Anda di halaman 1dari 51

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber

daya manusia adalah terciptanya pembangunan kesehatan yang adil dan

merata, yang mengupayakan agar masyarakat berada dalam keadaan sehat

secara optimal, baik fisik, mental, dan sosial serta mampu menjadi generasi

yang produktif. Pencapaian pembangunan kesehatan dinilai dengan derajat

kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan digambarkan dengan situasi

mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Ketidakseimbangan gizi

dapat menurunkan kualitas SDM. Gizi yang baik akan menghasilkan SDM

yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta

produktif.

Menurut World Health Organization (WHO) gizi buruk

mengakibatkan 54% kematian bayi dan anak. Hasil sensus WHO

menunjukkan bahwa 49% dari 10,4 juta kematian balita di negara

berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50% balita Asia,

30% balita Afrika, 20% Amerika Latin menderita gizi buruk (WHO,

2016).Meskipun Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang signifikan

dalam mengurangi kemiskinan ekstrem, hanya 52 juta penduduk Indonesia

yang bisa dianggap memiliki pendapatan yang aman (Unicef, 2020).

1
2

Pada tahun 2019, sekitar 10 persen dari populasi Indonesia hidup

dalam kemiskinan ekstrem meningkat hingga 13 persen untuk anak-

anak.Kendati demikian, persentase tersebut menutupi kesenjangan yang patut

diperhitungkan dan berbagai bentuk kemiskinan yang memengaruhi anak-

anak di Indonesia di luar faktor pendapatan rumah tangga. Sembilan dari 10

anak mengalami kekurangan di sedikitnya satu aspek kesejahteraan anak,

seperti akses ke makanan dan gizi. Indonesia sebelumnya merupakan contoh

negara dengan “tiga beban malnutrisi, jauh sebelum pandemi COVID-19.

Hilangnya pendapatan karena COVID-19 dapat menyebabkan peningkatan

tajam dalam jumlah anak-anak yang mengalami masalah gizi di Indonesia.

Indonesia sudah menghadapi masalah gizi yang tinggi. Saat ini, lebih dari dua

juta anak menderita gizi buruk (Unicef, 2020).

Di Indonesia, gizi buruk merupakan penyebab mendasar berkaitan

dengan kematian bayi, gizi buruk menyebabkan anak terlahir pendek atau

stunting, Angka anak-anak yang menderita kekurangan gizi di Indonesia

ternyata masih tinggi. Anak yang kurang gizi ada dua kategori yakni gizi

buruk dan gizi kurang yang angkanya di Indonesia pada tahun 2018 ada 3,9%

dan 13,8%. Jadi yang kurang gizi masih 17,7% berdasarkan BB/U <-3SD

s/d<-2SD (Riskesdas 2018). Pada tahun yang sama angka stunting adalah

30,8% (yang sangat pendek 11,5% dan Pendek 19,3%) dan pada tahun 2013

berdasarkan TB/U dengan batasan sangat pendek <-3SD dan pendek TB/U

≥3SD s/d <-2SD.yakni 37,2% (Sangat pendek 18% dan pendek 19,2%).

Selanjutnya jika menyimak indikator lainnya BB/TB maka di Indonesia pada


3

tahun 2018 terdapat 10,2% status gizi kurus dengan kategori sangat kurus

3,5% dan kurus 6,7%. Untuk anak yang gemuk malah menjadi hal yang

bukan prioritas untuk diintervensi sementara angkanya termasuk tinggi yakni

pada tahun 2013 ada 11,9% dan pada tahun 2018 sebesar 8,0% (Riskesdas

2018).

Berdasarkan data Riskesdas (2018) kasus gizi buruk di Provinsi Aceh

masih berada diatas angka nasional. Untuk angka gizi buruk secara nasional

3,5% sementara di Aceh diatas 5,5%. Berdasarkan data yang diperoleh dari

Dinas Kesehatan Kota Lhokesumawe, Jumlah anak yang mengunjungi

puskesmas di Kota Lhokseumawe Indeks BB/U terdapat 82 anak yang

memiliki berat badan dalam kategori Sangat Kurang, 431 anak yang memiliki

berat badan dalam kategori Kurang, 4.250 anak yang memiliki berat badan

dalam kategori normal, 134 anak yang memiliki berat badan dalam kategori

lebih. Berdasarkan Indeks TB/U terdapat 121 anak yang memiliki tinggi

badan dalam kategori sangat pendek, 347 anak yang memiliki tinggi badan

dalam kategori pendek, 4.333 anak yang memiliki tinggi badan dalam

kategori normal, 72 anak yang memiliki tinggi badan dalam kategori tinggi.

Dan 487 anak yang mengalami gizi kurang (Dinkes Kota Lhokseumawe,

2020).

Anak sekolah dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi

masyarakat karena pada masa anak fungsi organ otak mulai terbentuk mantap

sehingga perkembangan kecerdasan cukup pesat. Anak Sekolah Dasar (SD)

adalah anak usia 6-12 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat
4

membutuhkan gizi yang cukup agar tidak terjadi penyimpangan pada

pertumbuhan dan perkembangan anak. Gizi yang kurang juga akan membuat

sistem imun pada anak lemah. Aktifitas yang cukup tinggi dan kebiasaan

makan yang tidak teratur pada anaksering mengakibatkan

ketidakseimbanganantara asupan dan kecukupan gizi.Ketidakseimbangan

antara asupan dankecukupan gizi akan menimbulkan masalahgizi, baik itu

masalah gizi lebih maupun gizikurang

Menurut Waryana (2010) menyatakan penyebab gizi kurang adalah

penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi, sedangkan

penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan

anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, tingkat ekonomi,

pendidikan, dan sosial budaya atau kebiasaan.

Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di

masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat

dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok. Pendapat

tersebut apabila dikaitkan dengan status ekonomi orangtua adalah bahwa

status ekonomi orangtua yang rendah mendorong ibu untuk bekerja diluar

rumah guna membantu memenuhi kebutuhan keluarga,sehingga ibu

cenderung tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memenuhi status gizi

yang baik kepada anaknya (Hartina, et al. 2019).

Status Ekonomi dapat dilihat bahwa Penyebab gizi buruk dan gizi

kurang yang tinggi yaitu Angka kemiskinan di Indonesia yang masih tinggi

yaitu sebesar 9,41% atau sekitar 25,14 juta penduduk. Dampak kemiskinan
5

ini adalah tidak meratanya pembangunan sehingga pendidikan, ekonomi,

sosial dan sumber daya masyarakat menjadi rendah (BPS, 2019).

Salah satu penyebab tidak langsung dari gizi kurang adalah status

sosial ekonomi keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan karena

orang dengan pendidikan tinggi semakin besar peluangnya untuk

mendapatkan penghasilan yang cukup supaya bisa berkesempatan untuk

hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat,sedangkan pekerjaan yang lebih

baik orang tua selalu sibuk bekerja sehingga tidak tertarik untuk

memperhatikan masalah yang dihadapi anak-anaknya, padahal sebenarnya

anak-anak tersebut benar-benar menbutuhkan kasih sayang orangtua (Adriani,

2012).

