OLEH
JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
TAHUN AJARAN 2021/ 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan
produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi.Gizi yang
optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan
bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau
sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta
terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari
berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan
masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat
meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.
Status gizi tiap orang berbeda bergantung dari perbandingan antara pola makanan dengan
kebutuhan gizinya, bila perbandingan antara kebutuhan zat gizinya dengan pola makanannya
sama maka menghasilkan status gizi yang baik. Kebutuhan dari zat gizi masing-masing orang
berbeda, hal ini bergantung pada usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat badan, dan tinggi
badan. Tentunya kebutuhan protein pada anak balita pasti berbeda dengan kebutuhan protein
orang dewasa, begitu pun dengan kebutuhan energi seorang mahasiswa biasa berbeda dengan
mahasiswa yang juga seorang atlet. Zat besi yang dibutuhkan oleh pria pasti berbeda dengan
kebutuhan wanita usia subur, dalam proses pembentukan sel darah merah (hemoglobin) zat
besi sangat dibutuhkan, hal ini dikarenakan pada wanita terjadi pengeluaran darah setiap
bulan secara periodik (menstruasi).
Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan
perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan
dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat
dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang
merupakan prinsip yang saling melengkapi.
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dilihat bahwa para mahasiswa kurang
mementingkan pola makan yang tidak baik dari segi kualitasnya sedangkan aktivitas yang
berat para mahasiswa membutuhkan energi yang cukup. Selain itu mahasiswa kesehatan
khususnya Gizi sebagai calon tenaga kesehatan merupakan faktor penguat dalam promosi
kesehatan dimulai dari bayi baru lahir sampai menopause tetapi masih ada mahasiswa yang
belum memiliki motivasi dan kesadaran untuk menerapkan pola makan seimbang sesuai
pengetahuan yang mereka miliki. Kejadian status gizi kurang dan status gizi lebih dapat
dipengaruhi oleh faktor pola makanan. Pola makanan yang tidak sehat akan berdampak
negatif terhadap tubuh. Hasil studi di Indonesia ditemukan 50% penyakit yang timbul
berhubungan dengan pola makan yang tidak sehat, diantara-Nya penyakit obesitas 26%,
anemia 13% dan stroke 11%, pada usia 18-24 tahun (Depkes RI, 2012). Salah satu faktor
yang menyebabkan status gizi kurang dan status gizi lebih pada usia muda adalah faktor pola
makan yang mengandung tinggi lemak, gula, garam, tetapi kurang mengkonsumsi serat
khususnya yang berasal dari buah dan sayuran (Arisman, 2012). Berdasarkan penelitian
Bahria (2012), ditemukan bahwa sebanyak 92,1% remaja dewasa kurang mengkonsumsi
buah dan 77,1% kurang mengkonsumsi sayur. Hal ini sependapat dengan Arisman (2012)
yang mengatakan bahwa pola makan remaja dewasa saat ini cenderung kurang
mengkonsumsi buah dan sayuran sehingga akan beresiko mempengaruhi status gizi.
Selain faktor pola makan gaya hidup juga mempengaruhi status gizi seseorang (Suhardjo,
2013). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Suci (2011), menunjukkan bahwa 57.6%
mahasiswa PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki gaya hidup pola makan
yang tidak sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS), hasil penelitiannya didapat
67% remaja tidak melakukan olah raga secara teratur dan 89% mahasiswa putri dan 92%
mahasiswa putra suka mengkonsumsi makanan instan sebagai makanan pengganti pada saat
tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Kemudian kurang mengkonsumsi buah
disebabkan karena sebagian besar mahasiswa adalah anak kos yang memiliki keuangan pas-
pasan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hubungan pengetahuan gizi mahasiswa Prodi GIZI POLTEKKES
KEMENKES KUPANG
2. Bagaimana pola makan terhadap status gizi pada mahasiswa Prodi Gizi
Poltekkes Kemenkes Kupang.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pola makan dan pengetahuan gizi
dengan status gizi mahasiswa Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pola makan terhadap status gizipada mahasiwa
Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang.
Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan tentang gizi pada
Mahasiswa Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang.
D. MANFAAT
Untuk memberikan pengetahuan tentang “ Pola makan dan pengetahuan gizi
dengan status gizi pada mahasiswa Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Jenis Makan
Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri dari makanan
pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan
pokok adalah sumber makanan utama di negara Indonesia yang dikonsumsi setiap orang atau
sekelompok masyarakat terdiri dari beras, jagung, sagu, umbi-umbian, dan tepung
(Sulistyoningsih, 2012).
2. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi makan pagi, makan siang,
makan malam dan makan selingan (Depkes RI, 2014).Frekuensi makan adalah jumlah makan
sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif, secara alamiah makanan diolah dalam tubuh
melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam
lambung tergantung sifat dan jenis makanan yang di makan. Jika rata-rata lambung kosong
antara 3-4 jam, maka jadwal makan pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani,
2011).Pola makan yang baik dan benar mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
dan mineral. Pola makan 3 kali sehari yaitu makan pagi, selingan siang, makan siang,
selingan sore, makan malam dan sebelum tidur. Makanan selingan sangat diperlukan,
terutama jika porsi makanan utama yang dikonsumsi saat makan pagi, makan siang, dan
makan malam belum mencukupi. Makan selingan tidak boleh berlebihan karena dapat
menyebabkan nafsu makan saat menyantap makanan utama berkurang karena sudah
kekenyangan oleh makanan selingan (Sari, 2014).
3. Jumlah Makan
Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan setiap orang atau setiap
individu dalam kelompok. Jumlah dan jenis makanan sehari-hari merupakan cara makan
seorang individu atau sekelompok orang dengan mengkonsumsi makanan mengandung
karbohidrat, protein, sayuran dan buah. Frekuensi 3 kali sehari dengan makan selingan
pagi dan siang mencapai gizi
tubuh yang cukup, pola makan yang berlebihan dapat mengakibatkan kegemukan
atau obesitas pada tubuh (Willy, dkk., 2011).
Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berpengaruh dalam peningkatan peluang untuk daya beli pangan baik
kuantitas maupun kualitas. Pendapatan yang tinggi dapatmeningkatkan daya beli pangan,
hal ini mempengaruhi pola makan masyarakat, sehingga pemilihan suatu bahan pangan
lebih didasarkan dalam pertimbangan selera dibandingkan melihat dari aspek gizi dan
memiliki kecenderungan untuk memilih mengkonsumsi makanan impor (Sulistyoningsih,
2012).
Faktor Sosial Budaya
Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh faktor
budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah yang menjadi kebiasaan atau adat.
Kebudayaan masyarakat memiliki pola makan dengan caranya sendiri. Budaya mempunyai
bentuk macam pola makanseperti makanan yang bisa dimakan, bagaimana cara
pengolahannya, persiapan dan penyajian makanan (Nova dkk, 2018).
Faktor Agama
Pola makan dalam agama yaitu suatu cara makan dengan diawali berdoa sebelum dan
sesudah makan dengan diawali makan menggunakan tangan kanan. Pantangan yang didasari
agama khususnya Islam disebut dengan haram dan individu yang melanggar hukumnya
berdosa. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan
dikonsumsi (Depkes RI, 2014).
Faktor Pendidikan
Pola makan dalam pendidikan pengetahuan yang dipelajari berpengaruh terhadap pemilihan
bahan makanan dan penentuan kebutuhan gizi.Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan
dengan pengetahuan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan
kebutuhan gizi seimbang (Sulistyoningsih, 2012).
Faktor Lingkungan
Lingkungan dalam pola makan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku makan yang bisa
berupa lingkungan keluarga, promosi media elektronik dan media cetak (Sulistyoningsih,
2012).
Faktor Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan ialah kebiasaan individu, keluarga maupun masyarakat yang mempunyai
cara makan dalam bentuk jenis makan, jumlah makan dan frekuensi makan yang meliputi
karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah yang dikonsumsi setiap hari (PGS,
2018). Kebiasaan sarapan pagi salah satu dasar dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS). Kebiasaan sarapan pagi adalah cara makan seorang individu atau kelompok
masyarakat yang baik karena sarapan pagi menambah energi yang cukup untuk beraktivitas
agar meningkatkan produktivitas (Depkes RI, 2014).
IMT digunakan sebagai alat untuk memantau status gizi orang dewasa
yang berhubungan dengan kelebihan dan kekurangan berat badan (Supariasa,
2014). Rumus yang digunakan untuk menghitung IMT sebagai berikut:
Berat Badan
Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu
dan keadaan sekarang. Selain itu, faktor umur dapat dikesampingkan dengan
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick). Pengukuran
tinggi badan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tinggi mikrotoa
(microtoise) dengan ketelitian 0,1 cm (Supariasa, 2014). Berdasarkan Riskesdas
2007 dan 2013, tinggi badan standar untuk perempuan umur 16 – 18 tahun adalah
158 cm sedangkan untuk laki-laki adalah 165 cm.
KEASLIAN PENELITIAN
Status Gizi
KERANGKA KONSEP
Pengetahuan Gizi
Sikap Gizi
Pola Makan
Status Gizi
HIPOTESIS
1. H1 = Ada hubungsn antara tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar 2019.
2. H0 = Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar 2019.