Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

(PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT)

Di Susun Oleh :
KELOMPOK 5
Amaliyah Hasanah (23020048)
Zahra Nur Azizi (23020076)
Ela Adha (23020022)

Dosen Pengampu:
Muhammad Fauzi,S.H.,M.H

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS AL-AZHAR MEDAN
2023/2024

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari seluruh komponen yang telah membantu dalam penyelesaian makalah yang
berjudul “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam pembuatan
makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 9 NOVEMBER 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB 1.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................................................2
BAB 2.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Dan Pentingnya Pancasila Sistem Filsafat.................................................................3
2.1.1 Filsafat Sebagai Proses dan Hasil..........................................................................................4
2.2.2 Sistem Filsafat........................................................................................................................4
2.2 Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem.....................................................................5
2.3 Kesatuan Sila-Sila Sebagai Sistem Filsafat..................................................................................5
2.3.1 Filsafat Pancasila Sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus subjektivus.......................5
2.3.2 Landasan Ontologis Pancasila...............................................................................................6
2.3.3 Landasan Epistemologi Pancasila..........................................................................................6
2.3.4 Landasan Aksiologis Pancasila..............................................................................................7
2.4 Hakikat Sila-Sila Pancasila...........................................................................................................7
BAB 3.....................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................9
3.2 Saran........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang menyokong negara
itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang ambing oleh persoalan
yang muncul pada masa kini. Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat sesuatu yang
bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak membuat ideologi
semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal.
Idologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga
membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia pun tak terlepas dari hal itu, dimana
Indonesia memiliki dasar negara yang sering kita sebut Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara dan
karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia menunjukan bahwa Pancasila
adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia
serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan lebih baik, untuk mencapai
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila
tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa dan negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan
sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan
dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan
Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan
identitas bangsa yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini diharapkan
dapat membantu kita dalam berpikir lebih kritis mengenai arti Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Pancasila Sebagai Sistem Filsafat?


2. Apa saja Kesatuan Sila-Sila Sistem Filsafat?

iii
3. Apa itu landasan Ontologis, Epistemologi, dan Aksiologis dalam Pancasila?
1.3 Tujuan

2. Untuk mengetahui pengertian dari pancasila sistem filsafat.


3. Untuk mengetahui kesatuan sila-sila sebagai sistem filsafat.
4. Untuk mengetahui dan memahami Pancasila melalui pendekatan dasar Ontologis, Epistemologis,
serta Aksikologis.
5. Untuk mengetahui hakekat dari Pancasila.

1.4 Manfaat
1. Seluruh lapisan masyarakat khususnya kaum muda Bangsa Indonesia dapat memahami
bagaimana arti penting dari pancasila sebagai filsafat.
2. Para pembaca diharapkan dapat mengamalkan seluruh ajaran dari pancasila.
3. Dapat memotivasi seluruh generasi muda agar lebih mencintai dasar negaranya
4. Dapat mendidik bagaimana seharusnya perilaku masyarakat dalam mengartikan, memaknai, serta
mengimplementasikan arti pancasila sebagai filsafa

iv
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Pentingnya Pancasila Sistem Filsafat

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, (philosophia), tersusun dari kata philos yang berarti
cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik kepada dan kata sophos yang berarti
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi (Bagus, 1996: 242).
Adapun istilah ‘philosophos’ pertama kali digunakan oleh pythagoras (572-497 SM) untuk
menunjukkan dirinya sebagai pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom), bukan kebijaksanaan itu
sendiri. Selain Pythagoras, filsuf filsuf lain juga memberikan pengertian filsafat yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, filsafat mempunyai banyak arti, tergantung pada bagaimana filsuf- filsuf
menggunakannya. Berikut disampaikan berapa pengertian filsafat menurut beberapa pengertian
filsafat menurut beberapa filsuf, yaitu antara lain:

 Plato : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang
asli.
 Aristoteles: Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat
keindahan)
 Al Farabi : Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya.
 Rene Descartes: Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan
manusia menjadi pokok penyelidikan.
 Immanuel Kant: Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan, yang dalamnya tereakup masalah epistemology (filsafat pengetahuan) yang
menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui ?
 Langeveld: Filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang
menentukan, yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian dan
kebebasan.
 Hasbullah Bakry: Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia.
v
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek/gejala secara mendalam. Untuk sampai
ke hakikat harus melalui suatu metode-metode yang khas dari filsafat.
Dalam filsafat itu harus refleksi, radikal, dan integral. Refleksi berarti manusia menangkap
objeknya secara internasional dan sebagai hasil dari proses Radikal adalah berasal dari kata radix
(berarti akar). Jadi filsafat itu radikal berarti filsafat harus mencari pengetahuan sedalam-dalamnya.
Filsafat itu integral berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan untuk sebagai
suatu keseluruhan.

