Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

LAPORAN PRAKTIKUM DOKUMENTASI KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK III

NAMA:

VIRA ANJANI (20144010045)

NURWITA NURDIN (20144010029)

NURYUYUN HAERUDIN (20144010030)

IRAWATI SUDARMAN (20144010012)

RIANI SAHRIL (20144010032)

ZAHRA WATI WAHAE (20144010048)

YUSTIKA TRI MAHARANI (20144010049)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2O21
Risiko perfusi perifer tidak efektif D.0015
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Sirkulasi

- Definisi

Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolism tubuh.

- Factor risiko
1. Hiperglikemia
2. Gaya hidup kurang gerak
3. Hipertensi
4. Merokok
5. Prosedur endovaskuler
6. Trauma
7. Kurang terpapar infrmasi tentang factor pemberat ( mis. Merokok, gaya hidup kurang
gerak, obesitas,imobilitas )

- Kondisi klinia terkait


1. Arterosklerosis
2. Raynaud’s disease
3. Thrombosis arteri
4. Atritis rheumatoid
5. Leriche’s disease
6. Aneurisma
7. Buerger’s syndrome
8. Varises
9. Diabetes mellitus
10. Hipotensi
11. Kanker

STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI)

 RISIKO PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF


- Intervensi utama
 Pencegahan scok
 perawatan sirkulasi
- Intervensi pendukung
 Dukungan berhenti merokok
 Edukasi berhenti merokok
 Edukasi diet
 Edukasi latihan fisik
 Edukasi pengukuran nadi radialis
 Edukasi perawata kaki
 Edukasi progam pengobatan
 Edukasi proses penyakit
 Manajemen hiperglikemia
 Manajemen hipoglikemia
 Manajemen sensasi perifer
 Pemantauan tanda vital
 Pemasangan stocking elastic
 Pemberian obat
 Pemberian obat intravena
 Pemberian obat oral
 Pencegahan emboli
 Pengaturan posisi
 Perawatan neurovaskuler
 Perawatan sirkulasi
 Perawatan tirah baring
 Promosi latihan fisik
 Surveilens
 Terapi bekam

STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI)

 RISIKO PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF

Luaran Utama Luaran Tambahan


perfusi Perifer Fungsi sensori
Mobilitas fisik
Penyembuhan luka
Status sirkulasi
Tingkat cedera
Tingkat perdarahan
Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif D.0016
Kategori: Fisiologi.
Subkategori: Sirkulasi

- Definisi

Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke ginjal

- Faktor Risiko
1. Kekurangan volume cairan
2. Embolisme vaskuler
3. Vaskulitis
4. Hipertensi
5. Disfungsi ginjal
6. Hiperglikimia
7. Keganasan
8. Pembedahan jantung
9. Bypass kardiopulmonal
10. Hipoksemia
11. Hipoksia
12. Asidosis metabolik
13. Trauma
14. Sindrom kompartemen abdomen
15. Luka bakar
16. Sepsis
17. Sindrom respon inflamasi sistemik
18. Lanjut usia
19. Merokok
20. Penyalahgunaan zat

- Kondisi Klinis Terkait


1. Diabetes melitus
2. Hipertensi
3. Aterosklerosis
4. Syok
5. Keganasan
6. Luka bakar
7. Pembedahan jantung
8. Penyakit ginjal ( mis.ginjal polikistik, stenosis artesi ginjal, gagal ginjal, glumer ulin
fritis,nefritis intersisal, nekrosis kortikal bilateral, polinefritis)
9. Trauma

STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI)

 RESIKO PERFUSI RENL TIDAL EFEKTIF


- Intervensi utama
 Pencegahan syok
 pengontrolan pendarahan

- Intervensi pendukung
 Dukungan berhenti merokok
 Edukasi berhenti merokok
 Edukasi diet
 Edukasi kemoterapi
 Edukasi proses penyakit
 Edukasi program pengobatan
 Manajemen asam-basa: alkalosis metabolic
 Manajemen asam-basa: asidois metabolic
 Manajemen cairan
 Manajemen hipovolemia
 Manajamen kemoterapi
 Manajemen keselamatan lingkungan
 Manajemen mmedikasi
 Manajemen penyalagunaan zat
 Manajemen syok
 Manajemen trombolitik
 Pemantauan hemodinamik invasive
 Pemantauan tanda vital
 Pemberian obat
 Pemberian obat intravena
 Pemerian produk darah
 Pencegahan emboli
 Pengontrolan infeksi
 Perawatan emboli perifer
 Surveilens
 Terapi oksigen

STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI)


 RISIKO PERFUSI RENAL TIDAK EFEKTIF
Luaran utama Luaran tambahan
- Perfusi serebral - Komunikasi verbal
- Control risiko
- Memori
- Mobilitas fisik
- Status neurologis
Resiko perfusi serebral tidak efektif D.0017
Kategori: fisiologi
Subkategori: sirkulasi

- Definisi

Beresiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak .

- Faktor resiko

1. Keabnormalan masa protombin dan )atau masa tromboplastin parasial


2. Penurunan kinerja ventrikel kiri
3. Aterosklerosis aorta
4. Di seksi arteri
5. Febrilasi atrium
6. Tumor otak
7. Stenosis karotis
8. Misoma atrium
9. Aneurisma serebri
10. Koagulopati (mis.anemia sel sabit )
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskuler diseminata
13. Embolisme
14. Cedera kepala
15. Hiperkolesteromenia
16. Hipertensi
17. Endokarditis infektif
18. Katup prostetik mekanis
19. Stenosismitral
20. Neoplasma otak
21. Infarkmiokard akut
22. Sindrom sicksinus
23. penyalagunaan zat
24. Terapi tombolik
25. Efek samping tindakan (mis.tindakan operasi bypass)

- Kondisi klinis terkait


1. Store
2. Cedera kepala
3. Aterosklerotikaortik
4. Infarkmiokrd akut
5. Diseksi arteri
6. Embolisme
7. Endokarditis infektif
8. Fibrilasi atrium
9. Hiperkolesterolemia
10. Hipertensi
11. Dulatasikardiomiopaati
12. Koagulasi intravaskulardiseminata
13. Miksoma atrium
14. Neoplasma otak
15. Segmen ventrikel kiri akinetik
16. Sindrom sick sinus
17. Stenosiskarotid
18. Stenosismitral
19. Hidrosefalus
20. Infeksi otak (mis.meningitis ,ensefalitis ,abses serebri.

STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI)

 RISIKO PERFUSI SEREBRAL TIDAK EFEKTIF


- Intevensi utama
Manajemen peningkatan tekanan intracranial pemantauan tekanan intrakanial
- Intervensi pendukung
 Edukasi diet
 Edukasi program pengobatan
 Edukasi prosedur tindakan
 Konsultasi via telfon
 Manajemen alat pacu jantung parmanen
 Manajemen alat pacu jantung sementara
 Manajemen defibrilasi
 Manajemen kejang
 Manajemen medikasi
 Manajemen trombolik
 Pemantauan hemodinamik invasive
 Pemantauan neurologis
 Pemantauaan tanda tanda vital
 Pemberian obat
 Pemberian obat inhalasi
 Pemberian obat intradermal
 Pemberian obat intravena
 Pemberian obat ventrikuler
 Pencegahan emboli
 Pencegahan perdarahan
 Pengontrolan infeksi
 Perawatan emboli paru
 Perawatan emboli perifer
 Perawatan jantung
 Perawatan jantung akut
 Perawatan neourovaskuler
 Perawatan sirkulasi
 Surveilens

STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONEDIA (SLKI)

Luaran utama Luaran tambahan


Perfusi serabral - Komunikasi verbal
- Control risiko
- Memori
- Mobilitas fisik
- Status neurologis
Diare D.0020
Kategori : fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan

- Definisi

pengeluaran feses yang sering,lunak dan tidak berbentuk .

- Penyebab

Fisiologis

1. Inflamasi gastroingetinal
2. Iritasi gastroingetinal
3. Proses infeksi
4. Malabsorpsi
Psikologis

1. Kecasan
2. Tingkat strategi tinggi
Situasional

1. Terpapar kontaminan
2. Terpapar toksin
3. Penyalahgunaan laksatif
4. Penyalahgunaan zat
5. Program pengobatan (mis.agen tiroid,anlgesik,pelunak
feses,ferofulsat,antasida,cimetidine dan antibiotik)
6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air
- Gejala dan tanda mayor

Subjektif

(Tidak tersedia)

