DOSEN PENGAMPU:
Nur Asiah, SKM. M.Kes
KATA PENGANTAR
Alhamdullillah, Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT
karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan
makalah tugas Ekologi Pangan dan Gizi dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat dan salam kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang
terang benderang seperti ini. Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan dosen pada mata
Dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kategori sempurna, oleh karena itu
dengan hati dan tangan terbuka saya mengharapkan saran dan kritik yang
dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik, maka pada kesempatan ini
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1.1. Latar Belakang....................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
2.1. Konsep Dasar Ekonomi dan Gizi.......................................................
2.2. Konsep Dasar Permintaan, Penawaran dan Harga.........................
2.3. Teori Food Demand Analysis.............................................................
2.4. Hukum Engel Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).................................
2.4.1. Pengertian Hukum Engel...................................................................
2.4.2. Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)......................................
2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadarzi..................................
2.4.4. Hubungan Antara Income Keluarga Dengan Kadarzi....................
BAB III PENUTUP.......................................................................................
KESIMPULAN..............................................................................................
SARAN...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Status gizi di masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor utama yang
memengaruhi status gizi adalah kondisi sosial ekonomi. Ketika kondisi sosial ekonomi baik,
diharapkan status gizi juga menjadi lebih baik. Kesehatan gizi anak balita seringkali terkait
erat dengan kondisi sosial ekonomi keluarga, seperti tingkat pendidikan dan pekerjaan orang
tua, jumlah anak dalam keluarga, pengetahuan dan cara pengasuhan ibu, serta keadaan
ekonomi keluarga secara keseluruhan (Supariasa, 2002).
Masalah gizi kurang merupakan salah satu permasalahan gizi di Indonesia yang disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti kurangnya asupan makanan yang bergizi, faktor lingkungan,
tingkat pendidikan, kondisi sosial ekonomi, dan adanya faktor infeksi. Tingkat prevalensi gizi
kurang masih tinggi, seperti yang dilaporkan pada tahun 2013 dengan angka mencapai 19,6%
secara nasional. Hal ini menunjukkan bahwa target pemerintah untuk menurunkan prevalensi
gizi kurang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) di bidang
kesehatan tahun 2010-2014 belum tercapai, dimana salah satu tujuan pembangunan adalah
menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi maksimal 15% (Riskesdas, 2013).
Status gizi balita menjadi salah satu penunjuk kondisi gizi masyarakat dan bahkan telah
dijadikan salah satu petunjuk untuk mengukur kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal
ini disebabkan oleh tingkat kerentanan yang tinggi pada bayi dan balita terhadap berbagai
penyakit. Pada masa balita, terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang cepat,
sehingga asupan gizi yang baik dan seimbang sangat diperlukan untuk mendukung aktivitas
yang tinggi pada fase ini. Jika kebutuhan gizi balita tidak terpenuhi, maka pertumbuhan dan
perkembangan optimal tidak akan tercapai, yang dapat mengakibatkan masalah kekurangan
gizi dan berpotensi menurunkan tingkat kesehatan (Depkes RI, 2002).
Kasus gizi kurang perlu diperhatikan secara khusus karena dapat menghambat perkembangan
fisik dan mental anak. Kondisi gizi kurang ini terkait dengan peningkatan risiko penyakit dan
kematian, serta menghambat pertumbuhan serta perkembangan motorik dan mental. Balita
yang mengalami kekurangan gizi memiliki risiko terhadap penurunan kemampuan
intelektual, produktivitas, dan peningkatan risiko terkena penyakit degeneratif di masa depan.
Hal ini disebabkan oleh rentannya anak balita yang mengalami kekurangan gizi terhadap
penyakit infeksi, begitu pula sebaliknya, anak yang mengalami infeksi lebih rentan terhadap
kekurangan gizi (BPPK, 2010).
Status gizi yang dipengaruhi oleh asupan zat gizi secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah karakteristik keluarga. Karakteristik keluarga,
khususnya ibu, memiliki hubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai
figur yang dekat dengan anak dalam lingkungan pengasuhan, ibu berperan penting dalam
proses tumbuh kembang anak melalui pemberian zat gizi dari makanan. Karakteristik ibu
seperti usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan jumlah anak yang telah lahir (paritas)
juga memengaruhi kondisi gizi anak (Depkes, 2000).
