Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

KURANG KALORI PROTEIN


Dosen Pengajar: Ns. Titik Setyaningrum, S. Kep., M. Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 11
Kelas 2A

1. MOHAMAD ARIF ROHMANUDIN (2114401033)


2. FIORENTISA FAJRIN AULIA (2114401024)
3. NENG PADILAH (2114401040)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO
PRODI DIII KEPERAWATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan KKP (Kurang Kalori
Protein)”. Dalam menyusun makalah ini kami banyak mendapatkan hambatan dan
rintangan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan ini bisa teratasi.

Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyusun makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada Ibu Ns. Titik Setyaningrum, S.Kep, M.Kep. selaku dosen dari mata kuliah
Keperawatan Anak, karena tanpa bimbingan beliau, kami tidak akan memahami
materi ini dengan baik. Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk
menyempurnakan nilai dari mata kuliah Keperawatan Anak.

Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa makalah yang kami buat
masih jauh dari kata sempurna baikdari segi susunan maupun tata bahasa. Besar
harapan kami kedepannya makalah ini dapat berguna untuk siapapun yang
membacanya. Dan kami sangat terbuka atas segala kritik dan saran terhadap
kekurangan pada makalah ini.

Jakarta, 18 Februari 2023

Penulis, Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I (PENDAHULUAN)...............................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................2
1.3 TUJUAN PENELITIAN..............................................................................................3
1.4 MANFAAT PENELITIAN..........................................................................................3

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA).....................................................................................

2.1 DEFINISI..................................................................................................................5
2.2 ETIOLOGI................................................................................................................5
2.3 PATOFISIOLOGI.....................................................................................................6
2.4 MANIFESTASI KLINIS..........................................................................................6
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................................7
2.6 PATHWAY...............................................................................................................9
2.7 PENATALAKSANAAN .......................................................................................10

BAB III (ASUHAN KEPERAWATAN)...........................................................................

3.1 PENGKAJIAN........................................................................................................12
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................................16
3.3 RENCANA KEPERAWATAN...............................................................................16
3.4 IMPLEMENTASI...................................................................................................19
3.5 EVALUASI.............................................................................................................20
3.6 INTERVENSI KEPERAWATAN BERDASARKAN JURNAL............................20
BAB IV (PENUTUP) .........................................................................................................
4.1 KESIMPULAN......................................................................................................23
4.2 SARAN..................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin
dalam kandungan, bayi, balita, remaja, dewasa sampai usia lanjut,
memerlukan kesehatan dan gizi Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan
dasar manusia. Sejak janin dalam kandungan yang optimal. Karena itu, setiap
kegiatan yang mengupayakan agar orang tetap sehat dan bergizi baik,
merupakan kegiatan mulia dan memiliki dampak besar dengan kesejahteraan
umat manusia (Kemenkes, 2018)
Di negara berkembang, anak di bawah lima tahun memiliki prevalensi
sekitar 27% kekurangan gizi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
menunjukkan adanya peningkatan prevalensi balita gizi kurang dan buruk
secara nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 persen,
terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan
tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. (Rompies, 2021)
Berdasarkan data Dinas Kesehatan dan Biro Kesejahteraan Sosial
Provinsi DKI Jakarta sepanjang tahun 2015 sampai 2019, jumlah kasus balita
kekurangan gizi terbesar yaitu pada tahun 2016 sebesar 1.692 kasus sementara
pada tahun 2019 terdapat 430 balita kekurangan gizi.
Penyebab masalah gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
langsung dan faktor tidak langsung. Penyebab langsung yaitu faktor makanan
dan penyakit infeksi. Faktor penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan
dalam keluarga, pola asuh, perawatan kesehatan dan sanitasi lingkungan yang
kurang memadai. Keempat faktor tidak langsung tersebut saling berkaitan
dengan pendidikan, pengetahuan, penghasilan dan keterampilan ibu
(Liansyah, 2015)