Status sosial ekonomi juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan

keluarga, apabila akses pangan ditingkat rumah tangga terganggu, terutama

akibat kemiskinan, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi) pasti akan muncul.

Bagi negara-negara yang sedang mengalami trasnsisi gizi seperti Indonesia,

masalah yang dihadapi juga mencakup kegemukan yang dialami anak-anak

sekolah akibat kemakmuran orangtuanya (Khomsan,2012).

Berdasarkan penelitian dari Pamungkas (2015), anak mengalami gizi

buruk karena disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya, masalah ekonomi

yang rendah merupakan salah satu faktor sangat dominan dialami oleh

banyak keluarga. Dalam mencukupi kebutuhan gizi anak banyak orangtua

yang merasa kesulitan, penyebabnya adalah keadaan ekonomi yang lemah,


6

penghasilan dari pekerjaan kurang mencukupi dan harga dari bahan makanan

yang mahal.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Seprianty (2015)

menunjukkan bahwa dari 122 siswa, 94siswa (77,0%) memiliki status normal

gizi, 9 siswa (7,4%) gizi buruk, 9 siswa (7,4%) di gizi kurang, 8 siswa

(6,6%)gizi lebih, dan hanya 2 siswa (1,6%) obesitas. Gizi buruk, gizi kurang,

kelebihan gizi, dan obesitas masih ditemukan pada siswa sekolah dasar kelas

III. Sedangkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Rumende

(2018), didapatkan hasil tidak terdapat hubungan antara pendidikan ayah

dengan status gizi (BB/U), (TB/U) dan (BB/TB). Terdapat hubungan antara

pendidikan ibu berdasarkan indikator (BB/U). Tidak terdapat hubungan

antara pendidikan ibu dengan status gizi indikator (TB/U) dan (BB/TB).

Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu dengan

status gizi (BB/U), (TB/U), dan (BB/TB). Tidak terdapat hubungan antara

pendapatan keluarga dengan status gizi (BB/U), (TB/U) dan (BB/TB).

Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian terdahulu peneliti

tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana hubungan status ekonomi

keluarga dengan status gizi pada anak di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota

Lhokseumawe. Penelitian yang peneliti lakukan di SD Negeri 14 Banda Sakti

Kota Lhokseumawe diketahui ada perbedaan dengan penelitian yang pernah

dilakukan oleh peneliti sebelumya, dimana dari hasil penelitian ini diketahui

terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga dengan

status gizi siswa, dimana berdasarkan hasil dari survey dan hasil penelitian
7

yang telah dilakukan di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe

didapatkan pada 86 siswa, diketahui 11 orang siswa atau 12,8% memiliki

keadaan gizi kurang, 62 siswa atau 72.1% memiliki keadaan gizi baik dan 13

siswa atau 15,1% memiliki keadaan gizi lebih.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang telah dipaparkan,

maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan

status ekonomi keluarga dengan status gizi kurang pada anak di SD Negeri 14

Banda SaktiKota Lhokseumawe?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan status ekonomi keluarga

dengan status gizi pada anak di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota

Lhokseumawe.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui status ekonomi keluarga anak di SD Negeri 14 Banda

Sakti Kota Lhokseumawe.

b. Untuk mengetahui status gizi anak di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota

Lhokseumawe.

c. Untuk mengetahui hubungan antara status ekonomi keluarga dengan

status gizi pada anak di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe.


8

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian tentang hubungan antara

status ekonomi keluarga dengan status gizi pada anak di SD Negeri 14 Banda Sakti

Kota Lhokseumawe Tahun 2021.

2. Praktis

a. Bagi masyarakat

Dapat menjadi informasi yang bermanfaat di bidang kesehatan terutama

dalam mengetahui status ekonomi keluarga dengan status gizi pada anak dengan

cara mengikuti penuluhan-penyuluhan kegiatan.

b. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi

dan masukan di tempat penelitian tersebut.

c. Bagi pendidikan STIKes Bumi Persada Lhokseumwe

Hasil penelitian ini diharapkan digunakan sebagai tambahan untuk

refrensi bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan ilmu

pengetahuan bagi mahasiswa lainnya.

d. Bagi Penulis

Sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari dan

dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman di bidang

kesehatan.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dan Teori Terkait

1. Konsep Status Gizi Anak

a. Pengertian Status Gizi

Menurut Sunita (2002: 3), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, dibedakan antara status

gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Menurut Nyoman Supriasa,dkk

(2002:18), status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel

tertentu. Menurut Tarwojo (1986:13), status gizi adalah kesehatan seseorang

sebagai refleksi dari konsumsi pangan dan penggunaannya oleh tubuh.

Menurut (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2016) status gizi kurang

adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,

atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi

kurang adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak

yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.

Menurut Agus (2004: 14–16), secara umum status gizi dibedakan

menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:

1) Gizi Kurang

Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang

timbul karena tidak cukup makan, dan asupan nutrisi yang tidak cukup

dengan demikian konsumsi makanan yang berprotein dan karbohidrat.


9
10

2) Gizi Baik

Keadaan gizi seseorang terjadi karena seimbangnya jumlah

asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required) oleh

tubuh yang ditandai dengan berat badan dan tinggi badan.

3) Gizi Lebih

Gizi lebih (overweight) dalam istilah awam lebih dikenal sebagai sebagai

kegemukan merupakan status gizi baik tidak seimbang akibat asupan gizi

yang berlebihan sehingga menghasilkan ketidakseimbangan energi antara

kosumsi makanan dan pengeluaran energi dapat menyebabkan gangguan

kesehatan.

b. Kebutuhan Zat Gizi

Menurut pendapat Sunita (2002), kebutuhan zat gizi berkaitan

dengan proses tubuh yaitu:

1) Memberi energi

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat,

lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang

diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat gizi

termasuk ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar.

Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah yang paling banyak dalam bahan

pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut

dinamakan zat pembakar.


11

2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh

Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh

karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan

mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsinya ketiga zat gizi tersebut

dinamakan zat pembangun.

3) Mengaturproses tubuh

Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur

proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air didalam sel, bertindak

sebagai buffer (penyangga) dalam upaya menjaga netralitas tubuh dan

membentuk antibody sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif

netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme

yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk kedalam

tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-

proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses lain

yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk

melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh, serta di dalam darah, cairan

pencernaan, jaringan dan mengatur suhu tubuh, peredaran darah,

pembuangan sisa-sisa ekskresi dan proses tubuh yang lain. Dalam fungsi

mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air dan vitamin dinamakan

zat pengatur.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Kurang

Menurut Call dan Levinson bahwa status gizi kurang dipengaruhi

oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan, terutama
12

adanya penyakit infeksi, kedua faktor ini adalah penyebab langsung.

Penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang di sebabkan oleh sebuah gen

biologis seperti virus, bakteri atau parasit, bukan di sebabkan oleh faktor

fisik seperti luka bakar atau keracunan. Status gizi kurang seseorang selain

di pengaruhi oleh jumlah asupan makan yang di konsumsi juga terkait

dengan penyakit infeksi, seseorang yang baik dalam mengonsumsi makanan

apabila sering mengalami diare atau demam maka rentan terkena gizi

kurang.

Sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi pola

konsumsi konsumsi adalah zat gizi dalam makanan, ada tidaknya program

pemberian makan di luar keluarga, kebiasaan makan, dan faktor tidak

langsung yang mempengaruhi penyakit infeksi adalah daya beli keluarga,

kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, lingkungan fisik dan sosial.

(Supariasa, 2016). Selain faktor-faktor diatas status gizi kurang juga

dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti :

1) Faktor Eksternal

a) Pendapatan, masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf

ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki

keluarga tersebut.

b) Pendidikan, pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah

pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk

mewujudkan dengan status gizi yang baik.


13

c) Pekerjaan, pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

d) Pola asuh mempengaruhi status gizi kerena pertumbuhan dan

perkembangan anak tidak hanya dari asupan nutrisi akan tetapi kasih

sayang, perhatian kenyamanan dan pola asuh yang baik juga membuat

anak akan bisa tumbuh dengan baik (Munawaroh, 2015).

2) Faktor Internal

a) Usia, usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang

dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak.

b) Kondisi Fisik, mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan

dan yang lanjutusia, semuanya memerlukan pangan khusus karena

status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang

kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup

ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.

c) Infeksi, infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu

makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.

(Ilmirh, 2015).

d. Masalah Gizi pada Anak

Masalah gizi pada anak menurut (Kusumawardani, 2012) ada dua

yaitu gizi kurang dan kelebihan gizi yaitu :


14

1) Gizi kurang

Kekurangan gizi (seperti energi dan protein) menyebabkan

berbagai keterbatasan, antara lain pertumbuhan mendatar, berat, dan

tinggi badan menyimpang dari pertumbuhan normal, dapat diamati pada

anak-anak yang Gizi kurang. Keadaan Gizi kurang juga berasosiasi

dengan keterlambatan perkembangan motorik. Gizi kurang menyebabkan

isolasi diri, yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang

bayak dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku

eksploratori, perhatian, dan motivasi. Pada keadaan kurang energi dan

protein (KEP).

2) Gizi baik

Keadaan gizi seseorang terjadi karena seimbangnya jumlah

asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required) oleh

tubuh yang ditandai dengan berat badan dan tinggi badan.

3) Gizi lebih

Penyebab obesitas dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

a) Suatu asupan makanan yang dikosumsi secara berlebihan

b) Rendahnya pengeluaran energi basal, atau kurangnya melakukan

aktifitas semacam olahraga

c) Kurangnya aktivitas fisik, sehingga terjadinya obesitas karena adanya

ketidakseimbangan antara asupan energi yang masuk dan energi yang

dikeluarkan
15

d) Anak yang dilahirkan dari orang tua yang keduanya obese mempunyai

peluang 75% untuk obese juga. Bila salah satu orang tuanya obese,

maka peluangnya sekitar 40% dan bila kedua orang tuanya tidak obese

peluangnya hanya 10%. Untuk melihat seseorang obese atau tidak,

bisa dengan menghitung BMI-nya.

e. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data

yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk

menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi

kurang maupun gizi lebih. Menurut (Supariasa, 2016) pada dasarnya status

gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.

1) Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Masing-

masing penilaiantersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut :

2) Antropometri merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur antara lain, Berat badan, tinggi badan,

lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri telah

lama di kenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status gizi

perorangan maupun masyarakat. Antropometri sangat umum di gunakan

untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara

asupan energi dan protein.Umur sangat memegang peranandalam status

gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang


16

salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,

menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang

tepat.

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan

gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat

peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi

maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan

dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan

penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran

dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan

kini.

Tinggi Badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang

dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat

baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan

dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa

balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan

menurut umur) atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi

Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan

biasanya hanya dilakukan setahun sekali.

3) Indeks Antropometri : Indeks antropometri yang umum digunakan dalam

menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi

badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan
17

(BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air,

lemak, tulang dan otot.

Menurut Kemenkes RI (2021), salah satu untuk menentukan

status gizi pada anak sekolah dengan membandingkan berat badan dan

tinggi badan .

BB (kg)
IMT =
TB2 (meter)

Untuk perempuan IMT memiliki 4 klasifikasi yaitu:

(a) Kurus, jika IMT <17 kg/m2

(b) Normal, jika IMT 17-23 kg/m2

(c) Kegemukan, jika IMT >23-27 kg/m2

(d) Obesitas, jika IMT >27 kg/m2 (Kemenkes RI, 2021)

Untuk laki-laki IMT memiliki 4 klasifikasi yaitu:

(a) Kurus, jika IMT <18 kg/m2

(b) Normal, jika IMT 18-25 kg/m2

(c) Kegemukan, jika IMT >25-27 kg/m2

(d) Obesitas, jika IMT >27 kg/m2 (Kemenkes RI, 2021)

Menurut Kemenkes RI (2016), IMT dihitung dengan cara membagi

berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter)

(kg/m2). Menurut Thamaria (2017), IMT/U mengkategorikan anak dengan

cara yang sama berdasarkan BB/PB-BB/TB. Kedua indikator ini membantu

kita untuk mengidentifikasi apakah kelebihan berat badan tidak sebanding

dengan panjang/tinggi badannya.


18

2. Konsep Status Gizi Pada Anak

Menurut Hermiyati (2015), anak usia sekolah dasar adalah anak yang

sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional,

maupun pertumbuhan badaniyah, dimana kecepatan pertumbuhan anak pada

masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi

tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Usia rata-rata anak sekolah dasar

di Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12

tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan, yaitu pada masa

kanak-kanak tengah (6-9 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun).

Siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap

ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta

perseptual, artinya anak mampu berfikir logis tetapi masih terbatas pada objek-

objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi. Menurut Havighurst dalam

Hermiyati (2015), tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:

a. Menguasai ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas

fisik.

b. Membina hidup sehat

c. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok

d. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin

e. Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam

masyarakat.

f. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir efektif

g. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai


19

3. Konsep Status Ekonomi

a. Pengertian Status Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang

dalam masyarakat. Status social ekonomi adalah gambaran tentang keadaan

seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi,

gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status

ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga.

Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak.

Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer

maupun skunder (Soetjiningsih, 2004).

Status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang

menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material

yang dimiliki (Baswori, 2010). Lebih dari itu, Santrock (2007) menyebutkan

bahwa status sosial ekonomi dapat dipandang sebagai pengelompokan

orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan,

ekonomi. Menurut Sugihartono, dkk (2015). menyatakan status ekonomi

orang tua, meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,

penghasilan orang tua. Keluarga yang memiliki status sosial ekonomi

kurang mampu, akan cenderung untuk memikirkan bagaimana pemenuhan

kebutuhan pokok, sehingga perhatian untuk meningkatkan pendidikan anak

juga kurang. Kondisi status sosial ekonomi orang tua merupakan salah satu

faktor eksternal yang mempengaruhi belajar. Cara orang tua mendidik

anaknya besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak.


