Anda di halaman 1dari 14

KURANG GIZI

Dosen pembimbing : ibu Nurma, SST, M.Kes

Disusun oleh :

Dini (17.156.02.11.46)
Heni ayu lestari (17.156.02.11.052)
Mita ardi eka putri (17.156.02.11.060)
Siti Euis (17.156.02.11.070)

Kelas : 2 B Kebidanan
Program Studi DIII Kebidanan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MEDISTRA INDONESIA
Jl.Cut Mutia Raya No.88A Sepanjang Jaya Rawa Lumbu Kota
Bekasi Jawa Barat
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan paper ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga paper ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman.
Harapan saya semoga paper ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi paper ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Paper ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ......................................................................................................... i

Daftar isi .............................................................................................................. ii

Bab I pendahuluan

1.1.Latar belakang .................................................................................................1

1.2.Rumusan masalah ............................................................................................2


1.3.Tujuan ..............................................................................................................2
Bab II Pembahasan
2.1. Definisi kurang gizi ..................................................................................3
2.2. Tanda dan gejala kurang gizi ....................................................................3
2.3. patofisiologi kurang gizi ...........................................................................3
2.4. penatalaksanaan kurang gizi .....................................................................8
Bab III Penutup
3.1. kesimpulan ...............................................................................................9
3.2. Saran .........................................................................................................9
Daftar pustaka

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara berkembang


termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi yang kurang
diantaranya Kurang Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Anemia. Selain masalah
gizi kurang, akhir-akhir ini ditemukan juga dampak dari konsumsi berlebih
atau gizi lebih, tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga pada anak dan
balita. Masalah yang sering muncul adalah obesitas (berat badan berlebih),
yang akan diikuti dengan timbulnya penyakit seperti jantung koroner, diabetes
melitus, stroke, dan yang lainnya. Gizi juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan produktivitas serta
daya tahan terhadap penyakit infeksi (Sulistyoningsih, 2011).
Gizi kurang banyak menimpa balita sehingga golongan ini disebut
golongan rawan gizi. Gizi kurang berdampak langsung terhadap kesakitan dan
kematian, gizi kurang juga berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan
intelektual dan produktivitas. Anak yang kekurangan gizi pada usia balita,
akan tumbuh pendek dan mengalami gangguan pertumbuhan serta
perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan
(Adisasmito, 2008).
Peranan ibu dalam melindungi keadaan gizi anak adalah dengan
meningkatkan pengetahuannya mengenai gizi (pengetahuan gizi). Gangguan
gizi bisa diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan gizi dalam upaya
menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari (Furqan, 2008).
Pengetahuan gizi ibu berdampak terhadap ketahanan pangan keluarga, dimana
pemilihan bahan makanan keluarga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi
ibu, ibu yang mempunyai pengetahuan gizi kurang, akan memilih bahan
makanan yang kurang sesuai dengan persyaratan gizi, sehingga akan

1
berdampak buruk terhadap pemberian makan dan asupan makan balita yang
akan mempengaruhi status gizi balita (Adisasmito, 2008).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kurang gizi?
2. Apa saja tanda-tanda dari gejala kurang gizi ?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya kurang gizi?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari kurang gizi?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi kurang gizi
2. Untuk mengetahui tanda-tanda gejala kurang gizi
3. Untuk mengetahui terjadinya patofisiologi kurang gizi
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan kurang gizi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Defini kurang gizi

Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya
manusia dan kualitas hidup. Untuk itu program perbaikan gizi bertujuan untuk
meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi
masyarakat (Deddy Muchtadi, 2002:95). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat (Almatsier, 2001:3).
Sedangkan menurut Suhardjo, dkk (2003:256) status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Deswarni
Idrus dan Gatot Kusnanto (1990:19-24).

Kurang Gizi adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau


ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif
bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia
kurang dari 5 tahun.Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang hingga tingkat yang
berat dan di sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama, (Khaidirmuhaj, 2009).

2.2.Tanda-tanda kurang gizi

Gizi kurang

Menurut Moehji, S (2003:15) Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan


nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh
tubuh. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) pada tahun 1999, telah
merumuskan faktor yang menyebabkan gizi kurang seperti pada bagan di bawah
ini.

3
Empat masalah gizi kurang yang mendominasi di Indonesia, yaitu (Almatsier,
2001:307) :

1) Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber


energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP
dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit
infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa,
KEP bisa menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga
rentan terhadap penyakit. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya KEP, namun selain kemiskinan faktor lain yang
berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan
pendamping serta tentang pemeliharaan lingungan yang sehat (A 21 berpikir
dan penurunan antibodi sehingga mudah terserang infeksi.

4
Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada
kelompok sasaran.

2) Anemia Gizi Besi (AGB) Masalah anemia gizi di Indonesia terutama


yang berkaitan dengan kekurangan zat besi (AGB). Penyebab masalah AGB
adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi makanan
sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan biologik tinggi (asal hewan),
dan pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid atau
persalinan. AGB menyebabkan penurunan kemampuan fisik dan produktivitas
kerja, penurunan kemampuan 21 berpikir dan penurunan antibodi sehingga
mudah terserang infeksi. Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian
tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran.

3) Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Kekurangan iodium


umumnya banyak ditemukan di daerah pegunungan dimana tanah kurang
mengandung iodium. GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
(tiroid). Pada anak-anak menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan jasmani,
maupun mental. Ini menampakkan diri berupa keadaan tubuh yang cebol,
dungu, terbelakang atau bodoh. Penanggulangan masalah GAKI secara khusus
dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium/iodized oil capsule
kepada semua wanita usia subur da anak sekolah di daerah endemik. Secara
umum pencegahan GAKI dilakukan melalui iodisasi garam dapur.

4) Kurang Vitamin A (KVA) KVA merupakan suatu ganguan yang


disebabkan karena kurangnya asupan vitamin A dalam tubuh. KVA dapat
mengakibatkan kebutaan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga mudah
terserang infeksi, yang sering menyebabkan kematian khususnya pada anak-
anak. Selain itu KVA dapat menurunkan epitelisme sel-sel kulit . Faktor yang
menyebabkan timbulnya KVA adalah kemiskinan dan minim pengetahuan
akan gizi.

5
a. Kwashiorkor

1. Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki


(dorsum pedis)
2. Wajah membulat dan sembab
3. Pandangan mata sayu
4. Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah
dicabut tanpa rasa sakit, rontok
5. Perubahan status mental, apatis, dan rewel
6. Pembesaran hati
7. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi
berdiri atau duduk
8. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
9. Sering disertai : a. penyakit infeksi, umumnya akut
b. anemia

c. diare

b. Marasmus:

1. Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit


2. Wajah seperti orang tua
3. Cengeng, rewel
4. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak
ada (baggy pant/pakai celana longgar)
5. Perut cekung
6. Iga gambang

c. Marasmik-Kwashiorkor:

6
1. Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median
WHO-NCHS disertai edema yang tidak mencolok.
2. Sering disertai:
a. penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
b. diare kronik atau konstipasi/susah buang air
2.4. Patofisiologi kurang gizi
Sebenarnya malnutrisi (Gizi kurang) merupakan suatu sindrom yang
terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga
faktor penting yaitubhost, agent, environment (Supariasa, 2002). Memang
faktor diet makanan memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut
menentukan dalam keadaan keluarga makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak,
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibat katabolisme
protrein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera di ubah menjadi karbohidrat di hepar dan di ginjal selama puasa
jaringan lemak di pecah jadi asam lemak, gliseraal dan keton bodies, asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makan ini
berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh tubuh.
Proses patogenesis terlihat pada faktor lingkungan dan manusia (host dan
environment) yang didukung oleh asupan-asupan zat-zat gizi, akibat
kekurangan zat gizi maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk
memenuhi kebutuhan, apabila keadaan ini berlangsung lama. Maka simpanan
zat gizi ini akan habis ahirnya terjadi pemerosotan jaringan. Pada saat ini
orang sudah dapat digolongkan sebagai malnutrisi , walaupun hanya baru
dengan ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.

7
Patofisiologi menurut Nurcahyono (2007), Pada keadaan ini yang muncul
adalah pertumbuhan yang kurang atau disertai mengecilnya otot dan
menghilangnya lemak di bawah kulit. Kelainan demikian merupakan proses
psikologis untuk kelangsungan jaringan hidup. Tubuh memerlukan energi dan
dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan.

2.5. Penatalaksaan kurang gizi


Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan gizi kurang :

1. Pemberian makanan yang mengandung protein, tinggi kalori, cairan,


vitamin dan mineral.
2. Penanganan segera penyakit penyerta (misalnya diare)
3. Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya gizi untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak pada orang tua dan anggota keluarga
4. Sebaiknya tidak memberikan makanan kecil seperti permen, cokelat dan
susu menjelang waktu makan
5. Pada permulaan, makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi
dinaikkan bertahap setiap hari (makan dalam porsi kecil tetapi sering)
6. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang beraneka ragam
untuk meningkatkan selera makan
7. Anjurkan keluarga untuk membawa anak ke Posyandu atau fasilitas
kesehatan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
anak.

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

8
Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi
tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein
serta makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.

1. Tipe gizi buruk terbagi menjadi empat tipe yaitu Kwasiorkor, Marasmus
dan Marasmic-Kwashiorkor serta Obesitas.
2. Gizi buruk dapat disebabkan karena kurangnya asupan gizi dan makanan
terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.

3.2. SARAN

melakukan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu, memberikan


penyuluhan dan konseling menyusui dan Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan yang aman, bermutu dan
berbasis bahan makanan lokal pada balita yang mengalami masalah gizi CIAF
untuk mencukupi kebutuhan gizi balita.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uny.ac.id/7718/3/BAB%202%20-%2008603141021.pdf

http://journal.mercubaktijaya.ac.id/downlotfile.php?file=5f.pdf

9
10

Anda mungkin juga menyukai