DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 :
BK REGULER C 2022
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
bimbingan dan petunjuk serta kemudahan rahmatnya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................i
ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1....................................................................................................................La
tar Belakang.............................................................................................1
1.2....................................................................................................................R
umusan Masalah......................................................................................1
1.3....................................................................................................................Tu
juan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
2.1....................................................................................................................Pe
ngertian Dan Pentingnya Pancasila Sistem Filsafat.............................2
2.2....................................................................................................................Pa
ncasila Sebagai Sistem Kefi1safatan......................................................4
2.3....................................................................................................................Ke
satuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem.................................6
2.4....................................................................................................................Ke
satuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat....................7
2.5....................................................................................................................Di
namika Pancasila sebagai Sistem Filsafat.............................................8
2.6....................................................................................................................Ta
ntangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat............................................9
A. Kesimpulan..............................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai
Suatu Sistem
4. Untuk Mengetahui Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Filsafat
5. Untuk Mengetahui Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat
6. Untuk Mengetahui Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
v
Immanuel Kant: filsafat adalah ilmu pengetahuan) menjadi pokok
pangkal dari segala pengetahuan, yang dalamnya tercakup masalah
epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa
yang dapat kita ketahui?
Hasbullah Bakry: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta, dan manusia.
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek/ gejala secara
mendalam. Untuk sampai ke hakikat harus melalui suatu metode-metode
yang khas dari filsafat. Kalau digambarkan dalam suatu bagan perbedaan
antara filsafat dengan ilmu pengetahuan empiris jadi filsafat itu harus
refleksi, radikal, dan integral. Refleksi berarti manusia menangkap objek
secara internasional dan sebagai hasil dri proses. Radikal adalah berasal
dari kata radix (berarti akar). Jadi filsafat itu radikal berarti filsafat harus
mencari pengetahuan sedalam-dalamya. Filsafat itu integral berarti
mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan untuk sebagai
suatu keseluruhan.
Pancasila sebagai sistem filsafat sudah dikenal sejak para pendiri
Negara memberikan masalah dasar filosofis Negara (philosofishe-
grondslag) dan pandangan hidup bangsa (weltanschauung). Meskipun
kedua istilah tersebut mengandung muatan filsofis, tetapi pancasila sebagai
sistem filsafat yang mengandung pengertian lebih akademis memerlukan
perenungan lebih mendalam. Filsafat pancasila memerlukan istilah yang
mengemuka dalam dunia akademis. Ada dua pendekatan yang
berkembang dalam pengertian filsafat pancasila, yaitu pancasila sebagai
genetivus objectivus dan pancasila sebagai genetivus- objectivus. Kedua
pendekatan tersebut saling melengkapi karena yang pertama meletakkan
pancasila sebagai aliran atau objek yang dikaji oleh aliran-aliran filsafat
lainnya, sedangkan yang deua meletakkan pancasila sebagai subjek yang
mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya. Pentingnya pancasila sebagai
sistem filsafat ialah agar dapat diberikan pertanggung jawaban rasional
dan mendasar mengenai sila-sila dalam pancasila sebagai prinsip-prinsip
vi
politik agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional
dalam penyelenggaraan Negara agar dapat membuka dilog dengan
berbagai persepektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan
agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang
bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat.
vii
subjektif dibentuknya sistem filsafat adalah kesadaran dari pelaku atau
pembentuk sistem tersebut untuk menerapkan sistem itu bagi .tujuan
tertentu atau ideal yang diharapkan.
Setiap sila dari Pancasila tidak dapat dipisahkan dari kesatuan
keseluruhannya. Pada dasarnya yang menjadi subjek atau pendukung dari
ini isi sila-sila Pancasila adalah manusia Indonesia sebagai manusia.
Manusia yang terdiri dari sejumnlah unsur mutlak yang semua unsur
tersebut menduduki dan menjalankan fungsinya secara mutlak, artinya
tidak dapat digantikan fungsinya oleh unsur yang lain. Adapun inti isi
masing-masing sila Pancasila adalah penjelmaan atau realisasi yang sesuai
dengan unsur-unsur hakikat manusia sehingga setiap sila harus menempati
kedudukan dan menjalankan fungsinya secara mutlak dalam susunan
kesatuan Pancasila.
Prof. Notonagoro menyatakan bahwa sila-sila Pancasila merupakan
kesatuan yang bersifat organis, yaitu terdiri atas bagian-bagian yang tidak
terpisahkan. Didalam kesatuan ini, tiap-tiap bagian menempati kedudukan
sendiri dan berfungsi sendiri. Meskipun tiap-tiap sila itu berbeda-beda
namun tidak· saling bertentangan malahan saling melengkapi.·
Konsekuensi dari konsepsi ini adalah bahwa tidak ·dapat salah satu sila itu
dihilangkan.
