Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“ASPEK YANG MEMPENGARUHI SEHAT DAN BERKAITAN


DENGAN STATUS KESAHATAN IBU, BALITA, KELUARGA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kewarganegaraan


Dosen Pengampu: Sugita, A.Md.Kep,S.Pd,M.Pd’s

Disusun Oleh:

Laila Adawiyyah Malika (P272240210080)


Luthfianingrum Nur Azizah (P272240210081)
Maulida Putri Utami (P272240210082)
Meshylla Farwaniya (P272240210083)
Miranda Vionita (P272240210084)
Nabila Ihda Aisyaroh (P272240210085)

PRODI SARJANA TERAPAN

BERLANJUT PROFESI JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Aspek yang mempengaruhi
perilaku sehat dan berkaitan dengan status kesehatan ibu, balita dan keluarga." dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosioantropologi. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Aspek apa saja yang
mempengaruhi perilaku sehat dan berkaitan dengan status kesehatan ibu, balita dan
keluarga bagi para pembaca dan juga bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
sosioantropologi, Bapak Sugita, A.Md.Kep,S.Pd,M.Pd’s
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Klaten, 20 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................1

KATA PENGANTAR………..……………………………………………….2

DAFTAR ISI....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 4


B. Rumusan Masalah................................................................................ 5
C. Tujuan.................................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Aspek sosial budaya pada setiap perkawinan..............................................7

B. Aspek sosial budaya pada trimester kehamilan.....................................7

C. Aspek sosial budaya selama masa persalinan kala I, II, III, IV.......................9

D. Aspek sosial dalam masa nifas...........................................................13

E. Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi dan balita....................14


BAB III SOAL LATIHAN BESERTA KUNCI JAWABAN....................................19
BAB IV GLOSARIUM……………………………………………....……………...22

BAB V PENUTUP…………………………………………………………..
A. Kesimpulan....................................................................................…23
B. Saran............................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di
bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007). Pada tahun 1995 dan 2001
pada penelitian Susenas faktor-faktor yang dipengaruhi oleh kesehatan adalah
karakteristik demografi, social, ekonomi dan pendidikan. Upaya peningkatan
derajat kesehatan penduduk dapat secara langsung akan meningkatkan kualitas
penduduk. Dampak kemiskinan memunculkan berbagai penyakit pada kelompok
risiko tinggi yaitu bayi, balita, dan lanjut usia. Kemiskinan yang terjadi
menyebabkan cakupan gizi rendah, pemeliharaan kesehatan kurang, lingkungan
buruk, dan biaya untuk berobat tidak ada. Akibat terkena penyakit menyebabkan
produktivitas rendah, penghasilan rendah, dan pengeluaran bertambah.
Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang
kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil
dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi pada
kenyataanya, pembangunan kesehatan di Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi.
Beberapa diantaranya adalah: penyakit- penyakit seperti DBD, flu burung, dan
sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin
marak khususnya di wilayah Indonesia Timur, prioritas kesehatan rendah, serta
tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi.
Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan bahwa kelompok umur balita
dan lansia mengalami keluhan sakit akut yang paling tinggi. pada umumnya
perempuan mengalami keluhan sakit akut dan akit kronis yang lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Keluhan sakit kronis dan sakit akut lebih banyak dialami
oleh orang yang berstatus kawin dibandingkan dengan orang yang berstatus tidak
kawin. Pendidikan tidak langsung mempengaruhi status kesehatan, tetapi melalui
jenis pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh sehubungan dengan pekerjaan
4
orang yang bekerja mempunyai status kesehatan yang lebih buruk dibandingkan
orang yang tidak bekerja. Orang yang kesulitan akses mengalami keluhan sakit
akut dan sakit kronis yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang mudah
akses ke fasilitas kesehatan orang yang memiliki jaminan pembiayaan kesehatan
mempunyaikecenderungan untuk menderita keluhan sakit akut dan kronis yang
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki jaminan
pembiayaankesehatan. Kebiasaan merokok menyebabkan mereka memiliki
keluhan sakit akut dan sakit kronis yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang tidak merokok. Orang yang tinggal di kota memiliki persentase yang tinggi
untuk menderita keluhan sakit akut tetapi memiliki persentase keluhan sakit kronis
lebih rendah daripada orang yang tinggal di desa. Sebagian masyarakat
berpendapat bahwa kebijakan pemerintahlah yang salah, sehingga masalah-
masalah kesehatan di Indonesia seakan tak ada ujungnya. Akan tetapi, kita tidak
bisa hanya menyalahkan pemerintah saja dalam hal ini. Karena bagaimanapun
juga, sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status
kesehatan. Dengan kata lain, selain pemerintah masih banyak lagi faktor-faktor
atau determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat.Indonesia harus
memiliki sistem deteksi dini penyakit. Sistem kesehatan Indonesia harus
menyesuaikan, terutama hal-hal berkenaan dengan sistem pembiayaan, termasuk
didalamnya ansuransi kesehatan. Seperti kita ketahui, masyarakat Indonesia belum
dilindungi oleh sistem pembiayaan yang memadai kecuali, kalau mereka adalah
pegawai negeri, anggota TNI, Kepolisian, pegawai atau karyawan swasta. Bagi
petani, setengah pengangguran, setengah miskin tidak ada sistem pembiayaan bagi
mereka. Dengan harga obat-obatan yang semakin tidak terjangkau, maka
kelompok yang berjumlah sekitar 75% dari penduduk Indonesia atau sekitar 200
jutaaan berada dalam kelompok kritis dalam aspek keterjangkauan pelayanan
kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian aspek sosial budaya pada setiap perkawinan?
2. Pengertian aspek sosial budaya pada trimester kehamilansistem?
3. Bagaimana aspek sosial budaya selama masa persalinan kala I, II, III,
IV?
4. Bagaimana aspek sosial dalam masa nifas?
5
5. Bagaimana aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi dan balita?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang aspek sosial budaya pada setiap perkawinan
2. Untuk mengetahui tentang aspek sosial budaya pada trimester
kehamilan
3. Untuk mengetahui tentang aspek sosial budaya selama masa persalinan
kala I, II, III, IV
4. Untuk mengetahui tentang aspek sosial dalam masa nifas
5. Untuk mengetahui tentang aspek sosial budaya yang berkaitan dengan
bayi dan balita

