Anda di halaman 1dari 20

Tugas 3 keperawatan jiwa

Dosen : Arsad Suni, M.kep

MAKALAH
OBAT-OBATAN YANG SERING DIGUNAKAN DALAM PELAYANAN
KESEHATAN JIWA

OLEH:

NAMA : VIRA ANJANI

NIM : 20144010045

KELAS : IV/A KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2021/2022

I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kamis ,26 mei 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................II

DAFTAR ISI..................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................1
C. Manfaat ..............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2

A. Obat Antipsikotik................................................................................................3
B. Obat Anti depresan ............................................................................................7
C. Obat Anti mania..................................................................................................9
D. Obat Anti ansietaS..............................................................................................10
E. Obat Anti insomnia ............................................................................................12
F. Obat Anti parkinsonisme....................................................................................14

BAB III PENUTUPAN.................................................................................................16

A. Kesimpulan..........................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa dapat dikatakan dengan keadaan seseorang yang merasa sehat
dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain
(Elvira dan Hadisukanto, 2010). Kesehatan jiwa merupakan kondisi seseorang dimana
mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stressor di lingkungan sekitar dengan
selalu berpikir positif dalam keselarasan tanpa ada tekanan fisik dan psikologis, secara
internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional. Kondisi
perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (Nasir dan
Muhith, 2011).

Depkes RI (2010) menyebutkan bahwa gangguan jiwa adalah suatu perubahan


pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran
sosial. Marimis (2010) mengungkapkan bahwa gangguan jiwa merupakan perilaku
seseorang yang berkaitan dengan gejala penderitaan dan pelemahan dari fungsi
psikologis, perilaku, dan biologik Sehingga diperlukan suatu aturan atau kebijakan
tentang keperawatan jiwa.

Di Indonesia sendiri sudah terdapat kebijakan tentang keperawatan jiwa,


tertuang dalam UU No. 18 Tahun 2014. Di dalam undang-undang tersebut diterangkan
bahwa upaya kesehatan jiwa dilakukan secara promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative. Agar dapat menjalankan upaya tersebut secara optimal, diperlukan suatu
data untuk mengetahui masalah apa saja yang sedang dihadapi oleh klien. Dalam WHO
(2015), didapatkan data bahwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling
banyak dialami oleh penduduk dunia.

Menurut Stuart (2016), tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi


perilaku kekerasan antara lain dengan preventif, antisipasi, dan pengekangan/edukasi
krisis. Strategi pencegahan meliputi self-awareness perawat, edukasi, managemen
marah, terapi kognitif, dan terapi kognitif perilaku. Strategi perilaku meliputi teknik
komunikasi, perubahan lingkungan, psikoedukasi keluarga, dan pemberian obat
antipsikotik. Strategi yang terakhir yaitu pengekangan (restrain) meliputi tindakan
manajemen krisis, pengikatan, dan pembatasan gerak. Dalam melakukan strategi
tersebut, perlu adanya dukungan dari keluarga.

Dukungan keluarga yang bisa diberikan pada klien meliputi dukungan


emosional, dukungan informasional, dukungan instrumental dan dukungan penilaian,
serta memberikan pujian kepada klien apabila klien minum obat dengan tepat waktu
(Karmila, 2016). Dalam penelitian lain menyebutkan bahwa sebagian kecil klien dengan

1
keluarga yang mendukung program pengobatan tapi klien tidak patuh dalam meminum
obat, disebabkan karena klien menolak meminum obat dan pasien menyangkal bahwa
dirinya mengidap penyakit Skizofrenia dan sebagian kecil klien dengan keluarga yang
kurang mendukung dalam program pengobatan tapi klien patuh dalam meminum obat,
disebabkan karena pasien sudah mengetahui manfaat dari minum obat untuk
kesehatannya (Irman, 2018). Pasien gangguan jiwa dapat sembuh secara sosial,
walaupun masih terdapat gejala sisa namun masih dapat ditoleransi sehingga harus
patuh minum obat selamanya.

Kepatuhan minum obat merupakan perilaku menyelesaikan menelan obat sesuai


dengan jadwal dan dosis obat yang dianjurkan oleh dokter sesuai kategori yang telah
ditentukan, tuntas jika pengobatan tepat waktu, dan tidak tuntas jika tidak tepat waktu
dan keluarga juga selalu memberi dukungan pada pasien gangguan jiwa secara terus
menerus. Kepatuhan minum obat sangat penting bagi pasien gangguan jiwa selain agar
sembuh, pasien bisa beraktivitas seperti biasa kembali, serta tidak kambuh lagi.

