Anda di halaman 1dari 49

EFEKTIFITAS EDUKASI GIZI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FLIP

CHART TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN POLA


MAKAN PADA REMAJA WASTING DI SMP
NEGERI 2 KOTA SOLOK

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Dianjurkan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi Diploma Tiga Gizi Universitas Perintis Indonesia

ANISA SURYA

2000232001

PROGRAM STUDI DIII GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah wasting (kurus) masih menjadi perhatian di dunia karena memiliki

prevalensi yang masih tinggi khususnya di negara dengan pendapatan menengah

kebawah. Dua pertiga anak wasting berada di Benua Asia (Bangladesh, Bhutan,

Cambodia, Georgia, India, Indonesia, Kyrgzstan, Mongolia, Myanmar, Pakistan,

Philippines, Sri Lanka, State of Palestine, Sri Lanka, Timor-Leste, Uzbekistan, Vietnam),

dan satu perempat berada di Benua Afrika (Angola, Cameroon, Congo, Cote d’lvoire,

Djibouti, Egypt, Eswatini, Ghana, Kenya, Mauritania, Morocco, Nigeria, Sudan, Tunisia,

Zambia). Pada tahun 2018 sebanyak 51 juta anak di dunia mengalami wasted (kurus) dan

16 juta anak mengalami severely wasted (sangat kurus) (Unicef, 2019).

Di Indonesia pada tahun 2018 angka kejadian wasting sebanyak 10,2 % mengalami

kenaikan dari tahun 2017 (9,5 %). Angka ini masih diatas target nasional yaitu 9,5 %

(Riskesdas, 2018). Dari tahun 2017 ke tahun 2018, di Indonesia terdapat 5 provinsi yang

mengalami kenaikan angka kejadian wasting tertinggi diantaranya Nusa Tenggara Barat

(5,8 %), Sumatra Selatan (3,6 %), Kalimantan Tengah (3,3 %), Kalimantan Selatan (2,9

%), dan Sumatera Barat (2,3 %). Menurut hasil riset Kemenkes tahun 2018 prevalensi

wasting di Sumatera Barat (8,05 %) mengalami kenaikan dari tahun 2017 (7,9% ).

Wasting dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut penelitian yang telah

dilakukan oleh Prawesti (2018) faktor penyebab wasting dikelompokkan menjadi tiga yaitu
faktor langsung, tidak langsung, dan pokok. Faktor langsung yaitu asupan nutrisi dan

penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung diantaranya ketahanan pangan dalam keluarga,

pola asuh, pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Penyebab pokok yaitu tingkat ekonomi,

karakteristik keluarga, dan sosiodemografi. Sedangkan pada penelitian Afriyani (2018)

mengatakan penyebab masalah wasting adalah ketahanan pangan yang tidak memadai,

pola asuh, pelayanan kesehatan yang kurang memadai, pemberian ASI, berat badan lahir

Rendah (BBLR), kunjungan ANC, status pekerjaan ibu, dan tingkat pendidikan ibu.

Penyebab terjadinya wasting di setiap negara memiliki persamaan dan perbedaan.

Seperti faktor penyebab wasting di Indonesia, terdapat persamaan faktor yang menjadi

penyebab terjadinya wasting di Ethiopia yaitu durasi pemberian ASI eksklusif, kemiskinan,

pendidikan ibu, keluarga besar atau jumlah keluarga, morbiditas diare dan saluran

pernapasan, tidak tersedianya jamban (Derso, 2018). Sedangkan di Nigeria wasting

disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengaruh komunitas, keadaan rumah tangga,

lingkungan, sosial ekonomi dan budaya, praktik pemberian makan anak dan adanya

penyakit infeksi (Akombi, 2018).

Wasting dapat menyebabkan beberapa dampak jangka pendek dan jangka panjang.

Dampak jangka pendek yaitu penurunan daya eksplorasi terhadap lingkungan, kurang

bergaul, kurang memiliki perasaan gembira, dan cenderung menjadi apatis. Sedangkan

dampak jangka panjang yaitu mengalami gangguan kognitif, penurunan prestasi belajar,

gangguan tingkah laku, peningkatan resiko kematian (Hastuti dkk, 2018).

Masa remaja merupakan suatu fase transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak

menuju ke masa dewasa. Perubahan fase ini biasanya ditandai dengan adanya perubahan

fisik, mental, emosional, dan sosial. Periode ini dianggap sebagai masa yang amat penting
dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pembentukan kepribadian. Perubahan yang

terjadi juga ikut mempengaruhi kebutuhan gizi dan makanan mereka.

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Masa remaja

adalah masa yang sangat sulit untuk dilalui oleh individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai

masa yang sangat kritis bagi perkembangan dan pada tahap perkembangan selanjutnya. Ini

dikarenakan pada masa ini terjadi begitu banyak perubahan di dalam diri individu baik itu

perubahan fisik maupun psikologis.

Remaja merupakan sumber daya manusia untuk pembangunan di masa yang akan

datang. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia banyak faktor yang

mempengaruhi. Salah satunya adalah masalah kesehatan dan gizi. Gizi merupakan faktor

terpenting dalam indikator Kesehatan manusia. Gizi yang tidak seimbang baik kekurangan

maupun kelebihan gizi akan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Usia remaja

merupakan periode yang rentan dengan masalah gizi, ini disebabkan oleh kebutuhan gizi

yang meningkat.

Masalah gizi kurang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Pengetahuan gizi dan pola

makan menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah gizi pada remaja. Apabila semakin

rendah pengetahuan tentang gizi akan semakin besar peluang seseorang untuk memiliki

status gizi kurang. Asupan yang kurang dari kebutuhan tentu saja dapat menimbulkan

masalah kurus. Pola makan merupakan makanan yang tersusun meliputi dari jumlah, jenis

bahan makanan, yang biasa dikonsumsi pada saat tertentu (Kemenkes, 2018). Pola makan

yang benar adalah meliputi makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan dan sayur-sayuran,

serta dikonsumsi secukupnya dan tidak berlebihan.


Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 10 Desember 2022 pada

anak-anak yang bersekolah di SMP Negeri 2 Kota Solok, terdapat beberapa siswa-siswi

masih memiliki IMT kurang dari 18,5. Dan beberapa siswa-siswi juga memiliki

pengetahuan gizi yang sangat rendah, mereka sering mengkonsumsi makanan siap saji dan

minum minuman bersoda. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Efektifitas Edukasi Gizi dengan Menggunakan Media Flip Chart Terhadap Perubahan

Pengetahuan dan Pola Makan Pada Remaja Wasting Di SMP Negeri 2 Kota Solok”.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui apakah ada Efektifitas Edukasi Gizi dengan Menggunakan Media

Flip Chart Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Pola Makan Pada Remaja Wasting Di

SMP Negeri 2 Kota Solok.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Efektifitas Edukasi Gizi dengan Menggunakan Media

Flip Chart Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Pola Makan Pada Remaja

Wasting Di SMP Negeri 2 Kota Solok.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan edukasi

gizi dengan menggunakan media flip chart pada remaja wasting di SMP Negeri

2 Kota Solok.
b. Diketahuinya rata-rata pola makan sebelum dan sesudah diberikan edukasi gizi

dengan menggunakan media flip chart pada remaja wasting di SMP Negeri 2

Kota Solok.

c. Diketahuinya perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan edukasi

gizi dengan menggunakan media flip chart pada remaja wasting di SMP Negeri

2 Kota Solok.

d. Diketahuinya perbedaan pola makan sebelum dan sesudah diberikan edukasi

gizi dengan menggunakan media flip chart pada remaja wasting di SMP Negeri

2 Kota Solok.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Sebagai bahan referensi dan sumber informasi ilmiah untuk penelitian berikutnya

terkait tentang tinjauan remaja yang menderita wasting.

2. Bagi Sekolah

Untuk menambah wawasan dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

mengambil kebijakan sekolah yang berhubungan dengan kesadaran pentingnya

pemenuhan gizi.
3. Bagi Peneliti

Menjadi bahan referensi atau perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang

melakukan penelitian dengan topik yang sama.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengetahuan

a) Pengetahuan Secara Umum

Pengetahuan secara umum adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indera yang dimiliki dan dipengaruhi oleh perhatian dan perseprsi terhadap objek.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera pengelihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui indera pengelihatan dan pendengaran. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

pengetahuan seseorang adalah pendidikan, pekerjaan, informasi, dan pengalaman.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk sikap dan

tindakan atau perilaku seseorang. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung

dua aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan

sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui maka akan

menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu. Begitu juga sebaliknya. Pengetahuan

dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

(recall). Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.


2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk mejelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui serta dapat menginterpretasikan materi yang telah diberikan secara benar.

Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan, menyimpulkan, dan menerapkannya.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi memiliki arti sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi hukum-

hukum, rumus, metode, dan prinsip.

4) Analisis (Analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau

menjelaskan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat di

dalam suatu objek yang diketahui. Jika seseorang sudah dapat membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram terhadap suatu materi makan orang tersebut telah

sampai pada tingkat analisis.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan

dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

Sintesis dapat dikatakan kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.


6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap objek tertentu. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditemukan sendiri atau norma- norma yang berlaku di masyarakat.

b) Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan yang meliputi : zat gizi,

sumber zat gizi, makanan yang aman untuk dikonsumsi, dan cara pengolahan makanan

yang baik.

Pengetahuan tentang gizi sangat mempengaruhi seseorang dalam memenuhi

kebutuhannya. Kedalaman dan keluasan pengetahuan tentang gizi akan menuntun

seseorang dalam pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi baik dari segi kualitas,

variasi, maupun cara penyajian pangan yang diselaraskan dengan konsep pangan.

Misalnya, konsep pangan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, apakah makan asal

kenyang atau untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan bahan makanan dan

konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk

fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status

gizi seseorang. Status gizi baik atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat

gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang tejadi apabila tubuh mengalami kekurangan

satu atau lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh
memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan sehingga menimbulkan efek yang

membahayakan.

Pengetahuan yang kurang serta penerapan konsep pengetahuan yang salah mengenai

kebutuhan gizi seseorang dan nilai pangan dapat mempengaruhi status gizi seseorang.

Pengelompokan pengetahuan gizi menurut Ali Khomsan yaitu :

a. Baik : > 80% jawaban benar,

b. Cukup : 60-80% jawaban benar,

c. Kurang : <60% jawaban benar.

Pengetahuan gizi individu dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan informal.

Pendidikan formal adalah melalui kurikulum yang diterapkan di sekolah. Sementara

pendidikan informal tidak terorganisasi secara struktural dan tidak mengenal tingkatan

kronologi menurut usia, keterampilan, dan pengetahuan, tetapi terselenggara setiap saat di

lingkungan sekitar manusia. Pendidikan dan pengetahuan gizi menjadi landasan yang

menentukan konsumsi pangan seseorang. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka

orang tersebut akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang

dikonsumsinya. Orang yang semakin baik pengetahuan gizinya akan lebih banyak

mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuannya dibandingkan panca

inderanya sebelum mengonsumsi makanan.

Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan wawancara atau mengisi

kusioner dengan menanyakan tentang materi yang diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui dapat diukur dengan tingkat-

tingkatan yang telah diisi responden terhadap kusioner yang diberikan


2. Pemilihan Makan (Food Choice)

a) Definisi Pemilihan Makan

Menurut Food Standard Agency (FSA), pemilihan makan (food choice) didefinisikan

sebagai proses dalam memilih makanan untuk dikonsumsi yang merupakan faktor dari

pengaruh persaingan, penguatan, dan interaksi berbagai faktor. Kemampuan dan kekuatan

seseorang ikut berperan untuk mengendalikan makanan yang dikonsusmsinya.

Pengendalian dalam pemilihan makan disini dapat diartikan kemampuan seseorang dalam

memilih makanan dari aspek apapun baik berupa makanan yang sesuai selera maupun

makan yang sesuai dengan syarat kesehatan sehingga mengarah kepada pemilihan

makanan yang baik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan makan

seseorang adalah pengetahuan seseorang terhadap makanannya. Pengetahuan yang tinggi

maupun rendah dalam memahami makanan yang dikonsumnya mengarahkan seseorang

untuk memiliki kemampuan melakukan pemilihan makan yang baik maupun yang kurang

baik. Pengetahuan seseorang yang tinggi mengenai makanan akan selalu memperhatikan

kandungan gizi, komposisi, tanggal kadaluarsa, bahan tambahan pangan, serta penggunaan

kemasan yang digunakan pada makanan.

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Makan


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan makanan pada

individu maupun keluarga. Secara garis besar, terdapat 3 determinan faktor yang

mempengaruhi pemilihan makan yaitu karakteristik individu, makanan, dan lingkungan.

1) Determinan karakteristik individu meliputi :

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu petimbangan seseorang dalam memilih dan

mengkonsumsi makanan. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin

memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya.

Pengetahuan yang cukup diharapkan dapat mengubah perilaku remaja, sehingga dapat

memilih makanan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan dan seleranya.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi gaya hidup

seseorang dalam menentukan makanan yang dikonsumsinya. Gaya hidup ini akan

menentukan perilaku individu dalam mengkonsumsi dan memilih makanannya.

c. Umur

Berdasarkan penelitian Krebs et all (2007) dalam Femia (2008), prevalensi

konsumsi makanan ringan meningkat pada individu usia 2-18 tahun.

d. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi pemilihan makan.

