ANISA SURYA
2000232001
FAKULTAS KESEHATAN
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
kebawah. Dua pertiga anak wasting berada di Benua Asia (Bangladesh, Bhutan,
Philippines, Sri Lanka, State of Palestine, Sri Lanka, Timor-Leste, Uzbekistan, Vietnam),
dan satu perempat berada di Benua Afrika (Angola, Cameroon, Congo, Cote d’lvoire,
Djibouti, Egypt, Eswatini, Ghana, Kenya, Mauritania, Morocco, Nigeria, Sudan, Tunisia,
Zambia). Pada tahun 2018 sebanyak 51 juta anak di dunia mengalami wasted (kurus) dan
Di Indonesia pada tahun 2018 angka kejadian wasting sebanyak 10,2 % mengalami
kenaikan dari tahun 2017 (9,5 %). Angka ini masih diatas target nasional yaitu 9,5 %
(Riskesdas, 2018). Dari tahun 2017 ke tahun 2018, di Indonesia terdapat 5 provinsi yang
mengalami kenaikan angka kejadian wasting tertinggi diantaranya Nusa Tenggara Barat
(5,8 %), Sumatra Selatan (3,6 %), Kalimantan Tengah (3,3 %), Kalimantan Selatan (2,9
%), dan Sumatera Barat (2,3 %). Menurut hasil riset Kemenkes tahun 2018 prevalensi
wasting di Sumatera Barat (8,05 %) mengalami kenaikan dari tahun 2017 (7,9% ).
Wasting dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut penelitian yang telah
dilakukan oleh Prawesti (2018) faktor penyebab wasting dikelompokkan menjadi tiga yaitu
faktor langsung, tidak langsung, dan pokok. Faktor langsung yaitu asupan nutrisi dan
penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung diantaranya ketahanan pangan dalam keluarga,
pola asuh, pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Penyebab pokok yaitu tingkat ekonomi,
mengatakan penyebab masalah wasting adalah ketahanan pangan yang tidak memadai,
pola asuh, pelayanan kesehatan yang kurang memadai, pemberian ASI, berat badan lahir
Rendah (BBLR), kunjungan ANC, status pekerjaan ibu, dan tingkat pendidikan ibu.
Seperti faktor penyebab wasting di Indonesia, terdapat persamaan faktor yang menjadi
penyebab terjadinya wasting di Ethiopia yaitu durasi pemberian ASI eksklusif, kemiskinan,
pendidikan ibu, keluarga besar atau jumlah keluarga, morbiditas diare dan saluran
disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengaruh komunitas, keadaan rumah tangga,
lingkungan, sosial ekonomi dan budaya, praktik pemberian makan anak dan adanya
Wasting dapat menyebabkan beberapa dampak jangka pendek dan jangka panjang.
Dampak jangka pendek yaitu penurunan daya eksplorasi terhadap lingkungan, kurang
bergaul, kurang memiliki perasaan gembira, dan cenderung menjadi apatis. Sedangkan
dampak jangka panjang yaitu mengalami gangguan kognitif, penurunan prestasi belajar,
Masa remaja merupakan suatu fase transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak
menuju ke masa dewasa. Perubahan fase ini biasanya ditandai dengan adanya perubahan
fisik, mental, emosional, dan sosial. Periode ini dianggap sebagai masa yang amat penting
dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pembentukan kepribadian. Perubahan yang
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Masa remaja
adalah masa yang sangat sulit untuk dilalui oleh individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai
masa yang sangat kritis bagi perkembangan dan pada tahap perkembangan selanjutnya. Ini
dikarenakan pada masa ini terjadi begitu banyak perubahan di dalam diri individu baik itu
Remaja merupakan sumber daya manusia untuk pembangunan di masa yang akan
datang. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia banyak faktor yang
mempengaruhi. Salah satunya adalah masalah kesehatan dan gizi. Gizi merupakan faktor
terpenting dalam indikator Kesehatan manusia. Gizi yang tidak seimbang baik kekurangan
maupun kelebihan gizi akan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Usia remaja
merupakan periode yang rentan dengan masalah gizi, ini disebabkan oleh kebutuhan gizi
yang meningkat.
