Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PENGERTIAN DAN LANDASAN PANCASILA SEBAGAI


SISTEM FILSAFAT”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Nadine Syahwa Nickola (C0A023001)


2. Aulia Rahma (C0A023006)
3. Dimas Setyowibowo (C0A023030)
4. Nur Fitri Anggraeni (C0A023035)
5. Farras Abyan Reinaldi (C0A023039)
6. Innaya Nur Azizah Fatmawati (C0A023065)
7. Chandra Kumara Aji (C0A023084)

PROGRAM STUDI D3-ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITASJENDERAL SOEDIRMAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penugasan
makalah “Pengertian dan Landasan Pancasila sebagai Sistem Filsafat” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun berdasarkan materi yang telah
dipelajari dari berbagai sumber. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Pancasila yang di bimbing
oleh Bapak Ulul Huda.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tak lepas dari bantuan, arahan, dan
masukan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak
Ulul Huda. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah
memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kami. Penulis juga menyadari pentingnya sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah yang kami buat.
Meski demikian, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
menyadari masih ada kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan, baik dari segi
tanda baca, tata bahasa, maupun isi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan sebagai upaya penyempurnaan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca, dan khususnya
untuk kami.

Purwokerto, November 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2
A. Pengertian Pancasila dan Filsafat ..................................................... 2
B. Pancasila Sebagai Filsafat................................................................ 2
C. Obyek Filsafat Pancasila ................................................................. 4
D. Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologis,
Aksiologis ...................................................................................... 5
BAB III PENUTUP ................................................................................... 9
A. Kesimpulan ..................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ideologi dibutuhkan oleh suatu bangsa untuk mewujudkan tujuan
negaranya. Bagi suat negara, ideologi merupakan sesuatu yang berfungsi
sebagai pandangan hidup dan petunjuk arah di berbagai aspek kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara. Pancasila menjadi acuan bagi
pemerintahan, pembangunan sosial, hukum, dan kehidupan masyarakat
Indonesia secara umum. Pancasila juga menekankan pentingnya menjaga
persatuan dalam keberagaman dan menghormati hak asasi manusia.
Penerapan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari penting untuk
menciptakan masyarakat yang saling menghormati, menjaga martabat, dan
berlaku adil terhadap sesama. Dengan menerapkan nilai-nilai ini, kita
dapat membangun hubungan sosial yang harmonis dan mencapai keadilan
bagi semua individu dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pancasila dan Filsafat?
2. Bagaimana Penjelasan dari Pancasila sebagai Filsafat?
3. Apa Saja Obyek Filsafat Pancasila
4. Bagaimana Penjelasan Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis,
Epistemologis, Aksiologis

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Pancasila dan Filsafat
2. Mengetahui Penjelasan dari Pancasila sebagai Filsafat
3. Mengetahui Obyek-Obyek Filsafat Pancasila
4. Mengetahui Penjelasan Pancasila Melalui Pendekatan Dasar
Ontologis, Epistemologis, Aksiologis

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila dan Filsafat


Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari bahasa Sanskerta: पञ्च "pañca" berarti lima dan शीला "śīla" berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.Pancasila tidak
hanya sekadar dasar negara, tetapi juga merupakan panduan moral, cita-
cita perjuangan, sumber hukum, dan cerminan identitas bangsa Indonesia
sedangkan Filsafat adalah ilmu yang melahirkan pemikiran-
pemikiran tentang berbagai macam hal,Filsafat merupakan studi mengenai
hakikat realitas dan keberadaan, mengenai apa yang mungkin diketahui
hingga perilaku benar atau salah....filsafat ada kaitannya dengan
pancasila,berikut kita bahas pancasila merupakan suatu filasafat

B. Pancasila Sebagai Filsafat


Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan
hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding
father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem. Filsafat Pancasila
memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari
Pancasila. Pancasila sebagai sesuatu yang ada, maka dapat dikaji secara
filsafat (ingat objek material filsafat adalah segala yang ada), dan untuk
mengetahui bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat, maka perlu dijabarkan
tentang syarat-syarat filsafat terhadap Pancasila tersebut, jika syarat-syarat
sistem filsafat cocok pada Pancasila, maka Pancasila merupakan sistem
filsafat, tetapi jika tidak maka bukan sistem filsafat. Sebelum itu
pengertian dari sistem itu sendiri adalah suatu kumpulan atau himpunan
dari suatu unsur, komponen, atau variabel yang terorganisasi, saling

2
berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Sistem
mempunyai ciri ciri, yaitu:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan
sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Dari pengertian serta ciri ciri dari sistem itu sendiri, maka
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga harus menerapkan hal tersebut
sebagai syarat bahwa Pancasila berperan sebagai suatu sistem filsafat,
sehingga memiliki ciri ciri sebagai berikut, yaitu:
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan
utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5.
b. Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan
menjiwai sila 3, 4 dan 5;
c. Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5;
d. Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan
menjiwai sila 5;
e. Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Dari situlah Pancasila bisa dikatakan sebagai suatu sistem filsafat,
dimana Pancasila menjadi satu kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila
pancasila), tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri, tiap sila
pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling bertentangan, dan
keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang sistematis
(majemuk tunggal). Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti

3
mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja
ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada
umumnya

C. Obyek Filsafat Pancasila


Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliputi hal-hal yang ada
atau dianggap dan diyakini ada, seperti manusia, dunia, Tuhan dan
seterusnya. Berikut Ruang lingkup obyek filsafat :
a. Obyek Material
b. Obyek Formal
Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of
Philosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok
filsafat (secara tersirat menunjukan objek filsafat) ialah : Truth
(kebenaran), Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and
mind (hubungan antara materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan
waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan), Monism versus
Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan).
Pendapat-pendapat tersebut diatas menggambarkan betapa luas dan
mencakupnya objek filsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun
sudut pandangnya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
objek filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud dalam sudut pandang
dan kajian yang mendalam (radikal). Secara lebih sistematis para ahli
membagi objek filsafat ke dalam objek material dan obyek formal. Obyek
material adalah objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan
telaahan dalam berfikir, sedangkan obyek formal adalah objek yang
menyangkut sudut pandang dalam melihat obyek material tertentu.
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat
adalah sarwa yang ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis
besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu :
1. Hakekat Tuhan
2. Hakekat Alam

4
3. Hakekat manusia
sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara
radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek material
filsafat mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat
difikirkan oleh manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan
tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material tersebut, dengan
kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang
digunakan dalam memikirkan objek material filsafat.

D. Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologis,


Aksiologis
1. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila (Hakikat Manusia)
Menurut Aristoteles Ontologi adalah ilmu yang menyelidiki
hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan
disamakan artinya dengan metafisika Bidang ontologi menyelidiki
tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda,
alam semesta (kosmologi), metafisika.
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-
sila Pancasila. Pancasila terdiri atas lima sila, dimana setiap sila
bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan
memiliki suatu kesatuan dasar ontologis. Dasar ontologis Pancasila pada
hakikatnya dalam manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu
monopluralis ataau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subjek pendukung dari sila-sila Pancasila adalah manusia.
Hal tersebut dijelaskan bahwa kelima sila pancasila pada halikatnya
adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-
silaa pancasila secara ontologis memiliki hal hal yang mutlak, yaitu
terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat
kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta
sebagai makhluk pribasdi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

5
Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-silaa pancasila
adalah berupa hubungan sebab-akibat :
a. Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia,
satu, rakyat dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.
b. Landasan sila-sila pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat
dan adil adalah sebab, dan negara adalah sebagai akibat.
Secara hierarkis sila pertama ketuhanan yang maha esa mendasari dan
menjiwai keempat sila – sila pancasila yg lainnya (Notonagoro, 1975:53) :
a. Sila pertama : Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, tuhan
adalah mutlak, sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas pula
sebagai pengatur tata tertib alam (Notonagoro, 1975:78) xvi.
b. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab, negara adalah
lembaga kemanusiaan, yang diadakan oleh manusia (Notonagoro,
1975:55).
c. Sila ketiga : persatuan indonesia. Persatuan adalah sebagai akibat
adanya manusia sebagai makhluk tuhan yang maha Esa, adapun hasil
persatuan adalah rakyat sehingga rakyat adalah merupakan unsur
pokok Negara.
d. Sila keempat : maka pokok sila keempat ialah kerakyatan yaitu
kesesuaiannya dengan hakikat rakyat
e. Sila kelima : dengan demikian logikanya keadilan sosial didasari dan
dijiwai oleh sila kedua yaitu kemanusiaan yg adil dan beradab
(Notonagoro, 1975:140,141).
2. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila (Pengetahuan)
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan, metode dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti
sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinnya pertemuan, batas dan
validasi ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu dan
teori terjadinnya ilmu atau science of science.
Menurut Titus, terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi
yaitu :