Umumnya perempuan lebih banyak memiliki pengetahuan tentang makanan dan gizi, serta

menunjukkan perhatian yang lebih besar terhadap keamanan makanan, kesehatan, dan

pembentukan tubuh.

e. Pendapatan

Pendapatan didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima seseorang selama

jangka waktu tertentu. Pendapatan remaja bisa berasal dari uang saku yang diberikan oleh

orang tua dan beasiswa. Uang saku sangat menentukan pemilihan makan dan konsumsi

makan remaja. Biasanya seseorang akan memilih makanan yang sesuai dengan uang saku

mereka.

f. Keterampilan Memasak

Keterampilan memasak adalah suatu jenis keterampilan dalam bidang tata boga,

dimana terdapat kegiatan dari mempersiapkan bahan, peralatan yang digunakan, proses

pengolahan bahan makanan, sampai makanan siap disajikan.

Makanan yang disiapkan di rumah cenderung lebih bergizi daripada yang berada di

luar rumah. Kemampuan persiapan makanan dan keterampilan memasak memiliki potensi

untuk mempengaruhi kesejahteraan seseorang dan kesehatan, serta berdampak pada

pemilihan makan seseorang.

g. Status Gizi
Status gizi merupakan bagian yang penting dari status kesehatan seseorang. Status gizi

digunakan untuk mengevaluasi keseimbangan antara asupan makan dengan energi yang

digunakan untuk beraktivitas. Beberapa orang memiliki masalah kesehatan yang

mempengaruhi pemilihan makan, misalnya orang yang memiliki status gizi wasting atau

kurus akan lebih berusaha menurunkan berat badannya dengan cara memilih makanan yang

berbeda dari orang dengan status gizi normal.

2) Faktor karakteristik makanan meliputi :

a) Rasa, Warna, Tekstur, dan Bentuk Makanan

Sebagian orang mungkin lebih memilih makanan berdasarkan respon yang kuat

terhadap stimulus eksternal seperti pengelihatan atau cita rasa daripada sinyal internal yang

berupa rasa lapar. Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah alasan utama bagi seseorang

untuk suka atau tidak suka pada makanan. Rasa, warna, tekstur, dan bentuk makanan dapat

berkontribusi terhadap pemilihan makan individu. Warna makanan merupakan rangsangan

pertama pada indera pengelihatan, sehingga warna makanan memegang peran utama dalam

pemilihan makanan. Bila warna makanan tidak menarik, dapat mengurangi selera orang

untuk mengkonsumsinya. Tekstur, bau, dan penampilan dapat berhubungan dengan

ketidaksukaan terhadap makanan.

b) Faktor Organoleptik Makanan

Organoleptik makanan adalah penilaian indera untuk menguji suatu kualitas bahan

pangan dengan cara merasa, meraba, dan melihat untuk menentukan kualitas makanan.
3) Faktor karakteristik lingkungan meliputi :

a) Musim dan Tingkat Sosial Masyarakat

Perubahan lingkungan yang terjadi secara tidak langsung akan mempengaruhi

kebiasaan makan dan pemilihan makan seseorang. Perbedaan kebiasaan makanan juga

sering ditemui dalam keluarga yang mendahulukan atau mengistimewakan orang tua,

sehingga anak-anak dan perempuan biasanya mendapat prioritas terakhir dalam hal

makanannya. Hal tersebut dapat mempengaruhi status gizi anak dan perempuan di keluarga

tersebut.

b) Pekerjaan

Pekerjaan sangat berpengaruh terhadap pendapatan seseorang, hal inilah yang

menyebabkan terjadinya pemilihan makan pada seseorang. Bila pekerjaan mereka

menghasilkan pendapatan yang banyak, maka pemilihan makan orang tersebut tentu akan

berbeda dengan orang yang memiliki pendapatan kurang.

c) Mobilitas

Mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah,

dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. Mobilitas

seseorang sangat berpengaruh terhadap pemilihan makannya, semakin tinggi mobilitas

seseorang maka ketergantungan seseorang untuk mengkonsumsi makanan instan akan

semakin tinggi.

d) Perpindahan Penduduk / Tempat Tinggal


Perbedaan tempat tinggal juga memiliki penharuh terhadap pemilihan makanan.

Hal ini berhubungan dengan lokasi geografis yang berkontribusi terhadap ketersediaan

pangan dan biaya makanan.

c) Penilaian Pemilihan Makan

Penilaian pemilihan makan dapat menggunakan kuesioner tentang pemilihan makan

(food choice), Formulir Food Frequency Questioner-Semi Quantitative (FFQ), dan

wawancara secara mendalam. FFQ digunakan untuk memperoleh informasi deskriptif

kualitatif tentang pola kebiasaan konsumsi dan pemilihan makan remaja. Secara umum,

metode FFQ tidak dapat menghasilkan data kuantitas asupan gizi. Perhitungan penilaian

pemilihan makan pada remaja wasting yaitu dikategorikan menjadi kurang sekali (jawaban

benar < 40%), kurang (jawaban benar 40-55%), cukup (jawaban benar 56-75%), dan baik

(jawaban benar 75-100%).

3. Remaja

a) Definisi Remaja

Remaja atau adolescent merupakan masa transisi dari anak-anak menuju ke

masa dewasa. Pada periode ini terjadi berbagai perubahan baik perubahan

hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan terjadi dengan sangat cepat

dan terkadang tidak kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah

perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan


perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya. Masa remaja dimulai saat

anak perempuan mengalami menstruasi yang pertama atau menarche, sedangkan

anak laki-laki ditandai dengan keluarnya cairan semen.

Menurut World Health Organization (WHO) remaja adalah masa peralihan

dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Masa ini merupakan salah satu fase

transisi yang sangat penting dalam kehidupan. Hal ini ditunjukkan dengan

munculnya ciri-ciri seks sekunder, kematangan seksual, perkembangan biologik

yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan, dan perkembangan psikologik yang

ditandai dengan perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, serta

perkembangan sosial ekonomi yang ditandai dengan peralihan dari ketergantungan

sosial ekonomi yang penuh menjadi lebih mandiri. Periode remaja dimulai sejak

umur 11-21 tahun.

b) Klasifikasi dan Karakteristik Remaja

Masa remaja dibagi menjad tiga tahap, yaitu remaja awal, remaja tengah,

dan remaja akhir.