Masalah gizi kurang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Pengetahuan gizi dan pola
makan menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah gizi pada remaja. Apabila semakin
rendah pengetahuan tentang gizi akan semakin besar peluang seseorang untuk memiliki
status gizi kurang. Asupan yang kurang dari kebutuhan tentu saja dapat menimbulkan
masalah kurus. Pola makan merupakan makanan yang tersusun meliputi dari jumlah, jenis
bahan makanan, yang biasa dikonsumsi pada saat tertentu (Kemenkes, 2018). Pola makan
yang benar adalah meliputi makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan dan sayur-sayuran,
anak-anak yang bersekolah di SMP Negeri 2 Kota Solok, terdapat beberapa siswa-siswi
masih memiliki IMT kurang dari 18,5. Dan beberapa siswa-siswi juga memiliki
pengetahuan gizi yang sangat rendah, mereka sering mengkonsumsi makanan siap saji dan
minum minuman bersoda. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Efektifitas Edukasi Gizi dengan Menggunakan Media Flip Chart Terhadap Perubahan
Pengetahuan dan Pola Makan Pada Remaja Wasting Di SMP Negeri 2 Kota Solok”.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui apakah ada Efektifitas Edukasi Gizi dengan Menggunakan Media
Flip Chart Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Pola Makan Pada Remaja Wasting Di
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Flip Chart Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Pola Makan Pada Remaja
2. Tujuan Khusus
gizi dengan menggunakan media flip chart pada remaja wasting di SMP Negeri
2 Kota Solok.
b. Diketahuinya rata-rata pola makan sebelum dan sesudah diberikan edukasi gizi
dengan menggunakan media flip chart pada remaja wasting di SMP Negeri 2
Kota Solok.
gizi dengan menggunakan media flip chart pada remaja wasting di SMP Negeri
2 Kota Solok.
gizi dengan menggunakan media flip chart pada remaja wasting di SMP Negeri
2 Kota Solok.
D. Manfaat Penelitian
Sebagai bahan referensi dan sumber informasi ilmiah untuk penelitian berikutnya
2. Bagi Sekolah
pemenuhan gizi.
3. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengetahuan
Pengetahuan secara umum adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indera yang dimiliki dan dipengaruhi oleh perhatian dan perseprsi terhadap objek.
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui indera pengelihatan dan pendengaran. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk sikap dan
tindakan atau perilaku seseorang. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung
dua aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan
sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui maka akan
menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu. Begitu juga sebaliknya. Pengetahuan
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk mejelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui serta dapat menginterpretasikan materi yang telah diberikan secara benar.
Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi memiliki arti sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi hukum-
4) Analisis (Analysis)
dalam suatu objek yang diketahui. Jika seseorang sudah dapat membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram terhadap suatu materi makan orang tersebut telah
5) Sintesis (Synthesis)
dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
Sintesis dapat dikatakan kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari
Evaluasi memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap objek tertentu. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang
b) Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan yang meliputi : zat gizi,
sumber zat gizi, makanan yang aman untuk dikonsumsi, dan cara pengolahan makanan
yang baik.
seseorang dalam pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi baik dari segi kualitas,
variasi, maupun cara penyajian pangan yang diselaraskan dengan konsep pangan.
Misalnya, konsep pangan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, apakah makan asal
konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk
fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status
gizi seseorang. Status gizi baik atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat
gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang tejadi apabila tubuh mengalami kekurangan
satu atau lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh
memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan sehingga menimbulkan efek yang
membahayakan.