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Perkawinan


Perkawinan bukan hanya sekedar hubumgam antara suami dan istri. Perkawinan
memberikan buah untuk menghasilkan keturunan. Keturunan yang dilahirkan tentunya
adalah keturunan yang sehat dan direncanakan. Kegiatan pembinaan yang dilakukan
oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan agar peran serta ibu dalam
upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga meningkat. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana,
kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak pra sekolah sehat.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan
pengetahuan aspek sosial budaya dalam penerapannya kemudian melakukan
pendekatan-pendekatan untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap kebiasaan-
kebiasaan yang tidak mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak. Misalnya pola
makan, pada dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran
kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan
tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan
akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu. Misalnya di
Jawa Tengah adanya anggapan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan
pendarahan yang banyak. Sementara salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang
memasuki kehamilan 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang
dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan . Sikap seperti ini akan berakibat buruk bagi
ibu hamil karena akan membuat ibu dan anak kurang gizi.

B. Aspek Sosial Budaya Pada Trimester Kehamilan


Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu
juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan
kehamilan (antenatal care 2) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi
dan si ibu sendiri. Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak
ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati.
7
Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.
Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan
ke bidan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin
dialami oleh mereka.
Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya
sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari
kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-
permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada
usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan
masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku,
yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu
yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat melahirkan.
Contohnya di kalangan masyarakat pada suku bangsa Nuaulu (Maluku) terdapat suatu
tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa
kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan ke delapan.
Namun pada usia saat kandungan telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka
akan mengadakan suatu upacara. Masyarakat nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada
saat usia kandungan seorang perempuan telah mencapai Sembilan bulan, maka pada diri
perempuan yang bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat
menimbulkan berbagai bahaya gaib. Dan tidak hanya dirinya sendiri juga anak yang
dikandungannya, melainkan orang lain disekitarnya, khususnya kaum laki-laki untuk
menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut, si perempuan hamil perlu diasingkan
dengan menempatkannya di posuno. Masyarakat nuaulu juga beranggapan bahwa pada
kehidupan seorang anak manusia itu baru tercipta atau baru dimulai sejak dalam
kandungan yang telah berusia 9 bulan. Jadi dalam hal ini 1 masa kehamilan (1-8 bulan)
oleh mereka bukan dianggap merupakan suatu proses dimulainya bentuk kehidupan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak
berkurang ditambah lagidengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang
sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif
terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita

8
hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Di Jawa Tengah, ada kepercayaan
bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang
makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah
satu daerah di jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 4-6 bulan sengaja harus
mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di
masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting
karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain ibunya kurang gizi,
berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi
daya tahan dan kesehatan si bayi.

