Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PANCASILA

“URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT”


ANGGOTA :
1. Adira Citra Namara (P27224021050)
2. Ajeng Sarasati (P27224021051)
3. Akshita Avril Fajri (P27224021052)
4. Alien Mustika Hidayah P. (P27224021053)
5. Andhini Ramdhani S.E (P27224021054)
6. Andini Lutfinda Putri (P27224021055)
7. Annisa Putri Dewanti (P27224021056)
8. Aulia Khairunnisa (P27224021057)
9. Bunga Intan Cahya (P27224021058)
10. Cahya Aning Safitri (P27224021059)
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan rangkaian makalah tugas dengan judul “Urgensi Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat” dengan baik. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok yang telah diberikan oleh dosen pengampu pada
matakuliah Pancasila dalam kelas sarjana terapan kebidanan berlanjut profesi semester dua,
Poltekkes Kemenkes Surakarta.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menjumpai berbagai hambatan. Namun, berkat
dukungan dari berbagai pihak, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Melalui kesempatan
ini penyusun menyampaikan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing dan kerjasama yang
baik antara teman-teman satu kelompok yang telah membantu serta mendukung terselesaikannya
tugas ini. Sejatinya makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu kami selaku
penyusun mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
perbaikan dan evaluasi untuk tugas saat ini dan selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah........................................................................4


B. Rumusan Masalah..................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................5

A. Konsep Dan Urgensi Pancasila Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.......


B. Kajian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat..............................................
C. Menggali Sumber Historis, Sosisologis, Politis Tentang Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat.......................................................................................
D. Argumen Tentang Dinamika Dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat...................................................................................................
E. Esensi Dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.........................

BAB III : PENUTUP.............................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pancasila adalah dasar dari falsafah Negara Indonesia, sebagaimana tercantumdalam


pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia wajibuntuk
mempelajari, menghayati, mendalami dan menerapkan nilai-nilai pancasila dalamsetiap
bidang kehidupan.Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui bahwa nilai-nilai pancasila
adalah falsafah hidup atau pandangan yang berkembang dalam sosial-budaya Indonesia.
Nilai pancasila dianggap nilai dasar dan puncak atau sari dari budaya bangsa. Oleh karena
itu,nilai ini diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan mendasarnya nilai
inidalam menjiwai dan memberikan indentitas, maka pengakuan atas kedudukan
pancasilasebagai falsafah adalah wajar.
Pancasila sebagai ajaran falsafah, pancasila mencerminkan nilai-nilaidan pandangan
mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan,
yakni Tuhan Yang Maha Esa. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai asas fundamental
dalam kesemestaan, dijadikan pula asas fundamental kenegaraan. Asas fundamental dalam
kesemestaan itu mencerminkan identitas atau kepribadian bangsaIndonesia yang religious.
Pancasila sebagai system filsafat adalah merupakan kenyataan pancasila
sebagaikenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri
terlepasdari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan obyekrif yang
adadan terletak pada pancasila, sehingga pancasila sebagai suatu system filsafat bersifat
khasdan berbeda dalam system-sistem filsafat yang lain. Hal ini secara ilmiah disebut
sebagaifilsafat secara obyektif. Dan untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam
danmendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian filsafat secara menyeluruh.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat?
2. Bagaimana Kajian pencasila sebagai sistem filsafat?
3. Bagaimana Menggali sumber historis, sosiologis, politis tantang Pancasilasebagai sistem
filsafat?
4. Bagaimana Argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila sebagaisistem filsafat?
5. Bagaimana Esensi dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat?

C. TUJUAN
1. Mendeskripsikan konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat
2. Mendeskripsikan Kajian pencasila sebagai sistem filsafat
3. Mendeskripsikan Menggali sumber historis, sosiologis, politis tantangPancasila sebagai
sistemfilsafat
4. Mendeskripsikan Argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasilasebagai sistem
filsafat
5. Mendeskripsikan Esensi dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


a. Konsep Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
b. Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
B. KAJIAN PANCASILA SEBAGAI SITEM FILSAFAT
1. Pengertian Filsafat
Dalam KBBI, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan
dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal, dan
hukumnya. Secara etimologi istilah "filsafat" berasal dari bahasa Yunani yaltu
philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu "philo", "philos", "alphilein" artinya
"cinta" dan "shopos" atau "shophia" artinya "hikmah" atau "kebijaksanaan" atau
"wisdom" Jadi kata filsafat berarti cinta kebenaran atau cinta kebijaksanaan atau
kebijaksanaan yang Hakiki.
Filsafat dapat di klasifikasikan sebagai berikut Istilah "filsafat" dapat ditinjau dari dua
segi, yakni :
1. Segi Semantik Perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari
bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'phillos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia'
= pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebenaran.
2. Segi Praktis) Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti 'alam pikiran' atau
'alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti
berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini
benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu
tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah
orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan
mendalam.

2. Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat
dalam arti produk.
a. Filsafat dalam arti proses : Filsafat di artikan dalam bentuk suatu aktivitas
berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan
suatu cara dan metode tertentu yang sesual objeknya.
b. Filsafat dalam arti produk : Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi
manusia. Sehingga manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan
yang bersumber dari akal manusia, dan sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep,
dan pemikiran dari para filsuf misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme.
3. Obyek Filsafat
 Obyek Material Filsafat : obyek pembahasan yang mencakup keseluruhan baik yang
bersifat material kongkrit seperti alam, manusia, benda, hewan, dil, maupun yang
bersifat abstrak spiritual seperti, nilai-nilal, Ide, ideologi, moral, pandangan hidup, dll.
 Obyek Formal Filsafat : cara pandang filsuf terhadap obyek material tersebut.
4. Cabang-cabang Filsafat
 Metafisik : membahas hal-hal yang bereksistensi dibalik fisls, yang meliputi bidang-
bidang ontology (membicarakan teori sifat dasar dan ragam kenyataan), kosmologi
(membicarakan tentang teori umum mengenal proses kenyataan) dan anthropologi.
 Epistemologi : membahas persoalan hakikat pengetahuan.
 Metodologi : membahas persoalan hakikat metode dalam limu pengetahuan.
 Logika : membahas persoalan filsafat berpikir, yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil
berfikir yang benar.
 Etika : berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
 Estetika berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.
5. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat :
Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri dari
lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang
sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia. Juga
sebagai dasar negara kita merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di
negara indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia dapat
mempersatukan kita, serta memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan bathin dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
Filsafat Pancasila adalah filsafat yang mempunyai obyek Pancasila, yaitu obyek
Pancasila yang benar dan sah sebagaimana tercantum didalam pembukaan UUD 1945
alenia ke-4.
6. Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara
deduktif dan Induktif.
1) Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
2) Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
7. Fungsi Filsafat Pancasila :
1) Memberi jawaban atas pertanyaan yang bersifat fundamental/mendasar dalam
kehidupan bernegara, Misalnya: susunan politik, sistem politik, bentuk negara,
susunan perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
harus dapat dikembangkan oleh filsafat.
2) Mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, ide, negara atau
tujuan negara, kelima sila pancasila merupakan kesatuan yang utuh, tidak
terpisahkan.
3) Berusaha menempatkan dan menjadi bernegara, sehingga fungsi filsafat akan terlihat
jelas kalau negara itu sudah terbentuk keteraturan kehidupan bernegara.
8. Bukti Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh, sistem lazimnya memiliki ciri-ciri suatu
kesatuan bagian-bagian, bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri, saling
berhubungan dan ketergantungan, keseluruhannya dimaksud untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (tujuan sistem), dan terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pancasila
menjadi landasan dan falsafah dasar negara telah membuktikan dirinya sebagai wadah
yang dapat menyatukan bangsa. Dengan Pancasila bangsa Indonesia diikat oleh
kesadaran sebagai satu bangsa dan satu negara
9. Filsafat Pancasila sebagal Genetivus Objectivus dan Genetivus Subjectivus
Genetivus Objectivus Artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagal objek yang dicari
landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang di Barat. Misalnya, Notonagoro menganalisis nilai-nilai Pancasila
berdasarkan pendekatan substansialistik filsafat Aristoteles sebagaimana yang terdapat
dalam karyanya yang berjudul Pancasila limsan Populer. Adapun Drijarkara menyoroti
nilai-nilai Pancasila dari pendekatan eksistensialisme religious sebagaimana yang
diungkapkannya dalam tulisan yang berjudul Pancasila dan Religi.
Genetivus Subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila dipergunakan untuk mengkritisi
berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi
pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila harus mampu
menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi pembangunan nasional.
Misalnya, Sastrapratedja (2001: 2) mengatakan bahwa Pancasila adalah dasar politik,