1) Remaja Awal

Tahap ini terjadi pada umur 13-15 tahun. Seorang remaja pada tahap ini

mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan cepat. Pikiran difokuskan pada

keberadaannya dan pada kelompok sebaya. Minat mereka pada dunia luar juga

sangat besar dan pada tahap ini remaja tidak mau dianggap sebagai anak-anak lagi.

Mereka tidak takut menentang orang tua ataupun guru. Mereka memerlukan orang-
orang yang dapat mengarahkan mereka pada pematangan diri yang utuh.

Karakteristik remaja awal, yaitu :

a. Timbulnya persepsi terhadap bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan citra tubuh

sebagai hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.

b. Pengaruh orang tua semakin berkurang dan digantikan oleh teman sebaya yang

sangat mempengaruhi terutama dalam hal penampilan dan citra tubuh.

c. Peningkatan kemampuan kognitif.

d. Adanya keinginan untuk membuat keputusan sendiri.

e. Peningkatan kemampuan menggunakan uang secara bebas, termasuk untuk

membeli makanan.

2) Remaja Tengah

Tahap ini terjadi pada umur 15-17 tahun. Kepribadian remaja pada tahap ini

dapat dikatakan masih kekanak-kanakan, tetapi sudah mulai timbul kesadaran akan

kepribadiannya dan mulai bisa menemukan diri sendiri atau jati dirinya. Tahap ini

remaja sangat membutuhkan dukungan dari teman sebaya. Mereka akan merasa

lebih nyaman jika memiliki banyak teman di sekelilingnya. Karakteristik remaja

tengah, yaitu :

a. Pengaruh teman sebaya menjadi semakin kuat.

b. Penurunan kepercayaan pada otoritas dan kebijaksanaan orangtua.

c. Adanya kecenderungan untuk meniru bentuk tubuh idolanya.

d. Keadaan sosial, emosional, dan keuangan menyebabkan meningkatnya

kemampuan remaja dalam membuat keputusan sendiri yang berhubungan

dengan asupan makan dan minum yang dikonsumsinya.


e. Perkembangan signifikan pada kemampuan kognitif yang ditandai dengan

kemampuan memberikan alasan terhadap sesuatu dan terjadi penurunan

keegoisan.

3) Remaja Akhir

Tahap ini terjadi pada remaja umur 18-21 tahun. Pada tahap ini terjadi

pertumbuhan fisik dan aspek psikis yang mulai tumbuh dengan sempurna, begitu

pula pada perkembangan sosialnya. Karakteristik remaja akhir, yaitu :

a. Penalaran telah berkembang dengan sempurna, namun masih memiliki

pemikiran yang kurang kompleks ketika sedang stress.

b. Berorientasi terhadap masa depan.

c. Perkembangan nilai dan kepercayaan yang menuntun moral, etika, dan

keputusan berbasis kesehatan.

4. Kebutuhan Gizi Remaja

Kebutuhan gizi remaja relatif lebih besar daripada kelompok usia lainnya. Hal ini

dikarenakan pada usia remaja akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat (growth

spurt). Selain itu, remaja lebih banyak melakukan aktivitas bila dibandingkan dengan

usia lainnya. Atas pertimbangan berbagai faktor tersebut kebutuhan kalori, protein dan

mikronutrien pada kelompok ini perlu diutamakan. Bagi remaja, makanan merupakan

suatu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi guna menunjang pertumbuhan dan

perkembangan tubuhnya. Kekurangan asupan zat gizi bagi remaja baik secara kualitatif

ataupun kuantitatif dapat menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme


tubuh. Penentuan kebutuhan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada

Recommended Daily Allowances (RDA) atau menggunakan Angka Kecukupan Gizi

(AKG). AKG berguna sebagai penilaian rujukan (reference values) yang digunakan

untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi bagi orang sehat,

untuk menghindari terjadinya defisiensi zat gizi ataupun kelebihan asupan zat gizi.

Kebutuhan gizi setiap orang tentunya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,

hal ini tergantung dari umur, jenis kelamin, berat badan, aktivitas fisik, kondisi

fisiologis tubuh (misal hamil dan menyusui) atau dalam keadaan sakit. Kebutuhan

asupan zat gizi pada remaja, antara lain :

a. Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.

Energi memiliki fungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme tubuh, pertumbuhan,

pengatur suhu tubuh, dan untuk kegiatan fisik lainnya. Kebutuhan energi pada remaja

lebih besar daripada orang dewasa, dikarenakan energi tersebut digunakan untuk

aktivitas fisik, pertumbuhan, dan perkembangan remaja.

Kebutuhan energi pada remaja ditentukan oleh tingkat kematangan fisik dan

aktivitasnya. Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan energi untuk laki-laki

dan peremuan karena adanya perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.

Berdasarkan AKG kecukupan energi remaja laki-laki umur 13-18 tahun sekitar 2475-

2675 kkal, sedangkan kecukupan energi untuk remaja perempuan umur 13-18 tahun

adalah 2125 kkal.

b. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro yang memegang peranan penting

dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia untuk memenuhi

kebutuhan gizinya. Semua sumber karbohidrat berasal dari tumbuhan. Sumber

karbohidrat yang banyak dikonsumsi sebagai makanan pokok di Indonesia adalah

beras, jagung, ubi, singkong, dan sagu. WHO menganjurkan rata-rata konsumsi

karbohidrat adalah 55%-75% total energi perhari yang berasal dari karbohidrat

kompleks dan paling banyak hanya 10% yang berasal dari gula sederhana. Fungsi dari

karbohidrat adalah menyediakan sumber energi bagi tubuh, memberi rasa manis pada

makanan khususnya mono dan disakarida, penghemat protein, pengatur metabolisme

lemak, dan membantu dalam hal pengeluaran feses. Berdasarkan AKG tahun 2013

kecukupan karbohidrat remaja laki-lai umur 13-18 tahun sekitar 340-368 gram,

sedangkan kecukupan protein untuk remaja perempuan umur 13-18 tahun adalah 292

gram.

c. Protein

Protein berasal dari bahasa Yunani, yaitu proteos yang berarti utama atau yang

didahulukan. Protein merupakan bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian

terbesar dari tubuh setelah air. Protein terdiri dari asam- asam amino, salah satunya

asam amino esensial. Asam amino esensial ini sangat dibutuhkan oleh tubuh. Protein

dibagi menjadi dua jenis, yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein hewani

memiliki nilai biologis yang lebih tinggi daripada protein nabati, karena komposisi

asam amino esensial yang lebih baik dari segi kualitas dan kuantitas. Protein memiliki
fungsi sebagai kekebalan tubuh, pengganti jaringan yang rusak, dan untuk

pertumbuhan.

