Disusun Oleh:
KELOMPOK 4 Kelas I1 Pagi Manajemen
1. Muhammad Dimar Haman 2205160302
2. Tifhani Wahana Pane 2205160440
3. Ade Qhumairah Awallyah 2205160446
4. Nazwa Damayanti Nasution 2205160459
5. Siti Fatimah Izzatunnisa Marpaung 2205160460
6. Winna Oktavia 2205160462
7. Fitri Indah Sarweni 2205160479
8. Shinta Amalia 2205160481
Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, Alhamdulillah atas izin dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai
Filsafat Negara”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasuullah Saw, beserta
keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya sampai akhir zaman.
Terima kasih kepada Bapak Syukran Yamin Lubis S.H., CN., M.Kn yang telah
memberikan kesempatan dan kelonggaran waktu bagi kami untuk menyelesaikan
tugas makalah ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat memenuhi tugas
Pancasila yang telah diberikan.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Definisi Filsafat...........................................................................................3
B. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat................................................................5
C. Dasar Ontologis Sila-Sila Pancasila............................................................7
D. Dasar Epistemologi Sila-Sila Pancasila.......................................................8
E. Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila...........................................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila adalah dasar dari falsafah Negara Indonesia, sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia wajib
untuk mempelajari, menghayati, mendalami dan menerapkan nilai-nilai pancasila
dalam bidang kehidupan.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pancasila sebagai sistem filsafat?
2. Bagaimana karakteristik, prinsip-prinsip serta hakikat Pancasila sebagai
filsafat?
3. Bagaimana konsep dasar filsafat Pancasila?
4. Bagaimana Pancasila melalui pendekatan ontologis, epistemologis, dan
aksiologis?
C. TUJUAN
1. Memahami Pancasila sebagai sistem filsafat
2. Memahami karakteristik, prinsip-prinsip serta hakikat Pancasila sebagai
filsafat
3. Memahami konsep dasar Filsafat Pancasila
4. Memahami Pancasila melalui pendekatan ontologis, epistemologis, dan
aksiologis
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI FILSAFAT
Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani Philo-shophia.
Istilah ini merupakan bentuk dari kata asal philos (cinta) atau philein (persahabatan,
tertarik kepada), dan sophos (hikmah/bijaksana) atau Sophia (kebijaksanaan/kearifan).
Ada dua arti secara etimologi dari filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila
istilah filsafat mengacu pada asal kata philein dan sophos, maka artinya mencintai hal-
hal yang bersifat bijaksana (bijaksana dimaksud sebagai kata sifat). Kedua, apabila
filsafat mengacu pada asal kata philos dan Sophia, maka artinya adalah teman
kebijaksanaan (kebijaksanaan dimaksudkan sebagai kata benda). Kebijaksanaan
artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Dalam hal ini filsafat
berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati. Orang
yang berfilsafat memiliki hasrat yang besar dan sungguh-sungguh terhadap
kebijaksanaan. Jadi filsafat artinya mencintai hal-hal yang sifatnya bijaksana. Filsafat
merupakan ilmu pengetahuan mengenai hakekat dari segala sesuatu yang mencari
sebab terdalam dengan menggunakan rasio/akal budi manusia. Orangnya disebut
sebagai filsuf.
Secara umum, filsafat merupakan hasil pemikiran manusia yang kritis dan
radikal, mendalam, sampai pada intinya, yang membahas secara menyeluruh sampau
pada “hakikatnya” untuk mencapai kebenaran yang sesuai dengan kenyataan. Hakikat
3
adalah sesuatu hal yang adanya terlepas dari hal yang lain, adanya menurut dirinya
sendiri, tidak terikat oleh ruang waktu, keadaan serta difatnya tetap tidak berubah.
Secara praktis, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Sehingga
berfilsafat berarti berpikir secara mendalam dengan sungguh-sungguh, atau berpikir
secara ilmiah sampai pada hakikatnya.
Filsafat dalam pengertian sebagai ilmu filsafat adalah suatu ilmu yang
membahas atau menyelidiki objek kajiannya secara mendalam sampai
diperolehnya esensi (hakikat) untuk memperoleh kebenaran. Filsafat sebagai
ilmu memiliki beberapa cabang pokok sebagai berikut.
4
a. Etafisika, membahas tentang hal-hal di balik segala sesuatu yang fasis,
yang meliputi bidang ontologis (tentang yang ada atau being),
kosmologis (tentang alam), dan antropologis (tentang manusia).
b. Epistimologi, membahas tentang hakikat pengetahuan, berkaitan
dengan kebenaran pengetahuan, sumber pengetahuan, teori kebenaran,
dan sifat kebenaran pengetahuan.
c. Metodologis, berkaitan dengan metode-metode yang dipergunakan
dalam ilmu pengetahuan.
d. Logika, terkait dengan penalaran atau pengujian validitas suatu
pernyataan.
e. Aksiologis, berkaitan dengan masalah nilai, yang meliputi etika (nilai
baik-buruk), estetika berkaitan dengan nilai keindahan.
5
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan
untuk satu tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan satu
dengan yang lainnya. Pada dasarnya pancasila ialah satu bagian atau unit-unit yang
saling berkaitan satu sama lain, dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing.
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian dan unsurnya saling
berkaitan dan saling berhubungan serta saling bekerjasama satu sama lain untuk satu
tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan yang utuh.
Objek kajian filsafat adalah seluruh realitas, sedangkan objek material ilmu
pengetahuan lainnya senantiasa khusus dan terbatas. Ilmu-ilmu pengetahuan lainnya
senantiasa menyelidiki bagaimana struktur objeknya, sedangkan selalu mencari sebab-
sebab yang terdalam dan mencari hakikat yang realita.
