Anda di halaman 1dari 7

STUNTING SEBAGAI MASALAH TUMBUH KEMBANG ANAK

Oleh: Leni Arianti S.Pd. (TK. Putroe Aloh, kab. Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh)

1. Judul

Upaya Pencegahan dan Penanganan Stunting Sebagai Masalah Tumbuh Kembang Anak di
Kabupaten Aceh Barat Daya

2. Latar Belakang

Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia yang
berdampak tidak hanya pada pertumbuhan linear tetapi juga pada perkembangan anak. Stunting
merupakan salah satu masalah pertumbuhan yang terjadi pada anak akibat kekurangan gizi
kronis dalam jangka waktu yang lama, sehingga anak berperawakan lebih pendek dan kurus dari
anak seusianya. Apabila pertumbuhan anak terhambat, maka proses perkembangan anak yang
meliputi perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal sosial juga dapat
terhambat. Tingginya angka stunting dan kurang optimalnya perkembangan anak dapat
menimbulkan dampak negatif bagi masa depan anak dan dapat menghambat pertumbuhan
ekonomi dan kemajuan bangsa Indonesia. Stunting bisa terjadi karna kebutuhan gizi yang
diperoleh anak tidak sesuai atau bahkan kekurangan. Tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak
dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangannya.

Anak yang mengalami kekurangan makanan bergizi cenderung menjadi lemah dan tidak
aktif, sehingga terjadi penurunan interaksi dengan lingkungannya dan menyebabkan adanya
perkembangan yang buruk, ditandai dengan aktivitas yang menurun, lebih rewel dan tidak
merasa bahagia, serta tidak begitu menunjukkan rasa ingin tahu (naluri eksplorasi). Tentu saja
hal-hal tersebut dapat menghambat anak untuk mengembangkan potensinya untuk beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya.
Hambatan perkembangan pada anak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya umur kehamilan dan riwayat kompilikasi saat persalinan, riwayat berat badan lahir
rendah anak tidak pernah mendapat ASI ekslusif. Faktor sosial ekonomi yaitu pendidikan dan
pendapatan yang rendah juga sebagai faktor risiko tejadinya hambatan perkembangan anak.
Keluarga, lingkungan dan nilai-nilai sosial tempat tinggal termasuk pemberian stimulasi kognitif
yang kurang berpengaruh pencapaian milestone perkembangan anak. Oleh karena itu, perlu
dilakukan studi mendalam untuk mengetahui pengaruh stunting yang berdampak terhadap
tumbuh kembang anak terutama di Kabupaten Aceh Barat Daya.

3. Uraian Materi Hasil Studi Mendalam

Guru Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai tenaga pendidik tunas-tunas bangsa sangat
berperan besar dalam mengurangi kasus stunting. Yakni masalah gizi kronis akibat kurangnya
asupan gizi yang berakibat terganggunya pertumbuhan dan perkembangan pada anak. hal
tersebut dapat dilakukan dengan rajin mengedukasi orang tua siswa terkait pentingnya pemberian
makanan bergizi kepada putra-putrinya. jika transfer pemahaman tentang pentingnya menjaga
gizi dan pola makan anak-anak tersebut terus dilakukan secara berkelanjutan, maka bukan tidak
mungkin akan berdampak positif terhadap tumbuh-kembang anak. Dengan demikian akan
menurunkan angka stunting di Kabupaten Aceh Barat Daya. Maka sangat diperlukan peran aktif
Guru TK dan orang tua siswa agar lebih memahami sekaligus mengenali sejak dini gejala serta
tanda-tanda stunting. Mulai dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting
hingga upaya pencegahan dan penanganannya.

Beberapa sumber mengatakan Jenis kelamin juga berpengaruh pada kejadian stunting dan
perkembangan. Jumlah anak dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami stunting lebih
banyak (38,5%) dibandingkan anak dengan jenis kelamin perempuan (33,3%). Hal ini sejalan
dengan studi yang dilakukan di Indonesia menunjukkan laki-laki lebih berpotensi mengalami
stunting dibanding dengan perempuan. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya perkembangan
motorik kasar anak laki-laki lebih cepat dan beragam sehingga membutuhkan lebih banyak
energi sedang asupan gizi yang di terima kurang. Lingkungan pengasuhan dan stimulasi anak
juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan secara eksternal. Interaksi
antara anak dan orang dapat membangun keakraban dalam keluarga sehingga pemberian
stimulasi pada anak juga optimal.

Selain itu tingkat pendidikan ibu berpengaruh pada Stimulasi tumbuh kembang anak.
Pengetahuan ibu tentang pentingnya gizi dan pemberian stimulasi pada anak akan berpengaruh
tumbuh kembang anak. Tingkat Pendidikan yang rendah dapat meningkatkan proporsi gangguan
perkembangan dan stunting. Ibu yang memiliki pendidikan baik berpeluang memiliki pekerjaan
baik dan meningkatkan perekonomian keluarga. Selain itu, ibu akan mempunyai pengetahuan
tentang kesehatan dan pola asuh balita yang baik, serta akan lebih memanfaatkan pelayanan
kesehatan guna meningkatkan kesehatan anak. Perkembangan seorang balita dapat terhambat
karena salah satu kebutuhan dasar yaitu asuh, asih, dan asah tidak dapat diberikan oleh orang tua
kepada balita tersebut.

