Anda di halaman 1dari 10

Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal

pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan


ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut adalah dengan perbaikan
gizi anak usia sekolah dasar. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang
optimal tergantung pemberian zat gizi dengan kualitas dan kuantitas yang
baik dan benar.1
Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat
meningkatkan kecerdasan anak juga dapat menunjang pertumbuhan secara
fisik dan mental, guna mendukung keadaan tersebut anak sekolah
memerlukan kondisi tubuh yang optimal dan bugar sehingga memerlukan
status gizi yang baik. Selain itu, anak sekolah termasuk ke dalam salah satu
golongan yang rawan akan masalah gizi.
Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah
baik di kota maupun pedesaan di Indonesia diketahui bahwa pada umumnya
berat dan tinggi badan rata-rata anak sekolah dasar berada di bawah ukuran
normal. Tidak jarang juga pada anak sekolah dasar ditemukan tanda-tanda
penyakit gangguan gizi baik dalam bentuk ringan maupun agak berat.2
Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2010 menunjukkan bahwa masih
1 Widodo Judawarto, Antisipasi Perilaku Makan Anak Sekolah, diakses 6 Juli 2010;
http://www.litbang.depkes.go.id
2 Moehji Sjahmien, Ilmu Gizi 2: Penanggulangan Gizi Buruk (Jakarta: Papas Sinar Siranti, 2003) hlm.58

2
terdapat anak usia sekolah dasar yang prevalensi status gizinya (IMT/U)
dengan kategori kurus di atas prevalensi nasional (7,6%) salah satunya yang
berada di wilayah provinsi Banten yaitu sekitar 9,5%. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi timbulnya masalah gizi tersebut diantaranya adalah konsumsi
makanan yang kurang serta adanya penyakit infeksi yang merupakan dua
faktor penyebab langsung.3

Anak sebagai aset SDM dan generasi penerus perlu diperhatikan kehidupannya.
Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengembangan kualitas
Sumber Daya Manusia. Kecukupan gizi sangat mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas kerja
manusia. Banyak aspek yang berpengaruh terhadap status gizi antara lain aspek pola pangan, sosial
budaya dan pengaruh konsumsi pangan (Suhardjo, 2003).
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak usia tersebut merupakan generasi
penerus bangsa. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian
nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian
nutrisi atau asupan zat gizi pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Banyak
sekali masalah yang ditimbulkan dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang.
Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ dan sistem tubuh anak (Judarwanto,
2006).
Berbagai masalah kesehatan juga dijumpai dikalangan anak sekolah. Secara langsung
keadaan zat gizi dipengaruhi oleh kecukupan asupan makanan dan keadaan individu. Kedua faktor
tersebut selain dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, juga dipengaruhi pola
asuh anak yang tidak memadai.
Perhatian terhadap anak termasuk anak usia sekolah dasar semakin ditingkatkan, terutama dalam hal
yang berkaitan dengan masalah gizi. Perhatian terhadap kelompok ini perlu, karena kenyataan
golongan ini merupakan sumber daya manusia yang sangat potensial yang perlu diberikan perhatian,
pembinaan dan pengawasan yang sedini mungkin agar menghasilkan kualitas yang baik.
Pertumbuhan anak yang baik dalam lingkungan yang sehat penting untuk menciptakan generasi
penerus yang berkualitas dan berpotensi (Santoso S, 1999).
Secara geografis wilayah Kecamatan Pangururan sebagian terdapat ditepi Danau Toba dan sebagian
lagi terdapat di perbukitan. Desa yang terletak di perbukitan termasuk desa sulit ditempuh dengan
transportasi roda empat dan penyebaran rumah-rumah penduduk saling berjauhan dan masyarakat
terbatas mendapatkan pangan bersumber hewani yang diperoleh dari pasar yang ada di tepi danau
sekali dalam seminggu . Selain itu anak sekolah dasar di desa perbukitan pada umumnya masih
berjalan kaki ke sekolah dan mempunyai kebiasaan membantu orang tua ke ladang setelah pulang
dari sekolah. Sedangkan desa tepi danau masyarakatnya pada umumnya telah lebih maju keadaan
ekonomi dan akses masyarakat untuk memperoleh bahan makanan sumber protein hewani seperti
ikan yang banyak di desa tepi danau.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan
perbedaan pola makan dan status gizi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau
Kecamatan Pangururan.
Secara geografis wilayah Kecamatan Pangururan sebagian terdapat ditepi Danau Toba dan sebagian
lagi terdapat di perbukitan. Desa yang terletak di perbukitan termasuk desa sulit ditempuh dengan
transportasi roda empat dan penyebaran rumah-rumah penduduk saling berjauhan dan masyarakat
terbatas mendapatkan pangan bersumber hewani yang diperoleh dari pasar yang ada di tepi danau
sekali dalam seminggu . Selain itu anak sekolah dasar di desa perbukitan pada umumnya masih
berjalan kaki ke sekolah dan mempunyai kebiasaan membantu orang tua ke ladang setelah pulang
dari sekolah. Sedangkan desa tepi danau masyarakatnya pada umumnya telah lebih maju keadaan
ekonomi dan akses masyarakat untuk memperoleh bahan makanan sumber protein hewani seperti
ikan yang banyak di desa tepi danau.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan
perbedaan pola makan dan status gizi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau
Kecamatan Pangururan.
memperoleh bahan makanan sumber protein hewani seperti ikan yang banyak di desa tepi danau.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan
perbedaan pola makan dan status gizi anak sekolah dasar di desa perbukitan dan di desa tepi danau
Kecamatan Pangururan.

Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam PJP II adalah


peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan kecerdasan dan
produktifitas kerja. Upaya peningkatan status gizi status gizi masyarakat adalah
sangat penting karena status gizi terutama pada kelompok anak sekolah merupakan
salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia (Anonim, 1995).
Dari data yang diambil oleh Departemen Sosial tahun 2002 Di Jogjakarta
terdapat 3,6% anak sekolah yang menderita gizi buruk dan 24% menderita gizi kurang.
Hal ini bisa menyebabkan terhambatnya prestasi belajar mereka di sekolah (Depsos.
2002)
Kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan, menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan
kematian (Achmad. 2000). Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2000)
disebutkan bahwa pada anak usia sekolah kekurangan gizi akan mengakibatkan anak
menjadi lemah, cepat lelah dan sakit - sakitan sehingga anak seringkali absen serta
mengalami kesulitan mengikuti dan memahami pelajaran.
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi
ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan semua zat gizi
yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu
terhadap yang lain. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari
sudut kualitas maupun kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan
gizi yang sebaik baiknya (Sediaoetama, 1996).
Keadaan gizi juga akan mempengaruhi kemampuan anak dalam mengikuti.

Gizimerupakansalahsatupenentuuntukkualitassumberdayamanusia,kuranggiziakanmenyebabkankegagalanpe
rtumbuhanfisikdanperkembangankecerdasan,menurunkandayatahan,meningkatkanangkakesakitandankema
tiankhususnyakematianibudanbayi.SesuaidenganVisiprogramperbaikangiziyaitumewujudkan KeluargaMandi
riSadarGizi (KADARZI).(Dinaskesehatan,2006).

Pertumbuhandanperkembangananakakantergangguapabilastatusgizinyaburuk.
Statusgizimerupakansalahsatufaktoryangdapatmempengaruhipertumbuhandan
perkembangananak(Supariasa,2002:31).Apabilastatusgiziburukdibiarkanterusmenerus
tanpaadanyapenanganandaripemerintah,makaakanberakibatrendahnyamutusumberdaya
manusiapadamasaakandatang.Untukmendapatkangambaranterhadapstatusgizidapat
dilakukandenganpengukuranantropometri(Supariasa,2002:58).

Usiaantara6-12tahunadalahusiaanak-
anaktersebutdudukdiSD,karenausiainidisebutusiasekolahdasarpadausia6tahunanakmulaimasuksekolah.Deng
andemikiananak-anakinimulai
masukkedalamduniabarudimanamerekamulaibanyakberhubungandenganorang-
orangdiluarkeluarganyadanmerekaberkenalanpuladengansuasanadanlingkunganbarudalamhidupnya,sehingg
aakanmempengaruhikebiasaanmakanmerekayangtentunyaakanberpengaruhterhadapkeadaangizi(Sjahmien,
2007:41).