Pengetahuan yang kurang serta penerapan konsep pengetahuan yang salah mengenai
kebutuhan gizi seseorang dan nilai pangan dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
Pengetahuan gizi individu dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan informal.
pendidikan informal tidak terorganisasi secara struktural dan tidak mengenal tingkatan
kronologi menurut usia, keterampilan, dan pengetahuan, tetapi terselenggara setiap saat di
lingkungan sekitar manusia. Pendidikan dan pengetahuan gizi menjadi landasan yang
menentukan konsumsi pangan seseorang. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka
orang tersebut akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan yang
dikonsumsinya. Orang yang semakin baik pengetahuan gizinya akan lebih banyak
kusioner dengan menanyakan tentang materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui dapat diukur dengan tingkat-
Menurut Food Standard Agency (FSA), pemilihan makan (food choice) didefinisikan
sebagai proses dalam memilih makanan untuk dikonsumsi yang merupakan faktor dari
pengaruh persaingan, penguatan, dan interaksi berbagai faktor. Kemampuan dan kekuatan
Pengendalian dalam pemilihan makan disini dapat diartikan kemampuan seseorang dalam
memilih makanan dari aspek apapun baik berupa makanan yang sesuai selera maupun
makan yang sesuai dengan syarat kesehatan sehingga mengarah kepada pemilihan
makanan yang baik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan makan
untuk memiliki kemampuan melakukan pemilihan makan yang baik maupun yang kurang
baik. Pengetahuan seseorang yang tinggi mengenai makanan akan selalu memperhatikan
kandungan gizi, komposisi, tanggal kadaluarsa, bahan tambahan pangan, serta penggunaan
individu maupun keluarga. Secara garis besar, terdapat 3 determinan faktor yang
a. Pengetahuan
mengkonsumsi makanan. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin
Pengetahuan yang cukup diharapkan dapat mengubah perilaku remaja, sehingga dapat
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi gaya hidup
seseorang dalam menentukan makanan yang dikonsumsinya. Gaya hidup ini akan
c. Umur
d. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi pemilihan makan.
Umumnya perempuan lebih banyak memiliki pengetahuan tentang makanan dan gizi, serta
menunjukkan perhatian yang lebih besar terhadap keamanan makanan, kesehatan, dan
pembentukan tubuh.
e. Pendapatan
Pendapatan didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima seseorang selama
jangka waktu tertentu. Pendapatan remaja bisa berasal dari uang saku yang diberikan oleh
orang tua dan beasiswa. Uang saku sangat menentukan pemilihan makan dan konsumsi
makan remaja. Biasanya seseorang akan memilih makanan yang sesuai dengan uang saku
mereka.
f. Keterampilan Memasak
Keterampilan memasak adalah suatu jenis keterampilan dalam bidang tata boga,
dimana terdapat kegiatan dari mempersiapkan bahan, peralatan yang digunakan, proses
Makanan yang disiapkan di rumah cenderung lebih bergizi daripada yang berada di
luar rumah. Kemampuan persiapan makanan dan keterampilan memasak memiliki potensi
g. Status Gizi
Status gizi merupakan bagian yang penting dari status kesehatan seseorang. Status gizi
digunakan untuk mengevaluasi keseimbangan antara asupan makan dengan energi yang
mempengaruhi pemilihan makan, misalnya orang yang memiliki status gizi wasting atau
kurus akan lebih berusaha menurunkan berat badannya dengan cara memilih makanan yang
Sebagian orang mungkin lebih memilih makanan berdasarkan respon yang kuat
terhadap stimulus eksternal seperti pengelihatan atau cita rasa daripada sinyal internal yang
berupa rasa lapar. Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah alasan utama bagi seseorang
untuk suka atau tidak suka pada makanan. Rasa, warna, tekstur, dan bentuk makanan dapat
pertama pada indera pengelihatan, sehingga warna makanan memegang peran utama dalam
pemilihan makanan. Bila warna makanan tidak menarik, dapat mengurangi selera orang
Organoleptik makanan adalah penilaian indera untuk menguji suatu kualitas bahan
pangan dengan cara merasa, meraba, dan melihat untuk menentukan kualitas makanan.
