Anda di halaman 1dari 44

DASAR ILMU GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

“Gambaran Pengetahuan Tentang Gizi Sehat Harian Pada Remaja Dewasa”


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Ilmu Gizi Kesehatan
Masyarakat

Dosen Pengampu : Icca Stella Amalia, SKM., MPH

Disusun Oleh:

Yusuf Priyatama CMR0210077

Kelas : Kesehatan Masyarakat 1B Semester 2

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
Tahun Ajaran 2022-2023
Jl. Lingkar. Bayuning No.2, Kadugede, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
45561 Telepon 0232-875847 Email info@stikku.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gambaran
Pengetahuan Tentang Gizi Sehat Harian Pada Remaja Dewasa". Saya menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,
hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu yang saya miliki.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-
teman dan pihak yang membantu sehingga terselesainya makalah ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggung jawab mata
kuliah Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu saya belajar
banyak hal. Saya berharap dan berdoa agar makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi saya sendiri dan bagi para pembaca makalah ini.

Kuningan, 14 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
2.1 Gizi Remaja........................................................................................................7
2.1.1 Pengertian........................................................................................................7
2.1.2 Faktor Yang Memicu Terjadinya Masalah Gizi Remaja................................8
2.1.3 Anjuran Asupan Komposisi Zat Gizi Remaja.................................................9
2.1.4 Metode Pengukuran Pola Konsumsi Makanan.............................................11
2.2 Status Gizi Remaja...........................................................................................13
2.2.1Pengertian.......................................................................................................13
2.2.2 Cara Penilaian Status Gizi.............................................................................14
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi..............................................17
2.3.1 Faktor Langsung............................................................................................17
2.3.2 Faktor Tidak Langsung.................................................................................19
2.4 Hitungan Kebutuhan Energi.............................................................................21
2.4.1 Daftar Tabel Kalori dan Unit Kaloriku Tiap Hari.........................................21
2.4.2 Rumusan Hitungan Kalori Laki-laki.............................................................22
2.5 Menu Gizi Sehat Harian...................................................................................23
BAB III PENUTUP..............................................................................................39
3.1 Kesimpulan......................................................................................................39
3.2 Saran.................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara negara berkembang
termasuk di indonesia. Pada sisi lain, masalah gizi lebih adalah masalah gizi
dinegara maju, yang juga mulai terlihat di negara negara berkembang
termasuk indonesia sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi.
Penyuluhan gizi secara luas perlu di gerakan bagi masyarakat guna perubahan
perilaku untuk meningkatkan keadaan gizinya (Almatsier, 2010)
Rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM) di indonsia sangt di
pengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk. Hal ini terlihat
dari masih tingginya angkah kematian bayi, angkah kebatian balita dan
angkah kematian ibu, disamping dampak langsung terhadap kesakitan dan
kematian, gizi kurang juga berdampak pada pertumbuhan, perkembangan
intelektual dan produtivitas. Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan
tumbung pendek dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan. Diperkirakan
bahwa indonesia kehilangan 220 juta IQ poin akibat kekurangan gizi.
Menurut Depkes (2012) pada tahun 2013 terdapat sekitar 27,5% (50000 juta)
balita kurang gizi dimana 1,5 juta anak (19.2%) dalam tingkat gizi kurang dan
1,5 juta (8,3%) anak gizi buruk (Fakulitas Kesehatan Masyarakat UI 2012).
Masalah gizi umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya
ketersedian pangan, kurang baiknya sanitasi, kurangnya pengetahuan tentang
gizi, menu seimbang dan kesehatan. Banyak penelitian yang mengungkapkan
bahwa faktor sosio-budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan
dan masalah gizi (Almatseir,2012).
Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan . gizi didalamnya memiliki keterkaitan yang erat hubungannya
dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila seorang anak terkena defesiensi
gizi maka kemungkinan besar sekali anak akan mudah terkenah infeksi. Gizi