Objektif

1. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam


2. Feses lembek atau cair.
- Gejala dan tanda minor

Subjektif

1. Urgency
2. Nyeri /kram abdomen
Objektif

1. Frekuensi peristaltik meningkat


2. Bising usus hiperaktif

- Kondisi klinis terkait


1. Kangker kolom
2. Diverticulitis
3. Iritasi usus
4. Crohs’s disease
5. Ulkus peptikum
6. Gastritis
7. Spasme kolom
8. Kolitis ulseratif
9. Hipertiroidisme
10. Demam tyopoid
11. Malaria
12. Sigolesis
13. Kolera
14. Disentri
15. Hepatitis
SRANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI)
 Diare
- Intervensi utama
 Manajemen diare
 Pemantauan cairan
- Intrevensi pendukung
 Dukungan perawatan diri: BAB\ BAK
 Dukungan kepatuhan progam pengobatan
 Edukasi kemoterapi
 Konsultasi
 Iligasi kolostomi
 Insersi intravena
 Manajemen cairan
 Manajemen elektorik
 Manajemen eliminasi fekal
 Manajemen kemoterapi
 Manajemen lingkungan
 Manajemen medikasi
 Manajemen nutrisi
 Manajemen prarentral
 Pemantauan elektrolit
 Pemeberian makanan interal
 Pemberian obat
 Pemberian obat intrademar
 Pemberian obat intravena
 Pemberian obat oral
 Penggontrolan infeksi
 Perawatan kateter sentral peritel
 Perawatan perineum
 Perawatan selang gastrointestinal
 Perawatan stoma
 Promosi berat badan
 Reduksi ansiayetas
 Terapi intravena

STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI)


 DIARE

Luaran Utama Luaran Tambahan


Eliminasi fekal - Fungsi gastrointestinal
- Keseimbangan cairan
- Keseimbangan elektrolik
- Kontinensia fekal
- Motilitas gastrointestinal
- Status cairan
- Tingkat infeksi
- Tingkat nyeri
Disfungsi motulitas Gastrointestinal D.0021
Kategori : fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan

- Definisi

Peningkatan,penurunan,tidak efektif atau kurangnya aktivitas peristaltik gastrointestinal .

- Penyebab
1. Asupan enteral
2. Intoleransi makanan
3. Imobilisasi
4. Makanan kontaminan
5. Malnutrisi
6. Pembedaan
7. Efek agen farmakologis (mis.narkotik/opiat, antibiotik,laksatif,anastesia)
8. Proses penuaan
9. Kecemasan
- Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1. Mengungkapkan flatus tidak ada


2. Nyeri/kram abdomen
Objektif

1. Suara peristaltik berubah (tidak ada,hipoaktif,atau hiperaktif)

- Gejala dan tanda minor

Subjektif

1. Merasa mual
Objektif

1. Residu lambung meningkat/menurun


2. Muntah
3. Regulasi
4. Pengosongan lambung cepat
5. Dustensi abdomen
6. Diare
7. Feses kering dan sulit keluar
8. Feses keras
- Kondisi terkait
1. Pembedahan abdomen atau usus
2. Malnutrisi
3. Kecemasan
4. Kengker empedu
5. Kolesistektomi
6. Infeksi pencernaan
7. Gastroesophageal reflux disease (GERD)
8. Dialogis peritoneal
9. Terapi radiasi
10. Multiple organ dysfuncion syndrome

STANDAR INTREVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI)

 DISFUNGSI MOTILITAS GASTROINTESTINAL

- Intervensi Utama
 Manajemen nutrisi
 Penggotrolan infeksi
- Intervensi pendukung
 Dukungan kepatuhan progam keperawatan
 Edukasi diet
 Edukasi proses penyakit
 Insersisi selang nasugastrik
 Irigasi klostomi
 Konselin nutrisi
 Konsultasi
 Manajemen diare
 Manajemen eliminasi fekal
 Manajeman konstipasi
 Manajemen mual
 Manajemen muntah
 Manajemen obat
 Manajemen reaksi alergi
 Pemantauan nutrisi
 Pemberian enema
 Pemberian makanan enteral
 Pemberian obat intravena
 Pemberian obat oral
 Penurunan faltus
 Perawatan inkontinensial fekal
 Perawatan selang gastrointestinal
 Perawatan stomal

STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI)


 DISFUNGSI MONILITAS GASTROINTESTINAL

Luaran utama Luaran tambahan


Motilitas gastrointestinal - Eliminasi fekal
- Keseimbangan cairan
- Keseimbanagan elektorik
- Pemulihan pascabedah
- Inter tingkat infeksi
- Tingkat kenyaman
- Tingkat mual \ muntah
- Tingkat nyeri
Hipovelemia
Kategori : fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan

- Definisi

Penurunan volume cairan intravascular,interstisel,dan/atau intraseluler.

- Penyebab
1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Obstruksi jalan keluar urin (mis. Imoaksi fekl, efek agen farmakologis)
4. Ketidakadekuatan detrusor (mis. Pada kondisi stres atau tidak nyaman, deconditioned
voiding)

- Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1. Residu volume urin setelah berkemih atau keluhan kebocoran


Sedikit urin
2. Nokturia

Objektif

1. kandung kemih distensi (bukan berhubungan dengan penyebab reversible akut) atau
kandung kemih distensi dengan sering, sedikit berkemih atau dribbling

- Gejala dan tanda minor

Subjetif
(tidak tersedia )