Selama masa remaja kebutuhan protein meningkat. Peningkatan ini terjadi karena

pada masa remaja proses tumbuh kembang berlangsung dengan sangat cepat. Protein

mensuplai sekitar 12-14% asupan energi selama masa remaja. Apabila asupan energi

terbatas, maka asupan protein akan digunakan sebagai energi. WHO menganjurkan

rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10%-15% berasal dari protein.

Berdasarkan AKG, kecukupan protein remaja laki-laki umur 13-18 tahun sekitar 66-

72 gram, sedangkan kecukupan protein untuk remaja perempuan umur 13-18 tahun

sekitar 59-69 gram.

d. Lemak

Lemak merupakan sumber asam lemak esensial yang juga diperlukan untuk

pertumbuhan, sebagai salah satu sumber energi yang tinggi dan sebagai pengangkut

vitamin yang larut dalam lemak. Lemak banyak terdapat di dalam bahan makanan yang

bersumber dari hewani, misalnya daging berlemak, jeroan, keju, susu, dan sebagainya.

Lemak dibutuhkan manusia dalam jumlah yang terbatas. Kelebihan asupan lemak akan

disimpan sebagai lemak tubuh yang sewaktu-waktu dapat digunakan. Lemak memiliki

fungsi sebagai sumber energi, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut

lemak, memberi rasa kenyang, dan sebagai pelumas. Asupan lemak yang kurang dari

kebutuhan seharusnya dapat menimbulkan terjadinya defisiensi asam lemak esensial

dan terjadinya gangguan dalam proses penganggkutan vitamin atau zat gizi lainnya

yang larut lemak. Sebaliknya, jika asupan lemak berlebihan dapat berisiko terjadinya
overweight, obesitas, dan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskuler. WHO

menganjurkan konsumsi lemak pada remaja sekitar 15%-30% dari kebutuhan energi

total. Berdarkan AKG, kecukupan lemak pada remaja laki-laki umur 13-18 tahun

sekitar 83-89 gram, sedangkan kecukupan lemak untuk remaja perempuan umur 13-18

tahun adalah 71 gram.

5. Wasting

a) Definisi Wasting

Wasting atau gizi kurang dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi

kekurangan gizi akut dimana BB (berat badan) tidak sesuai dengan TB (tinggi

badan). Remaja kurus merupakan masalah gizi yang sifatnya akut, sebagai akibat

dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asupan

makanan (Rochmawati, 2016).

Wasting adalah suatu permasalahan yang kompleks dan multifaktorial

karena adanya interaksi antara gaya hidup, lingkungan, dan genetik. Wasting yang

muncul pada usia anak-anak dan remaja cenderung berlanjut hingga usia dewasa

dan dapat meningkatkan resiko morbiditas penyakit tidak menular (degeneratif)

yang disebabkan oleh berbagai perilaku modern. Perilaku yang dimaksud adalah

kebiasaan pola makan rendah kalori, rendah lemak, dan rendah serat.

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wasting pada Remaja


Penyebab terjadinya masalah wasting adalah multifaktorial

yang disebabkan karena adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor

lingkungan, seperti asupan makan, aktivitas fisik, gaya hidup, sosial ekonomi, dan

perilaku makan. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi wasting pada remaja :

1) Faktor Genetik

Faktor genetik dapat mempengaruhi berat badan dan komposisi tubuh

seseorang. Hal itu terjadi karena beberapa faktor seperti nafsu makan,

preferensi rasa, asupan energi, pengeluaran energi, efek termal dari makanan,

non-exercise activity thermogenesis (NEAT), dan efisiensi tubuh dalam

menyimpan energi. Memiliki anggota keluarga yang mengalami wasting dapat

meningkatkan risiko seseorang mengalami wasting juga.

2) Perilaku Makan Remaja

Perilaku makan merupakan gambaran perilaku yang berhubungan dengan

frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan, dan pemilihan makan. Perilaku

makan yang salah dapat menyebabkan terjadinya masalah gizi. Seperti

terjadinya wasting atau gizi kurang pada remaja. Beberapa ciri khas

dari remaja wasting mengenai perilaku makan :


a. Gemar mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat dibandingkan dengan makanan

yang berprotein tinggi.

Beberapa remaja sering melewatkan waktu makannya, hal ini dikarenakan

padatnya kegiatan, banyaknya aktivitas di luar jam pelajaran sekolah, ataupun

mereka tidak sempat untuk makan. Remaja yang melewatkan waktu makan

sering menggantinya dengan mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat untuk

mengatasi kelaparan. Pada remaja wasting, mereka lebih sering mengkonsumsi

jajanan yang tidak sehat untuk mengatasi rasa lapar mereka.

b. Lebih suka makan di luar rumah

Makan makanan di luar rumah cenderung memiliki tempat yang nyaman

untuk berkumpul dan bersantai dengan teman. Selain itu, harga makan yang

disajikan terjangkau dengan uang saku mereka, pelayanan cepat, dan jenis

makanan nya sesuai dengan selera mereka.

Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika makan diluar

dijadikan sebagai pola makan setiap hari.

c. Kurangnya konsumsi protein

Seiring dengan meningkatnya konsumsi makanan di luar, menyebabkan

kurangnya konsumsi makanan sehat pada remaja. Hal ini berdampak pada

rendahnya asupan protein pada remaja. Kehadiran protein dalam pola konsumsi

makanan memang sangat penting. Berdasarkan AKG, kecukupan asupan

protein pada remaja adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per

hari untuk laki-laki. Apabila asupan protein rendah, maka dapat menyebabkan

wasting atau gizi kurang.


d. Gemar mengkonsumsi minum-minuman bersoda

Minuman bersoda merupakan minuman non alkohol, memiliki rasa, dijual

secara komersial dalam bentuk kaleng atau botol. Minuman bersoda merupakan

salah satu minuman yang paling sering diminum oleh remaja. Semakin sering

remaja mengkonsumsi minuman bersoda setiap harinya, maka akan semakin

besar peluang remaja tersebut untuk tidak mengkonsumsi makanan yang

bergizi dan akan semakin tinggi pengurangan berat badannya.

Perilaku makan remaja yang salah dapat ditumbulkan akibat adanya faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi perilaku

makan remaja adalah :

a. Faktor Fisik

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terutama pada berat badan, dapat

menimbulkan efek kecemasan remaja terhadap berat badannya. Remaja akan

mulai berpikir dan lebih sensitif terhadap perubahan ukuran, bentuk, dan

penampilan tubuhnya.

b. Faktor Psikologi

Wasting cenderung menimbulkan berbagai permasalahan pada remaja,

sehingga remaja sering merasa kurang mampu, kurang puas, kurang berharga,

kurang berdaya dan merasa rendah diri. Wasting juga sangat berpengaruh

terhadap kesehatan mental remaja. Orang yang mengalami wasting cenderung

lebih sensitif dalam berinteraksi dengan sosial, sehingga mereka sering menarik

diri dari pergaulan dan aktivitas. Pada remaja yang sangat mementingkan
penampilan, wasting dianggap sebagai suatu penyimpangan dari tipe tubuh

mereka. Adanya perasaan bahwa wasting menyebabkan

dirinya menjadi tidak menarik, dapat mendorong orang tersebut untuk

memperbaiki penampilan fisik dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan

melakukan perubahan pada perilaku makan dan gaya hidupnya.

