Anda di halaman 1dari 16

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

DOSEN PENGAMPU : HODRIANI, S.Sos., M.A.P

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 :

ANDINI DWI CAHYANTI 1223151011

DIAN ANGGRAINI 1221151017

GRADE MARCH SIHALOHO 1223351035

MARISSA FADHILAH MIRAMI 1223151021

BK REGULER C 2022

PRODI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
bimbingan dan petunjuk serta kemudahan rahmatnya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada Ibu Hodriani, S.Sos., M.A.P. selaku dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas serta bimbingannya
kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
khususnya teman-teman seperjuangan yang mana juga turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Mungkin bisa dikatakan dalam penyelesaian makalah ini kami banyak


mengalami kesulitan terutama pada bidang pengetahuan maupun pengalaman. Tak
ada gading yang tak retak maka kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karna itu kami memohon
maaf sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam penulisan maupun bahasa dan
kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya
kami dapat menyelesaikan tugas lebih baik lagi.

Kami juga mengaharapkan makalah ini bisa memberikan manfaat serta


menambah wawasan bagi para pembaca dan peningkatan ilmu pengetahuan yang
terkait.

Medan, February 2024

Kelompok 5

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................i

ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1....................................................................................................................La
tar Belakang.............................................................................................1
1.2....................................................................................................................R
umusan Masalah......................................................................................1
1.3....................................................................................................................Tu
juan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

2.1....................................................................................................................Pe
ngertian Dan Pentingnya Pancasila Sistem Filsafat.............................2
2.2....................................................................................................................Pa
ncasila Sebagai Sistem Kefi1safatan......................................................4
2.3....................................................................................................................Ke
satuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem.................................6
2.4....................................................................................................................Ke
satuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat....................7
2.5....................................................................................................................Di
namika Pancasila sebagai Sistem Filsafat.............................................8
2.6....................................................................................................................Ta
ntangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat............................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................11

A. Kesimpulan..............................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Sebagai filsafat, Pancasila mencakup nilai-nilai, norma, dan
pandangan hidup yang menjadi landasan bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Namun, pemahaman mendalam mengenai Pancasila sebagai
sistem filsafat masih belum banyak dikaji secara komprehensif.
Salah satu tantangan utama dalam mengkaji Pancasila sebagai
sistem filsafat adalah kompleksitas dan kedalaman konsep-konsepnya.
Selain itu, dalam konteks akademik, terdapat juga perdebatan mengenai
relevansi dan aplikabilitas nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan modern.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dan Seberapa Pentingnya Pancasila Sistem Filsafat?
2. Apa Yang Dimaksud Pancasila Sebagai Sistem Kefi1safatan?
3. Apa Yang Dimaksud Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu
Sistem?
4. Apa Saja Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat?
5. Apa Yang Dimaksud Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
6. Apa Saja Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dan Pentingnya Pancasila Sistem
Filsafat
2. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Pancasila Sebagai Sistem
Kefi1safatan

iv
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai
Suatu Sistem
4. Untuk Mengetahui Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Filsafat
5. Untuk Mengetahui Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat
6. Untuk Mengetahui Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dan Pentingnya Pancasila Sistem Filsafat


Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani (Philosophia), tersusun
dari kata Philos yang berarti cinta atau Philia yang berarti persahabatan,
tertarik kepada dan kata Sophos yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, praktis, intelegensi. Adapun istilah
'Pilosophos' pertama kali digunakan oleh Pyhagoras (572-497 Sm) untuk
menunjukkan dirinya sebagai pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom),
bukan kebijaksanaan itu sendiri. Selain Pythagoras, filsuf-filsuf lain juga
memberikan pengertian filsafat yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
filsafat mempunyai banyak arti, tergantung pada bagaimana filsuf-filsuf
menggunakannya. Berikut disampaikan beberapa pengertian filsafat
menurut beberapa penegrtian filsafat menurut beberapa filsuf yaitu
diantara lain:
 Plato: Filsafat adalah yang asli pengetahuan yang berminat
mencapai pengetahuan kebenaran.
 Aristoteles: filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya estetika (filsafat
keindahan). ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik.
 Al Farabi: filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam
berwujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
 Rene Descartes: filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan
dimana tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