B. Tujuan Penulisan:
1. Untuk mengetahui nama obat dan efek samping.
2. Untuk mengetahui Dosis obat dan bagaimana cara pemberian obat.
3. Untuk mengetahui Indikasi obat dan kontraindikasi obat.
4. Untuk mengetahui Cara kerja obat di dalam tubuh.
5. untuk mengetahui Tindakan antisipasi terhadap efek terapi maupun efek
samping yang timbul.
C. Manfaat Penulisan
1. Agar dapat mengetahui nama obat dan efek samping
2. Agar dapat mengetahui Dosis obat dan bagaimana cara pemberian obat.
3. Agar dapat mengetahui Indikasi obat dan kontraindikasi obat.
4. Agar dapat mengetahui Cara kerja obat di dalam tubuh.
5. Agar dapat mengetahui Tindakan antisipasi terhadap efek terapi maupun
efek samping yang timbul.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Obat Antipsikotik
 Nama obat : Largactil
 Efek samping : Efek samping Largactil yang mungkin terjadi adalah:
Sakit kuning, hipotensi postural & depresi pernafasan, diskrasia darah,
distonia (gangguan otot akut) akut, akatisia, diskinesia tardiv, gangguan
penglihatan.
 Dosis dan cara poemberian obat : dosis awal : 25-50 mg/hari.
Anak-anak berusia lebih dari 5 tahun : 1/3 dari dosis untuk orang
dewasa.Anak berusia kurang dari 5 tahun : 1 mg/kg berat badan/hari.
Obat ini berikan secara oral
 Indsikasi dan kotraindikasi : gangguan sistem saraf yang butuh istirahat,
anestesi pramedikasi operasi, muntah, skizofrenia, gangguan psikomatik,
sukar tisur. Seedangkan kontraindikasinya, jangan menggunakan obat ini
pada keadaan koma atau pada pasien yang diberi obat penghambat
susunan saraf pusat dalam dosis besar (alkohol, barbiturat narkotik.
 Cara kerja obat di dalam tubuh : Obat Largactil ini bekerja dengan cara
menghambat reseptor dopamine D2 yang ada di otak, sehingga dapat
meredakan gejala psikosis.
 Nama obat : Nozinan
 Efek samping : Efek samping obat: Ngantuk, efek ekstrapiramidal,
agranulositosis, sakit kuning kolestatik, fotosensitifitas, reaksi alergi
 Dosis dan cara poemberian obat : 25-150 mg/hari diberikan dalam 2-4
dosis terbagi, dinaikkan secara bertahap sampai 200 mg/hari untuk
pasien yang tidak dirawat inap & sampai 1 gram untuk pasien yang
dirawat di rumah sakit. Obat ini berikan secara oral
 Indsikasi dan kotraindikasi : Psikosis (penyakit jiwa atas dasar kelainan
organik atau gangguan emosi yang ditandai dengan kehancuran
kepribadian dan kehilangan kontak dengan kenyataan, seringkali dengan
delusi, halusinasi, atau ilusi), neurosis (gangguan konstitusi jiwa tanpa
kerusakan organik, dan kepribadian yang lebih kurang tidak berubah),
kondisi psikomatik, keadaan melankolis atau depresi, skizofrenia
(penyakit jiwa yang ditandai dengan terpecahnya kepribadian tampulak
sebagai gangguan jalan pikiran, emosi, dan perilaku), halusinasi kronis,
agitasi (kegelisahan) psikomotor, keadaan konfusi
(kekacauan/keresahan), kejang akibat epileptik & keadaan oligofrenik,
nyeri berat dan sukar disembuhkan, pre-medikasi anestesi, sedasi
sesudah operasi. Kontraindikasi obat Nozinan : Keadaan komatose,
depresi susunan saraf pusat, diskrasia darah, disfungsi hati berat.

3
 Cara kerja obat di dalam tubuh : cara kerja obat Nozinan ini dengan cara
memblokir reseptor dopamin dalam sistem dopaminergik mesolimbic

 Nama obat : Stelazine


 Efek samping : Mulut kering, Kelelahan, Penglihatan kabur, Mengantuk.,
Pusing. Dan efek antimuskarinik seperti sembelit, kulit kering mulut
kering, dan sulit berkemih, Tekanan darah rendah yang membuat
penderitanya mengalami pusing ketika bangun dari duduk atau tiduran
(hipotensi postural), Kelemahan otot.,Kehilangan nafsu makan
(anoreksia) dan Sindrom neuroleptik ganas.
 Dosis dan cara poemberian obat : Cara pemberian obat: 25-150 mg/hari
diberikan dalam 2-4 dosis terbagi, dinaikkan secara bertahap sampai 200
mg/hari untuk pasien yang tidak dirawat inap & sampai 1 gram untuk
pasien yang dirawat di rumah sakit. Pemberian obat Stelazine secara oral
 Indsikasi dan kotraindikasi : Mengatasi gangguan mental seperti
gangguan mental jangka panjang yang membuat pasien mengalami
halusinasi (skizofrenia) dan gangguan psikotik Terapi jangka pendek
pada gangguan kecemasan, Membantu mengatasi gugup dan membuat
berpikir lebih jernih, Mengurangi gangguan melihat atau mendengar hal-
hal yang sebenarnya tidak ada (halusinasi) dan Mengurangi perilaku
agresif dan keinginan untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri.
Kontraindikasi obat stelazine seperti : Pasien dengan riwayat depresi dan
koma susunan saraf pusat, Pasien yang mengalami depresi sumsum
tulang, Pasien penderita diskarsia darah, Pasien penderita gangguan
fungsi hati, Pasien yang memiliki alergi terhadap fenotiazin, Pasien yang
memiliki tumor yang berpengaruh terhadap prolactin, Wanita hamil pada
trimester pertama dan Ibu menyusui.
 Cara kerja obat di dalam tubuh : Absorpsi: Mudah diserap dari saluran
pencernaan. Konsentrasi plasma puncak: sekitar 1,5-6 jam. Ketersediaan
hayati bergantung pada variasi antarindividu. Distribusi: Pengikatan
proteinnya sangat terikat. Didistribusikan ke dalam ASI, Metabolisme:
Dimetabolisme dihati dan Ekskresi: Waktu paruh sekitar 22 jam.

 Nama obat : Haldol & Serenace


 Efek samping : efek samping yang mungkin muncul setelah
menggunakan haloperidol seperti Kantuk, Pusing, Sakit kepala, Sulit
tidur, Susah buang air kecil, Lemas
 Dosis dan cara poemberian obat : Dewasa: dosis awal 2–10 mg yang
diberikan dalam waktu 1 jam sampai gejala mereda, diberikan melalui
suntikan intramuskular.
a) Dewasa: 0,5–5 mg, 2–3 kali sehari.
b) Anak-anak usia 3–12 tahun: dosis awal 0,25 mg per hari

4
c) Remaja usia 13–17 tahun: dosis awal 0,5 mg per hari.
Pemberian obat Haldo & serenace secara oral
 Indsikasi dan kotraindikasi : Indikasi haldol sebagai terapi psikosis
seperti pada skizofrenia namun juga dapat digunakan pada kasus-kasus
penyakit lainnya. Dosis oral haldol dapat dimulai dengan 0.5-5 mg 2-3
kali/ hari dengan dosis maksimal pada umumnya sebanyak 30 mg/ hari.
Kontraindikasi: Jangan menggunakan obat ini jika mempunyai kondisi
medis, seperti:
a) Pasien dengan riwayat alergi terhadap haloperidol
b) Penyakit Parkinson
c) Kondisi tertentu yang memengaruhi sistem saraf pusat, seperti
rasa kantuk parah atau melambatnya pemikiran akibat
mengonsumsi obat-obatan lain atau minum alcohol
d) Gangguan jantung
e) MenyusuiCara kerja obat di dalam tubuh : Absorpsi: Mudah
diserap dari saluran pencernaan. Konsentrasi plasma puncak:
sekitar 1,5-6 jam. Ketersediaan hayati bergantung pada variasi
antarindividu. Distribusi: Pengikatan proteinnya sangat terikat.
Didistribusikan ke dalam ASI, Metabolisme: Dimetabolisme
dihati dan Ekskresi: Waktu paruh sekitar 22 jam
 Cara kerja obat di dalam tubuh : Cara kerja obat Haldo & Serenace
bekerja dengan cara mengembalikan keseimbangan zat kimia alami di
dalam otak. Dengan begitu, pikiran menjadi lebih tenang dan jernih,
tidak gugup, tidak berperilaku agresif, serta tidak ada keinginan untuk
menyakiti orang lain

 Nama obat : anatensol


 Efek samping : Efek samping obat anatensol seperti Mengantuk,
Mengalami lesu, lemah dan letih, Sakit kepala, Sembelit, Nafsu makan
menurun, Kekakuan otot tubuh, Air liur berlebihan, Mulut kering, Ruam
kulit dan Gatal-gatal.
 Dosis dan cara poemberian obat : Dosis untuk terapi pengobatan
skizofrenia
a. Dosis awal untuk pasien dewasa sebanyak 2.5 – 10 mg per hari
selama 23 hari dan dosis lanjutan harus disesuaikan dengan
respons pengguna terlebih dahulu, dosis lanjutan dapat diberikan
hingga sampai 20 mg per hari sedangkan Dosis awal untuk pasien
lanjut usia sebanyak 2.5 mg per hari selama 23 hari dan dosis
lanjutan dapat diberikan hingga sampai 10 mg per hari dan Tidak
boleh diberikan kepada anak-anak
b. Dosis untuk terapi pengobatan penyakit manila:

5
c. Dosis awal untuk pasien dewasa sebanyak 5 – 10 mg per hari
selama 23 hari dan dosis lanjutan harus disesuaikan dengan
respons pengguna terlebih dahulu, dosis lanjutan dapat diberikan
hingga sampai 20 mg per hari.
d. Dosis awal untuk pasien lanjut usia sebanyak 2.5 mg per hari
selama 23 hari dan dosis lanjutan dapat diberikan hingga sampai
10 mg per hari dengan perhatian khusus dan Tidak boleh
diberikan kepada anak-anak.
e. Dosis untuk terapi pengobatan ansietas berat, agitasi psikomotor,
eksitasi, dan perilaku impulsif yang berbahaya: Dosis awal untuk
pasien dewasa sebanyak 2 kali per hari, masing-masing sebanyak
5 mg dan dosis lanjutan dapat disesuaikan dengan respons
pengguna, dosis lanjutan maksimal dapat diberikan hingga
sampai 2 kali per hari, masing-masing sebanyak 10 mg.
f. Dosis awal untuk pasien lanjut usia sebanyak 5 mg per hari dan
dosis lanjutan dapat diberikan hingga sampai 10 mg per hari
dengan perhatian khusus. Dosis awal untuk pasien anak-anak
sebanyak 2.5 mg per hari dan dosis lanjutan dapat diberikan
hingga sampai 10 mg per hari dengan perhatian khusus.
Pemberian obat ini secara oral.
 Indsikasi dan kotraindikasi : Indikasi obat anatensol Seperti Trankuilizer
major, Ketegangan tubuh akibat gangguan jiwa mental lainnya,
Mengobati Skizofrenia (kondisi mental yang menyebabkan delusi,
halusinasi dan kekacauan pikiran), Digunakan untuk terapi psikosis,
termasuk penyakit gangguan jiwa atau gila., Meredakan perasaan depresi
ataupun murung. Mengobati stupor katatonik (kemampuan motorik yang
melambat sehingga penderitanya sering tidak menyadari lingkungan
sekitar), Apatis (Berkurangnya emosi dan antusiasme penderitanya),
Menghilangkan agresi (keresahan dan kegelisahan) yang hebat, Terapi
agitasi psikomotor (motorik dan juga kognitif penderita menjadi lebih
hiperaktif atau overaktif, dan kondisi tersebut adalah merupakan respons
akibat tekanan mental). Dan Mengobati gangguan neurotik (jenis
gangguan mental yang disebabkan oleh stres berlebihan yang dimana
penderitanya tidak tahu cara mengatasi stresnya tersebu
 Kontraindikasi obat anatensol :
a. Pengguna yang sedang melakukan pengobatan untuk penyakit
kardiovaskular, dilarang keras menggunakan obat Anatensol ini.
b. Pengguna yang sedang mengalami koma, sangat dilarang untuk
diberikan obat Anatensol ini
c. Pengguna yang sedang mengkonsumsi obat untuk penyakit jantung,
dilarang keras diberikan obat Anatensol ini.

6
d. Pengunaan obat Anatensol ini tidak boleh diberikan kepada
pengguna yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap obat-obatan
yang masuk kedalam golongan obat Anti-psikosis.
e. Hindari penggunaan obat Anatensol ini untuk pengguna yang sedang
mengalami cedera otak, baik cidera ringan ataupun berat.
f. Penderita depresi akut atau depresi CNS, sangat tidak dianjurkan
mengkonsumsi obat Anatensol ini, karena dapat memperburuk
depresi yang diderita.
g. Ibu menyusui dilarang menggunakan obat Anatensol ini, karena
diketahui bahwa obat Anatensol ini dapat terlarut dalam ASI
sehingga dapat terkonsumsi oleh bayi yang sedang menyusui.
h. Sangat tidak disarankan memberikan obat Anatensol ini pada
pengguna yang mengidap penyakit Epilepsi, baik karena bawaan
lahir ataupun karena faktor tertentu.
i. Sangat tidak dianjurkan untuk memberikan obat Anatensol ini
kepada orang lanjut usia, karena dapat membahayakan diri
penggunanya.
j. Untuk penderita penyakit kelainan darah, seperti thalassemia,
Polisitemia Vera, Multiple Myeloma, ataupun Sindrom
Mielodisplasia, tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat Anatensol
ini.
 Cara kerja Obat Anatensol sendiri mengandung senyawa Flufenazin
Hidroklorida, yang bekerja dengan cara memblokir jalur reseptor
dopamin di otak, sehingga menurunkan efek psikosis yang dialami oleh
penderita gangguan jiwa mental dan juga penderita skizofernia

B. Obat Anti depresan


 Nama obat : laroxyl atau Amitriptilin (obat antidepresan)
 Efek samping : Efek samping yang mungkin muncul setelah
mengonsumsi laroxyl adalah: mengantuk, pusing, jantung berdebar, bibir
kering, sembelit, berat badan meningkat, susah buang air kecil, dan
penglihatan kabur. Jika efek samping yang telah disebutkan muncul atau
semakin memburuk, segera hubungi dokter atau apoteker Anda. Ada
kemungkinan obat amitriptilin dapat memicu gejala overdosis. Menurut
laman MedlinePlus, berikut adalah beberapa efek overdosis obat seperti
jantung berdebar,kejang, koma, kebingungan, sulit
focus ,berhalusinasi,gelisah, sangat mengantuk, otot kaku, muntah,
demam, dan suhu tubuh dingin.
 Dosis dan cara poemberian obat : Informasi yang diberikan bukanlah
pengganti dari nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter atau
apoteker Anda sebelum memulai pengobatan. Obat amitriptilin tersedia
dalam bentuk tablet dan cairan dengan ukuran 10 mg, 25 mg, dan 50 mg.