C. Aspek Sosial Budaya Selama Masa Persalinan Kala I, II, III, IV


Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu
juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan
kehamilan (antenatal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan
si ibu sendiri. Di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai
hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya
secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari
pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor
resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat
persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat
fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan
pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan
persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak
dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap
jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami
kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan
ibu mempunyai resiko tinggi pada saat melahirkan. Permasalahan lain yang cukup besar
pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya
kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan.
Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan

9
oleh wanita hamil. Tentunya hal ini akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan
janin.
Ada beberapa kepercayaan yang berhubungan dengan persalinan, antara lain:
1. Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena
akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Dampak dari hal ini yaitu ibu hamil
kekurangan gizi yang sangat penting.

2. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya


memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang
dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Faktanya pertumbuhan itu bersifat
irrevesible (tidak dapat kembali ke ukuran semula) jadi bila bayi sudah besar
tidak dapat mengecil kembali. Dampaknya jika mengurangi makanan saat hamil
ibu akan kekurangan gizi, dan dapat mengalami anemia.
3. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Sebenarnya makan
makanan yang asin tidak akan menyebabkan ASI menjadi asin.
4. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan
piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan
mempersulit persalinan. jika makan dengan piring kecil maka makanannya pun
porsi kecil sehingga menyebabkan ibunya kurang gizi serta berat badan bayi
yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan
dan kesehatan si bayi.
5. Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan,
akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar.
Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi
disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter.
Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa
mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang
membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. 
6. Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa, memang
konotasinya membuat lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak
tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin

10
secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa
dapat memperlancar persalinannya.
7. Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak
boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan
minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk
karbohidrat yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu boleh diminum hanya jika
BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya
segera dihentikan. Tetapi telur tidak masalah, karena mengandung protein yang
juga menambah kalori.
8. Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah
akan merangsang mulas. Rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil
karena menyebabkan kontraksi. Penggunaan rumput fatimah ini sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan kematian pada ibu. Meminum rumput
fatimah akan membuat kontraksi menjadi abnormal.
9. Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.
Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah
mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari
lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah
mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar, sehingga bila
terjadi sesuatu dapat segera ditangani.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak
untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian
yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek
persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996)
menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi"
(membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok"
(memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk mengeluarkan plasenta) atau
"nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke
depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena
beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat
membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu
dan bayi sampai 40 hari.

11
Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang
ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek
tradisional tertentu masih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil
dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu
kematian atau bertahan hidup. Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat
melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-
kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal
bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena
penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan
pengambilan keputusan dalam keluarga. Terutama di daerah pedesaan, keputusan
terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang
lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat
keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu
saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.
Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga
mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh
faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup
jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada
anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal.
Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan
kendala ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya
suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi
merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan
juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan
dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya
dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang
dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada
praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik
dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan
rahim ke posisi semula,  memasukkan  ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam
vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses
persalinan  atau memberi  jamu tertentu untuk memperkuat tubuh. Selain itu, kelancaran
persalinan juga sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu, antara lain:
12
1. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang
dengan besar bayi
2. Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya
dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak
lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi
rasa sakit yang terjadi selama persalinan.
3. Faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah riwayat kesehatan ibu, apakah
pernah menderita diabetes, hipertensi atau sakit lainnya, gizi ibu selama hamil,
apakah mencukupi atau tidak, dan lingkungan sekitar, apakah men-support
atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas
karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu
yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit konsentrasi dalam
belajar, kemampuan komunikasi yang kurang, dan tak bisa kerja sama.

D. Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas


Aspek adalah suatu hal yang mendasar. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sanserketa yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budidan akal manusia. Dalam bahasa
inggris kebudayaan disebut culture yang bersal dari kata latincolere yaitu mengolah atau
mengerjakan bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Sosial berarti kata
society berasal dari bahasa latin societas yang berarti hubungan persahabatan yang lain.
Societas diturunkan dari katasocius yang berarti teman sehingga arti society
berhubungan erat dengan kata sosial. Jadi sosial mengandung makna bahwa setiap
anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan
bersama. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya enam minggu. Jadi arti keseluruhan dari aspek
sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia untuk mencapai tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.
Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas

 Dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong ,daun
lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.
Dampak positif: tidak ada;

13
Dampak negative :merugikan karena masa nifas memerlukan makanan yang
bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat.

 Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan tahu dan tempe
tanpa garam ngayep dilarang banyak makan dan minum, makanan harus
disangan/dibakar.
Dampak positif: tidak ada;
dampak negative :merugikan karena makanan yang sehat akan mempercepat
penyembuhan luka.

 Masa nifas dilarang tidur siang.


Dampak positif: tidak ada;
Dampak negative: karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja
berat. Karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu
dan bayi

 Masa nifas /saat menyusui setelah waktunya Maghrib harus puasa tidak
makan-makanan yang padat.
Dampak positif: Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah
maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan
lemak, disamping itu organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih
kembali.

E. Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi dan balita


Masa balita adalah masa dimana seorang anak membutuhkan perhatian dan
kesehatan agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Usia balita adalah mulai
13 sampai dengan 59 bulan. Dimana pada masa ini peran serta orang tua sangat penting
untuk menjaga pola makan dan kebutuhan balita itu sendiri. Gizi yang seimbang dan
kasih sayang sangat penting dalam menjaga pertumbuhan balita, terutama pada
lingkungan keluarga dan sekitar balita itu sendiri.
Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal
dan pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah,
berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Kebudayaan pada balita ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai balita. Mitos-
mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan
14
dapat berbahaya bagi balita. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang merawat balita. Mitos dan fakta yang berkembang sekitar masyarakat tentang
perawatan balita beserta dampak positif dan negatif, yaitu sebagai berikut:
1. Mitos : makanan dan minuman manis membuat gigi berlubang.
Fakta: bahwa gigi menjadi berlubang diakibatkan karena kuman, suasana
asam dankeduanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Bila
makanan yang mengandung gulamenetap pada sela gigi, kuman akan
mengubahnya menjadi asam. Kondisi asam disertai bakteri yang juga
menjadi aktif pada suasana asam, adalah penyebab utama gigi berlubang.
Hal-hal yang dapat menyebabkan gigi berlubang antara lain adalah
minum susu dengan botol sampai tertidur. Makanan manis tidak secara
langsung menyebabkan gigi berlubang, tetapi memudahkan pertumbuhan
kuman penyebab kerusakan gigi jika tidak rajin membersihkan gigi dan
mulut.
Dampak positif : mencegah balita untuk sering makan permen atau
coklatmembantu menjaga agar gigi lebih sehat. Apalagi dengan selalu
menyikat gigi balita setelah makan dan sebelum tidur.
Dampak negatif : apabila balita tidak pernah makan dan minum manis
sama sekalidapat memberikan dampak yang kurang baik bagi tubuhnya.
Karena tubuhnya jugamemerlukan kalori untuk pertumbuhannya.
2. Mitos : baby walker membantu anak berlatih berjalan
Fakta : justru sebaliknya, baby walker dapat menghambat perkembangan
motorik anak.Anak tanpa baby walker dapat lebih bebas
bergerak,berguling, duduk, dan berdiri serta bermain di lantai yang
merupakan dasar untuk belajar berjalan. Penelitian pada saudara kembar
menunjukkan kembar yang memakai baby walker mengalami gangguan
motorikberjalan ketimbang saudaranya. Baby walker tidak lagi
disarankan karena menjadi penyebab utama kecelakaan pada bayi usia 5-
15 bulan.
Dampak positif : dapat memberikan pilihan untuk bermain bagi balita
bila terdapatpenjagaan yang ketat dari orang tua atau pengasuhnya. Dan
tidak digunakan semata-mata untuk belajar berjalan bagi balita diatas
usia 13 bulan.
15
Dampak negatif : dapat menghambat perkembangan motorik anak.
Sering terjadikecelakaan pada balita yang menggunakan baby walker bila
lengah pengawasanorang tua atau pengasuh balita.
3. Mitos : bawang yang dicampur minyak dikenal bisa menurunkan panas
Fakta : secara ilmiah benar karena bawang adalah tumbuhan yang
mengeluarkan minyakyang mudah menguap dan menyerap panas.
Dampak positif : dapat membantu menurunkan panas pada balita
disamping pemberian obat dari dokter.
Dampak negatif : tidak ada apabila dilakukan sesuai cara yang benar dan
bawang dicuci bersih.
4. Mitos : beri minum kopi agar anak tidak stepFakta : pemberian kopi jelas
berbahaya pada balita karena mengandung kafein yang akanmemacu
denyut jantungnya bekerja lebih cepat.
Dampak positif : tidak ada
Dampak negatif : dapat menyebabkan denyut jantung bekerja lebih cepat
dan dapatmengakibatkan perut kembung dengan meningkatnya asam
lambung.
5. Mitos : setiap anak yang mengalami diare, demam,dan rewel biasanya
oleh orang tua seringmengaitkannya dengan tumbuh kembang anak
tersebut. Contohnya : tumbuh gigi, mulai belajar berjalan, mulai belajar
bicara.
Dampak positif : tidak ada karena bila anak rewel berarti merasa tidak
nyaman atau sakit dan orang tua harus segera memeriksakan ke tenaga
medis atau perlu diberikan obat.
Dampak negatif : apabila anak rewel dan dibiarkan saja akan
mengakibatkan semakin parahnya penyakit dan akan mengganggu
tumbuh kembangnya.
6. Mitos : biasanya kepercayaan masyarakat terhadap anak , jika anak
mengalami tumbuh gigiterlebih dahulu maka kemungkinan untuk
berjalannya lambat, begitu pula sebaliknya jika anak berjalan terlebih
dahulu maka kemungkinan untuk tumbuh gigi terlambat.
Dampak positif : kepercayaan ini dapat berdampak positif apabila