1
ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan kehilangan bahan makan
misalnya melalui diare dan muntah muntah serta metabolisme makanan pada
anak, selain itu juga dapat diketahui bahwa infeksi menghambat reaksi
imunologi yang normal dengan menghabiskan sumber sumber energi tubuh
(proverawati dan wati, 2011).
Status gizi pada balita harus sangat dijaga dan diperlihatkan secara
serius dari orang tua karena terjadi malnutrisi pada masa ini akan bisa
menyebabkan kerusakan yang irreversibel. Sanggat mungkin ukuran tubuh
pendek adalah salah satu indikator atau petunjuk kekurangan gizi tang lebuh
fatal akan berdampak pada perkembangan otak (Agria dkk, 2012).
Berdasarkan survei awal, penelitian menemukan 2 orang obesitas, hal
ini dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi balita pada balita.
Ibu berangagapan kalau anak gemuk itu tanda anak sehat sedangkan obesitas
atau kegemukan pada balita itu bisa menimbulkan penyakit. Dari wawancara
yang peneliti lakukan kepada beberapa prang ibu yang mempunyai balita, dari
beberapa ibu yang mempunyai balita ada sebagian ibu tidak mengerti tentang
status gizi balita RSU Imelda Pekerja Indonesia tahun 2019.
Status gizi masyarakat ditentukan oleh makanan yang dimakan. Hal
tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di masyarakat, sistem
pengolahan makanan. Baik modern ataupun tradisional, distribusi pangan
hingga sampai di masyarakat. Asupan gizi menentukan kesehatan masyarakat
terkait imunisasi tubuh terhadap suatu penyakit. Faktor lain yang
mempengaruhi status gizi masyarakat adalah pelayanan kesehatan,
kemiskinan, pendidikan, sosial budaya, gaya hidup, yang dapat
mempengaruhi produktivitas global pun turut mempengaruhi ketahanan dan
keamanan pangan, terutama bagi indonesia sebagai negara agraris. Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan rusaknya tanaman pangan maupun kurangnya
kandungan gizi yang terkandung di dalamnya sehingga mempengaruhi
kondisi gizi masyarakat (Dewi dan Mustika, 2012).
Menurut WHO pada tahun 2012 berdasarkan perkembangan masalah
gizi jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak, dan

2
keadaan kurang gizi menjadi penyebab sepertiga dari seluruh penyebab
kematian anak di seluruh dunia. Asia selatan merupakan daerah yang yang
memiliki prevalensi kurang gizi terbesar di dunia, yaitu sebesar 46%, disusul
sub sahara afrika 28%, amerika latin\caribbean 7% dan yang paling rendah
terdapat di eropa tengah, timur dan commonwealth of independent
states(CEE\CIS) sebesar 5% (UNICEF,2006). Keadaan kurang gizi pada anak
juga dapat dijumpai di negara berkembang termasuk di indonesia
(Muhammad,2015)
Saat ini, kondisi gizi dunia menunjukan dua kondisi yang ekstrem.
Mulai dari kelaparan sampai pola makanyang mengikuti gaya hidup yaitu
rendah serat dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai
kegemukan. Hal yang sama juga terjadi di indonesia. Saat sebagian besar
bangsa indonesia masih menderita kekurangan gizi terutama pada ibu, balita
dan anak secara bersamaan timbul masalah gizi lebih yang terdampak pada
obesitas. Hal ini akan menghambat laju pembangunan, karena status gizi
suatu masyarakat berperan penting terhadap kualitas sumber daya manusia
dan daya saing bangsa.kemiskinan menjadi faktor utama penyebab
kekurangan gizi (dewi dan mustika 2012).
Data riset kesehatan dasar (riskedas) 2013 menunjukkan bahwa rata-
rata asupan kaloridan protein anak balita indonesia masih dibawah angka
kecukupan gizi (AKG). Sekitar sepertiga anak masih mengalami status gizi
pendek dari pada standar rujukan WHO 2013 dan mempunyai risiko
kehilangan tingkat kecerdasan (dewi dan mustika 2012).
Gizi buruk pada masih menjadi masalah indonesia bahkan sampai di
indonesia, bahkan sampai 2011 ada sekitar satu anak yang mengalami gizi
buruk diantara 240 juta produk indonesia.seperti di nusa tenggara timur dan
maluku. Salah satu faktor peyebabnya adalah letak geografis yang jauh dari
fasilitas kesehatan. Penyebab lainya adalah fakor perilaku, seperti pengolahan
pangan yang tidak benar, akibat faktor pendidikan yang yang renda
dimasyarakat (Dewi dan Mustika 2012)

