PENDAHULUAN
ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang
memiliki ketangguhan fisik, mental yang kuat dan kesehatan prima disamping
1998). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah
terciptanya pembangunan kesehatan yang adil dan merata, yang mengupayakan agar
masyarakat berada dalam keadaan sehat secara optimal, baik fisik, mental, dan social
2002).
Gizi merupakan salah satu factor penentu utama kualitas sumber daya
dasar manusia dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak
pembuahan sampai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan
1
kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan
penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif
(Depkes, 2002).
malnutrisi kronis merupakan masalah nasional dengan rata-rata 33% (TB/U) yang
menjelaskan seorang anak mewakili setiap 3 anak stunted (pendek) khususnya pada
anak dengan keadaan gizi jelek dan dampak dari pelayanan kesehatan anak yang
buruk. Kecenderungan yang terjadi di masa lalu adalah ketika memasuki masa
pangan dan penyakit-penyakit infeksi yang berkembang. Selain itu menurut World
Health Organisation [WHO] (2008) suatu studi yang dilakukan terhadap 1407 rumah
tangga pada dua distrit di Sindh, Pakistan menemukan prevalensi anak menggalami
kurang yaitu kurang energi protein (KEP), anemia besi, gangguan akibat kekurangan
yodium (GAKY) dan kurang vitamin A (KVA). Disamping itu juga terdapat masalah
gizi mikro lainnya seperti defisiensi zink yang sampai saat ini belum terungkap
karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi (Supariasa, 2001).
terutama dalam hal yang berkaitan dengan masalah gizi. Perhatian terhadap kelompok
ini perlu, karena kenyataannya golongan ini merupakan sumber daya manusia yang
2
sangat potensial yang perlu diberikan perhatian, pembinaan dan pengawasan yang
sedini mungkin agar menghasilkan kualitas yang baik. Pertumbuhan anak yang baik
dalam lingkungan yang sehat penting untuk menciptakan generasi penerus yang
2001, anak SD merupakan generasi penerus bangsa yang dapat membawa perubahan
bagi bangsa dan negara. Mereka merupakan kelompok yang rawan terhadap masalah
kurang gizi. Rendahnya status gizi anak-anak sekolah akan berdampak negatif pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Masalah gizi pada anak usia
sekolah adalah masalah kesehatan yang menyangkut masa depan dan kecerdasan
serta memerlukan perhatian yang lebih serius. Anak sekolah dasar sedang mengalami
pertumbuhan secara fisik dan mental yang diperlukan guna menunjang kehidupannya
di masa datang, guna mendukung keadaan tersebut maka anak sekolah dasar
memerlukan kondisi tubuh yang optimal dan bugar, sehingga memerlukan status gizi
yang baik, dan anak sekolah dapat di jadikan perantara dalam penyuluhan gizi
gizi kurang (LIPI, 2004). Menurut Heri Praisindo (2007), berdasarkan data FAO
tahun 2006, sekitar 854 juta orang di dunia menderita kelaparan kronis dan 820 juta
diantaranya berada di negara berkembang. Dari jumlah tersebut, 350-450 juta atau
lebih dari 50% di antaranya adalah anak-anak, dan 13 juta di antaranya berada di
Indonesia (Septian, 2011). Hasil SKRT (survei kesehatan rumah tangga) 2004,
menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan remaja umur 5-17 tahun
3
berstatus gizi kurang. Prevalensi gizi kurang paling tinggi pada anak usia sekolah
dasar (21%). Berdasarkan hasil survei terhadap 600 ribu anak sekolah dasar di 27
Tahun 2011 Puskesmas Sei Mesa pada SDN Seberang Mesjid 1 berdasarkan indeks
IMT/U menunjukkan bahwa anak sekolah yang menderita gizi kurang sebanyak
30,3%, gizi baik sebanyak 58,5%, resiko gizi lebih sebanyak 1.0% dan gizi lebih
sebanyak 11,1%. Menurut indeks TB/U diperoleh status gizi anak baru masuk
sekolah sangat pendek sebanyak 4,0%, pendek sebanyak 0% dan normal sebanyak
95,9%.