20

Hal ini dipertegas oleh Sutjipto (dalam Slameto, 2015) dengan

pernyataannya yang menyatakan bahwa, Keluarga adalah lembaga

pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya

untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk

pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia

Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan

keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-

anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

b. Peran Status Ekonomi

Peranan ekonomi orangtua secara umum dapat dikatakan

mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan prestasi belajar

siswa. Hal ini disebabkan proses belajar mengajar siswa membutuhkan alat-

alat atau seperangkat pengajaran atau pembelajaran, dimana alat ini untuk

memudahkan siswa dalam mendapatkan informasi, pengelolaan bahan

pelajaran yang diperoleh dari sekolah. Hal ini didukung oleh pendapat

Gerungan (2004). menyatakan bahwa keadaan sosio-ekonomi keluarga

tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, apabila kita

perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan

material yang dihadapi anak dalam keluarga itu lebih luas, ia mendapat

kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam

kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada prasarananya.

Hal ini didukung oleh pendapat Djaali (2014). menyatakan bahwa

pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman, persentase


21

hubungan orang tua, perkataan, dan bimbingan orang tua mempengaruhi

pencapaian prestasi belajar anak.

Keadaan ekonomi orang tua siswa turut mendukung siswa dalam

pengadaan sarana dan prasarana belajar, yang akan memudahkan dan

membantu pihak sekolah untuk peningkatan proses belajar mengajar di

sekolah. Pembelajaran membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Alat- alat

belajar mengajar yang dimaksud buku-buku pelajaran, pensil, penggaris,

buku-buku Lembar Kerja Soal (LKS), penghapus, dan lain-lain.

Pendidikan yang baik dapat dinikmati oleh anak apabila orang tua

peduli pada masa depan anaknya. Menurut Slameto (2015) menyatakan

bahwa orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan

anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak

memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingandan kebutuhan-

kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak

menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah

anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kah kemajuan belajar

anaknya, kesulitan–kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat

menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin

anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur,

akhirnya kesukaran- kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan

dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang didapatkan,

nilai atau hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam
22

studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang

tuanya terlalu sibuk mengurusi pekerjaan mereka.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya status ekonomi

keluarga

Menurut Indrawati (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi

rendahnya status ekonomi keluarga adalah :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan

kepribadian dengan jalan membina potensi pribadinya, yaitu (pikiran,

cipta, rasa dan hati nurani) serta jasmani panca indera dan keterampilan.

Pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah

(pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah (pendidikan non

formal). Jalur pendidikan sekolah atau pendidikan formal terdapat

jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya

terdiri dari pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan menurut Ki Hajar

Dewantara bahwa pengertian pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup

adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat

yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai

anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan

setinggi-tingginya. Berdasarkan UU No.2 Tahun 1985 yang berbunyi

bahwa tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan


23

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan bangsa.

2) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kehidupan pribadinya,

pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-beda, perbedaan itu

akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan yang rendah sampai

pada tingkat penhghasilan yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang

ditekuninya (Santrock, 2007).

3) Pendapatan

Tingkat penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, yang dapat dipakai

untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang

bersangkutan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri

dalam nama dan dalam bentuk apapun.

4) Kesehatan fisik

Kesehatan jasmani atau kesegaran jasmani adalah kemampuan

tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas fiologis

terhadap keadaan lingkungan dan atau kerja fisik yang cukup efisien

tanpa lelah secara berlebihan.

Menurut Riyadi, dkk (2015) berdasarkan data dari BPS (2015),

upah/gaji/pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh pekerja atas


24

jasa yang diberikan dalam proses memperoduksibarang dan jasa dalam

suatu instansi/perusaahaan di tempat bekerja. Gaji atau pendapatan yang

diterima oleh setiap pekerja digunakan untuki memenuhi kebutuhan

sehari-hari baik untuk kebutuhan pribadi atau kebutuhan keluarga.

Seorang pekerja dapat dikatakan hidup layak apabila upah/pendapatan

gaji yang diterima dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan,

sandang, papan, pendidikan kesehatan, dan sebagainya.

Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam dalam surat keputusan

(SK) Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam N0. 596/1526/2020, Telah

menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2021 sebesar Rp 3.165.031.

Angka ini sama dengan UMP 2020. Keputusan ini dilatarbelakangi

dengan mengikuti Surat Ederan Menteri No. M/11/HK.04/X/2020

tentang Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 pada masa Pandemi

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Selain upah minimum sebagaimana tersebut Gubernur juga

menetapkan Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMS Provinsi) yang

didasarkan pada kesepakatan upah antara orginisasi perusahaan dengan

serikat pekerja/serikat buruh sehingga upah minimum Sektoral Provinsi

(UMS Provinsi), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan Upah

Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMS Kabupaten/Kota), maka

pendapat atau penghasilam keluarga dapat dikategorikan menjadi 3

kategori, yaitu :
25

a) Lebih, dari>Rp 3.200.000 per bulan,-

b) Sesuai, dari Rp 2.800.000 – 3.200.000 per bulan,-

c) Kurang, dari < Rp 2.800.000 perbulan,-

B. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka kerangka teorinya adalah

sebagai berikut:

Status Ekonomi Keluarga Status Gizi pada Anak

Pendapatan
Gizi Kurang
Gizi baik
Gizi Lebih
Pendidikan

Pekerjaan
n
Skema 2.1 Kerangka teori

Modifikasi Teori: Kemenkes RI (2021), BPS (2015)

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti


26

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang diteliti (Notoatmodjo,

2010). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen yaitu status

ekonomi keluarga, sedangkan variabel dependen yaitu status gizi kurang pada

anak usia sekolah, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Status Ekonomi Keluarga Gizi Pada Anak Usia Sekolah


1. Tinggi 1. Gizi Kurang
2. Sesuai 2. Gizi Baik
3. Rendah 3. Gizi Lebih

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

B. Variabel Penelitian

1. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah status ekonomi

keluarga.

26
27

2. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi pada anak

usia sekolah.