1
Penanganan atau perbaikan gizi sebagai upaya terapi yang tidak hanya
pada gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga kearah bidang –
bidang yang lain, misalnya penyakit gizi Kekurangan Kalori dan Protein
(KKP) pada balita dan anak – anak tidak cukup dengan hanya pemberian
makanan tambahan (PMT). (Baculu, 2017)
KKP dapat diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat
kekurangan energi protein yang terjadi maka manifestasi penyakitnya pun
berbeda – beda. (Hsb, 2022)

1.2 Rumusan Masalah


Kejadian gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan di Indonesia merupakan
permasalahan yang terbilang serius dan harus mendapatkan perhatian yang
khusus dari pemerintah, hal tersebut disebabkan karena prevalensi gizi kurang
dan gizi buruk pada balita (BB/U) mengalami peningkatan yang signifikan
dari 18,4% pada tahun 2007 meningkat menjadi 19,6% pada tahun 2013,
walaupiun mengalami penurunan dikisaran angka 17,7% pada tahun 2018
namun angka tersebut masih diatas target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) pada tahun 2019 yaitu sebesar 17%. Prevalensi
kejadian gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan di Indonesia cenderung tidak
stabil dikarenakan masih terjadi peningkatan tren terhadap kejadian gizi
kurang pada balita dari tahun ke tahun. Kejadian gizi kurang yang dialami
oleh balita dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan fisik
dan mental serta dapat menimbulkan permasalahan lain seperti terjadinya
kecacatan, meningkatnya angka kesakitan yang mana gizi kurang merupakan
pencetus gizi buruk yang dapat menyebabkan anak terkena penyakit
kwashiorkor dan marasmus sehingga akan meningkatkan angka kematian
pada balita. Maka dari itu perlu adanya upaya pencegahan dan pengendalian
terhadap kejadian gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan yang harus

2
dilakukan semaksimal mungkin oleh pemerintah. Selain itu juga penelitian
mengenai faktor-faktor penyebab gizi kurang berskala nasional masih belum
ada. Sehingga berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk meneliti
tentang faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita di
Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus
yang diuraikan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum:
Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan Kurang Kalori Protein
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Kekurangan Kalori Protein
2. Untuk mengetahui etiologi dari Kekurangan Kalori Protein
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Kekurangan Kalori Protein
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Kekurangan Kalori Protein
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Kekurangan Kalori
Protein
6. Untuk mengetahui pathway dari Kekurangan Kalori Protein
7. Untuk mengetahui diagnose keperawatan dari Kekurangan Kalori
Protein
8. Untuk mengetahui intervensi keperawatan dari Kekurangan Kalori
Protein
9. Untuk mengetahui Evidance Base Practice (EBP) Kurang Kalori
Protein

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Keilmuan
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat meningkatkan wawasan,
meningkatkan perkembangan ilmu pendidikan khususnya di bidang gizi

3
masyarakat serta dapat mengetahui masalah dan menerapkan teori-teori
yang telah diperoleh semasa perkuliahan yang berhubungan dengan ilmu
yang selama ini didapatkan terkait kesehatan masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil dari penelitian ini nanti dapat dimanfaatkan oleh civitas
akademik terutama mahasiswa sebagai salah satu sumber referensi atau
bacaan di masa yang akan datang berkaitan dengan status gizi kurang pada
balita di Indonesia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang
bervariasi pada defisiensi protein maupun energi. Klasifikasi Kurang Kalori
Protein Berdasarkan berat dan tidaknya dibagi menjadi: KKP ringan/sedang
disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya
hambatan pertumbuhan. KKP berat, meliputi: Kwashiorkor, marasmus,
marasmik-kwashiorkor. (Rita Puspa Sari, 2021)

2.2 Etiologi
Etiologi malnutrisi dapat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat
akan protein, kalori atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat
atau sekunder akibat adanya penyakit yang menyebabkan asupan suboptimal,
gangguan penyerapan dan pemakaian nutrient dan ataupeningkatan kebutuhan
karena terjadinya hilangnya nutrient atau keadaan stress. Penyebab langsung
dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai tekanan sehingga
terjadi spektrum gejala – gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan
klasifikasi klinis (kwashiorkor, marasmus dan marasmus kwashiorkor).
Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini disebut
penyakit dengan multifaktorial.
Berikut ini merupakan sistem holistic penyebab mulfifaktoral menuju kearah
terjadinya KKP :
1. Ekonomi sangat rendah
2. Pendidikan umum kurang
3. Produksi bahan pangan rendah
4. Higienitas rendah