Usia yang dianggap ideal bagi seorang ibu untuk hamil adalah antara 20 hingga 35 tahun. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pada usia di bawah 20 tahun, kondisi fisik ibu masih
dalam masa pertumbuhan, sehingga asupan makanan lebih banyak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan tubuh ibu sendiri. Selain itu, secara fisik, organ reproduksi pada ibu
yang berusia di bawah 20 tahun juga belum sempurna terbentuk. Umumnya, rahim masih
kecil dan tulang panggul belum mencapai ukuran yang cukup besar, yang dapat
mengakibatkan gangguan atau hambatan dalam pertumbuhan janin. Di sisi lain, pada usia di
atas 35 tahun, kondisi kesehatan ibu sudah mulai menurun dan lebih rentan terhadap berbagai
penyakit. Hal ini dapat berdampak pada peredaran darah ke plasenta yang dapat mengganggu
pertumbuhan janin. Selain itu, pada usia tersebut, keadaan emosional ibu juga dapat menjadi
lebih tidak stabil secara psikologis (Unicef, 2002).
Pendidikan ibu memiliki peran utama dalam mendukung kestabilan ekonomi keluarga, juga
berperan dalam menyusun menu makanan keluarga, serta dalam pengasuhan dan perawatan
anak. Keluarga yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi cenderung lebih mudah
menerima informasi terkait kesehatan, khususnya dalam bidang gizi, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuannya dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
(Depkes RI, 2005).
Pengetahuan tentang gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tingkat pendidikan yang
telah ditempuh, lingkungan sosial, dan seberapa sering kontak dengan media massa.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau ketidakmauan untuk mengaplikasikan informasi
gizi dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi penyebab dari masalah gangguan gizi
(Suharjo, 2003).
Saat ini, semakin banyak wanita yang terlibat dalam kegiatan ekonomi sebagai tenaga kerja
aktif, dan hal ini terjadi di berbagai sektor pekerjaan seperti pertanian, industri, jasa, dan
sebagainya. Salah satu dampak negatif yang menjadi perhatian akibat keterlibatan ibu-ibu
dalam kegiatan di luar rumah adalah potensi keterlantaran anak, terutama anak balita.
Padahal, kesehatan masa depan anak sangat dipengaruhi oleh pengasuhan dan status gizi
sejak usia dini. Masa dari bayi hingga usia 5 tahun dianggap sebagai periode penting karena
pada saat itu anak belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan masih bergantung
pada pengasuhnya (Karyadi, 2006).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Dasar Ekonomi dan Gizi
Istilah ekonomi berasal dari Bahasa Yunani “Oikonomia” yang berarti “oikos” atau
rumah tangga/keluarga dan “nomos” atau aturan/hukum, yang secara harfiah bermakna
cara-cara mengatur kebutuhan rumah tangga.
Ilmu ekonomi mencakup kegiatan-kegiatan produksi, distribusi dan perdagangan, serta
konsumsi barang dan jasa.
Menurut Marshall, ekonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai pemuasan
kebutuhan manusia/individu yang bersifat tidak terbatas melalui pemanfaatan
sumberdaya yang terbatas.
Sumberdaya sebagai alat pemenuh kebutuhan manusia kadangkala bersifat terbatas,
cepat habis, lama diolah, lama tersedia, ataupun mudah rusak, sehingga menimbulkan
kondisi kelangkaan. Semakin langka suatu sumberdaya, produk atau jasa maka
semakin mahal harganya.
Ilmu Ekonomi adalah ilmu mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam
menentukan pilihan untuk menggunakan sumberdaya yang langka dengan
seminimal mungkin biaya (uang) yang dikeluarkan dalam memenuhi kebutuhan
dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam mempelajari ilmu ekonomi pangan
1.Aktivitas Produksi
2.Aktivitas distribusi
3.Aktivitas Konsumsi
4. Aktivitas menabung dan investasi
5.Aspek ketersediaan
6.Aspek kelangkaan dan persaiangan
7.Aspek pilihan dan selera
8.Aspek kebijakan terkait pangan dan gizi.
PANGAN adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah,
yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnnya yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Pangan lokal adalah pangan yang diproduksi bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan dan
budaya lokal.
Komoditas pangan harus mengandung zat gizi yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan
manusia.
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ikatan kimia
yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh.
Model permintaan dan penawaran menjelaskan bagaimana harga beragamsebagai hasil dari
keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga(penawaran) dengan kebijakan distribusi
dan keinginan dari mereka dengankekuatan pembelian pada tiap harga (permintaan) (Adriani dan
Wirjatmadi,2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan dan penawaranadalah
sebagai berikut (anonym, 2001):
3. Pendapatan/penghasilan konsumen
a. Umur ibu
Usia memiliki dampak pada perkembangan kemampuan seseorang, karena kemampuan
tersebut sering kali dikembangkan melalui pengalaman sehari-hari, terlepas dari faktor
pendidikan formal yang diterimanya (Sedioetama, 2008).