3) Faktor karakteristik lingkungan meliputi :
kebiasaan makan dan pemilihan makan seseorang. Perbedaan kebiasaan makanan juga
sering ditemui dalam keluarga yang mendahulukan atau mengistimewakan orang tua,
sehingga anak-anak dan perempuan biasanya mendapat prioritas terakhir dalam hal
makanannya. Hal tersebut dapat mempengaruhi status gizi anak dan perempuan di keluarga
tersebut.
b) Pekerjaan
menghasilkan pendapatan yang banyak, maka pemilihan makan orang tersebut tentu akan
c) Mobilitas
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. Mobilitas
semakin tinggi.
Hal ini berhubungan dengan lokasi geografis yang berkontribusi terhadap ketersediaan
kualitatif tentang pola kebiasaan konsumsi dan pemilihan makan remaja. Secara umum,
metode FFQ tidak dapat menghasilkan data kuantitas asupan gizi. Perhitungan penilaian
pemilihan makan pada remaja wasting yaitu dikategorikan menjadi kurang sekali (jawaban
benar < 40%), kurang (jawaban benar 40-55%), cukup (jawaban benar 56-75%), dan baik
3. Remaja
a) Definisi Remaja
masa dewasa. Pada periode ini terjadi berbagai perubahan baik perubahan
hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan terjadi dengan sangat cepat
dan terkadang tidak kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah
dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Masa ini merupakan salah satu fase
transisi yang sangat penting dalam kehidupan. Hal ini ditunjukkan dengan
sosial ekonomi yang penuh menjadi lebih mandiri. Periode remaja dimulai sejak
Masa remaja dibagi menjad tiga tahap, yaitu remaja awal, remaja tengah,
1) Remaja Awal
Tahap ini terjadi pada umur 13-15 tahun. Seorang remaja pada tahap ini
mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan cepat. Pikiran difokuskan pada
keberadaannya dan pada kelompok sebaya. Minat mereka pada dunia luar juga
sangat besar dan pada tahap ini remaja tidak mau dianggap sebagai anak-anak lagi.
Mereka tidak takut menentang orang tua ataupun guru. Mereka memerlukan orang-
orang yang dapat mengarahkan mereka pada pematangan diri yang utuh.
a. Timbulnya persepsi terhadap bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan citra tubuh
b. Pengaruh orang tua semakin berkurang dan digantikan oleh teman sebaya yang
membeli makanan.
2) Remaja Tengah
Tahap ini terjadi pada umur 15-17 tahun. Kepribadian remaja pada tahap ini
dapat dikatakan masih kekanak-kanakan, tetapi sudah mulai timbul kesadaran akan
kepribadiannya dan mulai bisa menemukan diri sendiri atau jati dirinya. Tahap ini
remaja sangat membutuhkan dukungan dari teman sebaya. Mereka akan merasa
tengah, yaitu :
keegoisan.
3) Remaja Akhir
Tahap ini terjadi pada remaja umur 18-21 tahun. Pada tahap ini terjadi
pertumbuhan fisik dan aspek psikis yang mulai tumbuh dengan sempurna, begitu
Kebutuhan gizi remaja relatif lebih besar daripada kelompok usia lainnya. Hal ini
dikarenakan pada usia remaja akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat (growth
spurt). Selain itu, remaja lebih banyak melakukan aktivitas bila dibandingkan dengan
usia lainnya. Atas pertimbangan berbagai faktor tersebut kebutuhan kalori, protein dan
mikronutrien pada kelompok ini perlu diutamakan. Bagi remaja, makanan merupakan
suatu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi guna menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tubuhnya. Kekurangan asupan zat gizi bagi remaja baik secara kualitatif
(AKG). AKG berguna sebagai penilaian rujukan (reference values) yang digunakan
untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi bagi orang sehat,
untuk menghindari terjadinya defisiensi zat gizi ataupun kelebihan asupan zat gizi.