3
Menurut Dep Kes RI (2012), masalah gizi di indonesia yang belum
selesai adalah masalah gizi kurung dan pendek (stunting). Pada tahun 2010
prevalensi anak stunting 35,6% artinya 1 diantarnya tiga anak kita
kemungkinan besar pendek. Sementara prevalnsi gizi kurang telah turun dari
31% (1989), menjadi 17,9% (2010) dengan capain ini target Sustainable
Development Goald (SDGS) sasaran 1 yaitu menurunnya prevalensi gizi
kurang menjadi 15,5% pada tahun 2015 diperkirakan dapat dicapai
(Mery,204).
Gizi adalah zat zat makanan yang terkadung dalam suatu bahan pangan
yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Gizi adalah makanan dalam
hubungannya dengan kesehatan dan proses dimana organisasi menggunakan
makanan untuk pemeliharan kehidupan pertumbuhan, bekerjanya anggota dan
jaringan tubuh secara normal dan produksi tenaga. Zat gizi adalah zat atau
unru kimia yang terkandung dalam makanan yang diperlukan untuk
metabolisme dalam tubuh secara normal. Sedangkan status gizi adalah
keadaan tubuh yang diakibatkan oleh komsumsi, penyerapan dan penggunaan
makanan. Zat gizi disebut juga nutrient sari makanan yang paling penting
untuk kesehatan tubuh meliputi karbohidrat, protein lemak, vitamin dan
mineral. Status gizi diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat komsumsi
dan penggunaan zat gizi (hasdianah, dkk. 2014)
Berdasarkan data profil 2016untuk jumlah gizi buruk pada balita
sebanyak 32,521 jiwa sedangkan presentase di sulawesi tenggara didapatkan
sebanyak 274 sebesar (0,842 %) dari jumlah gizi buruk di seluruh indonesia
(Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, 2014).
Status adalah posisi atau perangkat yang didefenisikan secara sosial
yang diberikan kepada kelompok atau anggota oleh orang lain. Dan gizi
adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yang
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur
proses-proses kehidupan. Oleh sebab itu menurut manaf (2007). Status gizi
merupakan kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi dan
diperlukan oleh tubuh dalam susunan makanan dan perbandingannya satu

4
dengan yang lain. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan pengguna zat-zat gizi. Dibedakan anatara gizi buruk,
kurang gizi dan lebih gizi (Hasdianah,dkk,2014).
Dinas kesehatan kabupaten Muna tahun 2013 jumlah penderita gizi
buruk pada balita sebanyak 75 orang dari jumlah balita 25.880 orang
(0,289%). Pada tahun2014 jumlah penderita gizi sebanyak 48 orang dari
jumlah balita 28,042 orang (0,171%) jumlah balita kekurangan gizi
berdasarkan berat badan menurut umur sebanyak 50 orang dari jumlah balita
28,042 orang (0,17%). Sedangkan pada tahun 2015 jumlah penderita gizi
buruk pada balita sebanyak 45 orang dari jumlah balita 20,304 orang
(0,221%) jumlah penderita gizi kurang berdasarkan umur sebanyak 54 orang
dari jumlah balita 20,304 orang (0,227 %).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di RSU Imelda Pekerja
Indonesia tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang. Perumusan masalah dalam
makalah ini adalah “Gambaran Pengetahuan Tentang Gizi Sehat Harian Pada
Remaja Dewasa”.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan tentang gizi sehat harian pada remaja dewasa.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan gizi sehat harian.
b. Sebagai bahan referensi bacaan.
c. Sebagai sumber makalah untuk kepenulisaan selanjutnya.

5
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulis ini yaitu:
1. Bagi penulis
Sebagai bahan masukan dan informasi tentang status gizi sehat
harian terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan remaja
dewasa.
2. Bagi institusi pendidikan
Penulis ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa program studi
S1 Kesehatan Masyarakat Stikes Kuningan Jawa Barat dan bisa menjadi
bahan bacaan untuk menambah pengetahuan khususnya tentang status
gizi harian.
3. Agar dapat mengaplikasikan ilmu kesehatan yang telah didapatkan
selama mengikuti perkulihan di Stikes Kuningan Jawa Barat (S1) serta
menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam
pembuatan makalah.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi Remaja


2.1.1 Pengertian
Gizi secara etimologi berasal dari bahasa arab “Ghidza” yang
artinya makanan. Menurut dialek mesir “Ghidza” dibaca “Ghizi” atau
popular di Indonesia disebut “Gizi”. Gizi atau makanan didefinisikan
sebagai subtansi organic yang dibutuhkan makhluk hidup untuk
bertahan hidup, menjaga fungsi normal darisistemtubuh, pertumbuhan,
pemeliharaan kesehatan dan melakukan aktivitas (wardhani & Retno,
2018).
Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan masa
transisi antara anak-anak dan dewasa. Berdasarkan tahapan
perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua akhir menurut
Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja
awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria
usia remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun, dan pada laki-laki
yaitu 15-17 tahun (Thalib, 2010). Pada masa remaja banyak aktivitas
yang dapat dilakukan dalam usaha pengembangan diri dan kepribadian.
Mereka mempunyai kegiatan untuk mengisi waktu dari hari kehari,
sehingga menjadi suatu kebiasaan yang akhirnya membentuk pola
kegiatan. Masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan,
baik secara fisik, mental, maupun aktivitas yang semakin meningkat,
maka kebutuhan akan makanan yang mengandung zat-zat gizi pun
menjadi cukup besar (Sumanto, 2009). Cukup banyak masalah yang
berdampak negatif terhdap kesehatan dan gizi remaja. Dalam beberapa
hal, masalah gizi remaja serupa atau merupakan kelanjutan dari
masalah gizi serupa atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada
usia anak, yaitu anemia defisiensi besi serta kelebihan dan kekurangan
berat badan (Arisman, 2010).