5
5. Pekerjaan rendah
6. Pasca panen kurang baik
7. Sistem perdagangan dan distribusi kurang lancar
8. Persediaan pangan kurang
9. Penyakit infeksi
10. Konsumsi kurang
11. Absorbs terganggu
12. Utilitasi terganggu
13. Pengetahuan gizi kurang
14. Anak terlalu banyak
15. KKP

2.3 Patofisiologi
Adapun energi dan protein yang diperoleh dari makanan kurang, padahal
untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang didapat,
dipengaruhi oleh makanan yang diberikan sehingga harus didapat dari tubuh
sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi
kebutuhan energi tersebut. Kekurangan kalori protein dalam makanan yang
dikonsumsi akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino essensial
yang dibutuhkan untuk sintesis, oleh karena dalam diet terdapat cukup
karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagai asam amino
di dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke
otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya
pembentukan alkomin oleh heper, sehingga kemudian timbul edema,
perlemahan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipo protein beta
sehingga transport lemak dari hati ke hati dapat lemak juga terganggu dan
akibatnya terjadi akumuasi lemak dalam heper

2.4 Manifestasi Klinis


Tanda-tanda dari KKP dibagi menjadi 2 macam yaitu:

6
1) KKP Ringan
a. Pertumbuhan linear terganggu.
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun.
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun.
d. Maturasi tulang terlambat.
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun.
f. Anemia ringan atau pucat.
g. Aktifitas berkurang.
h. Kelainan kulit (kering, kusam).
i. Rambut kemerahan.
2) KKP Berat
a. Tampak kurus, seperti tulang yang tinggal terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Kerusakan integritas kulit yaitu keriput
d. Perut cekung
e. Disertai penyakit infeksi seperti diare kronik atau konstipasi

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi untuk memperlihatkan apakah dijumpai anemia
ringan sampai sedang, umumnya pada KKP dijumpai berupa anemia
hipokronik atau normokromik.
2. Pada uji faal hati:
Pada pemeriksaan uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat
rendah, trigliserida normal, dan kolesterol normal atau merendah.
Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau
menurun.
Kadar gula darah umumnya rendah. (normalnya Gula darah puasa : 70-
110 mg/dl, Waktu tidur : 110-150 mg/dl, 1 jam setelah makan < 160
mg/dl, 2 jam setelah makan : < 125 mg / dl

7
3. Asam lemak bebas normal atau meninggi.
Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
4. Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat normal,
merendah maupun meninggi.
5. Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin
meningkat dan indeks hidroksiprolin menurun.
6. Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai
dengan kasus perlemakan berat.
7. Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
8. Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.
9. Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase,
esterase, kolin esterase, transaminase dan fosfatase alkali. Aktifitas
enzim pankreas dan xantin oksidase berkurang.
10. Defisiensi asam folat, protein, besi.
11. Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim
pembentuk asam amino meningkat.
12. Pemeriksaan Radiologik
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis ringan
13. Antropometri anak (TB/U, BB/U, LK/U)

8
2.6 Pathway

Gambar 1.1 Pathway KKP

9
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kurang kalori protein:
1) Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
2) Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3) Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic
Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin:
Atasi atau cegah hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul
suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering
penting untuk mencegahkedua kondisi tersebut.
Atasi atau cegah hipotermi
Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius :
a. Segera berikan makanan cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi
bila perlu)
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala,
letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau
peluk anak di dasa ibu, selimuti.
c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5 derajat
celcius
Atasi atau cegah dehidrasi
Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan
syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati – hati, tetesan pelan –
pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam
khusus yaitu resomal (rehydration Solution for malnutrition atau
pengantinya). Anggap semua anak KKP berat dengan diare encer mengalami
dehidrasi sehingga harus diberikan :
a. Cairal Resomal/pengantinya sebanyak 5ml/kgBB setiap 30 menit selama 2
jam secara oral atau lewat pipa nasogastric