v
 Immanuel Kant: filsafat adalah ilmu pengetahuan) menjadi pokok
pangkal dari segala pengetahuan, yang dalamnya tercakup masalah
epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa
yang dapat kita ketahui?
 Hasbullah Bakry: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta, dan manusia.
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek/ gejala secara
mendalam. Untuk sampai ke hakikat harus melalui suatu metode-metode
yang khas dari filsafat. Kalau digambarkan dalam suatu bagan perbedaan
antara filsafat dengan ilmu pengetahuan empiris jadi filsafat itu harus
refleksi, radikal, dan integral. Refleksi berarti manusia menangkap objek
secara internasional dan sebagai hasil dri proses. Radikal adalah berasal
dari kata radix (berarti akar). Jadi filsafat itu radikal berarti filsafat harus
mencari pengetahuan sedalam-dalamya. Filsafat itu integral berarti
mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan untuk sebagai
suatu keseluruhan.
Pancasila sebagai sistem filsafat sudah dikenal sejak para pendiri
Negara memberikan masalah dasar filosofis Negara (philosofishe-
grondslag) dan pandangan hidup bangsa (weltanschauung). Meskipun
kedua istilah tersebut mengandung muatan filsofis, tetapi pancasila sebagai
sistem filsafat yang mengandung pengertian lebih akademis memerlukan
perenungan lebih mendalam. Filsafat pancasila memerlukan istilah yang
mengemuka dalam dunia akademis. Ada dua pendekatan yang
berkembang dalam pengertian filsafat pancasila, yaitu pancasila sebagai
genetivus objectivus dan pancasila sebagai genetivus- objectivus. Kedua
pendekatan tersebut saling melengkapi karena yang pertama meletakkan
pancasila sebagai aliran atau objek yang dikaji oleh aliran-aliran filsafat
lainnya, sedangkan yang deua meletakkan pancasila sebagai subjek yang
mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya. Pentingnya pancasila sebagai
sistem filsafat ialah agar dapat diberikan pertanggung jawaban rasional
dan mendasar mengenai sila-sila dalam pancasila sebagai prinsip-prinsip

vi
politik agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional
dalam penyelenggaraan Negara agar dapat membuka dilog dengan
berbagai persepektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan
agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang
bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat.

2.2. Pancasila Sebagai Sistem Kefi1safatan


Manusia merupakan mahluk yang selalu bertanya la menanyakan
segala sesuatu yang dijumpainya, yang belum dimengerti. Jawaban atas
pertanyaan tersebut dapat diperoleh dengan berfikir sendiri (refleks) atau
ditanyakan kepada orang lain. Pertanyaan kefilsafatan bertalian dengan
pertanyaan yang mendalam yang mengacu pada hakikat sesuatu yang
dipertanyakan baik tentang Tuhan, alam manpun din manusia sendin.
Jawaban atas pertanyaan kefilsafatan menghasilkan suatu sistem
pemikiran kefilsafatan. Pemikiran kefllsafatan kemudian dijelmakan
menjadi pandangan kefllsafatan. Dengan demikian pandangan kefilsafatan
seseorang, berarti juga merupakan pandangan seseorang terhadap Tuhan,
alam dan manusia. Dari pandangan kefilsafatan seseorang dapat diketahui
bagaimana ia berfikir, bersikap dan berbuat.
Sejarah pemikiran ummat manusia mencatat berbagai aliran filsafat
yang beberapa di antaranya sudah merupakan sistem filsafat. Setiap aliran
filsafat memiliki pandangan yang berbeda dalam memberikan penafsiran
terhadap kenyataan yang melingkupinya. Perbedaan penafsiran terhadap
realitas ini disebabkan karena perbedaan sudut pandang atau objek formal·
atau perbedaan dalam·penekanan pada objek material. Masalah pokok
yang akan dijawab adalah apakah Pancasila sudah memenuhi syarat untuk
dapat disebut sebagai sistem kefilsafatan?
Dalam uraian terdahulu dikatakan· bahwa sistem kefilsafatan
adalah kumpuan dari ajaran-ajaran tentang kenyataan, yang saling
berhubungan. sehingga merupakan kesatuan, komprehensif yang
kesemuanya itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dimensi