16
perkembangan balita tidak berjalan bersamaan dengan perkembangan
atau pertumbuhan yang lainnya, maka orang tua tidak perlu khawatir
karena tumbuh kembang balita tersebut bertahap dan berbeda-beda setiap
anak.
Dampak negatif : kepercayaan ini dapat dipatahkan apabila tumbuh
kembang anak berjalan bersamaan.
7. Mitos : jika menjelang magrib anak kecil biasanya tidak diperbolehkan
untuk keluar dari rumah dan biasanya orang tua menakut-nakutinya akan
dibawa genderuwo bila anak berada diluar rumah. Hal ini bertujuan agar
anak tetap berada didalam rumah.
Dampak positif : hai ini bertujuan agar anak tidak terkena angin malam
yang dapat menyebabkan anak sakit.
Dampak negatif : tidak ada
8. Mitos : jika rambut anak basah maka dapat masuk angin.
Fakta : kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
secara langsung
Dampak positif : bila kondisi anak dalam keadaan kekebalan tubuhnya
kurang makakedinginan dapat mengakibatkan flu dan kembung.
Dampak negatif : tidak ada.
9. Mitos : anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air
ketika demam.
Fakta : hal yang seharusnya dilakukan adalah menjaga keseimbangan
komposisi tubuh. Meskipun demikian anak tidak perlu mengkonsumsi
minuman elektrolit bila tidak mengalami dehidrasi ataupun diare.
Dampak positif : makan dan minum sangat diperlukan pada saat anak
mengalamisakit.karena untuk mempertahankan daya tahan tubuhnya.
Makan dan minum pada saat kedinginan tetap dianjurkan asalkan tidak
berlebihan.
Dampak negatif : jika anak banyak cairan maka akan mudah terserang
penyakit, begitupun sebaliknya.
10. Mitos : anak tidak nafsu makan karena kurang vitamin
Fakta : mencekokkan vitamin dianggap bisa mengembalikan nafsu
17
makan anak. Padahal hilangnya nafsu makan anak disebabkan karena
banyak hal, seperti karena sakit tenggorokan, sariawan, gigi tumbuh,
anak flu, atau terkena TBC.
Dampak positif : boleh memberikan vitamin pada anak asal sesuai
dengan kebutuhan dan tidak tergantung pada vitamin tersebut.
Dampak negatif : pemberian vitamin yang berlebihan justru bisa
membuat anak kehilangan nafsu makan. Terutama jika kelebihan vitamin
C alias asam karbonat, dapat menyebabkan perut perih apalagi jika anak
makan tidak teratur, bisa saja terjadi luka dilambung.