Kebutuhan gizi setiap orang tentunya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,
hal ini tergantung dari umur, jenis kelamin, berat badan, aktivitas fisik, kondisi
fisiologis tubuh (misal hamil dan menyusui) atau dalam keadaan sakit. Kebutuhan
a. Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
Energi memiliki fungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme tubuh, pertumbuhan,
pengatur suhu tubuh, dan untuk kegiatan fisik lainnya. Kebutuhan energi pada remaja
lebih besar daripada orang dewasa, dikarenakan energi tersebut digunakan untuk
Kebutuhan energi pada remaja ditentukan oleh tingkat kematangan fisik dan
aktivitasnya. Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan energi untuk laki-laki
dan peremuan karena adanya perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.
Berdasarkan AKG kecukupan energi remaja laki-laki umur 13-18 tahun sekitar 2475-
2675 kkal, sedangkan kecukupan energi untuk remaja perempuan umur 13-18 tahun
b. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro yang memegang peranan penting
dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia untuk memenuhi
beras, jagung, ubi, singkong, dan sagu. WHO menganjurkan rata-rata konsumsi
karbohidrat adalah 55%-75% total energi perhari yang berasal dari karbohidrat
kompleks dan paling banyak hanya 10% yang berasal dari gula sederhana. Fungsi dari
karbohidrat adalah menyediakan sumber energi bagi tubuh, memberi rasa manis pada
lemak, dan membantu dalam hal pengeluaran feses. Berdasarkan AKG tahun 2013
kecukupan karbohidrat remaja laki-lai umur 13-18 tahun sekitar 340-368 gram,
sedangkan kecukupan protein untuk remaja perempuan umur 13-18 tahun adalah 292
gram.
c. Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani, yaitu proteos yang berarti utama atau yang
didahulukan. Protein merupakan bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar dari tubuh setelah air. Protein terdiri dari asam- asam amino, salah satunya
asam amino esensial. Asam amino esensial ini sangat dibutuhkan oleh tubuh. Protein
dibagi menjadi dua jenis, yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein hewani
memiliki nilai biologis yang lebih tinggi daripada protein nabati, karena komposisi
asam amino esensial yang lebih baik dari segi kualitas dan kuantitas. Protein memiliki
fungsi sebagai kekebalan tubuh, pengganti jaringan yang rusak, dan untuk
pertumbuhan.
Selama masa remaja kebutuhan protein meningkat. Peningkatan ini terjadi karena
pada masa remaja proses tumbuh kembang berlangsung dengan sangat cepat. Protein
mensuplai sekitar 12-14% asupan energi selama masa remaja. Apabila asupan energi
terbatas, maka asupan protein akan digunakan sebagai energi. WHO menganjurkan
rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10%-15% berasal dari protein.
Berdasarkan AKG, kecukupan protein remaja laki-laki umur 13-18 tahun sekitar 66-
72 gram, sedangkan kecukupan protein untuk remaja perempuan umur 13-18 tahun
d. Lemak
Lemak merupakan sumber asam lemak esensial yang juga diperlukan untuk
pertumbuhan, sebagai salah satu sumber energi yang tinggi dan sebagai pengangkut
vitamin yang larut dalam lemak. Lemak banyak terdapat di dalam bahan makanan yang
bersumber dari hewani, misalnya daging berlemak, jeroan, keju, susu, dan sebagainya.