vii
subjektif dibentuknya sistem filsafat adalah kesadaran dari pelaku atau
pembentuk sistem tersebut untuk menerapkan sistem itu bagi .tujuan
tertentu atau ideal yang diharapkan.
Setiap sila dari Pancasila tidak dapat dipisahkan dari kesatuan
keseluruhannya. Pada dasarnya yang menjadi subjek atau pendukung dari
ini isi sila-sila Pancasila adalah manusia Indonesia sebagai manusia.
Manusia yang terdiri dari sejumnlah unsur mutlak yang semua unsur
tersebut menduduki dan menjalankan fungsinya secara mutlak, artinya
tidak dapat digantikan fungsinya oleh unsur yang lain. Adapun inti isi
masing-masing sila Pancasila adalah penjelmaan atau realisasi yang sesuai
dengan unsur-unsur hakikat manusia sehingga setiap sila harus menempati
kedudukan dan menjalankan fungsinya secara mutlak dalam susunan
kesatuan Pancasila.
Prof. Notonagoro menyatakan bahwa sila-sila Pancasila merupakan
kesatuan yang bersifat organis, yaitu terdiri atas bagian-bagian yang tidak
terpisahkan. Didalam kesatuan ini, tiap-tiap bagian menempati kedudukan
sendiri dan berfungsi sendiri. Meskipun tiap-tiap sila itu berbeda-beda
namun tidak· saling bertentangan malahan saling melengkapi.·
Konsekuensi dari konsepsi ini adalah bahwa tidak ·dapat salah satu sila itu
dihilangkan.
Muhammad Yamin juga menegaskan sifat kesatuan dari sila-sila
Pancasila. Jadi, tidaklah benar bahwa ajaran lima sila itu hanya satu
kumpulan barang yang baik-baik belaka,danbercerai berai seperti pasir
ditepi pantai. Tidaklah begitu saudara-saudara., semuanya kelima sila itu
adalah tersususun dalam suatu perumusan pikiran filosofi yang harmonis.
(Yamin, 1958).
Sejalan dengan itu Prof. Notonagoro menyatakan:
“Sedangkan sebenarnya sila-sila itu bersama-aama merupakan
bagian-bagian dari suatu keutuhan, merupakan bagian-bagian dalam
hubungan kesatuan”
Berdasar pada uraian di atas, Pancasila sudah memenuhi syarat
untuk dapat disebut sebagai sistem kefilsafatan. Sebagai suatu sistem

viii
kefilsafatan, Pancasila merupakan basil pemikiran manusia. Indonesia
secara mendalam., sistematik dan menyeluruh tentang kenyataan. Setiap
sistem kefilsafatan pada hakikatnya mencerminkan pandangan sesuatu
kelompok atau sesuatu bangsa. Terbentuknya sistem kefilsafatan ini juga
dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sosial dan spiritual tempat bangsa ini
hidup. Pancasila merupakan pencerminan pandangan Bangsa Indonesia
dalam menghadapi realitas. Secara tegas dalam Pancasila tercermin
pandangan Bangsa Indonesia mengenai "Tuhan", "manusia", "satu",
"rakyat" dan "adil"

2.3. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem


Istilah sistem berasal dari istilah Yunani 'Sistema' yang
mengandung arti keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian
yang berarti pulau berhubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan
dan komponen secara teratur. Sistem dipergunakan untuk menunjukkan
suatu himpunan bagian yang saling berkaitan, keseluruhan organ-organ
tubuh tertentu, sehimpunan ide-ide, prinsip dan sebagainya. hipotesis atau
teori, metode atau tata cara (prosedur), skema atau metode pengaturan
susunan sesuatu.
Emlia M. Awad (1979) memberikan definisi sistem adalah
himpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan
sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Shrode
danVoich dalam tatang M.Airin (1989) memberikan definisi sistem
dengan mengingat unsur-unsur penting yang ada dalam sistem yaitu:
a. Himpunan bagian-bagian
b. Bagian-bagian itu saling berkaitan
c. Masing-masing bagian bekerja secara mandiri dan bersama-sama
d. Semuanya ditunjukkan pada pencapaian tujuan bersama atau tujuan
sistem.
e. Terjadi di lingkungan yang rumit atau kompleks.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat merupakan hasil perenungan
yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan

ix
itu semula dimaksudkan untuk merumuskan asas Negara yang merdeka,
selain itu hasil perenungan tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena
telah memenuhi ciri-ciri berfikir kefilsafatan. Beberapa ciri kefilsafatan
meliputi:
1. Sistem filsafat harus koheren, artinya berhubungan satu sama lain
secara rutin. Pancasila sebagai sistem filsafat bagian-bagiannya
tidak saling bertentangan meskipun berbeda, tersendiri.
2. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala
hal dan segala yang terdapt dalam kehidupan manusia. Pancasila
sebagai filsafat hidup bangsa merupakan suatu pola yang dapat
mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di
indonesia.
3. Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk
perenungan mendalam yang sampai ke inti mutlak persoalan
sehingga menemukan aspek yang sangat fundamental. Pancasila
sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata
kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan
tuhan dalam kehidupan ber- masyarakat, dan bernegara.
4. Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil
perenungan sebagai para anggapan sebagai titik awal yang
kemudian menjadi pola dasar berdasarkan penalaran logis, serta
pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu.
Sebagai suatu sistem filsafat atau pandangan dunia, pancasila
merupakan suatu kesatuan. Pancasila sendiri terdiri atas lima bagian (sila)
yang masing-masing sila mempunyai asas dan fungsi masing-masing
tetapi merupakan rangkaian suatu tujuan tertentu, yaitu suatu masyarakat
yang adil dan makmur. Pada hakikatnya, isi sila-sila pancasila
mencerminkan asas peradaban.Namun demikian, sila-sila tersebut bersama
sama merupakan satu kesatuan utuh dan bulat. Setiap sila merupakan satu
unsur (bagian) dari kesatuan pancasila sehingga pancasila merupakan satu
kesatuan mutlak yang bersifat majemuk tunggal. Konsikuensinya, setiap
sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak terpisah dari sila-sila lainnya.

x
2.4. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Filsafat pancasila sebagai genetivus objectivus dan genetivu-subjektivus
Pancasila sebagai genetivus objectivus artinya nilai-nilai pancasila
dijadikan sebagai objek yang dicari landasan filososisnya berdasarkan
system-system dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di barat.
Menurut notonagoro (1975) pancasila kalau ditinjau asal mulanya atau
sebab terjadinya maka pancasila memenuhi syarat empat sebab
(kausalitas) menurut aristoteles yaitu:
1. Kausa Materialis (asal mula bahan)
Bangsa indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai pancasila,
sehingga pancasila itu pada hakikatnya nilai-nilai yang merupakan
unsur-unsur pancasila digali dari bangsa indonesia yang berupa nilai-
nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religious.
2. Kausa Formalis(Asal MulaBentuk)
Hal ini dimaksudkan bagaimana asal mula bentuk atau bagaimana
bentuk pancasila itu dirumuskan sebagaimana termuat dalam
pembukaan UUD 1945.
3. Kausa Efisien (Asai Mula Karya)
Kausa efisien yaitu asal mula yang menjadikan pancasila dari calon
dasar Negara menjadi dasar Negara yang sah.
4. Kausa Finalis (Asal Mula Tujuan)
Pancasila dirumuskan dan dibalas dalam siding siding para pendiri
Negara, tujuannya dalah untuk dijadikan sebagai dasar Negara.
Pancasila sebagai Genetivus Subjektivus, artinya nilai-nilai pancasila
dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang,
baik untuk menemukan hal- hal yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila
maupun untuk menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
pancasila. Selain itu nilai-nilai pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi
pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai pancasila
harus mampu menjadikan pelaksanaansistem politik dan dasar bagi
pembangunan nasional.