Muhammad Yamin juga menegaskan sifat kesatuan dari sila-sila
Pancasila. Jadi, tidaklah benar bahwa ajaran lima sila itu hanya satu
kumpulan barang yang baik-baik belaka,danbercerai berai seperti pasir
ditepi pantai. Tidaklah begitu saudara-saudara., semuanya kelima sila itu
adalah tersususun dalam suatu perumusan pikiran filosofi yang harmonis.
(Yamin, 1958).
Sejalan dengan itu Prof. Notonagoro menyatakan:
“Sedangkan sebenarnya sila-sila itu bersama-aama merupakan
bagian-bagian dari suatu keutuhan, merupakan bagian-bagian dalam
hubungan kesatuan”
Berdasar pada uraian di atas, Pancasila sudah memenuhi syarat
untuk dapat disebut sebagai sistem kefilsafatan. Sebagai suatu sistem
viii
kefilsafatan, Pancasila merupakan basil pemikiran manusia. Indonesia
secara mendalam., sistematik dan menyeluruh tentang kenyataan. Setiap
sistem kefilsafatan pada hakikatnya mencerminkan pandangan sesuatu
kelompok atau sesuatu bangsa. Terbentuknya sistem kefilsafatan ini juga
dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sosial dan spiritual tempat bangsa ini
hidup. Pancasila merupakan pencerminan pandangan Bangsa Indonesia
dalam menghadapi realitas. Secara tegas dalam Pancasila tercermin
pandangan Bangsa Indonesia mengenai "Tuhan", "manusia", "satu",
"rakyat" dan "adil"
ix
itu semula dimaksudkan untuk merumuskan asas Negara yang merdeka,
selain itu hasil perenungan tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena
telah memenuhi ciri-ciri berfikir kefilsafatan. Beberapa ciri kefilsafatan
meliputi:
1. Sistem filsafat harus koheren, artinya berhubungan satu sama lain
secara rutin. Pancasila sebagai sistem filsafat bagian-bagiannya
tidak saling bertentangan meskipun berbeda, tersendiri.
2. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala
hal dan segala yang terdapt dalam kehidupan manusia. Pancasila
sebagai filsafat hidup bangsa merupakan suatu pola yang dapat
mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di
indonesia.
3. Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk
perenungan mendalam yang sampai ke inti mutlak persoalan
sehingga menemukan aspek yang sangat fundamental. Pancasila
sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata
kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan
tuhan dalam kehidupan ber- masyarakat, dan bernegara.
4. Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil
perenungan sebagai para anggapan sebagai titik awal yang
kemudian menjadi pola dasar berdasarkan penalaran logis, serta
pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu.
Sebagai suatu sistem filsafat atau pandangan dunia, pancasila
merupakan suatu kesatuan. Pancasila sendiri terdiri atas lima bagian (sila)
yang masing-masing sila mempunyai asas dan fungsi masing-masing
tetapi merupakan rangkaian suatu tujuan tertentu, yaitu suatu masyarakat
yang adil dan makmur. Pada hakikatnya, isi sila-sila pancasila
mencerminkan asas peradaban.Namun demikian, sila-sila tersebut bersama
sama merupakan satu kesatuan utuh dan bulat. Setiap sila merupakan satu
unsur (bagian) dari kesatuan pancasila sehingga pancasila merupakan satu
kesatuan mutlak yang bersifat majemuk tunggal. Konsikuensinya, setiap
sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak terpisah dari sila-sila lainnya.
x
2.4. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Filsafat pancasila sebagai genetivus objectivus dan genetivu-subjektivus
Pancasila sebagai genetivus objectivus artinya nilai-nilai pancasila
dijadikan sebagai objek yang dicari landasan filososisnya berdasarkan
system-system dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di barat.
Menurut notonagoro (1975) pancasila kalau ditinjau asal mulanya atau
sebab terjadinya maka pancasila memenuhi syarat empat sebab
(kausalitas) menurut aristoteles yaitu:
1. Kausa Materialis (asal mula bahan)
Bangsa indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai pancasila,
sehingga pancasila itu pada hakikatnya nilai-nilai yang merupakan
unsur-unsur pancasila digali dari bangsa indonesia yang berupa nilai-
nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religious.