Sistem dapat diartikan sebagai satu keseluruhan yang terdiri dari aneka bagian
yang bersama-sama membentuk satu kesatuan yang utuh. Tiap-tiap bagian merupakan
tata rakit yang teratur, dan tata rakit itu sesuai selaras dengan tata rakit keseluruhan.
Tiap-tiap bagian mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda dengan bagian yang lain,
namun demikian tugas dan fungsi itu demi kemajuan, memperkuat keseluruhan.
6
3. Ada hubungan antara bagian satu dengan yang lainnya
4. Ada keseimbangan dalam kerja sama
5. Semuanya mengabdi pada tujuan yang satu yaitu tujuan bersama (Sri
Soeprapto Wirodiningrat 1980:94)
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian sila yang telah disahkan secara formal
di dalam Pembukaan UUD 1945 itu telah memenuhi syarat sebagai sistem filsafat.
Setiap silanya pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri,
namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis dan satu
kesatuan yang utuh.
Untuk itu, secara folosofis makna Pnacasila sebagai suatu satu kesatuan sistem
filsafat memiliki dasar secara ontologis, dasar epistimologi dan dasar aksilogis sendiri
yang berbeda dengan sistem filsafat, seperti materialisme, liberalisme, pragmatisme,
komunisme, idealisme dan lain-lain.
7
manusia Indonesia, berupa cara pandangnya mengenai arti hidup dan kehidupan
masyarakat dan negara.
Kemudian seluruh nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa
bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara harus dijabarka dan bersumberkan pada nilai-nilai Pancasila. Seperti bentuk
negara, sifat negara, tujuan negara, tugas/kewajiban negara dan warga negara, sistem
hukum negara, moral negara, serta segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.
8
tata cara menggunakan sumber pengetahuan untuk mencapai keberadaan atau
kenyataan (Subandi, 2006:40)
9
e. Sila kelima dijiwai dan diliputi oleh sila pertama, kedua, ketiga dan
keempat.
Dalam susunan demikian, menurut Effendi (1995: 106-107) maka sila yang ada
di belakangnya merupakan pengkhususan dari sila yang ada di mukanya dan oleh
karena itu pelaksanaannya tergantungpada pelaksanaan sila yang ada di mukanya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa:
1. Sila kelima merupakan pengkhususan dari sila keempat dan pelaksanaannya
tergantung pada pelaksanaan sila keempat.
2. Sila keempat merupakan pengkhususan dari sila ketiga dan pelaksanaannya
tergantung pada pelaksanaan sila ketiga.
3. Sila ketiga merupakan pengkhususan dari sila kedua dan pelaksanaannya
tergantung pada pelaksanaan sila kedua.
4. Sila kedua merupakan pengkhususaan dari sila pertama dan pelaksanaannya
tergantung pada pelaksanaan sila pertama.
10
E. DASAR AKSIOLOGIS SILA-SILA PANCASILA
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki nilai. Pembahasan
problem nilai melahirkan cabang filsafat aksiologi atau theory of value. Aksiologi
meliputi nilai-nilai normative, parameter bagi apa yang disebut kebenaran atau
kenyataan dalam konteks dunia material atau non material, dunia simbolik dan
sebagainya (Subandi, 2006:40).
Notonagoro memerinci tentang nilai, ada yang bersifat material dan non
material. Dalam hubungan ini, manusia memiliki orientasi nilai yang berbeda
bergantung pada pandangan hidup dan filsafat hidup masing-masing. Ada yang
mendasarkan pada orientasi nilai material, tetapi ada pula yang sebaliknya, yaitu
berorientasi pada nilai yang non material. Nilai material relatif lebih mudah diukur
menggunakan panca indra ataupun alat pengukur. Akan tetapi, nilai yang bersifat
rohaniah sulit diukur, tetapi dapat juga dilakukan dengan hati nurani mausia sebagai
alat ukur yang dibantu oleh cipta, rasa, serta karsa dan keyakinan manusia (Kaelan,
2005).
11
Menurut Notanagoro, nilai-nilai Pancasila itu termasuk nilai kerohanian, tetapi
nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian
niai-nilai Pancasila yang tergolong nilai kerohanian itu juga mengandung nilai-nilai
lain secara lengkap dan harmonis, seperti nilai material, nilai vital, nilai kebenaran,
nilai keindahan atau estetis, nilai kebaikan atau moral ataupun nilai kesucian yang
secara keseluruhan bersifat sistematik-hierarkis.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh. Untuk itu, sila-sila Pancasila merupakan suatu nilai-
nilai yang bersifat bulat dan utuh, hierarkis dan sistematis. Dalam pengertian inilah,
sila-sila Pancasila merpakan suatu sistem filsafat. Konsekuensinya kelima sila tidak
terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri, tetapi memiliki esensi serta makna yang
utuh.
B. SARAN
Pemahaman Pancasila sebagai sistem filsafat diharapkan mampu memberikan
gambaran bagi masyarakat untuk lebih berpikir kritis, sistematis dan mendasar
terhadap sistem filsafat yang terkait dengan pancasila. Dengan adanya makalah ini
diharapkan dapat membantu untuk semakin memahami bagaimana pancasila sebagai
sistem filsafat negara.
13
DAFTAR PUSTAKA
Taniredja, Tukiran, Muhammaf Affandi dan Efi Miftah Faridli, 2015. “Paradigma
Baru PENDIDIKAN PANCASILA untuk mahasiswa”. Bandung: Alfabeta.
http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/36630/bab-03-
pancasila-sebagai-sistem-filsafat.pdf
http://journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/download/4678/2717
14