6
a. Tentang sumber pengetahuan manusia
b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
c. Tentang watak pengetahuan manusia
Secara epistemologis, kajian pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi
suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena
itu, pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam
kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epistemologi pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat
berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
Pancasila sebagai objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah
sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila. Tentang
susunan pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka pancasila
memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam atri susunan
sila-sila Pancasila maupu isi arti dari sila-sila pancasila.
Susunan kesatuan sila-sila pancasila adalah bersifat hirarkis dan
berbentuk piramidal. Sifat tersebut tempak dalam susunan pancasila. Itu
terlihat dari sila pertama pancasila mendasari dan menjiwai keempat
sila lainnya. Sila kedua disadari sila pertama dan mendasari serta
menjiwai sila ketiga dan seterusnya. Dengan demikian, susunan pancasila
memiliki sistem logis baik yang menyangkut kualitas maupun
kuantitasnya.
3. Landasan Aksiologis Filsafat Pancasila
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Istilah
aksiologi berasal dari kata Yunani “axios” yang artinya nilai, manfaat
dan “logos” yang artinya pikiran, ilmu dan teori. Aksiologi adalah teori
nilai, yaitu suatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang

7
diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika
suatu nilai.
Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu
kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi
Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai
pancasila.
Nilai (value dalam Bahasa Inggris) berasal dari kata lain valere
yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada
sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan”
(worth) atau “kebaikan” (gooddnes). Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai
juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu :
a. Nilai Dasar
Nilai dasar adalah asas asas yang kita terima sebagai dalil
yang bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu
dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dari pancasila adalah nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilaan.
b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan
dan meknisme lembaga-lembaga negara.
c. Nilai Praktis
Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan
dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian. Apakah nilai
dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup di masyarakat.
Nilai-nilai dalam pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral
merupakan nilai dasar yang mendasari nilai instrumental dan
selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara..

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, dapat kami simpulkan
bahwa pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
karena setiap sila tidak dapat ditukar atau dipindahkan. Bagi masyarakat
Indonesia, Pancasila mewakili gaya hidup bangsa dan negara Indonesia.
Dan filsafat adalah ilmu karena mempunyai logika, metode dan
sistem.Pancasila dianggap sebagai filsafat karena Pancasila merupakan
hasil perenungan spiritual yang mendalam yang dilakukan oleh para
pendahulu kita, yang kemudian diungkapkan dengan suatu sistem yang
sesuai, dimana Pancasila mempunyai hakikat tersendiri yang terbagi
menjadi lima menurut lima sila. Yang mendasari Pancasila adalah
landasan ontologis (Hakikat Manusia), landasan epistemologis
(Pengetahuan), landasan aksiologis (Mengamalkan nilai-nilai)

B. Saran
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh
masyarakat mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat
mengamalkan nilai-nilai sila dari pancasila dengan baik & benar, serta
tidak melecehkan arti penting pancasila.Generasi muda memiliki peran
kunci dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari. Program pendidikan karakter dan kegiatan sosial yang melibatkan
pemuda dapat memperkuat pemahaman mereka tentang nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, masyarakat juga dapat berkontribusi melalui proyek-
proyek pemberdayaan ekonomi lokal dan upaya-upaya kebersamaan dalam
mendukung komunitas yang membutuhkan bantuan.

9
KATA PENGANTAR

 Symphonium264 (2023). Pancasila Ideologi politik resmi di


Indonesia.Diakses pada 9 November 2023 dari Sumber berikut
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pancasila
 Vinaima, Alya Rizky (2021). MAKALAH PENDIDIKAN PANCASIL. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alamuniversitas Negeri Malang. Diakses
pada 9 November 2023 dari Sumber berikut
https://www.studocu.com/id/document/universitas-muhammadiyah-
bandung/chemis/makalah-pancasila-sebagai-sistem-filsafat-kelompok-
1/20510964
 Gunawan, Andri. LANDASAN EPISTEMOLOGIS FILSAFAT PANCASILA.
Diakses pada 9 November 2023 dari Sumber berikut
https://osf.io/3srz9/download
 Wahyuni, Andi Nur Afifah (2022). TUGAS PAPER INDIVIDU PEKAN 3
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Diakses pada 9 November 2023
dari Sumber berikut https://www.studocu.com/id/document/universitas-
hasanuddin/pancasila/pancasila-sebagai-sistem-filsafat-landasan-ontologis-
epistemologis-dan-aksiologis-filsafat-pancasila/17728305

10

Anda mungkin juga menyukai