Menurut Sediaoetama dalam Semly, dkk (2011), ada banyak factor yang
anggota keluarga, dst). Kesehatan ibu dan anak (KIA), pengetahuan gizi, kesehatan
faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar di SDN
4
1.2 Rumusan Masalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar di SDN
2011 ?
anak sekolah.
anak sekolah.
5
8. Menganalisis hubungan tingkat pendapatan perkapita keluarga
1.4 Hipotesa
1.4.1 Ada hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan status gizi anak
sekolah.
1.4.2 Ada hubungan antara tingkat pendidikan Ibu dengan status gizi anak
sekolah.
1.4.4 Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi anak
sekolah.
6
1.5 Manfaat Penelitian
kesehatan sekolah.
dengan sebaik-baiknya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada awal usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah dengan demikian anak-
anak ini mulai masuk ke dalam dunia baru, dimana dia mulai banyak
pula dengan suasana dan lingkungan baru didalam kehidupannya. Hal ini tentu
Ketika seorang anak pertama kali pergi ke sekolah maka anak ini menemui
disukai dan dimakan oleh temannya dengan makanan di rumah. Hal ini
(Damayanti, 1996).
8
Masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar karena pada usia
tersebut anak sudah berusaha untuk mencapai sesuatu tetapi melalui aktivitas
pada umumnya berat dan tinggi badan rata-rata anak sekolah dasar ini berada
dibawah ukuran normal. Tidak jarang pula anak-anak ini ditemukan tanda-tanda
penyakit gangguan gizi baik dalam bentuk ringan, maupun dalam bentuk agak
adalah :
2. Dalam usia ini anak senang sekali jajan, kebiasaan ini bisa dibawa dari
9
Untuk mengatasi permasalah diatas dapat diusahakan pada anak, yaitu :
(Moehji, 2003).
Sedangkan menurut Supariasa, dkk (2001) status gizi yaitu ekspresi dari
10
Pada umumya penilaian status gizi dapat dibagi dua cara yaitu secara
meliputi survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penilaian status gizi
adalah tujuan, unit sampel yang diukur, jenis informasi yang dibutuhkan,
peralatan, ketenagaan serta dana. Cara biasa yang sering digunakan di Indonesia
yang sesuai.
mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri
dirumah
4. Biaya relative murah karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan
bahan-bahan lainnya
11
5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (Cut of
yang besar
tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dan dapat melakukan
rutin
3. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan di buat di
import dari luar negeri, tetapi penggunaan alat itu hanya tertentu saja
kulit
12
7. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada
1. Tidak sensitive karena metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi
antropometri
a. Pengukuran
jaringan
13
5. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan :
c. Kesulitan pengukuran.
Pertumbuhan :
jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang
peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa
ukuran dari organ serta rasio otot dengan lemak tubuh. Kecepatan
pertumbuhan pada saat pubertas sangat cepat dalam hal tinggi badan
14
Dari sudut pandang antropomerti, pada dasarnya jenis pertumbuhan
1. Pertumbuhan Linear
dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linear yang paling
(LLA), dan tebal lemak bawah kulit. Apabila ukuran ini rendah atau
badan.
Perkembangan :
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Ada pula
15
kemampuan (skill) yang diakibatkan oleh kematangan system saraf
pertumbuhannya.