10
b. Selanjutnya beri 5 -10 ml/kgBB/jam selama 4-10 jam berikutnya ; jumlah
yang tepat harus diberikan tergantung berapa baanyak anak
menginginkannntya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan
muntah.
c. Ganti Resomal/penganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formulas khusus
sejumlah yang sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
d. Selanjutnya mulai beri formula khusus.
Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian
makanan secara berhati – hati. Bila ada intoleransi laktosa (jarang) obati
hanya bila diare berlanjutnya diare. Bila mungkin lakukan pemeriksaan tinja
mikroskopik, berikan metronidazol 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer et al., 1996).
Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatAnak Semua data data dikumpul secara sistematis guna menentukan
status kesehatan klien saat ini. Dalam pengumpulan data metode yang
digunakan adalah wawancara, observasi, serta pemeriksaan fisik. Pengkajian
harus dilakukan secara lengkap terkait dengan aspek biologis, psikologis,
social, dan spiritual klien. Tujuan dari pengkajian menetapkan data dasar dan
mengumpulkan informasi terkait dengan kebutuhan dan masalah kesehatan
anak
1. Riwayat makanan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola
makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun yang diabaikan, lalu
makanan yang lebih disukai, kemudian strategi apa yang dapat digunakan
untuk membantu merencAnak An jenis makanan untuk sekarang dan
rencana makanan untuk masa selanjutnya
2. Kemampuan makan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain
kemampuan mengunyah, menelan dan kemampuan anak dalam memakan
makanannya sendiri tanpa bantuan orang lain
3. Pengetahuan tentang nutrisi
Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan
tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi, meliputi triguna

12
makanan: Zat tenaga, (karbohidrat), Zat pembangun (protein dan lemak)
Zat pengatur (vitamin dan mineral).
4. Nafsu makan serta jumlah asupan
5. Tingkat aktivitas
6. Penampilan fisik
Penampilan fisik dapat dinilai dari pemeriksaan fisik terhadap, aspek-aspek
berikut:
rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak
mengalami kebotakan bukan karena faktor usia
1. daerah diatas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak berwarna gelap,
mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan pembuluh darah,
2. daerah bibir tidak kering seperti pecah pecah ataupun pembengkakan,
3. lidah berwarna merah gelap tidak berwarna terang dan tidak ada luka
pada permukaannya,
4. gusi tidak bengkan tidak berdarah dan gusi mengelilingi gigi harus
rapat serta erat tidak tertarik kebawah sampai bawah permukaan gigi, f)
gigi tidak berlubang dan tidak berwarna,
5. kulit halus dan elastis, tidak bersisik, tidak timbul bercak kemerahan
atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan
6. kuku jari kuat dan berwarna merah muda
7. Penilaian Status Gizi
1. Pengukuran antropometri
Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dari susunan
tubuh dan bagian khusus tubuh. Ditinjai dari sudut padang gizi Anak
Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Berbagai jenis pengukuran antara lain:
2. Berat Badan (BB)
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan pada bayi baru lahir. Disamping itu berat

13
badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan
makan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air
dan mineral BB=(TB-100)- 10%(TB-100) sedangkan untuk berat
badan ideal kriterianya adalah:
a. 110 % dari berat badan standar = gemuk
b. 90% - 110% dari berat badan standar = ideal
c. 70% - 90% dari berat badan standar = sedang
d. < 70% = sangat kurus
3. Tinggi badan (TB)
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan
sekarang. Jika tinggi badan tidak dapat diukur dengan klien berdiri,
rentang lengan, atau jarak dari ujung jari keujung jari dengan diulurkan
penuh pada tingkat bahu kurang lebih ketinggian untuk orang dewasa
4. Lingkar lengan atas (LILA)
Pada balita pengukuran LILA dapat menilai status kurang energi dan
protein (KEP). Standar LILA menurut Depkes adalah berkisaran n
<11,,5 cm pada umur 2-5 tahun
5. Lipatan trisep
Pengukuran lipatan trisep dimaksudkan untuk menentukan status lemak
tubuh. Pengukuran lipatan trisep dilakukan dengan menggunakan
caliper
8. Biokimia
Pengkajian status nutrisi klien perlu ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium antara lain:
1. Hemoglobin (Hb)
Nilai normal hemoglobin yaitu:
a. Bayi baru lahir 17-22 g/dl
b. Anak Anak 11-13 g/dl
c. Pria 13-16 g/dl
d. Wanita 12-14 g/dl