7
2.1.2 Faktor Yang Memicu Terjadinya Masalah Gizi Remaja
a. Kebiasaan makanan yang buruk
Kebiasaan makanan yang buruk yang berpangkal pada
kebiasaan makan keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam
sejak kecil akan terjadi pada usia remaja. Mereka akan makan
seadanya tanpa mengetahuinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap
kesehatan mereka (Moehji, 2017).
b. Pemahaman gizi yang keliru
Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja
terutama wanita remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah,
karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan
pengaturan pembatasan makanan secara keliru. Sehingga
kebutuhan gizi mereka terpenuhi. Hanya makan sekali sehari, atau
makan makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan
prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya
gangguan gizi (Moehji, 2017).
c. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja
menyebabkan kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu
biasanya terkait dengan “mode” yang tengah marak dikalangan
remaja. Di tahun 1960 an misalnya remaja-remaja di Amerika
Serikat sangat menggandrungi makanan berupa hot dog dan
minuman Coca Cola. Kebiasaan ini kemudian menjalar ke remaja-
remaja diberbagai negara lain termasuk di Indonesia (Moehji,
2017).
d. Promosi yang berlebihan melalui media masa
Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat mudah
tertarik pada hal- hal yang baru. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
pengusaha makanan dengan mempromosikan produk makanan
mereka, dengan cara yang sangat memengaruhi para remaja.

8
Lebih-lebih jika promosi itu dilakukan dengan menggunakan
bintang film yang menjadi idola mereka (Moehji, 2017).
e. Masuknya produk-produk makanan baru
Produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain
secara bebas membawa pengaruh terhadap kebiasaan makan para
remaja. Jenis-jenis makanan siap santap (fast food) yang berasal
dari negara barat seperti hot dog, pizza, hamburger fried chicken &
french fries, berbagai jenis makanan berupa kripik (junk food) sring
dianggap sebagai gimbal kehidupan modern oleh para remaja.
Keberatan terhadap berbagai jenis fast food itu terutama karena
kadar lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi disamping kadar
garam (Moehji, 2017).
f. Screen Time
Perkembangan teknologi saat ini ikut andil dalam
perkembangan obesitas. Menonton TV serta menggunakan media
elektronik atau gadget membuat remaja dapat duduk tenang dalam
waktu yang lama (Van , 2015). Gaya hidup sedentary, dimana
aktivitas fisik yang dilakukan individu tergolong rendah dapat
mendukung terjadinya kegemukan. Aktivitas fisik yang rendah,
akan menyebabkan energi yang masuk dari asupan makanan tidak
9 terpakai dan menumpuk dalam bentuk lemak tubuh. Jika keadaan
ini terjadi dalam waktu yang lama, maka akan terjadi peningkatan
resiko kegemukan, termasuk pada anak-anak (Sari, 2015).
2.1.3 Anjuran Asupan Komposisi Zat Gizi Remaja
Kebutuhan tenaga pada remaja sangat tergantung pada tingkat
kematangan fisik dan aktivitas yang dilakukan. Energy merupakan
salah satu hasil, metabolism karbohidrat, protein, lemak (Almatsier,
2011).Berikut ini adalah anjuran asupan komposisi asupan zat gizi
remaja :

9
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia,
yaitu menyediakan 50-60% dari total energi yang dibutuhkan
(Murdiati, Amaliah, 2013). Makanan sumber karbohidrat adalah
beras, jagung, terigu, singkong, umbi jalar, kentang, talas. Bila
kecukupan energi 2400 kalori , energi yang dibutuhkan dari
karbohidrat orang remaja adalah = 60% x 2400 kalori = 1440
kalori. Bila di konversi ke berat karbohidrat adalah 1 gram
karbohidrat = 4 kalori, jadi 1440 kalori yang di butuhkan = 360
gram karbohidrat. Dengan demikian, dalam satu hari harus
mengkonsumsi nasi, singkong, atau roti dengan total 360 gram
(Devi, 2010).
b. Protein
Kebutuhan protein sehari yang direkomendasikan untuk
remaja yaitu 10%- 15% (Murdiati & Amaliah, 2013). Makanan
sumber protein dibedakan menjadi 2 yaitu protein hewani dan
protein nabati. Protein hewani juga banyak dalam daging, telur,
ikan, keju, kerang, udang, susu. Adapun protein nabati antara lain
terdapat dalam kacang-kacangan, tahu, tempe (Adriani &
Bambang, 2014). Bila kecukupan energi 2400 kalori , energi yang
dibutuhkan dari protein orang remaja adalah = 20% x 2400 kalori =
480 kalori. Bila di konversi ke berat p adalah 1 gram protein = 4
kalori, jadi 480 kalori yang di butuhkan = 120 gram protein.Dengan
demikian, dalam satu hari harus mengkonsumsi daging, tahu tempe
120 gram (Devi, 2010).
c. Lemak
Kebutuhan lemak sehari yang direkomendasikan untuk
remaja yaitu 20%- 30% (Murdiati & Amaliah, 2013). Sumber
lemak berasal dari dua sumber, yaitu hewan dan tanaman. Sumber
lemak hewani: susu, lemak sapi, dan minyak ikan. Sumber zaitun,
dan lain-lain. Setiap sumber mempunyai porsi yang berbeda dalam