xi
2.5. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami dinamika sebagai
berikut. Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat
dikenal dengan istilah “Philosofische Grondslag”. Gagasan tersebut
merupakan perenungan filosofis Soekarno atas rencananya berdirinya
negara Indonesia merdeka. Ide tersebut dimaksudkan sebagai dasar
kerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara. Ide tersebut
ternyata mendapat sambutan yang positif dari berbagai kalangan, terutama
dalam sidang BPUPKI pertama, persisnya pada 1 Juni 1945. Namun, ide
tentang Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci, lebih
merupakan adagium politik untuk menarik perhatian anggota sidang, dan
bersifat teoritis. Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan bahwa
Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat dari akulturasi
budaya bangsa Indonesia.
Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat
berkembang ke arah yang lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih
tepat adalah weltanschauung). Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya
bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto
mengembangkan sistem filsafat Pancasila menjadi penataran P-4.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang
terdengar resonansinya. Namun, Pancasila sebagai sistem filsafat bergema
dalam wacana akademik, termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan
oleh Habibie dalam pidato 1 Juni 2011. Habibie menyatakan bahwa:
" Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang
tidak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila
seolah hilang dari memori kolektif bangsa Indonesia. Pancasila semakin
jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan
ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti
tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan

xii
bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan
kebebasan berpolitik” (Habibie, 2011: 1--2).

2.6. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat
muncul dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual
pemilik modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka
meraih keuntungan sebesar-besarnya merupakan upaya untuk
menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk tantangan
kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah
meletakkan kebebasan individual secara berlebihan sehingga dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti monopoli, gaya hidup
konsumerisme, dan lain-lain.
2. komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas
perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal.
Komunisme merupakan aliran yang meyakini bahwa kepemilikan
modal dikuasai oleh Negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.
Salah satu bentuk tantangan komunisme terhadap Pancasila sebagai
sistem filsafat ialah dominasi negara yang berlebihan sehingga dapat
menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.

xiii
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Istilah filsafat berasal dari bahasa yunani (philosophia), tersusun
dari kata philos yang berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan,
tertarik kepada dan kata Sophos yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, praktis, intelegensi. Dapat di simpulkan bahwa
filsafat sebagai proses dan produk berpikir manusi, merupakan pemikiran
teori tentang tuhan, alam semesta secara keseluruhan yang mencakup
hidup manusia yng ada di dalamnya untuk kemudian bagi manusia
pemikiran teoritis tersebut dipergunakan sebagai pandangan dunia (world
view).
Pancasila sebagai sistem filsafat sudah dikenal sejak para pendiri
Negara memberikan masalah dasar filosofis Negara (philosofishe-
grondslag) dan pandangan hidup bangsa (weltanschauung). Meskipun
kedua istilah tersebut mengandung muatan filsofis, tetapi pancasila sebagai
sistem filsafat yang mengandung pengertian lebih akademis memerlukan
perenungan lebih mendalam. Filsafat pancasila memerlukan istilah yang
mengemuka dalam dunia akademis. Ada dua pendekatan yang
berkembang dalam pengertian filsafat pancasila, yaitu pancasila sebagai
genetivus objectivus dan pancasila sebagai genetivus- objectivus. Kedua
pendekatan tersebut saling melengkapi karena yang pertama meletakkan
pancasila sebagai aliran atau objek yang dikaji oleh aliran-aliran filsafat
lainnya, sedangkan yang deua meletakkan pancasila sebagai subjek yang
mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya. Pentingnya pancasila sebagai
sistem filsafat ialah agar dapat diberikan pertanggung jawaban rasional
dan mendasar mengenai sila-sila dalam pancasila sebagai prinsip-prinsip

xiv
politik agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional
dalam penyelenggaraan Negara agar dapat membuka dilog dengan
berbagai persepektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan
agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang
bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat.

3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
sebagaimana yang kita harapkan, maka dari pada itu penulis butuh kritikan
dan saran dari teman-teman yang membacanya, yang sifatnya
membangun, demi kesempurnaannya ke depan. Semoga makalah yang
penulis tulis berguna serta bermanfaat bagi para pembaca.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Laurensius Arliman S, (2020). Pendidikan Kewarganegaraan, Deepublish,


Yogyakarta.

Waruwu, A. 2023. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Jurnal Pendidikan


Tambusai. 7(3). 1-8. Mudhofir, A. Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan.
Jurnal Filsafat. 9-13.

xvi

Anda mungkin juga menyukai