14
2. Hematokrit (Het)
Hematocrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma
dengan cara memutarnya didalam tabung khusus yang dinilainya
dinyatakan dalam persen (%) dengan cara perhitungan: Het = x100%
Hematocrit normal pria dan wanita yaitu 4 – 5,2 g/dl. Makanan dengan
tinggi protein pada pasien dengan hypoalbuminemia adalah
meningkatkan dan mempertahankan kadar albumin untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut
3. Penilaian status protein
Dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fraksi protein yaitu
albumin, globulin dan fibrinogen
4. Penilaian status vitamin
Penilaian status vitamin tergantung dari vitamin yang ingin diketahui
misalnya vitamin A denial dengan memeriksa serum retinol, vitamin D
dinilai dengan pemeriksaan kalsium serum, vitamin E dengan penilaian
serum vitamin E, vitamin C dapat dinilai melalui pemeriksaan
perdarahan dan kelainan radiologis yang ditimbulkannya.
5. Penilaian status mineral
Misalnya iodium dinilai dengan memeriksa kadar yodium dalam urine
dan kadar hormone TSH (Thyroid Stimulating Hormone).
6. Observasi klinis
Observasi klinis dapat menjadi aspek terpenting diantara pengkajian
nutrisi. Seperti pada bentuk pengkajian keperawatan lain, perawat
mengobservasi klien tanda tanda perubahan nutrisi. Karena nutrisi yang
tidak dapat mempengaruhi semua system tubuh, petunjuk malnutrisi
dapat diobservasi selama pengkajian fisik. Ketika pengkajian fisik
system tubuh yang umum selesai, perawat dapat memeriksa kembali
area yang berhubungan untuk mengevaluasi status nutrisi klien. Tanda
tanda klinis status nutrisi memberikan pedoman untuk observasi
selama pengkajian fisik

15
7. Riwayat konsumsi nutrisi
Faktor yang perlu dikaji dalam riwayat konsumsi nutrisi atau diet klien.

3.2 Diagnosa keperawatan Berdasarkan SDKI


Diagnosis keperawatan difokuskan pada masalah pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Diagnosis keperawatan yang lazim muncul pada keluarga gizi
kurang yaitu (SDKI, 2017)
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan
KKP adalah:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare
2. Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan
peningkatan kehilangan akibat diare
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan protein yang
tidak adekuat

3.3 Rencana keperawatan


Intervensi keperawatan / perencanaan merupakan proses penyusunan strategi
yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi masalah
kesehatan klien yang telah diidentifikasikan dan divalidasi pada tahap
perumusan diagnosis keperawatan anak. Intervensi dilakukan dengan
menetapkan tujuan dan kriteria hasil. Intervensi dilakukan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar klien baik fisiologis maupun psikologis.
Intervensi dapat berupa tindakan mandiri, kolaboratif, langsung dan tidak
langsung yang terdiri dari tindakan pengobatan, pencegahan dan promosi
kesehatan ( Riasmini dkk, 2017)

