bagi penduduk ndonesia sampai saat ini. Maka penelitian ini
hanya terfokus pada pokok bahasan beras atau padi saja.
Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur merupakan daerah penghasil padi
terbesar sejak masa Pelita I – VII dijalankan. Hingga saat ini kedua provinsi
tersebut masih memegang peran penting sebagai penghasil padi terbesar di
Indonesia. Meskipun demikian, produksi padi yang melimpah tidak menjamin
kondisi ketahanan pangan provinsi yang baik. Terdapat faktor penduduk yang
mempengaruhi kondisi pangan tersebut.
teori Malthus (1998) yang menyatakan bahwa pertumbuhan pangan
seperti deret hitung dan pertumbuhan penduduk seperti deret ukur, menunjukkan
bahwa seiring peningkatan jumlah dan pertumbuhan penduduk maka semakin
meningkat pula kebutuhan pangan. Hal ini menjadikan kajian mengenai pengaruh
dinamika penduduk terhadap kondisi pangan sangat diperlukan sebagai input bagi
upaya pencapaian ketahanan pangan, khususnya di Indonesia. Dinamika
penduduk yang dimaksud yaitu perubahan tren pertumbuhan, struktur, dan
distribusi penduduk atau disimpulkan sebagai perubahan jumlah individu dalam
komunitas penduduk yang lebih besar dari waktu ke waktu (UNFPA dan
UNDESA, 2012).

J. GIZI KEPENDUDUKAN
Masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya
struktur umur penduduk merupakan masalah pokok yang dihadapi dalam bidang
kependudukan dan keluarga berencana. Tingkat pertumbuhan penduduk yang
relatif tinggi disebabkan masih tingginya tingkat kelahiran disatu pihak dan lebih

18
cepat nya penurunan tingkat kematian dilain pihak. Selain itu,struktur umur
penduduk yang kurang seimbang disebabkan oleh karena sebagian besar
penduduk berumur muda. Salah satu akibatnya,tingkat beban
ketergantungan,yaitu perbandingan antara kelompok penduduk yang tidak bekerja
terhadap kelompok penduduk yang bekerja,relatif masih tinggi.
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik
yang tangguh,mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris
menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan
status gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.
Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi
pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola
asuh,ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi,budaya dan politik. Apabila gizi
kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam
pembangunan nasional.
Saat ini diperkirakan sekitar 50 persen penduduk indonesia atau lebih dari
100juta jiwa mengalami beraneka masalah kekurangan gizi,yaitu gizi kurang dan
gizi lebih. Masalah gizi kurang sering luput dari penglihatan atau pengamatan
biasa dan sering kali tidak cepat ditanggulangi, padahal dapat memunculkan
masalah besar. Selain gizi kurang,secara bersamaan indonesia juga mulai
menghadapi masalah gizi lebih dengan kecenderungan yang semakin meningkat
dari waktu ke waktu. Dengan kata lain saat ini indonesia tengah menghadapi
masalah gizi ganda. Secara perlahan kekurangan gizi akan berdampak pada
tingginya angka kematian ibu,bayi,dan balita,serta rendahnya partisipasi
sekolah,rendahnya pendidikan,serta lambatnya pertumbuhan ekonomi.
1. Kemiskinan,kelaparan dan gizi kurang
Sekitar 37,3 juta penduduk hidupo di bawah garis kemiskinan, separo dari total
rumah tangga mengosumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari hari, lima juta
balita berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk berisiko terhadap
berbagai masalah kurang gizi.

19
Itulah sebagian gambaran tingkat kesejahteraan rakyat indonesia yang
perlu mendapat perhatian sungguh sungguh untuk diatasi. Apalagi indonesia
sudah terikat dengan kesepakatan global untuk mencapai Milenium Develovment
Goals (MDG’s) dengan mengurangi jumlah penduduk yang miskin dan kelaparan
serta menurunkan angka kematian balita menjadi tinggal separo dari keadaan pada
tahun 2000.
Kemiskinan dapat mengakibatkan kelaparan yang selanjutnya berdampak
pada gizi kurang, bahkan kematian. Sebaliknya penderita gizi kurang
produktifitasnya rendah, kehilangan kesempatan bersekolah, kehilangan sumber
daya karena biayakesehatan yang tinggi, berisiko kelaparan dan selamjutnya
miskin. Diantara berbagai faktor penyebab masalah gizi kurang, kemiskinan di
nilai dan diyakini berperan sangat penting, mendasar, dan timbal balik. Masalah
gizi kurang akan menghambat pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya
mempercepat permiskinan.
2. Faktor dan konsekuensi pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh angka kelahiran,
kematian dan migrasi. Berkembangnya ilmu kesehatan turut berperan dalam
mengurangi angka kematian akibat penyakit. Pengendalian pertumbuhan
penduduk perlu mendapat perhatian sebab ketersediaan pangan dunia bukan tidak
terbatas. Selain itu bebrbagai sarana sosial ekonomi mungkin juga tidak mampu
mengatasi ledakan penduduk yang tidak terkendali.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan manusia.
2. Masalah gizi dibagi menjadi 2 yaitu : masalah gizi makro dan masalah
gizi mikro
3. Upaya menyelesaikan masalah gizi kependudukan ada 7 yaitu :
peningkatan gizi masyarakat,pelaksanaan imunisasi,penambahan fasilitas
kesehatan,penyediaan pelayanan kesehatan gratis, penyediaan obat
generik,penambahan tenaga medis,melakukan penyuluhan.

B. SARAN
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat untuk memperhatikan besar jumlah keluarga
serta pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup bagi pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
2. Bagi lembaga/kader kesehatan
Baik pihak kader maupun organisasi/lembaga kesehatan untuk
menantiasa meningkatkan pelayanan kesehatan dengan mengadakan
sistem kesehatan yang efektif,efisien,dan optimal serta senantiasa
mengadakan pemantauan status gizi keluarga atau masyarakat
3. Bagi pemerintah
Kepada pemerintah hendaknya senantiasa melakukan program kerja yang
dapat meningkatkan masalah produktifitas pangan dan melakukan
pemantauan pemerataan jumlah penduduk disuatu daerah.

21

Anda mungkin juga menyukai