1
kandungan asam lemakmnya, misalnya lemak hewan, kecuali ikan
banyak mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acids =
SFA), lemak nabati banyak mengandung campuran asam lemak
jenuh, asam lemak, tak jenuh tunggal (Monounsaturated Fatty
Acids = MUFA), dan asam lemak tak ganda polyunsaturated Fatty
Acids = PUFA). Khusus ikan, banyak mengandung PUFA omega 3
dan DHA. Bila kecukupan energi 2400 kalori , energi yang
dibutuhkan dari lemak orang remaja adalah = 20% x 2400 kalori =
480 kalori. Bila di konversi ke berat p adalah 1 gram protein = 9
kalori, jadi 480 kalori yang di butuhkan = 53 gram lemak.Dari total
53 gram dibagi menjadi tiga sumber, yaitu 10% dari asam lemak
jenuh = 10% x 53 gram = 5,3 gram, 10% dari asam lemak tidak
jenuh tunggal = 10% x 53 gram = 5,3 gram, 10% dari asam lemak
tak jenuh ganda = 10% x 53 gram = 53 gram (Devi, 2010).
2.1.4 Metode Pengukuran Pola Konsumsi Makanan
Pola konsumsi makanan dapat diukur melalui beberapa cara
sesuai dengan tujuan dan sasaran. Berikut ini adalah beberapa cara
pengukuran pola konsumsi makanan:
a. Metode food recall 24 jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan
mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada
periode 24 jam. Dalam metode ini, responden diminta untuk
menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam
terakhir. Dimulai sejak sasaran bangun pagi hingga istirahat malam
harinya. Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa dengan
menggunakan recall 24 jam, data yang diperoleh cendrung lebih
bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data
kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan
secara teliti dengan menggunakan alat URT (Ukuran Rumah
Tangga).

1
Recall 24 jam sebaiknya dilakukan selama 2 kali, tetapi tidak
dalam hari yang berurutan agar data yang diperoleh lebih lengkap
(Hardinsyah & Supariasa, 2016).
b. Estimated food records
Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua
yang dimakan dan diminum setiap kali sebelum makan dalm
Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat
(gram) hingga 2-4 hari berturut-turut, termasuk cara persiapan dan
pengolahan makanan tersebut (Hardinsyah & Supariasa, 2016).
c. Penimbangan makanan
Pada metode ini, responden atau petugas menimbang dan
mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1
hari. Hal yang perlu diperhatikan yaitu bila terdapat sisa makanan,
maka perlu ditimbang sisa makanan tersebut untuk mengetahui
jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi (Hardinsyah &
Supariasa, 2016)
d. Metode riwayat makanan
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran
pola konsumsi yang berdasarkan pengamatan dalam waktu yang
cukup lama (1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Hal yang perlu mendapat
perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-musim
tertentu dan hari-hari istimewa. Gambaran konsumsi pada hari-hari
tersebut harus dikumpulkan (Hardinsyah & Supariasa, 2016).
e. Metode frekuensi makanan
Tujuan dari Metode ini adalah untuk memperoleh data
tentang frekuensi konsumsi bahan makanan atau makanan jadi pada
waktu lalu. Kuesioner terdiri dari daftar bahan makanan dan
frekuensi makanan. Cara ini merekam tentang berapa kali
konsumsi bahan makanan sehari, seminggu, sebulan atau waktu
tertentu (Kusharto & Supariasa, 2014)

1
Terdapat dua jenis FFQ :
1) Kualitatif FFQ memuat tentang Kualitatif FFQ memuat
tentang, daftar makanan yang spesifik pada kelompok
makanan tertentu atau makanan yang dikonsumsi secara
periodik pada musim tertentu. Frekuensi konsumsi makanan
yang dinyatakan dalam harian, mingguan, bulanan, atau
tahunan.
2) Semi kuantitatif FFQ , adalah kualitatif FFQ dengan tambahan
perkiraan porsi seperti ukuran: kecil, medium, besar dan
sebagainya. Kuesioner semi kuantitatif FFQ ini harus memuat
bahan makanan sumber zat gizi yang lebih utama.Metode SQ –
FFQ dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:
a) Responden diwawancarai mengenai jenis makanan yang
dikonsumsi, apakah dalam harian, mingguan, bulanan atau
tahunan.
b) Responden diwawancarai mengenai ukuran rumah tangga
dan porsinya.
Untuk memudahkan responden menjawab,
pewawancara menggunakan alat bantu foto ukuran bahan
makanan atau food model.
c) Mengestimasi ukuran porsi yang dikonsumsi responden ke
dalam ukuran berat (gram).
d) Mengkonversi semua frekuensi daftar bahan makanan
untuk perhari.