Kementreian kesehatan memberikan beberapa langkah-langkah upaya pencegahan


stunting sangat yang perlu dilakukan seperti, memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, beri ASI
Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat, Terus
memantau tumbuh kembang anak, dan selalu jaga kebersihan lingkungan.

Upaya Layanan Dasar Kesehatan Bagi Anak di Lembaga Taman Kanak-Kanak

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan upaya satuan pendidikan dalam


menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan kemampuan hidup sehat,
dengan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta derajat kesehatan peserta didik
melalui pelaksanaan Trias UKS yakni:

1. Pendidikan Kesehatan: melalui kegiatan peningkatan pengetahuan secara intrakurikuler,


kokurikuluer dan ekstrakurikuler dan pembiasaan PHBS
2. Pelayanan Kesehatan: melalui pencegahan penyakit seperti dengan imunisasi dan minum
obat cacing
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat: dengan melengkapi sarana prasarana PHBS,
antara lain air bersih, toilet, tempat cuci tangan, tempat sampah, saluran drainase

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah bertujuan meningkatkan kesehatan, mutu pendidikan dan
prestasi belajar peserta didik yang tercermin dalam kehidupan perilaku hidup bersih sehat
(PHBS) dan lingkungan sekolah yang sehat sehingga memungkinkan peserta didik mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Sebagai strategi peningkatan mutu pembinaan dan pelaksanaan Trias UKS maka sekolah harus
memperhatikan stratifikasi UKS yang terdiri dari minimal, optimal, standar dan paripurna.
Sekolah harus memenuhi seluruh indikator (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan,
pembinaan lingkungan sekolah sehat dan manajemen UKS/M) pada kelompok stratifikasi UKS.
Dengan mereview indikator dalam stratifikasi UKS maka sekolah dapat memiliki rekomendasi
perbaikan pelaksanaan Trias UKS dan menyusun perencanaan untuk mencapai indicator yang
sudah ditentukan.

Upaya Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

Manfaat PHBS adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau menjalankan


hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan menanggulangi masalah
kesehatan. Selain itu, dengan menerapkan PHBS masyarakat mampu menciptakan lingkungan
yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup.

Adapun manfaat PHBS di Sekolah adalah dapat menciptakan kegiatan yang


memberdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk mau melakukan pola
hidup sehat untuk menciptakan sekolah sehat. Manfaat PHBS di Sekolah mampu menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat, meningkatkan proses belajar mengajar dan para siswa, guru
hingga masyarakat lingkungan sekolah menjadi sehat.

Penerapan PHBS di sekolah

 Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,


 Mengonsumsi jajanan sehat,
 Menggunakan jamban bersih dan sehat
 Olahraga yang teratur
 Memberantas jentik nyamuk
 Membuang sampah pada tempatnya, dan
 Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan
yang sehat.

Pemberdayaan Diri Dalam Penanganan Stunting di Desa/Daerah

Desa Palak Hulu Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan desa tempat
tinggal penulis yang berlokasi di daerah perairan, mata pencaharian penduduk yang beraneka
ragam dan sebagian besar sebagai nelayan dan buruh lepas harian. Latar belakang terjadinya
Stunting menurut Bidan Desa kejadian Stuned pada anak merupakan suatu proses komunikatif
yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak- kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini
merupakan terjadinya Stuned pada anak dan peluang peningkatan Stuned terjadinya dalam 2
tahun pertama kehidupan dari hasil pendataan Bidan Desa (Bides) tentang jumlah balita yang ada
diDesa Palak Hulu Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya sebanyak 220 Orang, dari
sejumlah 220 Orang terdeteksi ada 5 Orang anak Stunting berarti terdapat 2,2% anak Stunting di
Desa Cintaratu. Dengan adanya permasalahan tersebut merupakan peluang besar bagi penulis
untuk ikut terlibat melakukan pemberdayaan diri dan akses dukungan di Desa Palak Hulu
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya. Karena bagi penulis Desa tersebut merupakan
salah satu lokasi focus untuk oencegahan penurunan Stunting, adapun upaya yang dilakukan oleh
penulis dan pihak terkait yaitu Bides Pemerintah Desa Palak Hulu beserta jajarannya dengan
menggalakan Posyandu, pemberian makanan tambahan, cemilan makanan sehat dengan cara
penulis berkunjung ke Posyandu, ikut berpartisifasi dalam kegiatan pemberian makanan
tambahan, mengadakan sosialisasi terhadap Ibu-ibu dan masyarakat sekitar Desa Palak Hulu
tentang PHBI, Pola Asuh, Kesehatan dan Gizi bagi anak, pertumbuhan dan perkembangan anak
usia dini, digalakannya yaitu gerakan menanamsayur mayor, adapun biaya yang digunakan
dalam hal ini menggunakan dana Desa. Selain itu penulis melakukan pengimbasan terhadap
Lembaga/Organisasi Guru PAUD terutama TK yang ada di Kecamatan Palak Hulu melalui
sosialisasi dan pemaparan materi yang ada kaitannya dengan Stunting. Semua program tersebut
difokuskan untuk upaya pencegahan Stunting. Digalakan oleh Posyandu, pemberian makanan
tambahan dengan menanam sayur mayur dipilih sebagai kegiatan utama karena mudah
dilaksanakan dan menjadi kegiatan yang berkelanjutan. Untuk rencana pemberdayaan diri di
desa daerah Palak Hulu khususnya penulis secara rutin untuk memantau serta terlibat/ ikut serta
dalam pelaksanaan Posyandu, serta memberikan arahan sosialisasi yang ada kaitannya dengan
pencegahan penurunan Stunting bersama Bidan Desa (Bides) Pemerintah Desa serta jajarannya
serta akan di tambahkan program gerakan makan telor sehari satu butir.