2. Kausa Formalis(Asal MulaBentuk)
Hal ini dimaksudkan bagaimana asal mula bentuk atau bagaimana
bentuk pancasila itu dirumuskan sebagaimana termuat dalam
pembukaan UUD 1945.
3. Kausa Efisien (Asai Mula Karya)
Kausa efisien yaitu asal mula yang menjadikan pancasila dari calon
dasar Negara menjadi dasar Negara yang sah.
4. Kausa Finalis (Asal Mula Tujuan)
Pancasila dirumuskan dan dibalas dalam siding siding para pendiri
Negara, tujuannya dalah untuk dijadikan sebagai dasar Negara.
Pancasila sebagai Genetivus Subjektivus, artinya nilai-nilai pancasila
dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang,
baik untuk menemukan hal- hal yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila
maupun untuk menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
pancasila. Selain itu nilai-nilai pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi
pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai pancasila
harus mampu menjadikan pelaksanaansistem politik dan dasar bagi
pembangunan nasional.
xi
2.5. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami dinamika sebagai
berikut. Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat
dikenal dengan istilah “Philosofische Grondslag”. Gagasan tersebut
merupakan perenungan filosofis Soekarno atas rencananya berdirinya
negara Indonesia merdeka. Ide tersebut dimaksudkan sebagai dasar
kerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara. Ide tersebut
ternyata mendapat sambutan yang positif dari berbagai kalangan, terutama
dalam sidang BPUPKI pertama, persisnya pada 1 Juni 1945. Namun, ide
tentang Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci, lebih
merupakan adagium politik untuk menarik perhatian anggota sidang, dan
bersifat teoritis. Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan bahwa
Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat dari akulturasi
budaya bangsa Indonesia.
Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat
berkembang ke arah yang lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih
tepat adalah weltanschauung). Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya
bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto
mengembangkan sistem filsafat Pancasila menjadi penataran P-4.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang
terdengar resonansinya. Namun, Pancasila sebagai sistem filsafat bergema
dalam wacana akademik, termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan
oleh Habibie dalam pidato 1 Juni 2011. Habibie menyatakan bahwa:
" Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang
tidak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila
seolah hilang dari memori kolektif bangsa Indonesia. Pancasila semakin
jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan
ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti
tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan
xii
bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan
kebebasan berpolitik” (Habibie, 2011: 1--2).
xiii
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Istilah filsafat berasal dari bahasa yunani (philosophia), tersusun
dari kata philos yang berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan,
tertarik kepada dan kata Sophos yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, praktis, intelegensi. Dapat di simpulkan bahwa
filsafat sebagai proses dan produk berpikir manusi, merupakan pemikiran
teori tentang tuhan, alam semesta secara keseluruhan yang mencakup
hidup manusia yng ada di dalamnya untuk kemudian bagi manusia
pemikiran teoritis tersebut dipergunakan sebagai pandangan dunia (world
view).
Pancasila sebagai sistem filsafat sudah dikenal sejak para pendiri
Negara memberikan masalah dasar filosofis Negara (philosofishe-
grondslag) dan pandangan hidup bangsa (weltanschauung). Meskipun
kedua istilah tersebut mengandung muatan filsofis, tetapi pancasila sebagai
sistem filsafat yang mengandung pengertian lebih akademis memerlukan
perenungan lebih mendalam. Filsafat pancasila memerlukan istilah yang
mengemuka dalam dunia akademis. Ada dua pendekatan yang
berkembang dalam pengertian filsafat pancasila, yaitu pancasila sebagai
genetivus objectivus dan pancasila sebagai genetivus- objectivus. Kedua
pendekatan tersebut saling melengkapi karena yang pertama meletakkan
pancasila sebagai aliran atau objek yang dikaji oleh aliran-aliran filsafat
lainnya, sedangkan yang deua meletakkan pancasila sebagai subjek yang
mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya. Pentingnya pancasila sebagai
sistem filsafat ialah agar dapat diberikan pertanggung jawaban rasional
dan mendasar mengenai sila-sila dalam pancasila sebagai prinsip-prinsip
xiv
politik agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional
dalam penyelenggaraan Negara agar dapat membuka dilog dengan
berbagai persepektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan
agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang
bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
sebagaimana yang kita harapkan, maka dari pada itu penulis butuh kritikan
dan saran dari teman-teman yang membacanya, yang sifatnya
membangun, demi kesempurnaannya ke depan. Semoga makalah yang
penulis tulis berguna serta bermanfaat bagi para pembaca.
xv
DAFTAR PUSTAKA
xvi