Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

MINI RESEARCH

Mata Kuliah Penilaian Konsumsi Makanan

Dosen Pengampu : Dr. dr. Reni Zuraida, M.Si

Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti M.S

Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc

Disusun Oleh :
Caecilia Cierra Arni 2128021001
I Gede Eka Widayana 2128021010
Lita Setiawati 2128021011

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012, dijelaskan mengenai
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara sampai dengan
perseorangan yang tercermin dari tersediannya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup
sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. (Tambur & Saputra, 2021)
Pembangunan berkelanjutan tanpa kelaparan, menjadi salah satu target
Sustainable Development Goals (SDGs) diakomodir hampir semua negara di dunia.
Hal ini dilatarbelakangi adanya masalah terkait pola makan yang kurang baik, seperti
kurang nutrisi (malnutrition), kurang berat badan (stunting), nutrisi berlebih
(overnutrition) dan obesitas. (Falatehan & Pariyasi, 2021) Pembangunan
berkelanjutan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi dirumuskan oleh pemerintah
daerah di seluruh dunia.
Pemerintah daerah dapat berperan dalam upaya pencapaian SDGs dengan
memperhatikan akses pangan yang berkualitas, terutama bagi masyarakat miskin dan
mereka yang berada dalam situasi rawan pangan. Salah satu masyarakat yang
mengalami kerawanan pangan adalah masyarakat nelayan. Penelitian menunjukkan
bahwa terdapat 92,78% rumah tangga nelayan buruh yang tidak rawan pangan, 7,22%
kurang tahan pangan dan tidak ada rumah tangga nelayan buruh yang termasuk dalam
kategori rawan pangan. (Yolandika et al., 2021)
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh,
mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukan
bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik
ditentukan oleh jumlah pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan buruk
dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara tidak
langsung dipengaruhi oleh polah asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi,
budaya dan politik. Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi
faktor penghambat dalam pembangunan nasional Masalah malnutrisi sering luput dari
penglihatan atau pengamatan biasa dan seringkali tidak cepat ditanggulangi, padahal
dapat memunculkan masalah besar. Secara perlahan kekurangan gizi akan berdampak
pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya umur harapan
hidup. Selain itu, dampak kekurangan gizi terlihat juga pada rendahnya partisipasi
sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi dan tentunya
akan semakin sulit keluar dari lingkaran kemiskinan (Pati, SR & Nugroho F. 2019)
Fenomena kemiskinan terpotret dalam berbagai komunitas marginal yang ada
di masyarakat, salah satunya adalah komunitas nelayan yang merupakan fenomena
sosial yang sampai saat ini masih merupakan tema yang sangat menarik untuk di
diskusikan. Membicarakan nelayan hampir pasti isu yang selalu muncul adalah
masyarakat yang marjinal, miskin dan menjadi sasaran eksploitasi penguasa baik
secara ekonomi maupun politik. Nelayan sering disebut sebagai masyarakat termiskin
dari kelompok masyarakat miskin subsisten (the poornest of the poor) dan merupakan
salah satu bagian dari anggota masyarakat yang mempunyai tingkat kesejahteraan
paling rendah. Selain itu isu anak-anak nelayan pun tidak kalah krusialnya, baik yang
bekaitan dengan keterbelakangan pendidikan, putus sekolah maupun dengan
pemenuhan gizi. Kita ketahui bahwa gizi merupakan salah satu faktor penting dalam
perkembangan setiap anak, semakin baik pemenuhan gizi sesorang semakin baik juga
perkembangan baik secara fisik, mental maupun intelegensianya.
Pada bulan September 2021, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Lampung mencapai
1,01 juta orang (11,67 persen), turun sebesar 76,9 ribu orang dibandingkan dengan
kondisi Maret 2021 yang sebesar 1,08 juta orang (12,62 persen). Kabupaten
Tanggamus adalah salah satu Kabupaten yang masuk kedalam 10 Kabupaten dengan
angka kemiskikinan tertinggi di Provinsi Lampung (BPS, 2019)
Penyebab utama dari masyarakat nelayan biasanya berawal dari alat tangkap
yang sederhana (seperti sampan, pancing, dan lain-lain) dan keterbatasan modal dari
nelayan itu sendiri merupakan salah satu alasannya. Selain daripada itu tingkat
pendidikan, sistem informasi dan teknologi yang terbatas juga menjadi faktor
penghambat kemajuan usaha para nelayan. Akibat dari hal tersebut adalah pendapatan
nelayan tidak menentu dalam sehari-hari, sehingga menyebabkan ketahanan pangan
dari nelayan itu sendiri kurang bisa terpenuhi dengan baik.
Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan pangan dan kaitannya dengan
ketahanan pangan menjadi penting untuk dikaji, termasuk di komunitas nelayan yang
khas karakteristik sosial ekonominya. Peneliti menganggap adanya kesatuan dari
empat faktor yaitu kesehatan, harga, pengaruh sosial, dan kebiasaan yang menjadi
seperangkat motif yang memengaruhi perilaku pemilihan pangan, termasuk pada
komunitas nelayan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan dipecahkan
dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pola konsumsi dan gizi balita pada
keluarga nelayan di Kota Agung.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pola konsumsi pola konsumsi dan gizi balita/ bumil pada
keluarga nelayan di Kota Agung
2. Untuk mengetahui Kualitas dan Kuantitas konsumsi dan gizi balita/bumil pada
keluarga nelayan berdasarkan skor PPH

1.4 Manfaat
BAB II

METODE PENELITIAN

tipe penelitian

tempat n waktu penelitian

subjek penelitian (kriteria inklusi dan ekslusi)

variabel penelitian

alur

pengumpulan data

analisis data
DAFTAR PUSTAKA

Falatehan, S. F., & Pariyasi. (2021). Motives in Food Choices and It ’ s Influences to Food
Security among Fishers Communities of West Sumatera. Jurnal Sosek, 16(1), 103–119.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.15578/jsekp.v16i1.8216 103
Tambur, A., & Saputra, I. A. (2021). Ketahanan Pangan Masyarakat Nelayan Pasca Bencana
di Kota Palu. Media Komunikasi Geografi, 22(2), 146–154.
https://doi.org/10.23887/mkg.v22i2.32345
Yolandika, C., Anggraini, N., & Berliana, D. (2021). Food Security Level of Fisherman
Household in Bandar Lampung, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 934(1), 6. https://doi.org/10.1088/1755-1315/934/1/012047

Anda mungkin juga menyukai