2.1.1 Filsafat Sebagai Proses dan Hasil

Salah satu hasil dari kegiatan berpikir manusia ialah apa yang dinamakan filsafat. Filsafat
merupakan kreasi akal manusia sebagai jawaban atas persoalan-persoalan ataupun rahasia-rahasia
alam semesta. Dapat disimpulkan bahwa filsafat sebgai proses dan produk berpikir manusia,
merupakan pemikiran teori tentang Tuhan, alam semesta secara keseluruhan yang mencakup hidup
manusia yang ada di dalamnya untuk kemudian bagi manusia pemikiran teoritis tersebut
dipergunakan sebagai pandangan dunia (world View).

2.2.2 Sistem Filsafat


Sistem filsafat menurut Louis Of Kattsoff adalah kumpulan ajaran yang ter koordinasikan Suatu
sistem filsafat haruslah memiliki ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan sistem lain, misalnya sistem
ilmiah.
Dalam pengertian sebagai pengetahuan yang menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu,
filsafat memiliki empat cabang keilmuan yang utama (dalam Dikt, 2013), yaitu:
1. Metafisika : cabang filsafat yang mempelajari asal mula segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada.
2. Epistemologi : cabang filsafat mempelajari seluk beluk pengetahuan
3. Aksiologi : cabang persiapan yang menelusuri hakikat nilai
4. Logika : cabang filsafat yang memnat aturan-aturan berpikir rasional

vi
2.2 Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Istilah sistem berasal dari istilah Yunani 'systema' yang mengandung arti keseluruhan yang
tersusun dari sekian banyak bagian yang berarti pulau hubungan yang berlangsung di antara satuan-
satuan dan komponen secara teratur. Sistem dipergunakan untuk menunjukkan suatu himpunan
bagian yang saling berkaitan; keseluruhan organ-organ tubuh tertentu, schimpunan ide-ide, prinsip
dan sebagainya, hipotesis atau teori; metode atau tata cara (prosedur), skema atau metode pengaturan
susunan sesuatu.
Elia M. Awad (1979) memberikan definisi sistem adalah himpunan komponen atau subsistem
yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan tertentu.
sedangkan Shrode dan voich dalam Tatang M. Amirin (1989) memberikan definisi sistem dengan
mengingat unsur-unsur penting yang ada dalam sistem yaitu:

1. Himpunan bagian-bagian.

2. Bagian-bagian itu saling berkaitan.

3. Masing-masing bagian bekerja secara mandiri dan bersama-sama

4. Semuanya ditujukan pada pencapaian tujuan bersama atau tujuan sistem.

5. Terjadi di dalam lingkungan yang rumit atau kompleks.

2.3 Kesatuan Sila-Sila Sebagai Sistem Filsafat

2.3.1 Filsafat Pancasila Sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus subjektivus


Pancasila sebagai Genetivus Objectivus artinya nilai-nilai pancasila dijadikan sebagai objek
yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan system-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang di Barat. Menurut Notonagoro (1975) Pancasila kalau ditinjau asal mulanya atau sebab
terjadinya maka Pancasila memenuhi syarat empat sebab (kausalitas) menurut Aristoteles yaitu:

a. Kausa Materialis (Asal Mula Bahan)

vii
Bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pancasila, sehingga Pancasila itu pada
hakikatnya nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang
berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religious

b. Kausa Formalis (Asal Mula Bentuk)


Hal ini dimaksudkan Bagaimana asal mula bentuk ataubagaimana bentuk Pancasila itu
dirumuskan sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 1945

c. Kausa Efisien (Asal Mula Karya)


Kausa efisien yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi
dasar negara yang sah.

d. Kausa Finalis (Asal Mula Tujuan)


Pancasila dirumuskan dan dibahas dalam sidang sidang para pendiri Negara, tujuannya
adalah untuk dijadikan sebagai dasar Negara. Pancasila sebagai Genetivus subjektivus, artinya nilai-
nilai Pancasila dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang. baik untuk
menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun untukmelihat nilai-nilai yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila Selalm ima nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar
bagi pemban peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila harus mampu
menjadikan pelaksanaan sistem politik dan dasar bag pembangunan nasional.