18
BAB III
SOAL LATIHAN BESERTA KUNCI JAWABAN

1. Perhatikan pernyataan dibawah ini!


1) Aspek sosial budaya pada setiap perkawinan
2) Aspek sosial budaya pada Ibu melahirkan
3) Aspek sosial budaya selama masa persalinan kala I, II, III, IV
4) Aspek sosial dalam masa nifas
5) Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi dan balita
Aspek apa saja yang mempengaruhi sehat dan berkaitan dengan status kesehatan
ibu, balita dan keluarga?
A. 1,2 dan 3
B. 1, 2 dan 4
C. 2, 3 dan 5
D. 3, 4 dan 5

Jawaban Benar : D

2. Kegiatan pembinaan apa yang dilakukan oleh seorang bidan dalam aspek sosial
budaya pada setiap perkawinan?
A. Memberikan sosiali terhadap remaja tentang bahaya menikah pada usia
dini
B. Memberikan pendampingan pada ibu yang tengah hamil hingga
melahirkan
C. Mengajukan asuhan pelayanan kebidana yang memadai
D. Mempromosikan kesehatan agar peran serta ibu dalam upaya
kesehatan ibu, anak dan keluarga meningkat

Jawaban Benar : D

3. Apa penyebab masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya


pemeriksaan kehamilan ke bidan?
A. Ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah
dan kodrati sehingga mereka merasa tidak perlu memeriksakan
dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter
B. Ibu-ibu merasa membutuhkan pemeriksaan kehamilan
C. Ibu-ibu merasa mampu menangani sendiri
D. Ibu-ibu merasa cukup memiliki bekal ilmu
Jawaban Benar : A

4. Secara medis apa penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan?


A. Kurangnya gizi, faktor lingkungan dan keluarga
B. Perdarahan, Kontraksi berlebihan dan tenaga medis yang kurang cekatan
C. Perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan).
D. Terjadi komplikasi, posisi bayi yang salah dan hilangnya kesadaran ibu

Jawaban Benar : C

5. Perhatikan Pernyataan berikut!


1. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang
19
dengan besar bayi
2. Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam
melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar
hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit
yang terjadi selama persalinan.
3. Faktor kesehatan ibu, apakah pernah menderita diabetes, hipertensi atau sakit
lainnya, gizi ibu selama hamil, apakah mencukupi atau tidak, dan lingkungan
sekitar, apakah men-support atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu.

Dari pernyataan diatas, ketiga faktor tersebut termasuk dalam faktor mental dan
fisik ibu yang berpengaruh terhadap?
A. Kepercayaan Persalinan
B. Kelancaran Persalinan
C. Kesehatan Keluarga
D. Perawatan Bayi

Jawaban Benar : B

6. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanserketa yaitu buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi
A. Budi atau akal
B. Budi atau ilmu
C. Akal atau cerdas
D. Karsa atau cipta

Jawaban benar : A

7. Masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya enam minggu merupakan pengertian dari?
A. Masa persalinan
B. Masa pernikahan
C. Masa nifas
D. Masa kritis

Jawaban benar : C

8. Suatu hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia untuk mencapai tujuan
bersama pada masa sesudah persalinan merupakan pengertian dari?
A. Aspek sosial budaya pada masa nifas
B. Aspek sosial budaya pada Ibu melahirkan
C. Aspek sosial budaya pada setiap perkawinan
D. Aspek sosial budaya selama masa persalinan kala I, II, III, IV