Padausiasekolahini,anakbanyakmengikutiaktivitasfisikmaupunmental,seperti
bermain,belajar,berolahraga.Zatgiziakanmembantumeningkatkankesehatantubuhanak,
sehinggasistempertahanantubuhbaikdantidakmudahterserangpenyakit.Kekurangangizi
padausiasekolahakanmengakibatkananakmenjadilemah,cepatlelahdanmudahsakit.
Olehkarenaituanak-anakseringkaliabsensertamengalamikesulitandalammengikutidan
memahamipelajaran(Akhmadi,http://www.rajawana.com,diaksestanggal16januari2010).
Keadaangizitergantungdaritingkatasupangiziseseorang.Tingkatasupangizi
ditentukanolehkualitasdankuantitashidangan.Asupangiziyangmenghasilkankesehatan
dangiziyangsebaik-baiknyadisebutasupangiziadekuat.Jikaasupangizinyabaikkualitas
dankuantitasnyamelebihi,makaakanterjadisuatukeadaangizilebih.Sebaliknyaasupangizi
yangkurangbaikkualitasmaupunkuantitasnyamakaakanmemberikankondisikuranggizi
dankondisidefisiensi(Sediaoetama,2004).Penyakitinfeksidapatmemperburukkeadaan
gizi,dankeadaangiziyangjelekdapatmempermudahterkenainfeksi(Supariasa,2002:187).
PendapatinidiperkuatolehSuhardjo(2005)yangmengatakanbahwaantarastatusgizi
kurangdaninfeksiterdapatinteraksibolak-balik.Infeksidapatmenimbulkangizikurang
melaluimekanismenya.
Pengetahuangiziyangbaikakanmenyebabkanseseorangmampumenyusunmenu
yangbaikuntukdikonsumsi.Semakinbertambahpengetahuanibumakaseorangibuakan
semakinmengertijenisdanjumlahmakananuntukdikonsumsiseluruhanggotakeluarganya
termasukpadaanak-anaknya.Halinidapatmeningkatkankesejahteraananggotakeluarga,
sehinggadapatmengurangiataumencegahgangguangizipadakeluarga(Suhardjo,2005:32).
Kurangnyapengetahuangizidankesehatanorangtua,khususnyaibumerupakansalahsatu
penyebabterjadinyakekurangangizipadaanak-anak.Dipedesaanmakananbanyak
dipengaruhiolehkeadaansosialekonomidankebudayaan.Terdapatpantanganmakanpada
anak-anakmisalnya:anakkeciltidakdiberikanikankarenadapatmenyebabkancacingan,
kacang-kacanganjugatidakdiberikankarenadapatmenyebabkansakitperutataukembung.