2.3.2 Landasan Ontologis Pancasila


Istilah ontologi berasal dari kata Yunani onta yang berarti sesuatu yang sung sungguh-sungguh
ada, kenyataan yang sesungguhnya, dan logos yang berarti teori atau ilmu. Pandangan ontologi dari
pancasila adalah Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil (Damardjati Supadjar, dkk, 1996). Untuk
memahami kesesuaian antara landasan sila-sila Pancasila dengan hakikat sifat serta keadaan negara,
maka menurut Notonagoro terdapat tiga teori asas hubungan di antara dua hal yang diperbandingkan,
yaitu
A. Asas hubungan yang merupakan sifat (kualitas).
B. Asas hubungan yang berupa bentuk, luas dan berat (kuantitas).
C. Asas hubungan yang berupa sebab dan akibat (kausalitas).(Notonagoro, 1975;53)

viii
2.3.3 Landasan Epistemologi Pancasila
Epistemologi berasal dari kata yunani "episteme" dan "logos". Episteme biasa diartikan sebagai
pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan pikiran atau teori Epistemologi adalah cabang
filsafat di menyelidiki sejarah kritis hakikat, landasan, batas-batas dan patokan kesahihan
pengetahuan.

2.3.4 Landasan Aksiologis Pancasila


Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnyanya dapat dibedakan atas hakikat Pancasila yang umum
universal yang merupakan substansi sila-sila Pancasila, sebagai pedoman pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara yaitu sebagai dasar negara yang bersifat umum kolektif serta realisasi
pengalaman Pancasila bersifat khusus dan konkret.
Landasan aksiogis pancasila merujuk pada nilai-nilai dasar yang terdapat di dalam pembukaan
uud 1945 diteken nilai dasar itu harus menjadi koma menghayati nilai instrumental nya yang terdapat
di dalam peraturan perundang-undangan berupa undang-undang dasar 1945 ketetapan mpr koma
undang-undang koma peraturan pemerintah pengganti undang-undang koma peraturan pemerintah
koma keputusan presiden koma peraturan daerah.

2.4 Hakikat Sila-Sila Pancasila

Kata 'hakikat dapat diartikan sebagai suatu inti yang terdalam dari segala sesuatu yang terdiri
dari sejumlah unsur tertentu dan yang mewujudkan sesuatu itu, sehingga terpisah dengan sesuatu lain
dan bersifat mutlak. Terkait dengan hakikat sila-sila Pancasila, pengertian kata hakikat dapat
dipahami dalam tiga kategori yaitu:

1. Hakikat abstrak yang disebut juga sebagai hakikat jenis atau hakikat umum yang
mengandung unsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah.

2. Hakikat pribadi sebagai hakikat memiliki sifat khusus, artinya terikat kepada barang sesuatu

3. Hakikat konkret yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya Hakikat konkret
Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar filsafat negara.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philoposophische Grondslag) Yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila mendasari nilai-nilai filsafat seluruh peraturan hukum yang berlaku di Indonesia,

ix
artinya nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan harus mendasari seluruh
perundang-undangan yang berlaku (Amran, 2016: 150). Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami
dinamika sebagai berikut.

a) Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
"Philosofische Grondslag". Gagasan tersebut merupakan filosofis Soekarno atas rencananya
berdirinya negara Indonesia merdeka.

b) Pada era Soeharto, kedudukan Pnacasila sebagai sistem filsafat berkembang ke arah yang
lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah weltanschauung). Artinya, filsafat
Pnacasila tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar inilah Soeharto mengembangkan sistem
filsafat Pancasila menjadi penataran P-4.

c) Pada era Reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar resonansinya. Namun,
Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana akademik, termasuk kritik dan
renungan yang dilontarkan oleh habibie dalam 1 juni 2011. Pancasila semakin jarang
diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan ketetnegaraan, kebangsaan,
maupun kemasyarakatan (Amran, 2016:175).

x
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa
Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Dan filsafat
merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu
sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai
dengan kelima sila-silanya tersebut.
Adapun yang mendasari Pancasila adalah dasar Ontologist (Hakikat Manusia), dasar
Epistemologis (Pengetahuan), dasar Aksiologis (Pengamalan Nilai-Nilainya)

3.2 Saran

Pemahaman Pancasila sebagai sistem filsafat diharapkan mampu memberikan gambaran bagi
masyarakat untuk lebih berpikir kritis, sistematis, dan mendasar terhadap sistem filsafat yang terkait
dengan Pancasila. Proses aktualisasi dari tiap-tiap nilai Pancasila perlu diajarkan dan diperbaiki
kembali agar tidak menimbulkan kesalahpahaman terhadap teori dan contoh permasalahan yang
disinggung. Ada baiknya pula, jika sikap perealisasiannya ini selalu diimbangi dengan jalan berpikir
yang tetap memperhatikan penyaringan atau selektif terhadap banyaknya perkembangan yang terjadi.

xi
DAFTAR PUSTAKA
Achadi, Muh Wasith. "PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN TINGGI: Sebuah buku referensi."
(2021).

Kemristek Dikti. 2016. E-Book Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan.

xii

Anda mungkin juga menyukai