C. Definisi Operasional

Gambar 3.2 : Tabel definisi operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Independen Operasional Ukur
Status Hasil Pendapatan Pengambilan Lembar Ordinal 1. Tinggi
Ekonomi atau penghasilan data melalui Checklist 2. Sesuai
buku induk 3. Rendah
Keluarga keluarga yang dan raport
diperoleh dari siswa
hasil bekerja atau melalui
usaha yang pihak
sekolah
dipergunakan
untuk memenuhi
kebutuhan hidup
keluarga sehari-
hari
Variabel Dependen
Status gizi Keseimbangan Pengukuran Intstrument Ordinal 1. Gizi
pada anak gizi dalam bentuk Kurang
IMT
SD variabel tertentu, 2. Gizi baik
3. Gizi lebih
atau perwujudan
dari nutrisi dalam
bentuk variabel
tertentu sesuai
dengan ketetapan
IMT

Note: Skala ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah ordinal dikarenakan
hasil ukur yang diperoleh dikategorikan dalam beberapa kriteria, sehingga peneliti
menggunakan skala ordinal guna mempermudah proses pengolahan data pada
hasil penelitian.
D. Metode Pengukuran Variabel
28

Dalam penelitian ini metode pengukuran variabel adalah sebagai berikut :

1. Variabel independen (Status Ekonomi Keluarga)

Untuk mengukur variabel status ekonomi keluarga berdasarkan Surat

Keputusan (SK) Provinsi Aceh Nomor : 596/1526/2020, Telah menetapkan

Upah Minimum Provinsi (UMP) 2021 sebesar Rp 3.165.031,-, angka ini

sama dengan UMP 2020. Keputusan ini dilatarbelakangi dengan mengikuti

Surat Ederan Menteri No. M/11/HK.04/X/2020 tentang Penetapan Upah

Minimum Tahun 2021 pada masa Pandemi Corona Virus Disease 2019

(Covid-19).

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti

mengkategorikan status ekonomi keluarga berdasarkan pendapatan keluarga

menjadi 3 kategori, yaitu :

a. Lebih : apabila penghasilan keluarga >Rp 3.200.000/bulan

b. Sesuai : apabila penghasilan keluarga Rp 2.800.000 – 3.200.000/bulan

c. Kurang : apabila penghasilan keluarga :< Rp 2.800.000/bulan.

2. Variabel dependen (Status Gizi Pada Anak)

Pengukuran status gizi anak berdasatkan referensi dari Kemenkes RI

(2017) tentang pengukuran status gizi pada anak yaitu dengan membanding

kan berat badan dan tinggi badan (Indeks Masa Tubuh) dengan rumus :

BB (kg)
IMT =
TB2 (meter)

Dengan hasil ukur :


29

a. Untuk perempuan IMT memiliki 4 klasifikasi yaitu :

1) Kurus, jika IMT <17 kg/m2

2) Normal, jika IMT 17-23 kg/m2

3) Kegemukan, jika IMT >23-27 kg/m2

4) Obesitas, jika IMT >27 kg/m2 (Kemenkes RI, 2021)

b. Untuk laki-laki IMT memiliki 4 klasifikasi yaitu:

1) Kurus, jika IMT <18 kg/m2

2) Normal, jika IMT 18-25 kg/m2

3) Kegemukan, jika IMT >25-27 kg/m2

4) Obesitas, jika IMT >27 kg/m2 (Kemenkes RI, 2021)


30

BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini analitik dengan desain cross sectional. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status ekonomi

keluarga dengan status gizi kurang pada anak di SD Negeri 14 Banda Sakti

Kota Lhokseumawe.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas 1, 2 dan 3 yang berjumlah 86 orang.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi, (Notoatmodjo,2010). Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan teknik total sampling yaitu semua

populasi dijadikan sebagai sampel penelitian dengan jumlah 86 siswa.

Kriteria inklusi yang menjadi sampel penelitian ini yaitu :

1) Bersedia menjadi responden

2) Seluruh siswa dan siswi kelas I. II dan III.

3) Berada dilokasi pada saat penelitian


30
31

Kriteria eksklusi yang menjadi sampel penelitian ini yaitu:

1) Tidak bersedia menjadi responden

C. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota

Lhokseumawe.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 26 Juli sampai dengan

29 Juli 2021.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Pengumpulan Data

a) Data Primer

Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui proses

administrasi dengan cara mendapat izin Ketua STIKes Bumi Persada

dan izin Kepala sekolah SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

Selanjutnya masuk ke tahap pengumpulan data. Peneliti akan

memperkenalkan diri dan menjelaskan lebih dahulu kepada responden

tentang maksud dan tujuan penelitian dengan mengajukan surat

permohonan menjadi responden. Responden yang bersedia menjadi

responden diminta mendatangani surat pernyataan persetujuan menjadi

responden.
32

Selanjutnya peneliti akan membagikan lembaran wawancara

pada setiap responden. Peneliti mengadakan kontrak waktu sehingga

responden punya kesempatan dan waktu dengan baik pada saat

wawancara. Peneliti akan memeriksa kelengkapan jawaban responden.

b) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah yaitu data tentang

pekerjaan dan penghasilan orang tua siswa yang diambil dari data buku

induk dan raport siswa. Sumber referensi lainnya peneliti dapatkan dari

buku-buku, dan jurnal terkait lainnya yang ada hubungannya dengan

penelitian ini.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah lembar wawancara. Lembar wawancara tersebut

dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Instrumen penelitian ini tidak lagi dilakukan uji validitas dan reliabilitas

dikarenakan instrumen yang digunakan merupakan kuesioner yang sudah

baku dan umum digunakan pada penelitian sejenis sebelumnya.

E. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data berhasil dikumpulkan, langka selanjutnya yang peneliti

lakukan adalah pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :


33

a. Editing

Kegiatan editing adalah melihat dan memeriksa apakah semua

pernyataan terjawab atau terisi, dapat dibaca serta melihat apakah ada

kekeliruan yang dapat mengganggu dalam mengolah selanjutnya.

b. Coding

Kegiatan coding adalah melakukan pengkodean data yakni untuk

pertanyaan tertutup melalui simbol setiap jawaban. Adapun kode yang

diberikan dalam penelitian ini adalah untuk jenis kelamin : Laki-laki = 1

dan Perempuan = 2. Pekerjaan Orang Tua : Bekerja = 1 dan Tidak

Bekerja = 2. Status Sosial Ekonomi : Tinggi = 1 ; Sesuai = 2 dan

Rendah = 3. Status Gizi Anak : Gizi Kurang = 1 ; Gizi Kurang = 2 dan

Gizi Lebih = 3.

c. Transfering

Kegiatan ariable ng adalah data yang diberikan kode disusun

secara berurutan mulai dari responden pertama hingga responden

terakhir, selanjutnya dimasukan kedalam tabel.

d. Tabulating

Kegiatan tabulating adalah mengelompokkan responden berdasar

kan katagorik yang dibuat, ariable diukur selanjutnya dalam distribusi

frekuensi.
34

e. Cleaning Data

Kegiatan cleaning data adalah melakukan pengecekan ulang

terhadap data untuk mengecek kesalahan-kesalahan yang mungkin

terjadi.

2. Analisa Data

Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat

dan bivariat.Dilakukan dengan metode ariable deskriptif untuk masing-

masing ariable penelitian dengan menggunakan frekuensi distribusi

berdasarkan persentase dari masing-masing ariable.

a. Analisa Univariat

Adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap ariable dalam

hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap ariable. Hasil analisis univariat akan

disajikan dalam bentuk aria dan narasidengan rumus sebagai berikut :

f
x 100 %
P= N

Keterangan:

P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
100% = Nilai tetap
35

b. Analisa Bivariat

Menurut Halim (2020), Analisis bivariat untuk menguji hipotesis

dengan menentukan hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen melaluiuji SPSS yaitu uji chi square untuk mengetahui hubungan

atau korelasi antara ariable bebas (independen) dan ariable terikat

(dependen). Syarat uji square yaitu besar sampel >40 orang, frekuensi

harapan (E) yang nilainya <5 tidak boleh melebihi 20% jumlah cell.