yaitu prinsip prinsip dasar dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.
Adapun Soerjanto (1991:57-58) mengatakan bahwa fungsi Pancasila untuk memberikan
orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu menyadari situasi kehidupan
yang sedang dihadapinya. Genetivus Subjectivus memerlukan landasan pijak filosofis
yang kuat yang mencakup tiga dimensi, yaitu :
a) Landasan Ontologis Filsafat Pancasila
Ontologi menurut Aritoteles merupakan cabang filsafat yang membahas tentang hakikat
segala yang ada secara umum sehingga dapat dibedakan dengan disiplin ilmu-ilmu yang
membahas sesuatu secara khusus. Membahas tentang hakikat yang paling dalam dari
sesuatu yang ada, yaitu unsur yang paling umum dan bersifat abstrak, disebut juga
dengan istilah substansi. Inti persoalan ontologi adalah menganalisis tentang substansi
(Taylor, 1955: 42). Substansi menurut Kamus Latin - Indonesia, berasal dari bahasa Latin
"substare" artinya serentak ada, bertahan, ada dalam kenyataan. Substantialitas artinya
sesuatu yang berdiri sendiri, hal berada, wujud, hal wujud (Verhoeven dan Carvallo,
1969: 1256).
Landasan ontologis Pancasila: pemikiran filosofis atas hakikat dan raison d'etre sila-sila
Pancasila sebagai dasar filosofis negara. pemahaman atas hakikat sila-sila Pancasila itu
diperlukan sebagai bentuk pengakuan atas modus eksistensi bangsa Indonesia.
b) Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang membahas tentang sifat
dasar pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum pengetahuan (Bahm,
1995:5). Epistemologi terkait dengan pengetahuan yang bersifat sui generis,
berhubungan dengan sesuatu yang paling sederhana dan paling mendasar
(Hardono Hadi, 1994: 23). Littlejohn and Foss menyatakan bahwa epistemologi
merupakan cabang filosofi yang mempelajari pengetahuan atau bagaimana orang-
orang dapat mengetahui tentang sesuatu atau apa-apa yang mereka ketahui.
Mereka mengemukakan beberapa persoalan paling umum dalam epistemologi
sebagai berikut:
(1) pada tingkatan apa pengetahuan dapat muncul sebelum pengalaman?
(2) pada tingkatan apa pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang pasti? (Littlejohn
and Foss, 2008: 24).
Problem pertama ada dua pendapat, kaum rasionalis berpandangan bahwa akal
merupakan satu-satunya sarana dan sumber dalam memperoleh pengetahuan,
kaum empirisisme berpandangan bahwa pengalaman inderawi merupakan sarana
dan sumber pengetahuan. Pancasila sebagaimana yang sering dikatakan Soekarno,
merupakan pengetahuan yang sudah tertanam dalam pengalaman kehidupan
rakyat Indonesia sehingga Soekarno hanya menggali dari bumi pertiwi Indonesia.
Namun, pengetahuan dapat muncul sebelum pengalaman, dalam kehidupan
bangsa Indonesia, yakni ketika menetapkan Pancasila sebagai dasar negara untuk
mengatasi pluralitas etnis, religi, dan budaya. Sehingga Pengetahuan adalah
prioritas.
Problem dua muncul dua pandangan, yaitu pengetahuan yang mutlak dan
pengetahuan yang relatif. Pancasila dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang
mutlak karena sifat universal yang terkandung dalam hakikat sila-silanya, yaitu
Tuhan, manusia, satu (solidaritas, nasionalisme), rakyat, dan adil dapat berlaku di
mana saja dan bagi siapa saja. Pancasila abstrak-umum universal. Sifat relatif
pengetahuan tentang Pancasila sebagal bentuk pengamalan dalam kehidupan
individu rakyat Indonesia memungkinkan pemahaman yang beragam, meskipun
semangat universalitasnya tetap ada. Pancasila umum kolektif dan singular
konkrit. (Bakry, 1994:45).
Nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman (empiris) bangsa Indonesia,
kemudian disintesiskan menjadi sebuah pandangan yang komprehensif tentang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c) Landasan Akslologis Pancasila
Istilah "aksiologis" terkait dengan masalah nilai (value). Pure axiology is the
study of values of all types. (Hunnex, 1986:22). Frondizi (2001:7) menegaskan
bahwa nilai itu merupakan kualitas yang tidak real karena nilai itu tidak ada untuk
dirinyasendiri, ia membutuhkan pengemban untuk berada. Littlejohn and Foss
mengatakan bahwa aksiologi merupakan cabang filosofi yang berhubungan
dengan penelitian tentang nilai-nilai. Salah satu masalah penting dalam aksiologi
yang ditengaral Littlejohn and Foss, yaitu: dapatkah teori bebas dari nilai?
(Littlejohn and Foss, 2008: 27-28). Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai
atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Sila pertama mengandung
kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila kemanusiaan
mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila
persatuan mengandung nilal solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat
mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila
keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.

Anda mungkin juga menyukai