2.2 Status Gizi Remaja


2.2.1 Pengertian
Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa
parameter, kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan
standar atau rujukan. Peran penilaian status gizi bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya status gizi yang salah. Penilaian status gizi

1
menjadi penting karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan
kematian terkait dengan status gizi. Oleh karena itu dengan
diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki
tingkat kesehatan pada masyarakat. Status gizi seseorang tergantung
dari asupan gizi dan kebutuhannya, jika antara asupan gizi dengan
kebutuhan tubuhnya seimbang, maka akan menghasilkan status gizi
baik. Kebutuhan asupan gizi setiap individu berbeda antara individu,
hal ini tergantung pada usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan ,dan
tinggi badan (M. Par'I , Sugeng , & Titus , 2017).
Masa remaja adalah masa transisi yang sangat penting untuk
kehidupan selanjutnya, namun banyak remaja yang tidak melewati
masa ini dengan optimal.
Remaja awal yang dikategorikan sebagai siswa Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dimana kegiatan sudah banyak dan dengan
konsumsi yang tidak terkontrol penuh oleh orang tua. Lingkungan dan
gaya hidup membuat remaja dihadapkan kepada masalah gizi ganda
yaitu kelebihan dan kekurangan gizi (Freitag & Prima, 2010).
2.2.2 Cara Penilaian Status gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu
penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung.
a. Penilaian status gizi secara langsung
1) Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh
manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri
gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidak
seimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini
dapat dilihat melalui pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh
(Supariasa, Bachyar, & Ibnu, 2012).

1
Tabel 1
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT/U

Kategori Status Ambang Batas


Indeks Gizi (Z-score)

Indeks Massa Tubuh Sangat Kurus <-3 SD


Menurut Umur (IMT/U) Kurus Normal -3 SD s/d <-2 SD
Anak Umur 5-18 tahun Gemuk -2 SD s/d 1 SD
Obesitas >1 SD s/d 2 SD
>2 SD

Sumber: Kemenkes RI. (2011). Keputusan Mentri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010
Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Jakarta: Direktorat Jendral Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan
Anak.

2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting
untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan
atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan
dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel (supervicial epithelial tissue) seperti kulit, mata,
rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan
metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi
secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah
satu atau lebih zat gizi. Disamping itu pula digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau
riwayat penyakit (Supariasa, Bachyar, & Ibnu, 2012).

1
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah
pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan
sebagai suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis
yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik.
b. Penilaian status gizi secara tidak langsung
1) Survey konsumsi makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan
status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan
jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi
makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu.
Survey ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi (Supariasa, Bachyar, & Ibnu, 2012).
2) Statistic vital
Pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah
dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan
sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran
status gizi masyarakat (Supariasa, Bachyar, & Ibnu, 2012).
3) Faktor ekologi
Bengoa didalam (Supariasa, Bachyar, & Ibnu, 2012)
mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi

1
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi,
dll. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

2.3 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Status Gizi


Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ada 2 yaitu : faktor
langsung dan tidak langsung
2.3.1 Faktor Langsung
1) Asupan zat gizi
Status gizi di pengaruhi asupan gizi makronutrien dan
mikronutrien yang seimbang. Pada masa remaja kebutuhan
nutrisi/gizi perlu mendapat perhatian lebih, kebutuhan nutrisi yang
meningkat dikarenakan adanya peningkatan pertumbuhan fisik dan
perkembangan. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pada masa ini
berpengaruh pada kebutuhan dan asupan gizi. Kebutuhan khusus
nutrient perlu diperhatikan pada kelompok remaja yang
mempunyai aktifitas olahraga, mengalami kehamilan, gangguan
perilaku makan, restriksi asupan makanan: konsumsi alkohol, obat-
obatan maupun hal-hal lain yang biasa terjadi pada remaja
(Sugoyo, 2006).
Kebutuhan energi dan zat gizi diusia remaja ditunjukkan
untuk deposisi jaringan tubuhnya. Total kebutuhan energi dan zat
gizi remaja juga lebih tinggi dibandingkan dengan rentan usia
sebelum dan sesudahnya. Apalagi masa remaja merupakan masa
transisi penting pertumbuhan dari anak-anak menuju dewasa. Gizi
seimbang pada masa tersebut akan sangat menentukan kematangan
mereka dimasa depan. Intinya masa remaja adalah saat terjadinya
perubahan-perubahan cepat, sehingga asupan zat gizi remaja