Lemak dibutuhkan manusia dalam jumlah yang terbatas. Kelebihan asupan lemak akan
disimpan sebagai lemak tubuh yang sewaktu-waktu dapat digunakan. Lemak memiliki
fungsi sebagai sumber energi, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut
lemak, memberi rasa kenyang, dan sebagai pelumas. Asupan lemak yang kurang dari
dan terjadinya gangguan dalam proses penganggkutan vitamin atau zat gizi lainnya
yang larut lemak. Sebaliknya, jika asupan lemak berlebihan dapat berisiko terjadinya
overweight, obesitas, dan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskuler. WHO
menganjurkan konsumsi lemak pada remaja sekitar 15%-30% dari kebutuhan energi
total. Berdarkan AKG, kecukupan lemak pada remaja laki-laki umur 13-18 tahun
sekitar 83-89 gram, sedangkan kecukupan lemak untuk remaja perempuan umur 13-18
5. Wasting
a) Definisi Wasting
kekurangan gizi akut dimana BB (berat badan) tidak sesuai dengan TB (tinggi
badan). Remaja kurus merupakan masalah gizi yang sifatnya akut, sebagai akibat
dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asupan
karena adanya interaksi antara gaya hidup, lingkungan, dan genetik. Wasting yang
muncul pada usia anak-anak dan remaja cenderung berlanjut hingga usia dewasa
yang disebabkan oleh berbagai perilaku modern. Perilaku yang dimaksud adalah
kebiasaan pola makan rendah kalori, rendah lemak, dan rendah serat.
yang disebabkan karena adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, seperti asupan makan, aktivitas fisik, gaya hidup, sosial ekonomi, dan
1) Faktor Genetik
seseorang. Hal itu terjadi karena beberapa faktor seperti nafsu makan,
preferensi rasa, asupan energi, pengeluaran energi, efek termal dari makanan,
frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan, dan pemilihan makan. Perilaku
terjadinya wasting atau gizi kurang pada remaja. Beberapa ciri khas
mereka tidak sempat untuk makan. Remaja yang melewatkan waktu makan
untuk berkumpul dan bersantai dengan teman. Selain itu, harga makan yang
disajikan terjangkau dengan uang saku mereka, pelayanan cepat, dan jenis
Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika makan diluar
kurangnya konsumsi makanan sehat pada remaja. Hal ini berdampak pada
rendahnya asupan protein pada remaja. Kehadiran protein dalam pola konsumsi
protein pada remaja adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per
hari untuk laki-laki. Apabila asupan protein rendah, maka dapat menyebabkan
secara komersial dalam bentuk kaleng atau botol. Minuman bersoda merupakan
salah satu minuman yang paling sering diminum oleh remaja. Semakin sering
Perilaku makan remaja yang salah dapat ditumbulkan akibat adanya faktor
a. Faktor Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terutama pada berat badan, dapat
mulai berpikir dan lebih sensitif terhadap perubahan ukuran, bentuk, dan
penampilan tubuhnya.
b. Faktor Psikologi
sehingga remaja sering merasa kurang mampu, kurang puas, kurang berharga,
kurang berdaya dan merasa rendah diri. Wasting juga sangat berpengaruh
lebih sensitif dalam berinteraksi dengan sosial, sehingga mereka sering menarik
diri dari pergaulan dan aktivitas. Pada remaja yang sangat mementingkan
penampilan, wasting dianggap sebagai suatu penyimpangan dari tipe tubuh
a. Budaya
karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak beralih menjadi makanan yang
tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi kolesterol, tinggi garam, dan rendah serat. Hal
ini tercermin dari pola makan remaja yang lebih memilih untuk mengkonsumsi
penghasilan lebih tinggi mampu membeli bahan pangan dengan kualitas yang
baik dan jumlah yang cukup bila dibandingkan dengan keluarga yang memiliki
pendapatan rendah.
karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anaknya, baik dari
kebutuhna primer hingga kebutuhan sekunder. Namun, tingginya pendapatan
tetapi pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih
Saat memasuki usia remaja, pengaruh keluarga menurun dan teman sebaya
menjadi orang yang sangat memberikan pengaruh bagi remaja terutama dalam
kesenangan.
tidak baik. Keluarga dan teman sebaya merupakan faktor utama dalam
indeks massa tubuh (IMT). Perhitungan IMT dilakukan dengan mengukur berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB) terlebih dahulu. Setelah itu, perhitungan IMT
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝐵 (𝑚)2
Keterangan :
Status gizi anak umur 5-18 tahun dikelompokkan menjadi tiga kelompok
umur yaitu 5-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Indikator status gizi yang
antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan dalam
Antropometri Anak, untuk anak umur 5-19 tahun dihitung nilai z-score IMT/U.
