BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber
secara optimal, baik fisik, mental, dan sosial serta mampu menjadi generasi
dapat menurunkan kualitas SDM. Gizi yang baik akan menghasilkan SDM
yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta
produktif.
berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50% balita Asia,
30% balita Afrika, 20% Amerika Latin menderita gizi buruk (WHO,
1
2
Indonesia sudah menghadapi masalah gizi yang tinggi. Saat ini, lebih dari dua
dengan kematian bayi, gizi buruk menyebabkan anak terlahir pendek atau
ternyata masih tinggi. Anak yang kurang gizi ada dua kategori yakni gizi
buruk dan gizi kurang yang angkanya di Indonesia pada tahun 2018 ada 3,9%
dan 13,8%. Jadi yang kurang gizi masih 17,7% berdasarkan BB/U <-3SD
s/d<-2SD (Riskesdas 2018). Pada tahun yang sama angka stunting adalah
30,8% (yang sangat pendek 11,5% dan Pendek 19,3%) dan pada tahun 2013
berdasarkan TB/U dengan batasan sangat pendek <-3SD dan pendek TB/U
≥3SD s/d <-2SD.yakni 37,2% (Sangat pendek 18% dan pendek 19,2%).
tahun 2018 terdapat 10,2% status gizi kurus dengan kategori sangat kurus
3,5% dan kurus 6,7%. Untuk anak yang gemuk malah menjadi hal yang
pada tahun 2013 ada 11,9% dan pada tahun 2018 sebesar 8,0% (Riskesdas
2018).
masih berada diatas angka nasional. Untuk angka gizi buruk secara nasional
3,5% sementara di Aceh diatas 5,5%. Berdasarkan data yang diperoleh dari
memiliki berat badan dalam kategori Sangat Kurang, 431 anak yang memiliki
berat badan dalam kategori Kurang, 4.250 anak yang memiliki berat badan
dalam kategori normal, 134 anak yang memiliki berat badan dalam kategori
lebih. Berdasarkan Indeks TB/U terdapat 121 anak yang memiliki tinggi
badan dalam kategori sangat pendek, 347 anak yang memiliki tinggi badan
dalam kategori pendek, 4.333 anak yang memiliki tinggi badan dalam
kategori normal, 72 anak yang memiliki tinggi badan dalam kategori tinggi.
Dan 487 anak yang mengalami gizi kurang (Dinkes Kota Lhokseumawe,
2020).
masyarakat karena pada masa anak fungsi organ otak mulai terbentuk mantap
adalah anak usia 6-12 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat
4
pertumbuhan dan perkembangan anak. Gizi yang kurang juga akan membuat
sistem imun pada anak lemah. Aktifitas yang cukup tinggi dan kebiasaan
status ekonomi orangtua yang rendah mendorong ibu untuk bekerja diluar
cenderung tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memenuhi status gizi
Status Ekonomi dapat dilihat bahwa Penyebab gizi buruk dan gizi
kurang yang tinggi yaitu Angka kemiskinan di Indonesia yang masih tinggi
yaitu sebesar 9,41% atau sekitar 25,14 juta penduduk. Dampak kemiskinan
5
Salah satu penyebab tidak langsung dari gizi kurang adalah status
hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat,sedangkan pekerjaan yang lebih
baik orang tua selalu sibuk bekerja sehingga tidak tertarik untuk
2012).
akibat kemiskinan, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi) pasti akan muncul.
yang rendah merupakan salah satu faktor sangat dominan dialami oleh
penghasilan dari pekerjaan kurang mencukupi dan harga dari bahan makanan
yang mahal.
menunjukkan bahwa dari 122 siswa, 94siswa (77,0%) memiliki status normal
gizi, 9 siswa (7,4%) gizi buruk, 9 siswa (7,4%) di gizi kurang, 8 siswa
(6,6%)gizi lebih, dan hanya 2 siswa (1,6%) obesitas. Gizi buruk, gizi kurang,
kelebihan gizi, dan obesitas masih ditemukan pada siswa sekolah dasar kelas
III. Sedangkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Rumende
dengan status gizi (BB/U), (TB/U) dan (BB/TB). Terdapat hubungan antara
antara pendidikan ibu dengan status gizi indikator (TB/U) dan (BB/TB).
Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu dengan
status gizi (BB/U), (TB/U), dan (BB/TB). Tidak terdapat hubungan antara
keluarga dengan status gizi pada anak di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota
dilakukan oleh peneliti sebelumya, dimana dari hasil penelitian ini diketahui
status gizi siswa, dimana berdasarkan hasil dari survey dan hasil penelitian
7
keadaan gizi kurang, 62 siswa atau 72.1% memiliki keadaan gizi baik dan 13
B. Rumusan Masalah
maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan
status ekonomi keluarga dengan status gizi kurang pada anak di SD Negeri 14
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Lhokseumawe.
2. Tujuan Khusus
Lhokseumawe.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
status ekonomi keluarga dengan status gizi pada anak di SD Negeri 14 Banda Sakti
2. Praktis
a. Bagi masyarakat
dalam mengetahui status ekonomi keluarga dengan status gizi pada anak dengan
refrensi bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan ilmu
d. Bagi Penulis
kesehatan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sunita (2002: 3), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, dibedakan antara status
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi
1) Gizi Kurang
timbul karena tidak cukup makan, dan asupan nutrisi yang tidak cukup
2) Gizi Baik
asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required) oleh
3) Gizi Lebih
Gizi lebih (overweight) dalam istilah awam lebih dikenal sebagai sebagai
kegemukan merupakan status gizi baik tidak seimbang akibat asupan gizi
kesehatan.
1) Memberi energi
lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang
diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat gizi
Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah yang paling banyak dalam bahan
pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut
Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh
mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsinya ketiga zat gizi tersebut
3) Mengaturproses tubuh
yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk kedalam
proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses lain
yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk
pembuangan sisa-sisa ekskresi dan proses tubuh yang lain. Dalam fungsi
mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air dan vitamin dinamakan
zat pengatur.
oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan, terutama
12
Penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang di sebabkan oleh sebuah gen
biologis seperti virus, bakteri atau parasit, bukan di sebabkan oleh faktor
fisik seperti luka bakar atau keracunan. Status gizi kurang seseorang selain
apabila sering mengalami diare atau demam maka rentan terkena gizi
kurang.
konsumsi konsumsi adalah zat gizi dalam makanan, ada tidaknya program
1) Faktor Eksternal
keluarga tersebut.
perkembangan anak tidak hanya dari asupan nutrisi akan tetapi kasih
sayang, perhatian kenyamanan dan pola asuh yang baik juga membuat
2) Faktor Internal
(Ilmirh, 2015).
1) Gizi kurang
protein (KEP).
2) Gizi baik
asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required) oleh
3) Gizi lebih
dikeluarkan
15
d) Anak yang dilahirkan dari orang tua yang keduanya obese mempunyai
peluang 75% untuk obese juga. Bila salah satu orang tuanya obese,
maka peluangnya sekitar 40% dan bila kedua orang tuanya tidak obese
menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi
kurang maupun gizi lebih. Menurut (Supariasa, 2016) pada dasarnya status
gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.
tubuh dari berbagai tingkat umur antara lain, Berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri telah
salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang
tepat.
dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
kini.
dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat
baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan
dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan
menurut umur) atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan
menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan
17
(BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air,
status gizi pada anak sekolah dengan membandingkan berat badan dan
tinggi badan .
BB (kg)
IMT =
TB2 (meter)
berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter)
Menurut Hermiyati (2015), anak usia sekolah dasar adalah anak yang
tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Usia rata-rata anak sekolah dasar
di Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12
tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan, yaitu pada masa
kanak-kanak tengah (6-9 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun).
Siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap
ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta
perseptual, artinya anak mampu berfikir logis tetapi masih terbatas pada objek-
fisik.
masyarakat.
seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi,
Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer
yang dimiliki (Baswori, 2010). Lebih dari itu, Santrock (2007) menyebutkan
orang tua, meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,
juga kurang. Kondisi status sosial ekonomi orang tua merupakan salah satu
pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya
pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia
siswa. Hal ini disebabkan proses belajar mengajar siswa membutuhkan alat-
alat atau seperangkat pengajaran atau pembelajaran, dimana alat ini untuk
pelajaran yang diperoleh dari sekolah. Hal ini didukung oleh pendapat
material yang dihadapi anak dalam keluarga itu lebih luas, ia mendapat
Pendidikan yang baik dapat dinikmati oleh anak apabila orang tua
anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak
anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kah kemajuan belajar
anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur,
dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang didapatkan,
nilai atau hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam
22
studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang
keluarga
1) Pendidikan
cipta, rasa dan hati nurani) serta jasmani panca indera dan keterampilan.
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
kemasyarakatan bangsa.