Faktor eksternal atau lingkungan yang memperngaruhi perilaku makan

remaja antara lain :

a. Budaya

Remaja sekarang cenderung mengikuti budaya barat, sehingga berpengaruh

terhadap perilaku makan mereka. Perilaku makan tradisional yang tinggi

karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak beralih menjadi makanan yang

tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi kolesterol, tinggi garam, dan rendah serat. Hal

ini tercermin dari pola makan remaja yang lebih memilih untuk mengkonsumsi

makan makanan di luar.

b. Status Sosial dan Ekonomi Keluarga

Status sosial dan ekonomi dapat diperkiraan dengan melihat pendatapan

dari keluarga. Kondisi ekonomi keluarga akan mempengaruhi penyediaan

pangan untuk keluarganya. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang memiliki

penghasilan lebih tinggi mampu membeli bahan pangan dengan kualitas yang

baik dan jumlah yang cukup bila dibandingkan dengan keluarga yang memiliki

pendapatan rendah.

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang pertumbuhan anak

karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anaknya, baik dari
kebutuhna primer hingga kebutuhan sekunder. Namun, tingginya pendapatan

seseorang menyebabkan terjadinya perubahan dalam susunan makanan, akan

tetapi pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih

beragamnya konsumsi pangan.

c. Lingkungan Sekolah dan Teman Sebaya

Saat memasuki usia remaja, pengaruh keluarga menurun dan teman sebaya

menjadi orang yang sangat memberikan pengaruh bagi remaja terutama dalam

hal pemilihan makanan. Pemilihan makanan bukan berdasarkan kandungan gizi

dari makanan tersebut tetapi hanya ditunjukkan untuk sosialisasi dan

kesenangan.

Kehidupan sosial remaja yang lebih sering bersama dengan temannya

daripada bersama dengan keluarganya dapat mendorong perilaku makan yang

tidak baik. Keluarga dan teman sebaya merupakan faktor utama dalam

mempengaruhi pemilihan makanan dan minuman pada remaja. Orangtua akan

berpengaruh positif terhadap pemilihan makanan dan minuman remaja bila

dalam lingkungan keluarga mempunyai kebiasaan makan yang sehat.

Sedangkan, teman sebaya memiliki pengaruh yang negatif terhadap perilaku

makan dan pemilihan makan remaja.

c) Penentuan Kriteria Wasting

Wasting ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi berdasakan

indeks massa tubuh (IMT). Perhitungan IMT dilakukan dengan mengukur berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB) terlebih dahulu. Setelah itu, perhitungan IMT

didapatkan dengan cara :

𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =

𝑇𝐵 (𝑚)2

Keterangan :

BB = berat badan dalam kg

TB = tinggi badan dalam meter

Status gizi anak umur 5-18 tahun dikelompokkan menjadi tiga kelompok

umur yaitu 5-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Indikator status gizi yang

digunakan untuk kelompok umur ini didasarkan pada hasil pengukuran

antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan dalam

bentuk indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U). Berdasarkan peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar

Antropometri Anak, untuk anak umur 5-19 tahun dihitung nilai z-score IMT/U.

Selanjutnya berdasarkan nilai z-score ini status gizi anak dikategorikan sebagai

berikut :

Tabel 1. Kategori Status Gizi Remaja Berdasarkan

IMT Menurut Umur (IMT/U)

Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Sangat Kurus < -3,0 SD


Kurus (Wasting) < -3,0 SD Sampai dengan < -2,0 SD

Normal -2,0 SD sampai dengan 1,0 SD

Gemuk (Overweight) > 1,0 SD sampai dengan 2,0 SD

Obesitas > 2,0 SD

d) Dampak Wasting

Wasting pada usia anak-anak dan remaja harus segera diatasi sejak dini.

Seseorang yang mengalmai wasting memiliki risiko untuk mengalami penurunan

daya ekspolasi terhadap lingkungan, kurang bergaul, kurang perasaan gembira dan

cenderung menjadi apatis. Dampak jangka panjang juga akan dialami oleh remaja

wasting seperti mengalami gangguan kognitif, penurunan prestasi belajar,

gangguan tingkah laku, bahkan peningkatan risiko kematian (Erika Kusuma

Hastuti, 2017). Remaja dengan wasting akan sering merasa kurang percaya diri

mengenai penampilan atau bentuk tubuhnya. Hal inilah yang menyebabkan remaja

tersebut memisahkan diri dari teman bermain, sering tidak diikutkan dalam

permainan, menjadi bahan ejekan dari teman-temannya, dan membatasi diri dengan

lingkungan sosial.

6. Edukasi Gizi

a) Pengertian Edukasi Gizi


Edukasi atau disebut juga dengan pendidikan merupakan segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh edukator.

Edukasi gizi merupakan pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku

individu/masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan atau dalam

mempertahankan gizi tetap baik (Notoatmodjo, 2014). Edukasi merupakan proses

belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu (Suliha, 2002).

Tujuan edukasi gizi diantaranya adalah:

1) Terciptanya sikap positif terhadap gizi,

2) terbentuknya pengetahuan dan kecakapan memilih dan menggunakan sumber-

sumber pangan,

3) Timbulnya kebiasaan makan yang baik dan adanya motivasi untuk mengetahui

lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan gizi (Suhardjo, 2003).

b) Metode dan Media Edukasi

1) Metode Edukasi

Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihan

seorang agen edukasi terhadap suatu metode atau teknik edukasi sangat

tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapai. Berdasarkan pendekatan


sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode edukasi menurut Lucie

(2005) ada tiga, yaitu:

1. Metode Berdasarkan Pendekatan Perorangan

Edukator berhubungan secara langsung maupun tidak

langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif

karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan

bimbingan khusus dari edukator.

2. Metode Berdasarkan Pendekatan Kelompok

Edukator berhubungan dengan sasaran edukasi secara

kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan

diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar

kerjasama. Pendekatan kelompok ini dapat terjadi pertukaran informasi dan

pertukaran pendapat serta pengalaman antara sasaran edukasi dalam

kelompok yang bersangkutan. Selain itu, memungkinkan adanya umpan

balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar

pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya

3. Metode Berdasarkan Pendekatan Massa

Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak.

Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun

terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata.


Beberapa penelitian menyebutkan bahwa metode pendekatan massa dapat

mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan

dalam perilaku. Adapun yang termasuk dalam metode ini antara lain rapat

umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, surat kabar, dan

sebagainya.

2) Media Edukasi

Edukasi diperlukan adanya alat yang dapat membantu dalam kegiatan

seperti penggunaan media agar terjalinnya kesinambungan antara informasi

yang diberikan oleh pemberi informasi kepada penerima informasi. Menurut

Mubarak, media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat

merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar atau memahami pada penerima pesan. Berdasarkan

fungsinya sebagai penyaluran pesan- pesan kesehatan (media), media ini dibagi

menjadi tiga menurut Machfoedz & Suryani, yaitu:

1. Media Cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan sangat bervariasi antara lain:

(a) Booklet
Merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan- pesan

kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar

(b) Leaflet

Merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam

bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi

(c) Flyer (selebaran)

Seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan

(d) Flip chart (lembar balik)

Merupakan media penyampaian pesan atau informasi-informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku,

dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan

dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan

dengan gambar tersebut.

(e) Rubrik

Merupakan tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan

(f) Poster

Merupakan bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi

kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-

tempat umum, atau di kendaraan umum

(g) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.


Menurut Al- Rahmad, peningkatan pendidikan dengan media (modul)

memiliki pengaruh yang tinggi dalam meningkatkan pengetahaun sehingga bisa

terwujudnya perilaku yang bagus. Penyampaian informasi melalui media

flipchart akan mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai dengan yang

diharapkan, karena media tersebut tidak hanya bisa di dengar oleh remaja, tetapi

bisa diamati apa yang ada di depannya.

Media flipchart merupakan penyampaian materi melalui lembaran-

lembaran kertas yang berisi tulisan, jika isi materi yang disampaikan penyuluh

terlewatkan atau ada lembaran yang harus mendapatakan perhatian kembali

maka akan diulang kembali oleh penyuluh, sehingga bagi masyarakat,

khususnya remaja yang berpengetahuan rendah dan lambat mencerna

informasi, maka penyuluhan dengan media flipchart sangat membantu

meningkatkan pengetahuan.

2. Media Elektronik

Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan

atau informasi-informasi kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara lain :

(a) Televisi

Penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui

media televisi dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau

hanya tanya jawab seputar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV

spot, quiz atau cerdas cermat dan sebagainya


(b) Radio

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio

juga dapat berbentuk macam- macam antara lain obrolan (tanya

jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot dan sebagainya

(c) Video

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui

video

(d) Slide

Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan.

3. Media Papan (Billboard)

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat

dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi- informasi

kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis

pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum

(bus atau taksi).


B. Kerangka Teori

Wasting Faktor Penyebab

Faktor Tidak
Faktor Langsung
Langsung

Pola Makan Pengetahuan Gizi

Edukasi Gizi

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber : Wasting (Kemenkes RI, 2019), Faktor Penyebab Wasting (Kemenkes

RI,2018).

C. Kerangka Konsep

Pengetahuan
Remaja
Edukasi Gizi
Menggunakan Media Flip
Chart
Pola Makan

Gambar 2. Kerangka Konsep


D. Hipotesis

1. Adanya efektifitas pemberian edukasi gizi terhadap perubahan pengetahuan pada

remaja wasting di SMP Negeri 2 Kota Solok.

2. Adanya efektifitas pemberian edukasi gizi terhadap perubahan pola makan pada remaja

wasting di SMP Negeri 2 Kota Solok.

E. Defenisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala

Ukur Ukur

Edukasi Gizi Edukasi gizi Observasi - - Nominal

merupakan

pendekatan

edukatif untuk

menghasilkan

perilaku

individu/masyara

kat dalam

peningkatan atau

dalam
mempertahankan

gizi tetap baik.

Pengetahuan Pengetahuan Wawancara Kuisioner Dikategorika Ordinal

Gizi Gizi merupakan n sebagai

segala sesuatu berikut :

yang diketahui 1.Rendah

responden <60%

tentang gizi dan 2. Tinggi

makanan. >60%

Pola Makan Perilaku yang Wawancara Form - Nominal

ditunjukan Food

responden dalam Recall

memilih

makanan yang

dikonsumsinya

berdasarkan rasa,

warna, aroma,

kandungan gizi

makanan, bahan

tambahan
makanan,

pengemasan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah pre-test and post-test non control designe dengan jenis

penelitian Pre eksperimen. Penelitian ini memberikan perlakuan dengan edukasi gizi

menggunakan media flip chart.

Secara sistematis, desain penelitian selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut :

O1 X1 O2

Keterangan :

O1: Pre-test pada kelompok eksperimen (pengetahuan dan pola makan sebelum diberi

edukasi gizi dengan media flip chart).

X1: Perlakuan edukasi gizi dengan media flip chart.

O2: Post-test pada kelompok eksperimen (pengetahuan dan pola makan sesudah diberi

edukasi gizi dengan media flip chart).

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kota Solok pada

bulan Mei – Agustus 2022.


C. Populasi dan Sampel

1. Populasi dan sampel penelitian

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP Negeri 2

Kota Solok yang menderita wasting. Untuk menghitung besar sampel minimun

digunakan rumus sebagai berikut : (Sastroasmoro, 2016)

Keterangan :

N = Besar sampel

Zα = Kesalahan tipe 1 (1,960)

Zβ = Kesalahan Tipe 2 (0,842)

Sd = Simpangan baku dari rerata selisih (7,543)

(Pratami et al, 2016)

D = Selisih rerata kedua kelompok yang klinis penting

(clinical judgment) (5) (ditetapkan peneliti)

Dari perhitungan dengan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel minimal siswa

wasting sebanyak 30 orang.

2. Cara pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-

probability sampling. Secara lebih spesifik, penelitian menggunakan teknik


concecutive sampling, yaitu teknik penetapan responden untuk dijadikan sampel

berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Kriteria Inklusi :

a. Siswa SMP Negeri 2 Kota Solok

b. Kelompok remaja wasting, yaitu remaja yang memiliki IMT/U dengan z-score

-3,0 SD sampai dengan < -2,0 SD menurut tabel z-score IMT/U untuk anak usia

5-19 tahun.

c. Bersedia menjadi sampel melalui persetujuan setelah penjelasan atau informed

consent dari subjek penelitian.

2. Kriteria Eksklusi :

a. Absen atau sakit selama penelitian berlangsung.

b. Mengundurkan diri sebelum penelitian selesai.