1
harus diperhatikan benar agar mereka dapat tumbuh optimal.
Apalagi dimasa ini aktifitas fisik remaja pada umumnya lebih
banyak. Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas disekolah,
umumnya mereka mulai pula menekuni berbagai kegiatan seperti
olah raga, hobi, kursus. Semua itu tentu akan menguras energi,
yang berujung pada keharusan menyesuaikan dengan asupan zat
gizi seimbang (Kurniasih , 2010). Usia reproduksi, tingkat
aktivitas, dan status nutrisi mempengaruhi kebutuhan energi dan
nutrisi pada remaja, sehingga dibutuhkan nutrisi yang sedikit lebih
tinggi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya tersebut.
Remaja rentan mengalami defisiensi zat besi, karena kebutuhan
remaja yang meningkat seiring pertumbuhannya, namun seorang
remaja sering terlalu memperhatikan penambahan berat badannya.
Remaja dengan berat badan kurang dan anemia beresiko
melahirkan bayi BBLR jika dibandingkan dengan wanita usia
reproduksi yang aman untuk hamil (Ambarwati, 2012).
2) Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-
balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai
mekanismenya. Yang penting adalah efek langsung dari infeksi
sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun hanya terhadap
infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen. Infeksi
adalah masuknya dan berkembangnnya serta bergandanya agen
penyakit menular dalam badan manusia atau binatang terasuk juga
bagaimana badan pejamu bereaksi terhadap agen penyakit terhadap
agen tadi meskipun hal ini terlalu tampak secara nyata. Hubungan
antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya
dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status
gizi itu sendiri (Suhardjo, 2005).

1
2.3.2 Faktor Tidak Langsung
1) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan yang terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan
interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan
dan panjang tidak akan berarti kalau penentuan umur yang salah
(Supariasa, Bachyar , & Ibnu, 2013). Pada masa remaja kebutuhan
tubuh akan energi jauh lebih besar dibandingkan dengan
sebelumnya, karena remaja lebih banyak melakukan aktivitas fisik.
Memasuki usia remaja kecepatan pertumbuhan fisik sangat
dipengaruhi oleh keadaan hormonal tubuh, perilaku dan emosi
sehingga kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi harus tetap terpenuhi
dengan baik. Kebutuhan tenaga pada remaja sangat bergantung
pada tingkat kematangan fisik dan aktivitas yang dilakukan.
2) Jenis kelamin
Pada masa remaja, selain terjadi pertumbuhan terjadi juga
pertambahan berat badan.Pertambahan berat badan ini sekitar 13 kg
untuk anak laki-laki dan 10 kg bagi anak perempuan. Meskipun
berat badan ikut bertambah seiring proses pertumbuhan namun
dapat lebih mudah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya pola
hidup, asupan nutrisi, diet dan latihan.Obesitas lebih umum
dijumpai pada wanita terutama pada saat remaja, hal ini disebabkan
faktor endokrin dan perubahan hormonal. Pertumbuhan yang cepat
(growth spurt) baik tinggi maupun berat badan merupakan salah
satu tanda periode adolensia. Kebutuhan zat gizi sangat
berhubungan dengan besarnya tubuh hingga kebutuhan yang tinggi
terdapat padaperiode pertumbuhan yang cepat.Growth spurt pada
anak perempuan sudah dimulai pada umur antara 10-12 tahun
sedangkan pada laki-laki pada umur 12-14tahun. Permulaan growth
spurt pada setiap anak tidak selalu pada umur yangsama, terdapat
perbedaan antara individual. Pengingkatan aktivitas fisik

1
yangmengiringi pertumbuhan yang cepat ini sehigga kebutuhan zat
gizi akan bertambah. Nafsu makan anak laki-laki sangat bertambah
sehingga tidak akan menemukan kesukaran untuk memenuhi
kebutuhannya. Anak perempuanbiasanya lebih mementingkan
penampilan, mereka enggan menjadi gemuk sehingga membatasi
diri dengan memilih makanan yang tidak mengandung banyak
energi dan tidak mau makan pagi. Mereka harus diyakinkan bahwa
masukan zat gizi yang kurang dari yang dibutuhkan akan berakibat
buruk baik bagi pertumbuhan maupun kesehatannya (Ambarwati,
2012).
3) Tingkat ekonomi dan status tinggal
Peningkatan pendapatan juga dapat mempengaruhi pemilihan
jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Peningkatan
kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh peningkatan
pendidikan dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari pola
makan tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji
yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola
makan praktis dan siap saji terutama terlihat di kota-kota besar di
Indonesia, dan jika dikonsumsi secara tidak rasional akan
menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan menimbulkan
obesitas. Makanan sering digunakan untuk prestise atau status
ekonomi. Semua budaya memiliki makanan yang dianggap
berprestasi (Almatsier, 2011).
4) Faktor Lingkungan
Remaja belum sepenuhnya matang dan cepat sekali
terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan menyebabkan mereka
memilih makan di luar, atau menyantap kudapan (jajanan). Lebih
jauh lagi kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan
terutama iklan di televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada
remaja dalam hal memilih jenis makanan.