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam
pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang
bersangkutan. Keadaan gizi yang rendah pada suatu wilayah akan menentukan tingginya angka
prevalensi kurang gizi secara nasional. Pengetahuan gizi yang kurang atau kurangnya menerapkan
pengetahuan gizi dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan masalah gizi (Rosa, 2011).
Upaya pendidikan gizi di sekolah berpeluang besar untuk berhasil meningkatkan
pengetahuan tentang gizi di kalangan masyarakat karena siswa sekolah diharapkan dapat menjadi
jembatan bagi guru dalam menjangkau orang tuanya. Guru sebagai tenaga pendidik dalam proses
belajar-mengajar mempunyai pengaruh terhadap anak-anak didiknya yang kadang-kadang lebih
dituruti daripada orang tua. Materi pelajaran gizi yang diberikan harus menyajikan kenyataan atau
masalah yang dibutuhkan murid. Informasi gizi perlu dinyatakan dalam istilah-istilah sederhana dan
mudah dikenal pula sehingga mampu menggunakan pengetahuan tersebut secara 2
efektif (Dewi,dkk, 2011). Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, sikap dan
perilaku terhadap gizi adalah dengan memberikan pendidikan gizi selama awal kehidupan
(Zulkarnain, dkk., 2006).
Ketidaktahuan tentang bahan makanan dapat menyebabkan pemilihan makanan yang salah dan
rendahnya pengetahuan gizi akan menyebabkan sikap masa bodoh terhadap makanan tertentu
(Romdiyatin, 2001). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang pengetahuan,
sikap dan tindakan siswa terhadap status gizi di SD Inpres 2 Pannampu Kota Makassar.
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal
pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan
ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut adalah dengan perbaikan
gizi anak usia sekolah dasar. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang
optimal tergantung pemberian zat gizi dengan kualitas dan kuantitas yang
baik dan benar.1
Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat
meningkatkan kecerdasan anak juga dapat menunjang pertumbuhan secara
fisik dan mental, guna mendukung keadaan tersebut anak sekolah
memerlukan kondisi tubuh yang optimal dan bugar sehingga memerlukan
status gizi yang baik. Selain itu, anak sekolah termasuk ke dalam salah satu
golongan yang rawan akan masalah gizi.
Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah
baik di kota maupun pedesaan di Indonesia diketahui bahwa pada umumnya
berat dan tinggi badan rata-rata anak sekolah dasar berada di bawah ukuran
normal dan ada juga yang tergolong berat badan berlebih. Tidak jarang juga pada anak sekolah dasar
ditemukan tanda-tanda
penyakit gangguan gizi baik dalam bentuk ringan maupun agak berat.2

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional anak
usia sekolah (6-14 tahun) kurus(laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan prevalensi anak usia sekolah
kurus (perempuan) adalah 10,9%, selain masalah anak kurus terdapat juga masalah anak gemuk yaitu
anak usia sekolah gemuk (laki-laki) adalah 9,5%, sedangkan anak usia sekolah gemuk (perempuan)
adalah 6,4%.

Pada usia sekolah ini,anak banyak mengikuti aktivitas fisik maupun mental,seperti
bermain,belajar,berolahraga.Zat gizi akan membantu meningkatkan kesehatan tubuh anak,
sehingga system pertahanan tubuh baik dan tidak mudah terserang penyakit.Kekurangan gizi
pada usia sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lemah,cepat lelah dan mudah sakit.
Oleh karena itu anak-anak seringkali absen serta mengalami kesulitan dalam mengikuti dan
Memahami pelajaran(Akhmadi,http://www.rajawana.com,diaksestanggal16januari2010).

Kekurangan gizi dapat terjadi karena rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan atau
informasi tentang gizi dan keadaan social ekonomi yang rendah.Semakin tinggi pendidikan dan
pengetahuan akan menyebabkan seorang mampu menyusub menu yang baik untuk dikonsumsi.
Semakin bertambah pengetahuan ibu, maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah
makanan untuk dikonsumsi anaknya.

Keadaan social ekonomi juga berpengaruh terhadap gizi seseorang. Obesitas lebih banyak di
temukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi dan sebaliknya, Malnutrisi lebih
banyak ditemukan dikalangan yang berstatus ekonomi rendah.

Desa Sungai Salak merupakan daerah terpencil dan berada didaerah pesisir yang tingkat
perekonomiannya tergolong rendah. Kebanyakan pekerjaan masayarakat disanan adalah sebagai
petani, buruh, dan nelayan. Sedangkan istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga atau menjadi buruh
cuci. Mayoritas pendidikan warga di desa ini hanya tamatan SD saja. Dengan latar belakang
pendidikan yang rendah serta pendapatan yang kurang tersebut, tentu sangat berpengaruh terhadap
status gizi anak-anak mereka, di dukung lagi dengan jumlah anak di dalam satu keluarga bias
mencapai 3-4 orang atau lebih, maka akan mengakibatkan anak-anak tersebut tidak mendapatkan gizi
yang cukup. Desa ini juga belum pernah di adakan penilaian status gizi pada anak-anak khususnya
sekolah dasar, apakah gizi mereka dalam batas normal/tidak.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik ingin mengetahui bagaimana gambaran status gizi
di SD 003 Sungai Salak, Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir.

Anda mungkin juga menyukai