Pengalaman Terkait Penanganan Stunting di Desa/Daerah

Pengalaman penulis selama terlibat dalam kegiatan di desa ternyataa ada beberapa hal yang
mempengaruhinya yaitu: akses informasi terkait kondisi stunting di desa/daerah kurang terserap,
tidak adanya keterlibatan dalam musrenbangdes, dari hasil pengalaman tersebut sds pengalaman
praktek yang akan dikembangkan yaitu cegah stunting sejak dini guna mewujudkan masa depan
cerah. Untuk meningkatkan kepedulian bersama-sama dalam menanggulangi stunting dan harus
bekerja sama dengan semua pihak.

4. KESIMPULAN

Stunting adalah bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi


yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Kekurangan nutrisi bisa
terjadi ketika bayi masih di dalam kandungan maupun setelah lahir. Untuk itu sebegai seorang
ibu harus memperhatikan Gizi anaknya dengan baik.

Stunting pada balita merupakan konsekuensi dari beberapa faktor yang sering dikaitkan
dengan kemiskinan termasuk gizi, kesehatan, sanitasi dan lingkungan. Ada lima faktor utama
penyebab stunting yaitu kemiskinan, sosial dan budaya, peningkatan paparan terhadap penyakit
infeksi, kerawanan pangan dan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Stunting adalah
masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu
yang cukup lama. Dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan
pada anak atau disebut dengan gagal tumbuh yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak
atau kerdil.

Dampak lain dari stunting selain perkembangan fisik yang terhambat adalah terhambatnya
perkembangan kognitif anak. Hal ini disebabkan perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh
pertumbuhan dan kematangan fisik seseorang. LIPI menyebutkan bahwa stunting di awal
kehidupan seorang anak dapat menyebabkan kerusakan permanen pada perkembangan kognitif,
yang diikuti dengan perkembangan motorik dan intelektual yang kurang optimal sehingga
cenderung dapat menimbulkan konsekuensi terhadap pendidikan.

Pertumbuhan kognitif yang lambat di kemudian hari bisa menyebabkan anak mengalami
penurunan fungsi intelektual, kesulitan memproses informasi, serta susah berkomunikasi. Ini
tentu mempengaruhi proses belajar anak di sekolah dan dirumah, sekaligus membuat mereka
kesulitan bergaul serta bermain bersama rekan sebaya.

Anak dengan stunting cenderung memiliki masalah pada pemusatan perhatian, memori
dan proses pembelajaran. Hal ini disebabkan kekurangan gizi yang menyebabkan kerja otak
menjadi lebih terhambat. Kecukupan gizi dibutuhkan tubuh terutama bagian otak untuk tumbuh
dan berkembang secara optimal. Kebutuhan gizi anak usia dini sangat penting karena masa ini
merupakan masa kritis dalam hal perkembangan dan pertumbuhan kehidupan manusia, oleh
karena itu tidak tercukupinya gizi atau bahkan buruknya status gizi anak usia dini akan
berdampak langsung pada perkembangan psikomotorik dan kognitif mereka. Agar anak dapat
tumbuh dengan normal dan sehat. Dengan adanya stunting maka ada upaya intervensi yang
meliputi pemantauan pada saat ibu hamil, pada saat bayi lahir, pada saat bayi berusia 6 bulan
sampai 2 tahun, memantau pertumbuhan balita di posyandu, dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Sehingga dapat mengurangi prevalensi stunting yang terjadi di Kecamatan Aceh Barat Daya.

5. REFEENSI/KEPUSTAKAAN

Referensi kepustakaan yang diambil dari penulisan studi mendalam, yaitu:

1) Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.15 No.4 Februari 2022: Hal. 327-332

2) Usaha Kesehatan Sekolah, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2022

3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Kementerian Kesehatan Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai