Anda di halaman 1dari 17

KAJIAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI DAN SISTEM FILSAFAT

Disusun oleh :

Nur Alfinah Huda Ridwanallah 1812061019

Mohammad Syahrul Moharrom Al Hakim 1812061023

Dosen Pengajar :

I Wayan Trisna Mahardika, S.Pd.,M.Pd

Program Studi : Pendidikan Bahasa Jepang


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami menyelesaikan makalah yang berjudul “KAJIAN
PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI DAN SISTEM FILSAFAT”. Penyusunan makalah
ini untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pendidikan Pancasila. Kami harap dapat
menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam Pendidikan pancasila. Serta pembaca
dapat mengetahui tentang bagaimana dan apa sebenarnya sistem nilai dan sistem filsafat
pancasila.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk melengkapi segala kekurangan
dan kesalahan makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

I.1 Latar Belakang.........................................................................................

I.2 Rumusan Masalah....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

II.1 Pengertian dan Makna Filsafat.................................................................

II.2 Pancasila Sebagai Sistem nilai................................................................

II.3 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat...........................................................

II.3.1 Dasar Ontologis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.................

II.3.2 Dasar Epistemologis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat..........

II.3.3 Dasar Aksiologis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat...............

II.4 Implementasi Nilai-Nilai Pancasila........................................................

II.5 Isu –Isu Kontroversial Pancasila Sebagai Sistem Nilai Dan Filsafat.....

BAB III PENUTUP................................................................................................

III.1 Kesimpulan............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pancasila merupakan lima dasar yang menjadi ideologi negara Indonesia.


Sejarahnya yang cukup panjang dalam mencari jati diri selama ratusan tahun mulai dari
penjajahan belanda membuat para pendiri bangsa berfikir untuk merumuskan suatu landasan
negara yang memiliki karakteristik sesuai kepribadian bangsa Indonesia. Hingga akhirnya
tersimpul lima dasar yang mencakup segala aspek, baik berupa Religius, Humanisme,
Nasionalis, Demokrasi dan Keadilan. Semuanya terkandung dalam satu simbol yaitu
Pancasila.
Kedudukan pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia antara lain adalah sebagai
dasar negara Indonesia, sebagai sumber dari segala sumber hukum, sebagai perjanjian luhur
bangsa, sebagai cita-cita dan tujuan bangsa serta sebagai ideologi nasional yang
mempersatukan bangsa.
Rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke empat merupakan
landasan yuridis yang tidak dapat diubah, alasannya adalah pancasila merupakan falsafah
hidup dan perjanjian luhur bangsa Indonesia. Sebagai falsafah hidup dan kepribadian bangsa
Pancasila diyakini memiliki rumusan yang paling tepat. Oleh karena itu, kami menulis
makalah berjudul ”Filsafat Pancasila” selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan juga untuk menambah nasionalisme pembaca, mengingat nasionalisme
warga negara Indonesia akhir-akhir ini yang semakin luntur. Sehingga kami harapkan apa
yang kami sampaikan dapat menjiwai setiap tingkah laku dan kepribadian pembaca.
I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dari filsafat?

2. Bagaimana sistem nilai dari pancasila?

3. Bagaimana penerapan pancasila sebagai sistem filsafat?

4. Bagaimana
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pengertian dan Makna Filsafat

Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai
kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata yaitu
philos dan sopia. Philos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan sophia dapat diartikan
sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada
kebijaksanaan.

Menurut sejarah, Pythagoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama kali memakai
kata Philosophia. Ketika beliau ditanya, apakah ia sebagai orang yaang bijaksana. Pythagoras
dengan rendah hati menyebut bahwa dirinya sebagai philosophos, yaitu pecinta
kebijaksanaan (lover of wisdom). Jadi “mencintai” kebijaksanaan belumlah berarti “memiliki”
kebijaksanaan itu.

Banyak sumber menegaskan bahwa sophia mengandung arti yang lebih luas daripada
kebijaksanaan. Artinya, ada berbagai macam pengertian, antara lain (a) kerajinan, (b)
kebenaran pertama, (c) pengetahuan yang luas, (d) kecerdikan dalam memutuskan hal-hal
yang praktis. Dengan demikian, asal mula kata filsafat itu sangat umum. Intinya adalah
mencari keutamaan mental (the pursuit of mental excelence).

Beberapa filosof dan ahli filsafat yang telah memberikan batasan terhadap kata
filsafat dapat disebutkan antara lain.

a. Plato (427-347 SM) mengatakan bahwa filsafat tidak lain daripada pengetahuan
tentang segala yang ada.
b. Sidi Gazalba mengatakan bahwa filsafat adalah hasil dari berfilsafat. Ini artinya
bahwa filsafat merupakan suatu produk, yaitu produk berfikir manusia yang juga
disebut berfilsafat atau berfikir filsafat.
c. Aristoteles (427-347 SM) mengatakan bahwa kewajiban filsafat adalah
menyelidiki sebab dan asas segala benda. Penyelidikan tentang sebab sekarang ini
telah ada pembagian antara filsafat dan ilmu. Sebab awal masuk penyelidikan
bidang filsafat, sedang sebab kejadian masuk penyelidikan bidang ilmu.
II.2 Pancasila Sebagai Sistem nilai

Sistem secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu rangkaian antara unsur yang
satu dengan yang lainnya. Jika kita berbicara tentang sistem nilai berarti ada beberapa unsur
nilai yang menjadi satu dan bersama sama menuju pada suatu tujuan tertentu.

Sistem nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh menegenai apa yang hidup
dalam pikiran seseorang atau sebagian besar anggota masyarakat menyangkut apa yang
dipandang baik,berharga dan penting dalam hidup. Sistem nilai tentu saja berfungsi sebagai
pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan masyarakat tersebut.

Pancasila sebagai sistem nilai mengandung serangkaian nilai. Sila I mengandung nilai
religius (ketuhanan), yang memberikan landasan hubungan antara manusia dengan Tuhan
sebagai Penciptanya. Sila II, III,IV, dan V lebih menunjukan nilai sosial kemanusiaan, yang
memberi landasan kehidupan manusia dalam hubungan dengan sesamanya dalam lingkungan
sosial, maupun dalam usaha untuk mencakupi kebutuhan hidupnya. Secara lebih terperinci,
nilai yang terkandung dalam sila sila tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Sila II
menegaskan nilai dasar kemanusiaan yang menunjukan kekhususan harkat dan martabat
manusia dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Nilai kemanusiaan ini dijabarkan dalam sila
III sebagai landasan perwujudan nilai kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat bangsa
Indonesia sebagai satu kesatuan masyarakat bangsa. Pengkhususan nilai kemanusiaan dalam
kehidupan menegara menghasilkan nilai kerakyatan, yaitu penghargaan rakyat sebagai
manusia yang merupakan subjek dalam kegiatan hidup menegara. Nilai kerakyatan ini
ditegaskan dalam sila IV. Dan dalam rangka menyelenggarakan sarana sarana yang
diperlukan dalam kehidupannya, manusia tetap perlu saling menghargai sebagai manusia
yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Pedoman yang dipakai agar nilai
kemanusiaan tetap terwujud dalam penyelenggaraan sarana dan kebutuhan hidup manusia
adalah nilai keadilan, yang ditegaskan dalam sila V.

Serangkaian nilai dalam Pancasila, seperti nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan merupakan satu kesatuan yang utuh, tak
terpisahkan mengacu kepada tujuan yang satu. Pancasila sebagai suatu sistem nilai termasuk
ke dalam nilai moral (nilai kebaikan) dan masih bersifat abstrak. Untuk dapat dipakai sebagai
pedoman kehidupan, maka perlu dijabarkan ke dalam bentuk norma (dalam hal ini normanya
tentunya norma moral/tingkah laku).
II.3 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pengertian tentang sistem dapat mengacu pada benda-benda konkrit maupun benda-
benda abstrak. Kita sering mendengar atau membaca istilah-istilah seperti misalnya: sistem
nilai budaya, sistem politik, sistem pendidikan nasional, sistem sosial, sistem syaraf, sistem
jaringan otot, dan sebagainya.

Hal-hal yang bersangkutan dengan suatu sistem adalah :

1. Dalam suatu sistem termuat adanya sejumlah unsur atau bagian. Dalam suatu sistem
abstrak unsur ini berwujud pandangan dan ajaran tentang suatu hal.
2. Unsur-unsur yang termuat dalam sistem saling berhubungan sehingga merupakan
kesatuan yang menyeluruh
3. Hubungan antara unsur-unsur tersebut bersifat tetap.
4. Dalam suatu sistem termuat adanya maksud atau tujuan yang ingin dicapai

Pancasila sebagai sistem filsafat, dilihat dari istilah pancasila diperoleh kesan bahwa

ada lima asas (sila) yang berbeda yang menjadi dasar kehidupan bernegara. Masing-masing
sila sepertinya terpisah bahkan dianggap bertentangan antara sila yang satu dengan yang
lainnya. Adanya kesan seperti itu, seolah-olah sila-sila pancasila itu merupakan alternatif
yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan.

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat.
Setiap sila dalam pancasila merupakan suatu asas dan memiliki fungsi sendiri-sendiri, namun
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Sila-sila pancasila pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan organik.

Kesatuan sila-sila pancasila merupakan kesatuan yang memiliki hubungan yang


bertingkat dan berbentuk piramidal (kesatuan yang bersifat hierarkhis dan berbentuk
piramidal). Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan
hierarkis sila-sila pancasila dalam urutan-urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal isi
sifatnya (kualitas).

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat disusun berdasarkan urutan logis keberadaan
unsur-unsurnya. Sila ketuhanan yang Maha Esa ditempatkan pada urutan yang pertama (sila
pertama) karena bangsa indonesia meyakini segala sesuatu yang berasal dari Tuhan dan akan
kembali kepadaNya. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab ditempatkan sebagai sila kedua
karena manusialah yang merupakan pendukung dan pengemban nilai yang akan mencapai
nilai atau tujuan yang didambakan. Setelah prinsip kemanusiaan dijadikan landasan, maka
untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan manusia-manusia tersebut perlu bersatu
membentuk masyarakat (negara), sehingga perlu adanya persatuan (sila ketiga). Agar
kelangsungan hidup bermasyarakat atau bernegara lebih terjamin,maka perlu dikembangkan
bentuk pemerintahan demokrasi, dimana segala permasalahan hidup harus diselesaikan
bersama dengan prinsip musyawarah mufakat (sila keempat). Semua upaya tersebut pada
akhirnya dimaksudkan untuk mewujudkan keadilan sosial, dalam arti keadilan yang dapat
dinikmati dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
II.3.1 Dasar Ontologis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu atau
tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Masalah
ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas
sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang
tampak pada makhluk hidup? Dan seterusnya. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.

Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri
sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak
yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai
dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa,
yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang
berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.

Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki
hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani.
Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai
makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. (lihat Notonagoro, 1975: 53).

Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan
sebab-akibat:
1. Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil
sebagai pokok pangkal hubungan.
2. Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai
sebab, dan negara adalah sebagai akibat

Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro hakikat dasar
ontologis Pancasila adalah manusia. Mengapa?, karena manusia merupakan subjek
hukum pokok dari sila-sila Pancasila. Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan
Yang Maha Esa, berkemanusian yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia (Kaelan,
2005). Dengan demikian. secara ontologis hakikat dasar keberadaan dari sila-sila Pancasila
adalah manusia. Untuk hal ini. Notonagoro lebih lanjut mcngemukakan bahwa manusia
sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak,
yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, serta jasmani dan rohani. Selain itu, sebagai
makhluk individu dan sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, secara hierarkis sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila (Kaelan,
2005).
II.3.2 Dasar Epistemologis Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari


hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena
epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu
tentang ilmu). Kajian epistemologi Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Oleh karena itu, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan
konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan
yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
a) Tentang sumber pengetahuan manusia;
b) Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia; serta
c) Tentang watak pengetahuan manusia.
Epistemologi Pancasila sebagai suatu objek kajian pengetahuan pada hakikatnya meliputi
masalah sumber pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila. Adapun tentang
sumber pengetahuan Pancasila. sebagaimana telah dipahami bersama, adalah nilai-nilai yang
ada pada bangsa Indonesia itu sendiri. Merujuk pada pemikiran filsafat Aristoteles, bahwa
nilainilai tersebut sebagai kausa material is Pancasila. Selanjutnya, susunan Pancasila sebagai
suatu sistem pengetahuan maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik
dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti.

dari dari sila-sila Pancasila ifu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkis
dan berbentuk piramidal,yaitu:
a) Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya;
b) Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga, keempat. dan
kelima;
c) Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila
keempat dan kelima;
d) Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga, serta mendasari dan
menjiwai sila kelima; serta
e) Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Demikianlah. susunan Pancasila memiliki sistem logis, baik yang menyangkut kualitas
maupun kuantitasnya. Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut kualitas ataupun
kuantitasnya. Selain itu, dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut isi arti sila-sila
Pancasila tersebut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan
kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi. Kedudukan dan kodrat
manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, sesuai
dengan sila pertama Pancasila, epistemologi Pancasila juga mengakui kcbenaran wahyu yang
bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebcnaran yang tertinggi. Selanjutnya, kebenaran dan
pengetahuan manusia merupakan suatu sintesis yang harmonis di antara potensi-potensi
kejiwaan manusia, yaitu akal, rasa, dan kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran
yang tertinggi. Selain itu, dalam sila ketiga, keempat, dan kelima, epistemology Pancasila
mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Sebagai suatu paham epistemologi,
Pancasila memandang bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena
harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam
upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam hidup manusia. Itulah
sebabnya Pancasila secara epistemologis harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam
membangun perkembangan sains dan teknologi dewasa ini.
(https://www.academia.edu/4991437/Rangkuman_Ontologis_Pancasila)

Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Masyarakat


Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai arti setiap warga negara dalam
kehidupannyamenggunakan pancasila sebagai petunjuk hidup dalam rangka
mencapai daya saing bangsa,k e s e j a h t e r a a n d a n k e a d i l a n , b a i k l a h i r m a u p u n
batin. Pemahaman implementasi pancasila d i h a r a p k a n a k a n a d a n y a
tata kehidupan yang serasi dan harmonis dalam
k e h i d u p a n bermasyarakat dan bernegara
.1. Implementasi Sila PertamaKetuhanan yang Maha Esa, sila ini menghendaki setiap
warga negaranya untuk menjunjungtinggi agama dan kepercayaan terhadap tuhan
yang maha esa. Beberapa pedoman yang dapatdilakukan warga negara yaitu
a. Percaya dan takwa kepada "uhan yang Maha Esa sesuai agama dankepercayaan
masing#masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganutkepercayaan
yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agamadan
kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

Implementasi Sila KeduaSila Kedua menghendaki warga negara untuk menghormati


kedudukan setiap warga negarau n t u k m e n g h o r m a t i k e d u d u k a n s e t i a p
m a n u s i a d e n g a n k e l e b i h a n d a n k e k u r a n g a n m a s i n g - masing. Setiap manusia
barhak mempunyai kehidupan yang layak serta menggunakan norma sopan santun
dalam pergaulan sesame manusia. Implementasi Sila Kedua antara lain
a. Mengakui persamaan derajad, p ersamaan hak, dan perasamaan
k e w a j i b a n a n t a r a s e s a m a manusia.
b. Saling mencintai sesama umat manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggan rasa.
d. tidak semena#mene tarhadap orang lain.
e . b a n g s a i n d o n e s i a m e r a s a d i r i n ya s e b a g a i b a g i a n d a r i s e l u r u h u m a t
m a n u s i a , k e r e n a i t u dikembangkan sikap saling menghormati dengan bangsa lain.

Implementasi Sila KetigaS i l a K e t i g a m e r u j u k p a d a p e r s a t u a n y a n g u t u h d a n


t i d a k t e r p e c a h b e l a h a t a u b e r s a t u n ya bermacam#macam perbedaan suku, agama,
dan lain lain#lain yang berada di wilayah indonesia. utir#butir implementasi sila ketiga
antara lain
a. Menempatkan persatuan , kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan
negara diataskepentingan pribadi dan golongan.
b. 'ela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. (inta bangsa dan tanah air.
d. bangga sebagai bangsa indonesia bertanah air air indonesia.).

Implementasi Sila KeempatSila ini memiliki makna bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat,
dan dalammelaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalanka sistem perwakilan dan

keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan cara permusyawarah.


utirbutir implementasi sila keempat antara lain
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. "idak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusanuntuk kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mu*akat diliputi semangat kekeluargaan.
e. dengan itikad yang baik dan rasa tanggung jawab menerima
d a n m e l a k s a n a k a n h a s i l keputusan musyawarah.. Musyawarah dilakukan dengan
akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan yang diambil harus
dapat di pertanggungjawabkan kepada tuhan yang mha esa, menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia serta nilai#nilai kebenaran dan keadilan.

Implementasi Sila KelimaSila ini mempunyai makna bahwa seluruh rahyat


indonesia mendapatkan perlakuan yang adildalam bidang hukum, politik,
ekonomi, kebudayaan, dan kebutuhan spiritual rohani sehingga tercipta masyarakat
yang dail dan makmur.butir implementasi sila kelima antara lain
a. Mengembangkan perbuatan#perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasanakekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. bersikap adil.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghomati hak#hak orang lain.
e. Suka memberi pertolonga kepada orang lain.
F,Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g. tidak bersikap boros.h. "idak bergaya hidup mewah.
i. "idak melakukan perbuatan yang merugika umum.
j. Suka bekerja keras.
k. Menghargai karya orang lain.
l. bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial
(https://www.academia.edu/23019935/Implementasi_Pancasila_Dalam_Kehidupan_Masyara
kat)

Anda mungkin juga menyukai