16
2.3 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Sekolah
faktor penting dalam masalah kurang gizi, hal yang penting berkaitan
hidangan makanan yang mempunyai nilai atau kandungan zat gizi setiap
17
Dengan demikian masa kebutuhan tubuh masing-masing anggota
yang bergizi, secara tidak sadar karena berbagai makanan lezat yang
tidak adanya keseimbangan antara zat gizi yang diperlukan dengan zat
umum maupun bersifat khusus, antara lain :TK, SD, SLTP. SLTA,
PT
keterampilan
18
3. Pendidikan informal : pendidikan atau pelatihan yang terdapat dalam
orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang
19
2.3.3 Pendapatan Perkapita Keluarga
hanya kecil saja. Mereka pada umumnya hidup dengan makanan yang
kurang bergizi.
(Kartasapoetra, 2005).
20
Tingkat pendapatan keluarga menurut BPS, pendapatan regional kota
saying dan perhatian pda anak juga kebutuhan primer seperti makanan,
rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak
21
2.4 Penilaian Status Gizi
bulan yang diukur telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur
cm
3. Ukuran Tinggi Badan (TB) digunakan untuk anak umur di atas 24 bulan
yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang,
4. Gizi Kurang dan Gizi Buruk adalah status gizi yang didasarkan pada
5. Pendek dan Sangat Pendek adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut
6. Kurus dan Sangat Kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut
22
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
anak, ada beberapa kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagai
23
Tabel II.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan
Indeks
24
2.5 Kerangka Teori
Sosial budaya
Data demografi keluarga
(jumlah anggota keluarga)
Status Gizi
Keterangan : = Diteliti
= Tidak Diteliti
II.1 Diagram Kerangka Teori Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
25
2.6 Kerangka Konsep
Sosial ekonomi
(Pendapatan, pekerjaan)
Pengetahuan gizi
Pendidikan ibu
26
2.7 Definisi Operasional
2 Tingkat Segala sesuatu yang Wawancara Kuesioner - Baik : > 80% : Ordinal
pengetahuan diketahui ibu tentang jawaban benar
Ibu masalah gizi dan - Sedang : 60-
kesehatan yang 80% : jawaban
diperoleh dari berbagai benar
media informasi - Kurang : <
(Suhardjo, 1996). 60% : jawaban
benar (Ginting,
2006)
27
3 Tingkat Jenjang pendidikan Wawancara Kuesioner - Tinggi : Ordinal
pendidikan formal Ibu yang Perguruan
Ibu diperoleh dari bangku Tinggi Sederajat
sekolah - Menengah :
SMP, SMA
- Rendah :
Tidak sekolah,
SD
(Notoatmodjo,
2003)
28
BAB III
METODE PENELITIAN
keluarga dan jumlah anggota keluarga) diamati pada saat bersamaan dalam satu
waktu dan dilakukan analisis hubungan variabel bebas dan variabel terikat.
3.2.1 Waktu
3.2.2 Tempat
29
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
1. Data Primer
peneliti yaitu :
30
2. Data sekunder
31
3.5 Cara Pengolahan Data
jawaban yang tepat, skor 1 untuk jawaban yang kurang tepat, skor 0
kategori yaitu :
b. Sedang 60-80%
(Ginting, 2006)
32
Tabel III.1 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Status
Jumlah Responden
No Tingkat Pengetahuan Ibu
n %
1 Baik
2 Sedang
3 Kurang
Jumlah
33
3.5.2 Tingkat Pendidikan Ibu
(Notoatmodjo, 2003).
Jumlah Responden
No Tingkat Pendidikan Ibu
n %
1 Tinggi
2 Menengah
3 Rendah
Jumlah
34
3.5.3 Tingkat Pendapatan Perkapita Keluarga
dikategorikan menjadi :
1. Tinggi : ≥ Rp 553.536/bulan
1 Tinggi
2 Rendah
Jumlah
35
3.5.4 Jumlah Anggota Keluarga
(Yustika, 2003).
Jumlah Responden
No Jumlah Anggota Keluarga
n %
1 Keluarga Besar
2 Keluarga Kecil
Jumlah
yang diteliti dengan status gizi anak sekolah dasar di SDN Seberang
36
Tabel III.5 Distribusi Status Gizi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Tingkat
Tingkat Sangat
No Normal Gemuk Obesitas Kurus Total
Pengetahan Ibu Kurus
1 Baik
2 Sedang
3 Kurang
Total
37
Tabel III.6 Distribusi Status Gizi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Tingkat
Tingkat Sangat
No Normal Gemuk Obesitas Kurus Total
Pendidikan Ibu Kurus
1 Tinggi
2 Menengah
3 Rendah
Total
Tabel III.7 Distribusi Status Gizi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Tingkat
1 Tinggi
2 Rendah
Total
38
Tabel III.8 Distribusi Status Gizi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Jumlah
1 Keluarga Besar
2 Keluarga Kecil
Total
39
3.6 Analisis Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariate
40
Untuk menarik kesimpulan dengan menggunakan kaidah sebagai berikut :
Apabila probabilitas < α = 0,05 (z hitung > z table), maka H0 ditolak dan
Apabila probabilitas > α = 0,05 (z hitung < z table), maka H0 diterima dan
41
BAB IV
2011 2012
Kegiatan
09 10 11 12 01 02 03 04 05 06 07 08
1. Persiapan
a. Pengajuan judul X
b. Persetujuan judul X
c. Uji pendahuluan X
d. Konsultasi X X X X X
e. Penyusunan proposal X X X X X
f. Seminar proposal X
g. Perbaikan proposal X
2. Pelaksanaan
a. Pengumpulan data X
b. Pengolahan data X
c. Analisis data X
d. Penyusunan KTI X
e. Seminar KTI X
f. Perbaikan KTI X
g. Laporan akhir dan X
penggandaan
42
4.2 Anggaran Penelitian
1. Pembuatan Proposal
2. Pelaksanaan
43
DAFTAR PUSTAKA
BPS Prov. Kalsel (2011). Kota Banjarmasin Dalam Angka. Banjarmasin, BPS
Kalimantan Selatan.
Damayanti, D (1996). Modul Kuliah Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Akademi
Gizi Jakarta, Jakarta.
Jalal, F (1998). Gizi dan Kualitas Hidup. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII.
LIPI. Jakarta.
LIPI (2004). Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
44
Santoso, S dan Lies. A R (1999). Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Silitonga, Gibeon J.P, Gambaran Kecenderungan Status Gizi Anak Baru Masuk
Sekolah Dasar Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2007 – 2010, 2011.
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=kecenderungan+status+gizi+anak+baru+masuk+sekolah+dasar+di
+kecamatan+medan+sunggal+tahun+2007-
2010&source=web&cd=2&ved=0CCAQFjAB&url=http%3A%2F
%2Frepository.usu.ac.id. Diakses 20 desember 2011.
45
Wardani (2004). Psikologi Belajar. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta.
46
Lampiran 1
KUESIONER
TAHUN 2012
JURUSAN GIZI
2012
47
1. Data Identitas Responden
R1
R2
R3
R4
R5
48
1. Tingkat Pengetahuan Ibu
Pertanyaan
R1 R2 R3 R4 R5
1. Susunan penganekaragaman makanan adalah makanan yang
bagi anak?
rasa mengantuk
karbohidrat ?
49
5. Manakah makanan yang banyak mengandung sumber protein ?
dan mineral ?
a. Protein
b. Protein nabati
c. Vitamin
50
10. Cara pengolahan sayuran dan buah yang baik adalah ?
baru dipotong-potong
51
3. Tingkat Pendapatan Perkapita Keluarga
R1 R2 R3 R4 R5
No Jenis Pendapatan
Rp/Bulan Rp/Bulan Rp/Bulan Rp/Bulan Rp/Bulan
1 Pendapatan Utama Ayah
2 Pendapatan Sampingan Ayah
3 Pendapatan Utama Ibu
4 Pendapatan Sampingan Ibu
5 Pendapatan Anggota Keluarga Lain
6
7
8
TOTAL
52