Penerapan pengolahan data dengan menganalisis hubungan antara ariable

independen dan ariable dependen, dilakukan dengan menggunakan Program

Komputerisasi Analisa Stasistik dengan derajat kemaknaan (level of

signifikan 95% (α = 0,05). Selanjutnya apabila nilai ρ < 0,05 maka hasil

ariable bermakna atau diterima, artinya ada hubungan antara ariable

independen dengan ariable dependen (Ho ditolak dan Ha diterima), namun

apabila ρ > 0,05 maka hasil perhitungan ariable tidak bermakna atau Ho

ditolak, artinya tidak ada hubungan antara ariable independen dan ariable

dependen.
36

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Demografi SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe

SD Negeri 14 Banda Sakti adalah salah satu sekolah dasar yang berada

di desa Teumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. SD

Negeri 14 Banda Sakti beralamat di Jl. Peutua Bidin No. 7 Teumpok Teungoh.

SD Negeri 14 Banda Sakti memiliki akreditasi A. Berdasarkan sertifikat

328/BAP-SM.Aceh/SK/X/2016. Pembelajaran di SD Negeri 14 Banda Sakti

dilakukan double shift dalam seminggu, pembelajaran dilakukan selama 6 hari.

2. Jumlah Siswa SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Jumlah Siswa
No Kelas Total
Laki – Laki Perempuan
1 Kelas I 17 23 40
2 Kelas II 16 25 41
3 Kelas III 18 24 42
4 Kelas IV 20 22 42
5 Kelas V 17 19 36
6 Kelas VI 19 25 44
Jumlah 107 138 245
Sumber : SD Negeri 14 Banda Sakti Lhokseumawe

3. Sumber Daya Manusia SD Negeri 14 Banda Sakti Lhokseumawe

No Sumber Daya Manusia Jumlah Status


1 Kepala Sekolah 1 Orang ASN
2 Guru 23 Orang ASN / Honorer
3 Operator Sekolah 1 Orang Honorer
4 Clening Service 1 Orang Bakti
5 Penjaga Sekolah 1 Orang Bakti
Sumber : SD Negeri 14 Banda Sakti Lhokseumawe

36
37

4. Fasilitas/Sarana dan Prasarana

No Sumber Daya Manusia Jumlah Kondisi


1 Ruang Belajar 7 Baik
2 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3 Ruang Guru 1 Baik
4 Ruang Perpustakaan 1 Baik
5 Ruang BP 1 Baik
6 Ruang UKS 1 Baik
7 Mushalla 1 Baik
8 Lapangan Olah Raga 1 Baik
9 MCK 2 Baik
Sumber : SD Negeri 14 Banda Sakti Lhokseumawe

B. Hasil Penelitian

Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 26 Juli

s.d 29 Juli 2021 di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe didapatkan

hasil sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden

TABEL 5.1
DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN
PENELITIAN DI SD NEGERI 14 BANDA SAKTI
KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2021
No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin Responden
1 Laki – Laki 62 72,1%
2 Perempuan 24 27,9%
Pekerjaan Orang Tua Responden
1 Bekerja 76 88,4%
2 Tidak Bekerja 10 11,6%
Total 86 100%

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin mayoritas laki – laki yaitu 62 responden atau 72,1% dan
38

berdasarkan pekerjaan orang tua siswa mayoritas bekerja yaitu 76 responden

atau 88,4%.

b. Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga

TABEL 5.2
DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT SOSIAL EKONOMI
KELUARGA SISWA SD NEGERI 14 BANDA SAKTI
KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2021
Tingkat Sosial Ekonomi
No Frekuensi Persentase
Keluarga
1 Tinggi 22 25,6%
2 Sesuai 42 48,8%
3 Rendah 22 25,6%
Total 86 100%

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa tingkat sosial ekonomi

keluarga siswa SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe mayoritas

berada pada kategori sesuai yaitu 42 responden atau 48,8%.

c. Status Gizi Siswa

TABEL 5.3
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI SISWA
DI SD NEGERI 14 BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2021
No Status Gizi Siswa Frekuensi Persentase
1 Gizi Kurang 11 12,8%
2 Gizi Baik 62 72,1%
3 Gizi Lebih 13 15,1%
Total 86 100%

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa status gizi siswa di SD

Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe mayoritas berada pada kategori

gizi baik yaitu 62 responden atau 72,1%.


39

2. Analisa Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data bivariat yang peneliti

lakukan dengan uji statistik Fisher’s Exact Test didapatkan hasil sebagai

berikut :

TABEL 5.4
HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN
STATUS GIZI SISWA SD NEGERI 14 BANDA SAKTI
KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2021

Status Status Gizi Siswa


ρ
Ekonomi Total
Gizi Value
Keluarga Gizi Baik Gizi Lebih
Kurang
1 14 7 22
Tinggi
(4,5%) (63,6%) (31,8%) (100%)
3 35 4 42
Sesuai
(7,1%) (83,3%) (9,5%) (100%) 0,008
7 13 2 22
Rendah
(31,8%) (59,1%) (9,1%) (100%)
11 62 13 86
Total
(12,8%) (72,1%) (15,1%) (100%)

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui dari 22 siswa dengan status

ekonomi keluarga pada kategori tinggi, mayoritas status gizi siswa berada

pada kategori gizi baik yaitu 14 responden (63,6%), dan 42 siswa dengan

status sosial ekonomi keluarga pada kategori sesuai, status gizi siswa

mayoritas juga berada pada kategori gizi baik yaitu 35 rsponden (83,3%),

demikian juga dengan siswa yang status ekonomi keluarga pada kategori

rendah, status gizi siswa mayoritas berada pada kategori gizi baik yaitu 13

responden (59,1%).

Hasil uji statistik didapatkan ρ value 0,008 yang berarti lebih kecil

dari nilai alpha (α) 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan antara status
40

ekonomi keluarga dengan status gizi siswa SD Negeri 14 Banda Sakti Kota

Lhokseumawe, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki – laki yaitu 62 responden atau 72,1%,

berdasarkan pekerjaan orang tua siswa mayoritas bekerja yaitu 76 responden atau

88,4%, tingkat sosial ekonomi keluarga siswa SD Negeri 14 Banda Sakti Kota

Lhokseumawe mayoritas berada pada kategori sesuai yaitu 42 responden atau

48,8% dan status gizi siswa di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe

mayoritas berada pada kategori gizi baik yaitu 62 responden atau 72,1%.