7
Di bawah ini adalah dosis yang dianjurkan. Dewasa: Dosis awal adalah
75 mg per hari yang dibagi menjadi beberapa dosis, atau 50-100 mg
sebelum tidur. Dokter akan menyesuaikan dosis sesuai dengan kebutuhan
Anda. Dosis maksimal per hari adalah 150 mg, kecuali jika Anda sedang
dirawat di rumah sakit. Beberapa pasien rawat inap mungkin
membutuhkan dosis lebih tinggi. Remaja dan lansia: 10 mg sebanyak 3
kali sehari, dan 20 mg sebelum tidur,sedangkan Anak-anak di bawah 12
tahun: Dosis hanya boleh ditentukan oleh dokter. Obat ini diberikan
seacar oral.
 Indsikasi dan kotraindikasi : depresi, terutama bila diperlukan sedasi;
nocturnal enuresis pada anak.
Kontraindikasi obat laroxyl : infark miokardial yang baru, aritmia,
mania, penyakit hati berat.
 Cara kerja obat di dalam tubuh :

 Nama obat : Ludiomil


 Efek samping : Efek samping obat Ludiomil yang memungkinkan yang
dapat terjadi dari semua bahan-bahan konstitusi Tablet Ludiomil /
Ludiomil Tablet. Ini bukanlah daftar yang komprehensif. Efek-efek
samping ini memungkinkan, tetapi tidak selalu terjadi Beberapa efek
samping ini langka tetapi serius. Konsultasi pada dokter Anda jika Anda
melihat efek samping berikut, terutama jika efek samping tidak hilang
seperti : Sembelit, Pusing, Kantuk, Mulut kering, Gugup
 Dosis dan cara poemberian obat : Depresi ringan-sedang: 10 mg
sebanyak 3 kali/hari atau 25 mg/hari, dapat ditingkatkan secara bertahap
sampai 25 mg sebanyak 1-3 kali/hari atau 25-75 mg 1 kali/hari,
tergantung beratnya kondisi dan Depresi berat: 25 mg sebanyak 3
kali/hari atau 75 mg/hari. Dosis maksimal 150 mg/hari, sebagai dosis
tunggal atau terbagi sedangkan Usia lanjut: 10 mg sebanyak 3 kali/hari
atau 25 mg/hari, bila perlu dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg
sebanyak 3 kali/hari atau 75 mg/hari, pemberian obat secara oral.
 Indsikasi dan kotraindikasi : Indikasi obat Ludiomil : Mengatasi
gangguan keseimbangan pada otak seperti i.penyakit depresi Mengatasi
gangguan kecemasan.
Kontraindikasi obat Ludiomil : Penderita dengan epilepsi atau
mempunyai ambanr. konvulsi rendah, infark miokard akut, gangguan
pada sisterr konduksi berkas His & cabangnya, glaukoma sudu sempit,
retensi urin. Keracunan akut dengan alkohol hipnotik, analgesik, atau
obat psikotropik.
 Cara kerja obat di dalam tubuh : Cara kerja obat Ludiomil merupakan
obat keras harus menggunakan resep dokter. Secara umum, dosis
penggunaan obat Ludiomil adalah sebagai berikut:

8
a. Neurosis, gangguan tidur: 1-2 tablet diberikan menjelang tidur.
b. Psikosis, skizofrenia: 2-4 tablet diberikan menjelang tidur.
c. Sebelum operasi: 1-2 tablet diberikan pada malam sebelum
operasi.

C. Obat Anti mania


 Nama obat : Lithium karbonat
 Efek samping : Pada terapi gangguan bipolar, mania, dan depresi,
pemberian dosis obat lithium tergantung pada bentuk sediaan obat.
a. Camcolit tab: Dosis awal untuk terapi sebesar 1-1,5 gr/hari; dosis
untuk pencegahan sebesar 300-400 mg/hari.
b. Priadel tab: Dosis awal terapi dan pencegahan sebesar 0,4-1,2
gr/hari dalam 1-2 dosis terpisah
c. Priadel syrup: Dosis awal terapi dan pencegahan sebesar 1,04-
3,12 gr/hari dalam 2 dosis terpisah
d. Liskonum tab: Dosis awal terapi sebesar 450-675 mg 2 kali
sehari. Dosis untuk pencegahan sebesar 450 mg 2 kali sehari.
Efek Samping obat Lithium karbonat Adalah Efek samping yang
mungkin terjadi setelah mengonsumsi lithium seperti : Mengantuk,
Mual, Sakit maag, Lelah, Nyeri otot, Pusing, Sering buang air kecil,
Mulut terasa kering atau haus dan Efek samping biasanya akan hilang
dengan sendirinya dalam beberapa hari. Periksakan ke dokter jika efek
samping tersebut tidak juga membaik atau justru bertambah parah.
 Dosis dan cara poemberian obat : Dosis pengobatan untuk pasien dewasa
adalah 1.000–1.500 mg per hari. Dosis pencegahan 300–400 mg per hari.
Dosis pengobatan sekaligus pencegahan untuk pasien dengan BB ≥50 kg
adalah 400–1.200 mg, 1 kali sehari atau dibagi ke dalam 2 jadwal
konsumsi. Untuk pasien BB <50 kg, dosisnya 200–400 mg per hari, obat
ini diberikan melalui oral.
 Indsikasi dan kotraindikasi : Indikasi obat lithium karbonat adalah terapi
dan profilaksis kasus mania, depresimania dan depresi kambuhan (lhat
keterangan di atas); agresif atau sifat yang merugikan/merusak diri
sendiri.
Kontraindikasi lithium karbonat Frimania tidak boleh digunakan pada
orang dengan kondisi berikut: Gangguan ginjal, Penyakit jantung,
Penyakit Addison, , hipotiroidisme yang tidak diobati. Dan Kehamilan
dan menyusui.
 Cara kerja obat di dalam tubuh : Cara kerja obat Lithium karbonat
memengaruhi aliran ion natrium melalui sel saraf dan sel otot di dalam
tubuh