2) Pekerjaan
3) Pendapatan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, yang dapat dipakai
bersangkutan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri
4) Kesehatan fisik
terhadap keadaan lingkungan dan atau kerja fisik yang cukup efisien
kategori, yaitu :
25
B. Kerangka Teori
sebagai berikut:
Pendapatan
Gizi Kurang
Gizi baik
Gizi Lebih
Pendidikan
Pekerjaan
n
Skema 2.1 Kerangka teori
: Yang diteliti
BAB III
satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang diteliti (Notoatmodjo,
2010). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen yaitu status
ekonomi keluarga, sedangkan variabel dependen yaitu status gizi kurang pada
anak usia sekolah, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
B. Variabel Penelitian
1. Variabel independen
keluarga.
26
27
2. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi pada anak
usia sekolah.
C. Definisi Operasional
Note: Skala ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah ordinal dikarenakan
hasil ukur yang diperoleh dikategorikan dalam beberapa kriteria, sehingga peneliti
menggunakan skala ordinal guna mempermudah proses pengolahan data pada
hasil penelitian.
D. Metode Pengukuran Variabel
28
Minimum Tahun 2021 pada masa Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19).
(2017) tentang pengukuran status gizi pada anak yaitu dengan membanding
kan berat badan dan tinggi badan (Indeks Masa Tubuh) dengan rumus :
BB (kg)
IMT =
TB2 (meter)
BAB IV
A. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini analitik dengan desain cross sectional. Tujuan dari
keluarga dengan status gizi kurang pada anak di SD Negeri 14 Banda Sakti
Kota Lhokseumawe.
1. Populasi
2. Sampel penelitian
1. Tempat Penelitian
Lhokseumawe.
2. Waktu Penelitian
29 Juli 2021.
a) Data Primer
responden.
32
b) Data Sekunder
pekerjaan dan penghasilan orang tua siswa yang diambil dari data buku
induk dan raport siswa. Sumber referensi lainnya peneliti dapatkan dari
penelitian ini.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini tidak lagi dilakukan uji validitas dan reliabilitas
1. Pengolahan Data
a. Editing
pernyataan terjawab atau terisi, dapat dibaca serta melihat apakah ada
b. Coding
Gizi Lebih = 3.
c. Transfering
d. Tabulating
frekuensi.
34
e. Cleaning Data
terjadi.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
distribusi dan persentase dari tiap ariable. Hasil analisis univariat akan
f
x 100 %
P= N
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
100% = Nilai tetap
35
b. Analisa Bivariat
dependen melaluiuji SPSS yaitu uji chi square untuk mengetahui hubungan
(dependen). Syarat uji square yaitu besar sampel >40 orang, frekuensi
harapan (E) yang nilainya <5 tidak boleh melebihi 20% jumlah cell.
signifikan 95% (α = 0,05). Selanjutnya apabila nilai ρ < 0,05 maka hasil
apabila ρ > 0,05 maka hasil perhitungan ariable tidak bermakna atau Ho
ditolak, artinya tidak ada hubungan antara ariable independen dan ariable
dependen.
36
BAB V
SD Negeri 14 Banda Sakti adalah salah satu sekolah dasar yang berada
Negeri 14 Banda Sakti beralamat di Jl. Peutua Bidin No. 7 Teumpok Teungoh.
Jumlah Siswa
No Kelas Total
Laki – Laki Perempuan
1 Kelas I 17 23 40
2 Kelas II 16 25 41
3 Kelas III 18 24 42
4 Kelas IV 20 22 42
5 Kelas V 17 19 36
6 Kelas VI 19 25 44
Jumlah 107 138 245
Sumber : SD Negeri 14 Banda Sakti Lhokseumawe
36
37
B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
TABEL 5.1
DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN
PENELITIAN DI SD NEGERI 14 BANDA SAKTI
KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2021
No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin Responden
1 Laki – Laki 62 72,1%
2 Perempuan 24 27,9%
Pekerjaan Orang Tua Responden
1 Bekerja 76 88,4%
2 Tidak Bekerja 10 11,6%
Total 86 100%
jenis kelamin mayoritas laki – laki yaitu 62 responden atau 72,1% dan
38
atau 88,4%.