Hasil tabulasi silang diketahui dari 22 siswa dengan status ekonomi

keluarga pada kategori tinggi, mayoritas status gizi siswa berada pada kategori

gizi baik yaitu 14 responden (63,6%), dan 42 siswa dengan status sosial ekonomi

keluarga pada kategori sesuai, status gizi siswa mayoritas juga berada pada

kategori gizi baik yaitu 35 rsponden (83,3%), demikian juga dengan siswa yang

status ekonomi keluarga pada kategori rendah, status gizi siswa mayoritas berada

pada kategori gizi baik yaitu 13 responden (59,1%). Hasil uji statistik didapatkan

ρ value 0,008 yang berarti lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05, maka dapat

disimpulkan ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi

siswa SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe, sehingga Ha diterima dan

Ho ditolak.

Penelitian yang dilakukan oleh Lisbet (2014) didapatkan status gizi

murid SD di pusat kota dengan tingkat sosial ekonomi baik sebesar 84,2% status

gizi baik dan 6% status gizi kurang, sedangkan keluarga dengan tingkat sosial
41

ekonomi rendah didapatkan 15,7% status gizi baik dan 0% status gizi kurang.

Pada daerah pinggiran kota dengan status ekonomi baik didapatkan 15,8% status

gizi baik dan 64,7% status gizi kurang, sedangkan pada keluarga dengan status

ekonomi rendah didapatkan 84,3% status gizi baik dan 100% status gizi kurang.

Dari uji Chi-Square didapatkan nilai pearson Chi-Square (x2) = 71.004 lebih

besar dari nilai x2 tabel = 7,815 dan nilai probabilitas (p) = 0,000 lebih kecil dari

nilai probabilitas yang bermakna yaitu p < 0,05 berarti terdapat hubungan yang

signifikan antara status gizi dengan status sosial ekonomi keluarga murid SD di

pusat dan pinggiran kota Padang. Status gizi anak juga berhubungan dengan

tingkat ekonomi keluarga, tingkat pendidikan ayah dan ibu serta jumlah anak

dalam keluarga

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ratna (2018) diketahui bahwa hasil

penelitian dengan menggunakan Chi-Square didapatkan nilai ρ < 0,05 sehingga

dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status sosial ekonomi

keluarga dengan status gizi anak usia sekolah di SD N Godog 1 Polokarto,

Sukoharjo. Faktor sosial ekonomi keluarga akan turut menentukan hidangan yang

disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan. Hal

ini dapat terlihat anak dengan sosial ekonomi tinggi tentunya pemenuhan

kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan dengan anak dengan status sosial

ekonomi rendah.

Penelitian tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian yang peneliti

lakukan di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe, dimana dari hasil

penelitian diketahui siswa dengan status ekonomi keluarga pada kategori tinggi

hanya 4,5% siswa yang mengalami gizi kurang dan sebagian besar mempunyai
42

status gizi yang baik dan gizi lebih dibandingkan dengan siswa dengan status

ekonomi keluarga pada kategori rendah dimana terdapat 31,8% siswa dari

keseluruhan sampel penelitian yang mempunyai status gizi pada kategori kurang

dan hanya 9,1% siswa yang mempunyai gizi lebih.

Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh

akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan,

pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi dan intake zat gizi

lainnya. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh

cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan

pertumbuhan fisik, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat

setinggi mungkin. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi

diantaranya adalah faktor langsung: konsumsi makanan dan penyakit infeksi.

Serta faktor tidak langsung antara lain: tingkat pendapatan, pengetahuan tentang

gizi dan pendidikan. Sejalan dengan Suhardjo, Almatsier (2009) menyatakan

bahwa berbagai faktor sosial ekonomi akan mempengaruhi pertumbuhan anak

Suhardjo, 2015).

Menurut Anzarkusuma (2016) gizi merupakan salah satu faktor penting

yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan

mental. Dalam masa tumbuh kembang anak, kecukupan gizi merupakan hal

mutlak yang harus selalu diperhatikan orang tua. Gizi yang baik merupakan

pondasi bagi kesehatan masyarakat, jika terjadi gangguan gizi baik gizi kurang

maupun gizi lebih pertumbuhan tidak akan berlangsung optimal. Kekurangan zat

gizi berakibat daya tangkapnya berkurang, pertumbuhan fisik tidak optimal,

cenderung postur tubuh pendek, tidak aktif bergerak, sedangkan kelebihan zat gizi
43

akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif di masa yang akan datang.1 Salah

satu kelompok usia yang rentan mengalami masalah gizi kurang ataupun gizi lebih

yaitu anak usia sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, peneliti berasumsi

bahwa status gizi seorang anak khususnya siswa SD sangat dipengaruhi oleh

status ekonmi keluarga. Semakin baik status ekonomi keluarga, maka akan

semakin baik pula status gizi seorang anak. Keluarga dengan tingkat ekonomi

yang baik akan mempunyai kemampuan secara finansial untuk menyediakan

makanan-makanan yang bergizi yang dapat dikonsumsi oleh anggota keluarganya

yang secara tidak langsung akan berdampak pada status gizi anggota keluarganya,

khsusunya anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembanga.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang peneliti lakukan ini mempunyai beberapa keterbatasan

penelitian, yaitu :

1. Penelitian ini hanya menggunakan analisa uji chi-square dengan rumus

Fisher’s Exact Test dimana hanya melihat hubungan, sehingga tidak dapat

menggambarkan secara utuh tentang faktor-faktor lainnya yang dapat

mempengaruhi status gizi reponden penelitian.

2. Karakteristik anak SD yang berasal dari berbagai latar belakang sosial budaya

agak menyulitkan peneliti dalam melakukan pengumpulan data yang lebih

mendalam melalui proses komunikasi dengan responden penelitian.

3. Situasi pandemi covid-19 saat ini yang mengharuskan peneliti menerapkan

protokol kesehatan yang baik pada saat melakukan penelitian.


44

4. Keterbatasan waktu yang penulis miliki dalam pengumpulan data, pengolahan

data dan penyusunan laporan skripsi.


45

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Tingkat sosial ekonomi keluarga siswa SD Negeri 14 Banda Sakti Kota

Lhokseumawe mayoritas berada pada kategori sesuai yaitu 42 responden.

2. Status gizi siswa di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe

mayoritas berada pada kategori gizi baik yaitu 62 responden..

3. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan antara status ekonomi keluarga

dengan status gizi siswa SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe,

sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dalam

penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kepada responden diharapkan dapat meningkatkan atau memperbaiki status

gizinya dengan cara banyak mengkonsumsi makanan bergizi sesuai dengan

kemampuan ekonomi keluarga.

2. Kepada Institusi Pendidikan diharapkan untuk dapat menambah referensi

kepustakaan yang berhubungan dengan status ekonomi keluarga dan status

gizi anak sekolah dasar.

45
46

3. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti penelitian sejenis,

diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam dan

komprehensif dengan beberapa variabel lainnya.


47

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M dan Wirjatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta : Kencana.

Adriani, M dan Wirjatmadi, B. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.


Jakarta : Kencana.

Anzarkusuma (2016). Ilmu Gizi Dan Diet Hubungannya Dengan Penyakit-


Penyakit Untuk Perawat Dan Dokter. Yayasan Essentia Medica :
Yogyakarta

Basrowi, & Juariyah, S. (2010). Analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat
pendidikan masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 7 (1), 58-81.
(diunduh melalui journal.uny.ac.id pada 5 Januari 2015).