9
D. Obat Anti ansietas
 Nama obat : Valium
 Efek samping : Efek samping obat valium seperti Tremor, Sedasi,
Kantuk, Vertigo. Kelelahan, Sakit kepala, Kelemahan otot, Gangguan
penglihatan, Reaksi paradoks (misalnya kecemasan, halusinasi,
insomnia, psikosis, gangguan tidur), Nyeri dan tromboflebitis (jika di
berikan secara intravena) dan Jarang: hipersensitivitas, kelainan darah,
penyakit kuning, peningkatan nilai enzim hati.
 Dosis dan cara poemberian obat : Dosis dan Cara Penggunaan Valium
Injeksi, harus dilakukan dengan Tenaga Medis Profesional dan Resep
Dokter. Dosis penggunaan Valium Injeksi juga harus dikonsultasikan
dengan Dokter terlebih dahulu sebelum digunakan, karena dosis
penggunaan nya berbeda-beda setiap individu tergantung berat tidaknya
penyakit yang diderita.
a. Kecemasan berat: 2 mg 3 x sehari. Maksimal: 30 mg / hari.
b. Insomnia: 5-15 mg sebelum tidur.
c. Premedikasi Anestesi; Sedasi dalam prosedur bedah dan medis
minor: 5-20 mg.
d. Terapi tambahan pada kondisi kejang: 2-60 mg / hari dalam dosis
terbagi.
e. Kejang otot: 2-15 mg / hari dalam dosis terbagi, hingga 60 mg /
hari pada gangguan kejang parah.
f. Sindrom penarikan alkohol: 5-20 mg, ulangipemberian obat
setiap 2-4 jam kemudian jika perlu. Atau, 10 mg 3-4 x sehari
pada hari pertama, kurangi dosis menjadi 5 mg 3-4 x sehari
sesuai kebutuhan.
Obat ini diberikan secara injeksi.
 Indsikasi dan kotraindikasi : Kontraindiksi Hindari penggunaan Valium
pada pasien yang memiliki indikasi: Tidak boleh di berikan pada
penderita glaukoma sudut tertutup akut, depresi sistem saraf pusat yang
sudah ada sebelumnya, koma, insufisiensi pernapasan berat atau akut,
sindrom apnea tidur, miastenia gravis, gangguan hati berat.
 Cara kerja obat di dalam tubuh : 4. Cara kerja obat valium Diazepam
termasuk dalam golongan benzodiazepine. Obat ini bekerja untuk
meningkatkan aktivitas asam gamma–aminobutirat (GABA), yaitu
senyawa kimia di otak yang betugas menghambat kerja zat kimia
penghantar sinyal saraf (neurotransmitter) di otak.

 Nama obat : Ativan


 Efek samping : Efek Samping yang mungkin terjadi apabila
mengkonsumsi Ativan adalah: Perubahan mental, Bicara

10
cadelmKelemahan yang tidak biasa, Kesulitan berjalan,Mengantuk,
Pingsan, Kegagalan pernapasan
 Dosis dan cara poemberian obat : Dewasa: 1–4 mg per hari dibagi
menjadi beberapa dosis, dikonsumsi selama 2–4 minggu ,Lansia: Dosis
akan ditentukan dokter sesuai dengan kondisi pasien Dewasa: 2–3 mg
diberikan pada malam sebelum operasi, diikuti dengan 2–4 mg yang
diberikan 1–2 jam sebelum operasi.sedangkan pada anak Anak-anak usia
5–13 tahun: 0,5–2,5 mg/kgBB tidak kurang dari 1 jam sebelum operasi.
Ativan diberikan secara oral
 Indsikasi dan kotraindikasi : Indikasi Obat antiven seperti Ganguan
kecemasan (ansietas), Kesulitan tidur (insomnia) yang berkaitan dengan
gangguan kecemasan (ansietas) Dan Premedikasi setelah tindakan
operasi
Kontraindikasi Obat antiven adalah Hindari penggunaan pada pasien
dengan kondisi:
a. Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap Lorazepam.
b. Pasien yang memiliki riwayat penyakit glaukoma dan kerusakan
hati akut.
c. Penderita insufisiensi paru akut, depresi pernafasan, apnea tidur,
keadaan obsesif, miastenia gravis.
d. Kehamilan (merencanakan kehamilan, trimester 1 atau 3).
 Cara kerja obat di dalam tubuh : Cara kerja obat ativan mampu
menghasilkan efek menenangkan di berbagai bagian otak dan sistem
saraf pusat. Efek menenangkan ini sangat membantu dalam berbagai
kondisi yang menyebabkan rasa gelisah atau cemas, seperti sebelum
tindakan operasi atau sebelum kemoterapi. Ativan terdiri dari 3 macam
dosis yaitu 0.5 mg, 1 mg dan 2 mg

 Nama obat : farisium


 Efek samping : Efek Samping obat farisium
 Penggunaan obat clobazam dapat menimbulkan efek samping. Gejala
efek samping yang paling umum, antara lain : Kelelahan, Menurunnya
nafsu makan, Kesulitan tidur.
 Dosis dan cara poemberian obat : Dewasa: dosis awal adalah 20–30 mg
per hari, dosis dapat ditingkatkan sampai maksimal 60 mg per hari. Anak
usia 6 tahun ke atas: dosis awal adalah 5 mg per hari, dosis dapat
ditingkatkan sampai maksimal 60 mg per hari. Dosis pemeliharaan
adalah 0,3–1 mg/kgBB per hari. Obat ini diberikan secara oral.
 Indsikasi dan kotraindikasi : Indikasi obat yang digunakan untuk
mengatasi kejang pada epilepsi. Salah satu jenis epilepsi berat yang bisa
ditangani oleh clobazam adalah Lennox-Gastaut syndrome. Selain untuk

11
mengatasi kejang, clobazam juga bisa digunakan untuk mengatasi
gangguan kecemasan.
 Cara kerja obat di dalam tubuh : Cara Kerja Obat firisium bekerja
dengan cara mengembalikan keseimbangan senyawa kimia pada otak
yang dapat menyebabkan kecemasan.

 Nama obat : lexotan


 Efek samping : Efek samping obat lexotan seperti Mengantuk, Pusing,
Sakit kepala,Gangguan koordinasi otot dan kontrol gerakan (ataksia),
Kejang. Tremor, Keadaan kebingungan, Gangguan emosi, Gangguan
libido, Kelemahan dan kejang otot. Dan Depresi.
 Dosis dan cara poemberian obat : Penggunaan obat harus sesuai petunjuk
pada kemasan dan anjuran dokter
Dewasa: 6-18 mg/hari dalam dosis terbagi. Dosis dapat ditingkatakan
hingga 60 mg/hari Dan Lansia:Dosis awal maksimal: 3 mg/hari. Obat ini
diberikan secara oral.
 Indsikasi dan kotraindikasi : Indikasi obat lexotan Sebagai penenang
saraf alami dan membantu menjaga aktivitas saraf di otak agar tetep
seimbang sehingga dapat mengatasi gangguan kecemasan (ansietas)
Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi) Pasien dengan kondisi
lemah otot (myasthenia gravis), Pasien dengan kondisi napas berhenti
selama beberapa saat ketika tidur (sleep apnea) dan Pasien dengan
gangguan hati
 Cara kerja obat di dalam tubuh : Cara kerja Lexotan mengandung
bromazepam, golongan benzodiazepin yang berfungsi untuk mengatasi
cemas, serangan panik, kaku otot, insomnia, kejang, status epileptikus,
sindrom putus alkohol.

E. Obat Anti insomnia


 Nama obat : Modescate
 Efek samping :
 Dosis dan cara poemberian obat : Injeksi intramuscular
 Psikosis, Mania, Skizofrenia Dewasa: dalam sediaan dekanoat: Pada
awalnya 12,5 mg kemudian disesuaikan dengan respon terapi. Dosis
pemeliharaan: 12,5–100 mg disuntik setiap 2–6 minggu (bergantung
pada respon terapi). Untuk dosis >50 mg, peningkatan dosis harus secara
perlahan (ditingkatkan setiap 12,5mg). Dalam sediaan enantate ester
dapat diberikan dengan dosis serupa disuntik setiap 1–3 minggu.
a. Lansia: 6,25 mg, disesuaikan berdasarkan respon terapi.
b. Oral
c. Psikosis, Mania, Skizofrenia: Dewasa: dosis awal 2,5-10 mg/hari
dibagi dalam 2–3 dosis, dapat ditingkatkan sesuai dengan respon

12
terapi. Dosis pemeliharaan: 1–5 mg/hari. Dosis maksimal: 20
mg/hari. Obat adjuvan jangka pendek pada ansietas (kecemasan)
berat atau gangguan perilaku:
d. Dewasa: 1 mg dua kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2 mg
dua kali sehari bila diperlukan
 Indsikasi dan kotraindikasi : Indikasi obat: menangani gangguan psikosis
dengan dominasi gejala positif, terutama pada skizofrenia,
Kontraindikasi obat: Alergi terhadap fluphenazine, Dalam keadaan koma
atau depresi berat, Kelainan darah, Penyakit hati, Depresi sumsum tulang
belakang, Tumor pada kelenjar adrenal, Kerusakan otak subkortikal,
Kehamilan (terutama trimester 3) dan menyusui.
 Cara kerja obat di dalam tubuh : cara bekerja obat dengan
menyeimbangkan neurotransmitter, yaitu bahan kimia penghantar sinyal
atau pesan yang ada di otak.