TABEL 5.2
DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT SOSIAL EKONOMI
KELUARGA SISWA SD NEGERI 14 BANDA SAKTI
KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2021
Tingkat Sosial Ekonomi
No Frekuensi Persentase
Keluarga
1 Tinggi 22 25,6%
2 Sesuai 42 48,8%
3 Rendah 22 25,6%
Total 86 100%
TABEL 5.3
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI SISWA
DI SD NEGERI 14 BANDA SAKTI KOTA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2021
No Status Gizi Siswa Frekuensi Persentase
1 Gizi Kurang 11 12,8%
2 Gizi Baik 62 72,1%
3 Gizi Lebih 13 15,1%
Total 86 100%
2. Analisa Bivariat
lakukan dengan uji statistik Fisher’s Exact Test didapatkan hasil sebagai
berikut :
TABEL 5.4
HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN
STATUS GIZI SISWA SD NEGERI 14 BANDA SAKTI
KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2021
ekonomi keluarga pada kategori tinggi, mayoritas status gizi siswa berada
pada kategori gizi baik yaitu 14 responden (63,6%), dan 42 siswa dengan
status sosial ekonomi keluarga pada kategori sesuai, status gizi siswa
mayoritas juga berada pada kategori gizi baik yaitu 35 rsponden (83,3%),
demikian juga dengan siswa yang status ekonomi keluarga pada kategori
rendah, status gizi siswa mayoritas berada pada kategori gizi baik yaitu 13
responden (59,1%).
Hasil uji statistik didapatkan ρ value 0,008 yang berarti lebih kecil
dari nilai alpha (α) 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan antara status
40
ekonomi keluarga dengan status gizi siswa SD Negeri 14 Banda Sakti Kota
C. Pembahasan
berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki – laki yaitu 62 responden atau 72,1%,
berdasarkan pekerjaan orang tua siswa mayoritas bekerja yaitu 76 responden atau
88,4%, tingkat sosial ekonomi keluarga siswa SD Negeri 14 Banda Sakti Kota
48,8% dan status gizi siswa di SD Negeri 14 Banda Sakti Kota Lhokseumawe
mayoritas berada pada kategori gizi baik yaitu 62 responden atau 72,1%.
keluarga pada kategori tinggi, mayoritas status gizi siswa berada pada kategori
gizi baik yaitu 14 responden (63,6%), dan 42 siswa dengan status sosial ekonomi
keluarga pada kategori sesuai, status gizi siswa mayoritas juga berada pada
kategori gizi baik yaitu 35 rsponden (83,3%), demikian juga dengan siswa yang
status ekonomi keluarga pada kategori rendah, status gizi siswa mayoritas berada
pada kategori gizi baik yaitu 13 responden (59,1%). Hasil uji statistik didapatkan
ρ value 0,008 yang berarti lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05, maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi
Ho ditolak.
murid SD di pusat kota dengan tingkat sosial ekonomi baik sebesar 84,2% status
gizi baik dan 6% status gizi kurang, sedangkan keluarga dengan tingkat sosial
41
ekonomi rendah didapatkan 15,7% status gizi baik dan 0% status gizi kurang.
Pada daerah pinggiran kota dengan status ekonomi baik didapatkan 15,8% status
gizi baik dan 64,7% status gizi kurang, sedangkan pada keluarga dengan status
ekonomi rendah didapatkan 84,3% status gizi baik dan 100% status gizi kurang.
Dari uji Chi-Square didapatkan nilai pearson Chi-Square (x2) = 71.004 lebih
besar dari nilai x2 tabel = 7,815 dan nilai probabilitas (p) = 0,000 lebih kecil dari
nilai probabilitas yang bermakna yaitu p < 0,05 berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan status sosial ekonomi keluarga murid SD di
pusat dan pinggiran kota Padang. Status gizi anak juga berhubungan dengan
tingkat ekonomi keluarga, tingkat pendidikan ayah dan ibu serta jumlah anak
dalam keluarga
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ratna (2018) diketahui bahwa hasil
dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status sosial ekonomi
Sukoharjo. Faktor sosial ekonomi keluarga akan turut menentukan hidangan yang
disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan. Hal
ini dapat terlihat anak dengan sosial ekonomi tinggi tentunya pemenuhan
kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan dengan anak dengan status sosial
ekonomi rendah.
penelitian diketahui siswa dengan status ekonomi keluarga pada kategori tinggi
hanya 4,5% siswa yang mengalami gizi kurang dan sebagian besar mempunyai
42
status gizi yang baik dan gizi lebih dibandingkan dengan siswa dengan status
ekonomi keluarga pada kategori rendah dimana terdapat 31,8% siswa dari
keseluruhan sampel penelitian yang mempunyai status gizi pada kategori kurang
pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi dan intake zat gizi
lainnya. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
pertumbuhan fisik, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi
Serta faktor tidak langsung antara lain: tingkat pendapatan, pengetahuan tentang
Suhardjo, 2015).
yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
mental. Dalam masa tumbuh kembang anak, kecukupan gizi merupakan hal
mutlak yang harus selalu diperhatikan orang tua. Gizi yang baik merupakan
pondasi bagi kesehatan masyarakat, jika terjadi gangguan gizi baik gizi kurang
maupun gizi lebih pertumbuhan tidak akan berlangsung optimal. Kekurangan zat
cenderung postur tubuh pendek, tidak aktif bergerak, sedangkan kelebihan zat gizi
43
akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif di masa yang akan datang.1 Salah
satu kelompok usia yang rentan mengalami masalah gizi kurang ataupun gizi lebih
bahwa status gizi seorang anak khususnya siswa SD sangat dipengaruhi oleh
status ekonmi keluarga. Semakin baik status ekonomi keluarga, maka akan
semakin baik pula status gizi seorang anak. Keluarga dengan tingkat ekonomi
yang secara tidak langsung akan berdampak pada status gizi anggota keluarganya,
D. Keterbatasan Penelitian
penelitian, yaitu :
Fisher’s Exact Test dimana hanya melihat hubungan, sehingga tidak dapat
2. Karakteristik anak SD yang berasal dari berbagai latar belakang sosial budaya
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
3. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan antara status ekonomi keluarga
B. Saran
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi, & Juariyah, S. (2010). Analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat
pendidikan masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 7 (1), 58-81.
(diunduh melalui journal.uny.ac.id pada 5 Januari 2015).
Halim & Syumarti (2020) Perbandingan Dua Proporsi Uji Square X2, Bandung :
Unit Oftalmologi Komunitas.
Kemenkes RI (2021) Tabel Batas Ambang Indeks Massa Tubuh (IMT) Direktorat
P2PTM.<http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/tabel-
batas-ambang-indeks-massa-tubuh-imt>. [Diakses 15 Mei 2021].
Pamungkas (2015) Analisis Faktor Penyebab Gizi Buruk pada Anak Kurang
Mampu<http://gizi.unimus.ac.id/?p=227>. [Diakses 20 April 2021].
Repi, Kawengian, & Bolang (2013) Jurnal hubungan antara status sosial ekonomi dengan
status gizi pada siswa kelas 4 dan 5 SDN 1 Tounelet dan SD Katolik St. Monica
diKecamatan Langowan Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Rinaldi & Mujianto (2017) Metodelogi Penelitian dan Statistik, Cetakan Pertama. Jakarta
: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Rumende, Kapantov, & Punuh (2018) Hubungan antara Status Sosial Ekonomi dengan
Status Gizi pada anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tombatu Utara Kabupaten
Minahasa Tenggara. Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
Thamaria, N (2017) Bahan Ajar Gizi Penilaian Status Gizi, Jakarta : Kemenkes
RI.
Kepada Yth :
Adik Siswa : ..............................................
di –
SD Negeri 12 Banda Sakti Kota Lhokseumawe
Sehubungan dengan hal tersebut saya mohon kesediaan adik siswa untuk dapat
berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menjadi responden. Adapun kegiatan yang
akan adik siswa lakukan dalam penelitian ini adalah menjawab beberapa pernyataan yang
nantinya diajukan oleh peneliti. Bila adik siswa setuju berpartisipasi dalam penelitian ini,
mohon menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang disediakan.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi adik siswa dan kerahasiaan informasi
yang adik siswa berikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk penelitian.
Kesediaan dan partisipasi adik siswa sangat saya harapkan dan atas perhatian dan
bantuan yang adik siswa berikan, saya ucapkan terima kasih.
(Muhammad Musawir)
Peneliti
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI
RESPONDEN PENELITIAN
Umur : ...................................................................
Kelas : ...................................................................
Tidak Bekerja
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian ini secara aktif
dengan melibatkan diri sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Adapun mengenai maksud dan tujuan penelitian dan hal-hal yang menyangkut
pelaksanaan penelitian ini telah dijelaskan oleh peneliti kepada saya dan saya sangat
mengerti tujuan dan manfaat peneliti ini bagi saya pribadi dan profesi keperawatan pada
khususnya. Saya juga menyadari dan mengerti bahwa penelitian ini tidak membawa
dampak apapun sehingga saya berhak menghentikan keterlibatan saya pada penelitian ini
kapan saja.
Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden ini saya buat dengan sebenar-
benarnya agar dapat dipergunakan seperlunya.
……………………............................
(Nama Inisial)
50
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
3. U m u r : _________________________
4. Kelas : _________________________
Tidak Bekerja
BB( Kg)
IMT= =❑=
TB ( m ) × TB(m) ❑