Jawaban benar : A

9. Perhatikan pernyataan berikut!


1) Dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong ,daun
lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.
2) Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan tahu dan tempe
tanpa garam ngayep dilarang banyak makan dan minum, makanan harus
20
disangan/dibakar.
3) Masa nifas dilarang tidur siang.
Dari pernyataan diatas, termasuk aspek sosial budaya pada masa ?
A. Aspek sosial budaya pada masa nifas
B. Aspek sosial budaya pada Ibu melahirkan
C. Aspek sosial budaya pada setiap perkawinan
D. Aspek sosial budaya selama masa persalinan kala I, II, III, IV

Jawaban benar : A

10. Masa dimana seorang anak membutuhkan perhatian dan kesehatan agar dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal merupakan pengetian dari?
A. Masa Dewasa
B. Masa Lanjut Usia
C. Masa Balita
D. Masa Nifas

Jawaban Benar : C

11. Berapa rentang usia pada balita?


a. Usia balita adalah mulai 13 sampai dengan 59 bulan
b. Usia balita adalah mulai 14 sampai dengan 59 bulan
c. Usia balita adalah mulai 12 sampai dengan 60 bulan
d. Usia balita adalah mulai 11 sampai dengan 53 bulan

Jawaban Benar : A

12. Mengapa mitos-mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak
masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi balita?
A. kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat balita.
B. Rasa ingin tahu yang tinggi
C. Minat literasi yang tinggi
D. Selalu ingin tahu hal baru

Jawaban Benar : A

13. Berikut ini hal-hal yang dapat menyebabkan gigi berlubang adalah, kecuali ?
A. Minum susu dengan botol sampai tertidur
B. Malas membersihkan gigi dan mulut.
C. Sehari sikat gigi 1x sehari
D. Rajin sikat gigi minial 2x sehari

Jawaban Benar : D

21
BAB IV
GLOSARIUM

 Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dokter atau
bidan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik dari ibu hamil.

 Baby walker adalah alat yang biasa digunakan untuk membantu anak belajar
berjalan tanpa perlu diawasi kemanapun.

 Dehidrasi adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh hilangnya cairan dalam
tubuh dari yang didapatkan.

 Mencekokkan adalah memberi minum cekok secara rutin atau terus-menerus

22
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu:
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini
memerlukan pengetahuan aspek sosial budaya untuk melakukan pendekatan-
pendekatan guna melakukan perubahan terhadap kebiasaan yang tidak
mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak. Perawatan kehamilan
merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga
untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Permasalahan pada
kehamilan dan persalinan dipengaruhi oleh faktor nikah pada usia muda,
adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku
dan masalah gizi, hal ini desebabkan karena adanya kepercayaan dan
pantangan terhadap makanan.
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan disebabkan karena
beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan
dapat membantu dalam upacara adat. Disamping itu juga masih adanya
keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Keadaan ini seringkali
pula diperberat oleh faktor geografis dan faktor ekonomi bahwa membawa si
ibu ke rumah sakit akan memakan biaya mahal.
Kemudian masa balita adalah masa dimana seorang anak membutuhkan
perhatian dan kesehatan agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dimana pada masa ini peran serta orang tua sangat penting untuk menjaga
pola makan dan kebutuhan balita itu sendiri. Gizi yang seimbang dan kasih
sayang sangat penting dalam menjaga pertumbuhan balita. Aspek sosial
budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan
pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karenanya berkembang mitos
dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat balita.

23
A. SARAN

Adapun saran dari kami makalah ini yaitu gunakan makalah ini sebaik-
baiknya, apabila terdapat kekurangan, baik dalam penulisan maupun
penjabaran yang kami jelaskan kami memohon maaf sebesar-besarnya. Kami
senantiasa menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun. Semoga dapat
diambil manfaat serta menjadi referensi makalah yang akan datang.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/embeds/117932100/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
diakses pada 20 November 2021
https://www.scribd.com/embeds/39993453/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
diakses pada 20 November 2021
https://www.scribd.com/embeds/421167711/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
diakses pada 21 November 2021
https://id.scribd.com/document/394369319/Makalah-Aspek-Sosial-Budaya-Pada-Massa-
Nifas-a diakses pada 19 November 2021

http://anysws.blogspot.com/2014/02/mklh-isbd.html?m=1 diakses pada 19 November


2021

https://id.scribd.com/document/358433893/Aspek-Sosial-Budaya-Pada-Setiap-Trimester-
Kehamilan diakses pada 19 November 2021

Anda mungkin juga menyukai