D. Instrumen Penelitian

1. Flip Chart

Digunakan sebagai media edukasi untuk remaja wasting.

2. Informed Consent form

Digunakan untuk meminta persetujuan dari siswa untuk menjadi responden.

3. Timbangan digital

Digunakan untuk mengukur berat badan siswa dengan ketelitian 0,1 kg.

4. Microtoise atau alat pengukur tinggi badan

Digunakan untuk mengukur tinggi badan siswa dengan ketelitian 0,1 cm.
5. Kuesioner Pengetahuan

Instrumen pengetahuan adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja

wasting, peneliti menggunakan kuesioner dengan skala Guttman, yaitu skala yang

bersifat tegas dan konsisten dengan jawaban dari pertanyaan tertutup, seperti ya atau

tidak, positif atau negatif, setuju atau tidak setuju (Hidayat, 2011). Kuesioner tingkat

pengetahuan yang digunakan oleh peneliti telah dimodifikasi dengan jumlah 15

pertanyaan yang terdiri dari 2 tipe, yaitu favourable dan unfavourable dengan pilihan

jawaban benar (B) atau salah (S) yang diadopsi dari penelitian (Rery, 2017).

a. Favourable merupakan kategori bersifat positif. Kategori jawaban:

Benar (B): bernilai 1

Salah (S): bernilai 0

b. Unfavourable merupakan kategori bersifat negatif. Kategori jawaban:

Benar (B): bernilai 0

Salah (S): bernilai 1

6. Form Food Recall 24 Jam

Digunakan untuk mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang di konsumsi pada

periode 24 jam yang lalu oleh remaja wasting. Instrumen Prinsip dari metode food

recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang

dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Untuk survei konsumsi gizi individu lebih

disarankan menggunakan recall 24 jam konsumsi gizi dikarenakan dari sisi kepraktisan

dan kevalidan data masih dapat diperoleh dengan baik selama yang melakukan terlatih.

Metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah, dan tidak memerlukan

peralatan yang mahal dan rumit. Ketepatan menyampaikan ukuran rumah tangga
(URT) dari pangan yang telah dikonsumsi oleh responden, serta ketepatan

pewawancara untuk menggali semua makanan dan minuman yang dikonsumsi

responden beserta ukuran rumah tangga (URT) (Supariasa, 2014).

Pada penelitian ini responden diwawancarai makanan yang dikonsumsinya dari

pagi ketika bangun tidur sampai tidur kembali pada malam hari, sehari sebelum

wawancara. Hasil dari wawancara dengan food recall ini dianalisa asupan zat gizi

perharinya dengan menggunakan Nutri Survey.

E. Metode Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian dengan mencari distribusi dan persentase hasil penelitian (Sasroasmoro,

2019). Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui skor pengetahuan tiap responden

menurut hasil pengisian kuisioner.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat efektifitas atau perbedaan rerata

pengetahuan dan pola makan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan edukasi gizi

dengan menggunakan media flip chart. Sebelum analisa bivariat dilakukan terlebih

dahulu dilakukan uji normalitas dengan saphiro wilk, dari hasil uji normalitas data

didapatkan hasil bahwa dari semua variable, variable pengetahuan tidak terdistribusi

normal, maka untuk melihat efektifitas edukasi gizi terhadap pengetahuan dilakukan

dengan uji wiloxon dan untuk melihat efektifitas edukasi gizi terhadap pola makan

dilakukan dengan uji paired sample t test.


F. Alur Penelitian

1. Tahap Persiapan

Tahap-tahap persiapan adalah tahap-tahap yang dilakukan atau dipersiapkan

sebelum melakukan penelitian. Tahap tersebut antara lain :

a. Survey lokasi penelitian.

b. Penentuan jumlah subjek penelitian.

c. Penyusunan kisi – kisi kuesioner pengetahuan.

d. Pembuatan Flip Chart.

e. Melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengetahuan.

Uji validitas adalah suatu tingkat pengukuran yang dapat menunjukkan suatu

tingkat kevalidan suatu instrumen penelitian. Sebuah instrumen penelitian bisa

dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Uji

reliabilitas adalah kesamaan suatu hasil pengukuran atau pengamatan yang dapat

diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Ovan and Saputra,

2020).

Uji reliabilitas dilakukan menggunakan rumus alpha Cronbach. Suatu

instrumen dapat dinyatakan reliabel atau dapat diandalkan apabila nilai r-reliabilitas

instrumen (r-hitung) >0,65 Pada penelitian tersebut menghasilkan nilai r hitung> r tabel

dan nilai alpha cronbach yang diperoleh sebesar 0,842 (Rery et al.,2017), sehingga

kuisioner tingkat pengetahuan remaja wasting yang dilakukan pada penelitian ini dapat

dikatakan valid dan reliabel.

f. Mengajukan surat izin penelitian kepada SMP Negeri 2 Kota Solok.


g. Melengkapi kelengkapan administrasi yang diperlukan yaitu instrument dan

bahan,alat tulis dan lain–lain.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap dimana penelitian dilaksanakan. Tahap

tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Menentukan dan memilih sampel yang akan diteliti

b. Kemudian peneliti meminta kesediaan sampel untuk menjadi responden dalam

penelitian dengan menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian, serta akan

menjaga kerahasiaan dari penelitian ini

c. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden, maka dilakukan pretest

dengan menggunakan kuisioner yang berisikan pertanyaan – pertanyaan

tentang wasting dan pola makan. Dan melakukan recall 24 jam untuk

mengetahui asupan responden.

d. Kemudian hasil recall diolah dengan menggunakan nutri survey

e. Kemudian dilakukan edukasi gizi dilakukan sekitar15-20 menit

f. Edukasi gizi dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan dengan jarak waktu antara

edukasi pertama dengan edukasi kedua adalah 1 minggu

g. Edukasi gizi dilaksanakan di aula SMP Negeri 2 Kota Solok, menggunakan

media flip chart sebagai alat bantu dalam menjelaskan materi tentang wasting

untuk mempermudah responden dalam memahami materi edukasi. Edukasi gizi

dilakukan oleh peneliti.


h. Pada minggu ke-3 peneliti melakukan post-test berupa soal pengetahuan yang

bertujuan untuk melihat perubahan pengetahuan remaja wasting setelah

diberikan edukasi gizi terkait wasting, dan melakukan wawancara terkait hasil

recall 24 jam setelah dilakukan edukasi gizi untuk mengetahui perubahan pola

makan setelah diberikan edukasi gizi.

G. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah Pemberian edukasi gizi dengan media flip chart

efektif terhadap perubahan pengetahuan dan pola makan remaja wasting.

Anda mungkin juga menyukai