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional

16
Kriteria Hasil
1. Perubahan nutrisi kurang Tujuan: klien akan Jelaskan kepada Meningkatkan
dari kebutuhan tubuh b/d menunjukkan keluarga tentang pemahaman
asupan yang tidak peningkatan status penyebab keluarga tentang
adekuat, anoreksia dan gizi malnutrisi, penyebab dan
diare Kriteria hasil: kebutuhan kebutuhan
keluarga klien nutrisi nutrisi untuk
dapat menjelaskan pemulihan, pemulihan klien
penyebab susunan menu sehingga dapat
gangguan nutrisi dan pengolahan meneruskan
yang dialami klien, makanan sehat upaya terapi
kebutuhan nutrisi seimbang, dietetic yang
pemulihan, tunjukkan telah diberikan
susunan menu dan contoh jenis selama
pengolahan sumber hospitalisasi
makanan sehat makanan
seimbang. Dengan ekonomis seusai
bantuan perawat, status sosial
keluarga ekonomi
Timbang berat
badan, ukur
lengan atas dan
tebal lipatan
kulit setiap pagi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional

17
Kriteria Hasil
2 Kekurangan volume Tujuan: Klien akan Lakukan Upaya rehidrasi
cairan b/d penurunan menunjukkan observasi perku dilakukan
asupan peroral dan keadaan hidrasi pemberian untuk mengatasi
peningkatan kehilangan yang adekuat cairan per masalah
akibat diare Kriteria hasil: infus/sonde/oral kekurangan
Asupan cairan sesuai program volume cairan
adekuat sesuai rehidrasi Meningkatkan
kebutuhan Kaji pemahaman
ditambah defisit perkembangan keluarga tentang
yang terjadi keadaan upaya rehidrasi
Tidak ada tanda derhidrasi klien dan peran
dan gejala Hitung balance keluarga dalam
dehidrasi (TTV cairan pelaksanaan
normal, frekuensi terapi rehidrasi
defekasi 1x24 jam
dengan konsistensi
padat / semi padat

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
3 Gangguan pertumbuhan Tujuan: klien Ajarkan kepada Meningkatkan
dan perkembangan b/d akan mencapai orang tua tentang pengetahuan
asupan protein yang pertumbuhan standar keluarga tentang
tidak adekuat dan pertumbuhan fisik keterlambatan
perkembangan dan tugas – tugas pertumbuhan dan
sesuai standar perkembangan perkembangan
usia sesuai usia anak. anak
Lakukan

18
Kriteria Hasil: pengukuran Menilai
Pertumbuhan antropometrik perkembangan
fisik (ukuran secara berkala masalah klien
antropometrik) Lakukan
sesuai standar stimulusasi
usia tingkat
Perkembangan perkembangan
motoric, Bahasa sesuai dengan
kognitif dan usia klien
personal social
sesuai standar
usia

3.4 Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disusun secara spesifik dan
berfokus pada pencapaian hasil (Riasmini dkk, 2017).
Komponen implementasi proses keperawatan mencakup penerapan
keterampilan yang diperlukan untuk mengimpelemtasikan intervensi
keperawatan anak Keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk
implementasi:
1. Secara mandiri (Independent)
Tindakan yang diprakasai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien
dalam mengatasi masalahnya dan menganggap reaksi karena adanya
stressor, misalnya membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari hari,
memberikan dorongan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
secara wajar, menciptakan lingkungan terapeutik.
2. Saling ketergantungan (Interdependent)

19
Tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan dengan tim
kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapis, contoh pemberian obat
sesuai instruksi dokter, pemberian infus
3. Rujukan atau ketergantungan (Dependent)
Tindakan keperawtan atas dasar rujukan dan profesi lainnya, diantaranya
dokter, ahli gizi, sebagai contoh pemberian makanan pada klien sesuai
dengan diet yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik oleh ahli
fisioterapi.

3.5. Evaluasi
Penilaian perawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
klien
Ada 3 alternatif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu
tercapai, yaitu:
1. Tujuan tercapai : jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan
2. Tujuan tercapai sebagian : jika pasien menunjukkan perubahan sebagian
dari standar kriteria yang telah ditetapkan
3. Tujuan tidak tercapai : jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru

3.6 Intervensi Keperawatan Berdasarkan Evidance Base Jurnal


Nama Peneliti : Riardi Wahyu Ramadhan
Tahun : 2015
Judul : Asuhan Keperawatan Pada An. H Dengan Malnutrisi
(Marasmus) di Bangsal Anggrek III Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta
Analisa : Identitas pasien bernama An. H berumur 9 bulan
Agama Islam
Alamat Banjarsari, Surakarta