2
Ketidak patuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat
menyebabkan dirinya terkucil dan akan merusak
kepercayaandirinya (Arisman, 2010)
5) Aktivitas Fisik
Sebagian besar energi yang masuk melalui makanan pada
anak remaja dan orang dewasa seharusnya digunakan untuk
aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan banyak
energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga orang orang yang
kurang melakukan aktivitas cenderung menjadi gemuk.Studi kasus
yang dilakukan di SMU Semarang menunjukkan bahwa semakin
tinggi aktivitas fisik remaja, semakin rendah kejadian obesitas.Hal
ini menjelaskan bahwa tingkat aktivitas fisik juga berkontribusi
terhadap kejadian obesitas terutama kebiasaan duduk terus-
menerus, menonton televisi, penggunaan komputer dan alat-alat
berteknologi tinggi lainnya (Virgianto & Purwaningsih, 2006).

2.4 Hitungan Kebutuhan Energi


2.4.1 Daftar Tabel Kalori dan Unit Kaloriku Tiap Hari
Nama Makanan Berat (gr) Kalori Un
Sarapan
Jus kombinasi 227+100+100 136+41,3+17,7 1
buah naga +
wortel +tomat
Why Protein 100 26,8 1
Makan Siang
Nasi Putih 100 134 1
Telur 53 77 1
Tempe 200 192,9 1
Tahu 200 192,9 1
Lalapan 100 46 1

2
Sambel 100 21 1
Dada Ayam 100 164,9 1
Goreng
Roti Tawar 100x3 264,6x3 3
Pisang Kukus 100x4 145x4 4
Makan Malam
Jus kombinasi 70+100+100 9+14,8+50 1
pakcoy + selada +
nanas
Pisang 100x4 88,7x4 4
Susu 100 42,3 1
Jumlah 2.850 2,931,2 22

2.4.2 Rumus Hitungan Kalori Laki-laki


JK Laki-laki
(88,4 + 13,4 x 60kg) + (4,8 x 175) – (5,68 x 20)
= (892,4) + (840) – (113,6)
= 1,618,8

2
2.5 Menu Gizi Sehat Harian

2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gizi secara etimologi berasal dari bahasa arab “Ghidza” yang artinya
makanan. Menurut dialek mesir “Ghidza” dibaca “Ghizi” atau popular di
Indonesia disebut “Gizi”. Gizi atau makanan didefinisikan sebagai subtansi
organic yang dibutuhkan makhluk hidup untuk bertahan hidup, menjaga
fungsi normal darisistemtubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan dan
melakukan aktivitas (wardhani & Retno, 2018).
Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan masa transisi
antara anak-anak dan dewasa. Berdasarkan tahapan perkembangan individu
dari masa bayi hingga masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi
menjadi tiga tahapan yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan
masa remaja akhir. Adapun kriteria usia remaja awal pada perempuan yaitu
13-15 tahun, dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun (Thalib, 2010). Pada masa
remaja banyak aktivitas yang dapat dilakukan dalam usaha pengembangan
diri dan kepribadian. Mereka mempunyai kegiatan untuk mengisi waktu dari
hari kehari, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang akhirnya membentuk pola
kegiatan. Masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik
secara fisik, mental, maupun aktivitas yang semakin meningkat, maka
kebutuhan akan makanan yang mengandung zat-zat gizi pun menjadi cukup
besar (Sumanto, 2009). Cukup banyak masalah yang berdampak negatif
terhdap kesehatan dan gizi remaja.

3.2 Saran
Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara negara berkembang
termasuk di indonesia. Pada sisi lain, masalah gizi lebih adalah masalah gizi
dinegara maju, yang juga mulai terlihat di negara negara berkembang
termasuk indonesia sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi.
Penyuluhan gizi secara luas perlu di gerakan bagi masyarakat guna perubahan
perilaku untuk meningkatkan keadaan gizinya (Almatsier, 2010)

4
DAFTAR PUSTAKA

storage-imelda.s3.ap-southeast-1.amazonaws.comhttps://storage-imelda.s3.ap-
southeast-1.amazonaws.com › ...PDF
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi kurang ... (BAB 1)
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2898/4/BAB%20II.pdf (BAB
2) https://kesmas.kemkes.go.id › ...
PDFleaflet isi piringku - Kesmas Kemkes

Anda mungkin juga menyukai