 Nama obat : Esilgan


 Efek samping : Efek samping obat: mengantuk, pusing, mual,
kehilangan nafsu makan, berkeringat, mulut kering, penglihatan kabur,
sakit kepala, dan sembelit dapat terjadi efek samping yang dapat timbul
selama penggunaan Esilgan tablet, yaitu: Mengantuk, Pusing, Perasaan
kesal mungkin terjadi.
 Dosis dan cara poemberian obat : Dosis Esilgan merupakan obat keras
harus menggunakan resep dokter.Secara umum, dosis penggunaan obat
Esilgan adalah sebagai berikut:
a. Neurosis, gangguan tidur: 1-2 tablet diberikan menjelang tidur.
b. Psikosis, skizofrenia: 2-4 tablet diberikan menjelang tidur.
c. Sebelum operasi: 1-2 tablet diberikan pada malam sebelum
operasi.
 Indsikasi dan kotraindikasi : Kontraindikasi Hindari penggunaan Esilgan
pada pasien dengan kondisi berikut:
a. Hipersensitif terhadap kandungan obat ini.
b. Myasthenia gravis.
c. Wanita yang sedang hamil atau memiliki kemungkinan untuk
hamil.
d. Indikasi (manfaat) obat Mengobati macam gangguan tidur karena
gugup, cemas dan ketegangan berlebih, gangguan psikosis dan
gangguan lain seperti nyeri setelah operasi, trauma.
 Cara kerja obat di dalam tubuh : cara bekerja obat dengan
menyeimbangkan neurotransmitter, yaitu bahan kimia penghantar sinyal
atau pesan yang ada di otak. Esilgan memiliki kandungan berupa
estazolam. Estazolam bekerja di otak dengan menghasilkan efek
menenangkan. Obat ini biasanya untuk terapi jangka pendek. Apabila

13
insomnia berlanjut untuk waktu yang lebih lama, konsultasikan dengan
dokter
F. Obat Anti parkinsonisme
 Nama obat : Artane
 Efek samping : Efek samping obat Beberapa efek samping yang
mungkin saja dapat terjadi setelah mengonsumsi trihexyphenidyl adalah
Konstipasi, Pusing, Mulut kering, Mual dan muntah, Sakit kepala, Lelah,
lemas, dan mengantuk.
 Dosis dan cara poemberian obat : Dewasa: 1 mg per hari. Dosis dapat
ditingkatkan menjadi 5–15 mg, 3–4 kali sehari. Dan Dewasa: 1 mg per
hari. Dosis bisa ditambahkan sebanyak 2 mg tiap 3–5 hari, hingga
mencapai dosis 6–10 mg per hari.
 Indsikasi dan kotraindikasi : Artane memiliki indikasih dan
kontraindikasi seperti:
a. Riwayat alergi terhadap THP;
b. Gangguan fungsi jantung atau adanya penyakit jantung;
c. Penyakit glaukoma sudut tertutup;
d. Pembesaran prostat pada pria usia lanjut;
e. Gerakan usus yang terhambat atau melambat (ileus).
 Cara kerja obat di dalam tubuh : Cara kerja obat artane bekerja melalui
efek inhibisi terhadap sistem saraf parasimpatis. merupakan antagonis
reseptor muskarinik kompetitif, dengan mekanisme aksi memblok
reseptor muskarinik M1. Reseptor muskarinik M1 merupakan reseptor
asetilkolin pada sistem saraf parasimpatis.

G. Tindakan antisipasi terhadap efek terapi maupun efek samping yang


timbul?
Sebelum menggunakan obat antipsikotik,obat anti depresan,obat anti mania,obat
anti ansietas,obat anti insomnia dan obat anti parkinsonisme, informasikan
dokter Anda tentang daftar obat Anda saat ini, produk toko (contoh, vitamin,
suplemen herbal, dll.), alergi, penyakit yang sudah ada, dan kondisi kesehatan
saat ini (contoh, kehamilan, operasi yang akan datang, dll.). Beberapa kondisi
kesehatan dapat membuat Anda kebal pada efek samping obat. Konsumsi seperti
yang diarahkan oleh dokter Anda atau ikuti petunjuk yang tercetak dalam brosur
produk. Dosis berdasarkan kondisi Anda. Katakan pada dokter Anda jika
kondisi Anda berlanjut atau memburuk. Poin-poin konseling penting dijabarkan
dibawah ini:
a. Leukopenia.
b. Neutropenia.
c. Tardive dyskinesia.
d. agranulositosis.

14
e. pasien usia lanjut dengan psikosis terkait demensia.
f. sindrom neuroleptik ganas.

15
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Obat-obatan yang diberikan selain dapat membantu dalam proses penyembuhan
pada klien gangguan jiwa, juga mempunyai efek samping yang dapat merugikan
klien tersebut, seperti paskinsonisme, pusing, solasi, pingsan, hipotensi,
pandangan kabur dan konstipasi, untuk menghindari hal tersebut perawat
sebagai tenaga kesehatan yang langsung berhubungan dengan pasien selama 24
jam, harus mampu mengimbangi terhadap perkembangan mengenai kondisi
klien, terutama efek dari pemberian obat psikofarmaka.

B. Saran
dari penjelasan tetntang obat obat di atas, dapat diketahui bahwa kita seorang
perawat harus paham dapat melakukan pemberian obat pada klien agar suatu
saat tidak terjadi sebuah kesalahan dalam pemberian obat obatan tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: https://www.farmasi-id.com/largactil/

Sumber:

https://www.alomedika.com

Sumber: https://www.klikdokter.com/obat/trihexyphenidyl

Sumber: https://hellosehat.com/obat-suplemen/trihexyphenidyl/

17

Anda mungkin juga menyukai