Selanjutnya berdasarkan nilai z-score ini status gizi anak dikategorikan sebagai
berikut :
d) Dampak Wasting
Wasting pada usia anak-anak dan remaja harus segera diatasi sejak dini.
daya ekspolasi terhadap lingkungan, kurang bergaul, kurang perasaan gembira dan
cenderung menjadi apatis. Dampak jangka panjang juga akan dialami oleh remaja
Hastuti, 2017). Remaja dengan wasting akan sering merasa kurang percaya diri
mengenai penampilan atau bentuk tubuhnya. Hal inilah yang menyebabkan remaja
tersebut memisahkan diri dari teman bermain, sering tidak diikutkan dalam
permainan, menjadi bahan ejekan dari teman-temannya, dan membatasi diri dengan
lingkungan sosial.
6. Edukasi Gizi
belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu (Suliha, 2002).
sumber pangan,
3) Timbulnya kebiasaan makan yang baik dan adanya motivasi untuk mengetahui
lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan gizi (Suhardjo, 2003).
1) Metode Edukasi
Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihan
seorang agen edukasi terhadap suatu metode atau teknik edukasi sangat
diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar
Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun
dalam perilaku. Adapun yang termasuk dalam metode ini antara lain rapat
sebagainya.
2) Media Edukasi
Mubarak, media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
fungsinya sebagai penyaluran pesan- pesan kesehatan (media), media ini dibagi
1. Media Cetak
(a) Booklet
Merupakan suatu media untuk menyampaikan pesan- pesan
(b) Leaflet
(e) Rubrik
dengan kesehatan
(f) Poster
flipchart akan mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai dengan yang
diharapkan, karena media tersebut tidak hanya bisa di dengar oleh remaja, tetapi
lembaran kertas yang berisi tulisan, jika isi materi yang disampaikan penyuluh
meningkatkan pengetahuan.
2. Media Elektronik
(a) Televisi
(c) Video
video
(d) Slide
kesehatan.
Faktor Tidak
Faktor Langsung
Langsung
Edukasi Gizi
RI,2018).
C. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Remaja
Edukasi Gizi
Menggunakan Media Flip
Chart
Pola Makan
2. Adanya efektifitas pemberian edukasi gizi terhadap perubahan pola makan pada remaja
E. Defenisi Operasional
Ukur Ukur
merupakan
pendekatan
edukatif untuk
menghasilkan
perilaku
individu/masyara
kat dalam
peningkatan atau
dalam
mempertahankan
responden <60%
makanan. >60%
ditunjukan Food
memilih
makanan yang
dikonsumsinya
berdasarkan rasa,
warna, aroma,
kandungan gizi
makanan, bahan
tambahan
makanan,
pengemasan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah pre-test and post-test non control designe dengan jenis
penelitian Pre eksperimen. Penelitian ini memberikan perlakuan dengan edukasi gizi
Secara sistematis, desain penelitian selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut :
O1 X1 O2
Keterangan :
O1: Pre-test pada kelompok eksperimen (pengetahuan dan pola makan sebelum diberi
O2: Post-test pada kelompok eksperimen (pengetahuan dan pola makan sesudah diberi
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kota Solok pada
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP Negeri 2
Kota Solok yang menderita wasting. Untuk menghitung besar sampel minimun
Keterangan :
N = Besar sampel
Dari perhitungan dengan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel minimal siswa
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-
berikut:
1. Kriteria Inklusi :
b. Kelompok remaja wasting, yaitu remaja yang memiliki IMT/U dengan z-score
-3,0 SD sampai dengan < -2,0 SD menurut tabel z-score IMT/U untuk anak usia
5-19 tahun.