Orang tua khususnya ibu yang masih relatif muda, cenderung lebih memprioritaskan
kepentingan pribadi mereka. Sebagian besar ibu yang masih muda memiliki pengetahuan
yang terbatas tentang gizi dan pengalaman yang terbatas dalam mengasuh anak (Budiyanto,
2015).
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan dalam memilih makanan pada ibu rumah tangga yang
masih muda kemungkinan akan berbeda dengan ibu rumah tangga yang lebih tua, dan pola
pembelian makanan cenderung lebih dipengaruhi oleh usia mereka. Usia ibu memengaruhi
pola konsumsi makanan di rumah serta pengeluaran untuk makanan tersebut (Hardinsyah &
Martianto, 2014).
Perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh usia mereka seiring dengan pertumbuhan fisik dan
mental, yang menyebabkan perilaku tersebut menjadi lebih matang seiring bertambahnya usia
(Gunarsa, 2000).
b. Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan yang diperoleh secara formal seringkali mencerminkan kemampuan
seseorang dalam memahami berbagai aspek pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang gizi
(Hardinsyah & Martianto, 2014).
Orang tua dengan latar belakang pendidikan yang tinggi cenderung memiliki pemahaman
yang lebih baik tentang cara memilih dan mengolah makanan yang sehat dan bergizi,
terutama dalam konteks memberikan asupan makanan yang tepat bagi keluarga, khususnya
anak-anak mereka (Soetjiningsih, 2004).
Menurut Madihah (2002), menyatakan bahwa makanan merupakan hasil dari keputusan yang
diambil oleh ibu yang mengendalikannya. Oleh karena itu, tingkat pendidikan ibu memiliki
peran yang penting dalam menetapkan pola makan keluarga, termasuk dalam perencanaan
belanja, pemilihan bahan makanan, serta dalam proses pengolahan dan penyajian makanan
untuk anggota keluarga.
Ningsih (2014), menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal orang tua, terutama ibu, sering
kali berkaitan dengan peningkatan pola konsumsi makanan di keluarga. Semakin tinggi
pendidikan ibu, maka akan terjadi perbaikan dalam kebiasaan makan, serta peningkatan
perhatian terhadap kesehatan dan makanan bergizi di keluarga tersebut.
Menurut Gabriel (2015), ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi biasanya
memilih makanan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik daripada ibu yang memiliki
tingkat pendidikan yang rendah.
c. Pekerjaan Ibu
Menurut Sediaoetama (2008), pekerjaan adalah sumber mata pencaharian yang menjadi fokus
utama kehidupan seseorang, merupakan aktivitas untuk memperoleh penghasilan. Waktu
kerja yang umumnya berlangsung selama 6-8 jam sehari (dengan sisa waktu 16-18 jam)
digunakan untuk kegiatan keluarga, interaksi sosial, istirahat, tidur, dan lain sebagainya.
Peningkatan posisi perempuan dan kesempatan yang sama dalam hal pendidikan, pelatihan,
dan karier akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan sosial
ekonomi keluarganya.
Walaupun demikian, tanggung jawab utama atas perawatan dan perlindungan anak, mulai
dari bayi hingga dewasa, terletak pada keluarga, khususnya ibu (Soetjiningsih, 2004).
Menurut Gabriel (2015), ibu yang tidak bekerja di luar rumah akan memiliki lebih banyak
waktu untuk mengasuh dan merawat anak-anaknya. Sebaliknya, ibu yang bekerja mungkin
tidak dapat memberikan perhatian yang sama kepada anak-anaknya, terutama anak balita,
karena keterbatasan waktu yang tersedia untuk merawat mereka (Sediaoetama, 2008).
Orang yang memiliki jadwal kerja yang padat kemungkinan besar akan kesulitan hadir dalam
kegiatan penimbangan balita di posyandu. Hal ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan
oleh Gabriel (2015), yang menyatakan bahwa pekerjaan ibu merupakan salah satu faktor
penghambat dalam pemanfaatan penimbangan balita di posyandu. Umumnya, orang tua tidak
memiliki waktu senggang yang cukup, sehingga semakin sibuknya jadwal kerja, semakin
sulit bagi mereka untuk menghadiri posyandu.