20
Diagnosa medis : marasmus.
Keluhan utama : saat di kaji adalah keluarga pasien mengatakan anaknya
mengalami panas kurang lebih 5 hari.
Riwayat penyakit sekarang: Keluarga pasien mengatakan bahwa An.H
panas kurang lebih sudah 5 hari saat di rumah, nafsu makan menurun, dan
berat badan tidak bertambah sejak usia 4 bulan, dan sering ditimbang di
posyandu. Lalu pasien dibawa ke puskesmas oleh keluarganya dan dirujuk ke
RSUD Surakarta, saat di IGD pasien dipasang NGT dan perawatan
dilanjutkan di bangsal Anggrek RSUD Surakarta.
A. Data Fokus
DS:
a. Keluarga mengatakan An. H panas kurang lebih 5 hari lalu di bawa ke RS
dengan rujukan dari puskesmas.
b. Keluarga mengatakan An. H nafsu makannya menurun, susah minum dan
BB tidak naik sejak usia 4 bulan.
c. Keluarga mengatakan bahwa An. H saat ini hanya batuk.
d. Keluarga mengatakan bahwa An. H saat ini hanya bisa berguling miring
kanan dan kiri, dan tengkurap tanpa bantuan diusianya yang 9 bulan.
DO:
a. BB: 5,5 kg TB:62 cm
b. S: 36oC, N: 120 x/m
c. Terpasang selang NGT
d. Z score = -2
e. A : BB:5,5 kg TB: 62cm Lila : 10 cm , LD: 44 cm
f. B : HB : 10,9 g/dl, Eritrosit : 3.86 juta/mm^3 , lekosit:7.11 ribu/mm^3
g. C : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis
h. D : F75 60 cc/2 jam melalui selang NGT, selalu dihabiskan dan tidak
dimuntahkan.
i. An. H terlihat bisa berguling miring kanan dan kiri, dan tengkurap tanpa
bantuan.

21
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kehilangan nafsu makan.
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d asupan nutrisi tidak
adekuat.

BAB IV
PENUTUP

22
4.1 KESIMPULAN
KKP merupakan masalah gizi utama di indonesia. KKP
disebabkan karena defisiensi makro nutrion ( zat gizi makro ). Meski
pun saat ini terjadi masalah dengan defisiensi macro nutrion namun di
beberapa daerah di prevalensi kep masih tinggi sehingga memerlukan
penanganan yang intensif dalam penurunan prevalensi.
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh
akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam
keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein
dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan
tubuh sebagai bahan bakar.

4.2 SARAN
Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang harus ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan
lapang dada menerima kritik dan saran dari para pembaca guna dan
tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam
makalah kami ini. Kebenaran dan keshahihan hanya milik Allah dan
Rasul-Nya, kesilapan dan kekhilafan itu semua datang dari kami yang
sedang belajar ini.

DAFTAR PUSTAKA

23
Baculu, E. P. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu dan Asupan Karbohidrat dengan Status
Gizi pada Anak Balita di Desa Kalangan . Promotif, Vol. 7 No 1, 12.
Hsb, N. R. (2022). Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Gizi pada Anak Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Birem Bayeun Kab Aceh Timur Tahun 2022. Journal of
Education Volume 05 No. 02, 4.
Kemenkes. (2018). Pharmaceutical Care dan Pembangunan Kesehatan di Indonesia.
Liansyah, T. M. (2015). Malnutrisi pada Anak Balita. Jurnal Buah Hati ISSN Volume II
Nomor I, 3.
Rita Puspa Sari, S. M. (2021). Modul Kuliah Teori Konsep Pencegahan Kurang Kalori
Protein (KKP). Samarinda: Universitas Mulawarman.
Rompies, R. (2021). Pengaruh Kekurangan Nutrisi Terhadap Perkembangan Sistem Saraf
Anak . Jurnal Biomedik, 267.

24

Anda mungkin juga menyukai