2. Kriteria Eksklusi :
D. Instrumen Penelitian
1. Flip Chart
3. Timbangan digital
Digunakan untuk mengukur berat badan siswa dengan ketelitian 0,1 kg.
Digunakan untuk mengukur tinggi badan siswa dengan ketelitian 0,1 cm.
5. Kuesioner Pengetahuan
wasting, peneliti menggunakan kuesioner dengan skala Guttman, yaitu skala yang
bersifat tegas dan konsisten dengan jawaban dari pertanyaan tertutup, seperti ya atau
tidak, positif atau negatif, setuju atau tidak setuju (Hidayat, 2011). Kuesioner tingkat
pertanyaan yang terdiri dari 2 tipe, yaitu favourable dan unfavourable dengan pilihan
jawaban benar (B) atau salah (S) yang diadopsi dari penelitian (Rery, 2017).
Digunakan untuk mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang di konsumsi pada
periode 24 jam yang lalu oleh remaja wasting. Instrumen Prinsip dari metode food
recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Untuk survei konsumsi gizi individu lebih
disarankan menggunakan recall 24 jam konsumsi gizi dikarenakan dari sisi kepraktisan
dan kevalidan data masih dapat diperoleh dengan baik selama yang melakukan terlatih.
Metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah, dan tidak memerlukan
peralatan yang mahal dan rumit. Ketepatan menyampaikan ukuran rumah tangga
(URT) dari pangan yang telah dikonsumsi oleh responden, serta ketepatan
pagi ketika bangun tidur sampai tidur kembali pada malam hari, sehari sebelum
wawancara. Hasil dari wawancara dengan food recall ini dianalisa asupan zat gizi
1. Analisis Univariat
Analisa univariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
2019). Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui skor pengetahuan tiap responden
2. Analisis Bivariat
pengetahuan dan pola makan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan edukasi gizi
dengan menggunakan media flip chart. Sebelum analisa bivariat dilakukan terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas dengan saphiro wilk, dari hasil uji normalitas data
didapatkan hasil bahwa dari semua variable, variable pengetahuan tidak terdistribusi
normal, maka untuk melihat efektifitas edukasi gizi terhadap pengetahuan dilakukan
dengan uji wiloxon dan untuk melihat efektifitas edukasi gizi terhadap pola makan
1. Tahap Persiapan
Uji validitas adalah suatu tingkat pengukuran yang dapat menunjukkan suatu
dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Uji
reliabilitas adalah kesamaan suatu hasil pengukuran atau pengamatan yang dapat
diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Ovan and Saputra,
2020).
instrumen dapat dinyatakan reliabel atau dapat diandalkan apabila nilai r-reliabilitas
instrumen (r-hitung) >0,65 Pada penelitian tersebut menghasilkan nilai r hitung> r tabel
dan nilai alpha cronbach yang diperoleh sebesar 0,842 (Rery et al.,2017), sehingga
kuisioner tingkat pengetahuan remaja wasting yang dilakukan pada penelitian ini dapat
2. Tahap Pelaksanaan
penelitian dengan menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian, serta akan
tentang wasting dan pola makan. Dan melakukan recall 24 jam untuk
f. Edukasi gizi dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan dengan jarak waktu antara
media flip chart sebagai alat bantu dalam menjelaskan materi tentang wasting
diberikan edukasi gizi terkait wasting, dan melakukan wawancara terkait hasil
recall 24 jam setelah dilakukan edukasi gizi untuk mengetahui perubahan pola
G. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah Pemberian edukasi gizi dengan media flip chart