BPS (2015) Indikator Kesejahteraan Rakyat Welfare Indicators. Jakarta : Badan


Pusat Statistik Indonesia.

Dinkes Kota Lhokseumawe (2020)

Halim & Syumarti (2020) Perbandingan Dua Proporsi Uji Square X2, Bandung :
Unit Oftalmologi Komunitas.

Indrawati (2015) Status Sosial Ekonomi Dan Intensitas Komunikasi Keluarga


pada Ibu Rumah Tangga di RW 02 Kelurahan Panggung Kidul Kecamatan
Semarang Utara. Jurnal Psikologi UndipVol.14 No.1 April 2015, 52-57:
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.

I Nyoman Supriasa.(2002).Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran


ECG.

Kemenkes RI (2016) Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi


Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar :
Bakti Husada.

Kemenkes RI (2021) Tabel Batas Ambang Indeks Massa Tubuh (IMT) Direktorat
P2PTM.<http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/tabel-
batas-ambang-indeks-massa-tubuh-imt>. [Diakses 15 Mei 2021].

Khomsan, A (2012). Ekologi Masalah Gizi, Pangan, Dan Kemiskinan. Bandung:


Alfabeta.

Kusumawardhani, D (2012). Pengaruh Status Gizi Pada Pertumbuhan.


https://midwife.wordpress.com/pengaruh-status-gizi-pada-pertumbuhan/
48

Pamungkas (2015) Analisis Faktor Penyebab Gizi Buruk pada Anak Kurang
Mampu<http://gizi.unimus.ac.id/?p=227>. [Diakses 20 April 2021].

Meriyati (2015), Memahami Karakteristik Anak Didik, Lampung : Fakta Press.

Notoatmodjo,(2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta:PT.Rineka Cipta.

Repi, Kawengian, & Bolang (2013) Jurnal hubungan antara status sosial ekonomi dengan
status gizi pada siswa kelas 4 dan 5 SDN 1 Tounelet dan SD Katolik St. Monica
diKecamatan Langowan Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado.

Rinaldi & Mujianto (2017) Metodelogi Penelitian dan Statistik, Cetakan Pertama. Jakarta
: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Riskesdas (2018)Riset Kesehatan Dasar, Jakarta : Jakarta : Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan.

Rumende, Kapantov, & Punuh (2018) Hubungan antara Status Sosial Ekonomi dengan
Status Gizi pada anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tombatu Utara Kabupaten
Minahasa Tenggara. Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak edisi 11. Jakarta: Erlangga

Soetjiningsih (2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Sunita Almatsier.(2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PTGramedia Pustaka


Utama.

Thamaria, N (2017) Bahan Ajar Gizi Penilaian Status Gizi, Jakarta : Kemenkes
RI.

Undang-Undang No.13 Pasal 93 Ayat 4 tentang Ketenagakerjaan.

Unicef (2020) Covid 19 dan Anak-Anak di Indonesia Agenda Tindakan Untuk


Mengatasi Sosial Ekonomi, Unicef : For Every Child.

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam dalam surat keputusan (SK) Gubernur


Nanggroe Aceh Darussalam N0. 596/1526/2020, Telah menetapkan Upah
Minimum Provinsi (UMP) 2021 sebesar Rp 3.165.031.

LEMBAR PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI


RESPONDEN PENELITIAN
49

Kepada Yth :
Adik Siswa : ..............................................
di –
SD Negeri 12 Banda Sakti Kota Lhokseumawe

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..


Dengan Hormat,
Semoga adik siswa selalu dalam lindungan Allah SWT dan sukses dalam
menjalankan aktifitas sehari – hari.
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Muhammad Musawir ;
NPM : 17010519 adalah Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Bumi Persada Lhokseumawe akan mengadakan
penelitian untuk penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan di STIKes Bumi Persada Lhokseumawe T.A 2020/2021. Penelitian
dimaksud berjudul :

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI


PADA ANAK SD NEGERI 14 BANDA SAKTI
KOTA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2021

Sehubungan dengan hal tersebut saya mohon kesediaan adik siswa untuk dapat
berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menjadi responden. Adapun kegiatan yang
akan adik siswa lakukan dalam penelitian ini adalah menjawab beberapa pernyataan yang
nantinya diajukan oleh peneliti. Bila adik siswa setuju berpartisipasi dalam penelitian ini,
mohon menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang disediakan.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi adik siswa dan kerahasiaan informasi
yang adik siswa berikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk penelitian.
Kesediaan dan partisipasi adik siswa sangat saya harapkan dan atas perhatian dan
bantuan yang adik siswa berikan, saya ucapkan terima kasih.

Lhokseumawe, ............................ 2021


Hormat Saya,

(Muhammad Musawir)
Peneliti
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI
RESPONDEN PENELITIAN

Sehubungan dengan penelitian tentang Hubungan Status Ekonomi Keluarga


dengan Status Gizi Pada Anak SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe
Tahun 2021 yang dilakukan oleh :

Nama : Muhammad Musawir


NPM : 17010519
Pekerjaan : Mahasiswa Prodi S.1 Keperawatan
STIKes Bumi Persada Lhokseumawe
Alamat : Lhokseumawe

Maka dengan ini saya:

Umur : ...................................................................

Jenis kelamin : ...................................................................

Kelas : ...................................................................

Status Pekerjaan Orang Tua : Bekerja

Tidak Bekerja

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian ini secara aktif
dengan melibatkan diri sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Adapun mengenai maksud dan tujuan penelitian dan hal-hal yang menyangkut
pelaksanaan penelitian ini telah dijelaskan oleh peneliti kepada saya dan saya sangat
mengerti tujuan dan manfaat peneliti ini bagi saya pribadi dan profesi keperawatan pada
khususnya. Saya juga menyadari dan mengerti bahwa penelitian ini tidak membawa
dampak apapun sehingga saya berhak menghentikan keterlibatan saya pada penelitian ini
kapan saja.

Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden ini saya buat dengan sebenar-
benarnya agar dapat dipergunakan seperlunya.

Lhokseumawe, ................................. 2021


Yang Membuat Pernyataan

……………………............................
(Nama Inisial)
50

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI


PADA ANAK SD NEGERI 14 BANDA SAKTI
KOTA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2021

A. Identitas Responden

1. Inisial / Kode Responden : _________________________

2. Jenis Kelamin : _________________________

3. U m u r : _________________________

4. Kelas : _________________________

5. Pekerjaan Orang Tua : Bekerja

Tidak Bekerja

6. Penghasil Rata-Rata Orang Tua :

˃ Rp. 3.200.000.,/ bulan

Rp. 2.800.000,- s/d Rp. 3.200.000 ,- / bulan

˂ Rp. 2.800.000 ,- / bulan

B. Data Antropometri Siswa

Berat Badan (BB) : ............. Kg

Tinggi Badan (TB) : .............. Cm

BB( Kg)
IMT= =❑=
TB ( m ) × TB(m) ❑

Anda mungkin juga menyukai