Menurut Hardinsyah dan Martianto (2014), peran wanita dalam upaya meningkatkan status
gizi bayi dan anak di keluarga, khususnya melalui usaha perbaikan gizi, sangatlah penting
karena wanita berperan sebagai pengasuh anak dan pengatur konsumsi pangan bagi anggota
keluarga. Keterlibatan ibu dalam aktivitas ekonomi atau pekerjaan sering dibatasi oleh
keterbatasan waktu yang mereka miliki untuk mengelola pangan bagi keluarga.
e. Keluarga Besar
Menurut Suhardjo (2013), keluarga yang memiliki banyak anggota cenderung mengalami
kesulitan dalam membagi makanan yang terbatas, sehingga pola konsumsi makanan dapat
menjadi tidak sesuai dengan kebutuhan setiap anggota keluarga secara proporsional.
Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2011) menemukan adanya korelasi yang signifikan
antara ukuran keluarga yang besar dengan perilaku kesadaran gizi dalam keluarga.
Keluarga yang memiliki banyak anak dengan jarak kelahiran yang rapat seringkali
menghadapi sejumlah masalah. Jika pendapatan keluarga terbatas sementara jumlah anak
banyak, maka pemerataan dan kecukupan makanan dalam keluarga mungkin sulit dijamin.
Keluarga semacam ini dapat dikategorikan sebagai keluarga yang rawan, karena kebutuhan
gizinya seringkali tidak terpenuhi dengan baik. Temuan dari penelitian Madihah (2012)
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara ukuran keluarga yang besar dengan
kesadaran gizi dalam keluarga.
Semakin banyak anggota dalam keluarga besar, maka kebutuhan pangan keluarga tersebut
akan meningkat. Selain itu, ukuran keluarga juga akan mempengaruhi jumlah dan jenis
makanan yang tersedia di dalam keluarga. Dalam konteks ekonomi yang sama, keluarga yang
memiliki jumlah anggota yang lebih sedikit akan lebih mudah memenuhi kebutuhan pangan
mereka. Keluarga besar yang tidak dapat membagi makanan secara merata akan
mengakibatkan anak-anak dalam keluarga tersebut mengalami kekurangan gizi, terutama
pada keluarga dengan jumlah anggota yang banyak, sekitar 7-8 orang (Suhardjo, 2013).
g. Sikap Ibu
Sikap ibu terhadap kesehatan merupakan faktor yang memengaruhi perilaku gizi di tingkat
keluarga. Sikap terhadap kesehatan adalah pandangan atau evaluasi seseorang terhadap isu-
isu yang berkaitan dengan gizi sebagai upaya untuk menjaga kesehatannya (Sedioetama,
2008). Menurut Depkes RI (2007), umumnya keluarga memiliki pemahaman dasar tentang
gizi. Namun, sikap mereka terhadap peningkatan gizi keluarga masih kurang positif. Ini
disebabkan oleh sebagian ibu yang menganggap bahwa pola makan mereka sudah memadai
karena tidak merasakan dampak negatifnya. Selain itu, sebagian keluarga juga mengetahui
adanya jenis makanan yang lebih baik secara kualitas, namun mereka tidak memiliki
keinginan atau keterampilan untuk memasaknya.
Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap suatu objek, dengan
cara yang menunjukkan adanya rasa suka atau tidak suka terhadap objek tersebut. Sikap
belum berarti melakukan tindakan secara langsung, tetapi dari sikap tersebut dapat
diperkirakan perilaku yang akan dilakukan. Konsep ini sejalan dengan pandangan Pranadji
(2012) yang menyatakan bahwa sikap memiliki nilai penting bagi seseorang karena dapat
mempengaruhi perilaku secara langsung. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, cenderung
akan semakin meningkat kesadaran gizi dan sikap gizi yang lebih positif, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan status gizi keluarga.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ekonomi gizi sangat dibutuhkan untuk memperkirakan latar belakang dan menyediakan alat
bagi konsumen individu, produsen makanan, operator layanan makanan, sistem layanan
kesehatan, serta profesional gizi dan kesehatan. Dampak sosial dari perubahan pola makan
juga harus dinilai berdasarkan biaya dan penghematan bagi masyarakat secara keseluruhan.
Ekonomi Pangan dan Gizi merupakan ilmu yang mempelajari upaya manusia dalam
masyarakat utk memenuhi pangan & gizi dgn sumberdaya yg terbatas serta mempelajari
peranan pangan & gizi dlm pembangunan ekonomi.
Saran
DAFTAR PUSTAKA