Objektif

1. Residu urin 100 ml atau lebih


- Kondisi terkait
1. Asma
2. Alergi
3. Penyakit neurologi : cedera \ tumor \ infeksi medula spinalis
4. Cedera kepala
5. Sklerosis multiple
6. Dimielinisasi saraf
7. Neuropati dibetikum
8. Neoropati alcohol
9. Striktura uretra/leher kandung kemih
10. Pembebasan prostat
11. Pembengkakan perineal

STANDAR INTREVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI)

 HIPOVELEMIA
- Intervensi utama
Manajemen hipovolemia
- Intervensi pendukung
 Balut tekan
 Dukungan kepatuhan program pengobatan
 Edukasi pengukuran nadi radialis
 Insersi intravena
 Insersi selang nasogastrik
 Konsultasi via telpon
 Manajemen akses vena sentral
 Manajemen aritmia
 Manajemen diare
 Manajemen elektrolit
 Manajemen elektrolit: hiperkalemia
 Manajemen elektrolit: hiperkalsemia
 Manajemen pendarahan anteprtum dipertahankan
 Manajemen pendarahan antepartum tidak dipertahankan
 Manajemen pendarahan pervaginam
 Manajemen pendarahan pervagina pascapersalinan
 Manajemen syok
 Manajemen specimen darah
 Pemantauan cairan
 Pemantauan elektrolit
 Pemantauan hemodinamik invasive
 Manajemen elektrolit: hipernagnesemia
 Manajemen elektrolit: hipernatremia
 Manajemen elektrolit: hipokalemia
 Manajemen elektrolit: hipomagnesimia
 Manajemen elektrorit: hiponatrimia
 Manajemen muntah
 Manajemen perdarahan
 Manajemen perdarahan akhir masa kehamilan
 Pemantauan neurologis
 Pemantauan tanda vital
 Pemberian obat
 Pemeberian obat intravena
 Pencegahan perdarahan
 Pencegahan syok
 Pengambilan sampel darah arteri
 Pengambilan sampel darah vena
 Perawatan jantung akut
 Terapi intravena
 Transfusi darah

STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI)

 Hipovolemia

Luaran utama Luaran tambahan


Status cairan - Integritas kulit dan jaringan
- Keseimbangan asam – basa
- Keseimbanagan cairan
- Keseimbangan elektrolit
- Penyembuhan luka
- Perfusi perifer
- Status nutrisi
- Termoregulasi
- Tingkat perdarahan
GANGGUAN ELIMINASI URIN D.0040
Kategori: fisiologis
Subkategori : eliminasi

- Definisi

Disfungsi eliminasi urin

- Penyebab
1. Penurunan kapasitas kandungan kemih
2. Iritasi kandungan kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda tanda gangguan kandungan kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostic (mis.operasi ginjal, operasi saluran kemih, anatesi,
dan obat obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet ( mis.imulasi)
7. Hambatan lingkungn
8. Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandungan kemih tidak lengkap ( mis.anomali saluran kemih congenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)

- Gejala dan tanda mayor

Subjektif objektif

1. Desakan berkemih ( urgensi ) 1. Distesi kandung kemih


2. Urin menetes ( dribbling ) 2. Berkemih tidak tuntas ( hesitancy)
3. Sering buang air kecil 3. Volume residun uri meningkat
4. Nokturia
5. Mengompol
6. Enuresis
- Gejala dan tanda minor

Subjektif objektif

( tidak tersedia ) ( tidak tersedia )

- Kondisi klinis terkait


1. Infeksi ginjal dan saluran kemih
2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/tumor/infeksi medulla spinalis
6. Neuropati diabetikum
7. Neuropati alkohol
8. Stroke
9. Parkinson
10. Skelris multiple
11. Obat alpha adrenergic

- Keterangan

Diagnosis ini masih bersifat umum untuk ditegakkan di klinik, sebaiknya penegakan diagnosis
ini lebih spesifik lebih spesifik pada inkontinensia atau retensi. Namun diagnosis ini dapat
dipergunakan jika perawat belum berhasil mengidentifiksi fakor penyebab inkotinensia atau
retensi urin.

STANDAR INTREVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI)

 GANGGUAN ELIMINASI URIN

- Intervensi utama
Dukungan perawatan diri: BAB/BAK manajemen eliminasi urin
- Intervensi pendukung
 Dukungan kepatuhan program pengobatan
 Edukasi berat badan efektif
 Edukasi toilet training
 Irigasi kandung kemih
 Kateterisasi urine
 Konsultasi
 Latihan oto panggul
 Manajemen cairan
 Manajemen hemodialisis
 Manajemen nefrostomi
 Manajemen nyeri
 Manajemen obat
 Manajemen prolapsus uteri
 Pembatauan cairan
 Pemberian obat intravena
 Pencegahan infeksi
 Pengontrolan infeksi
 Perawatan inkontinensia urine
 Perawatan kateter urine
 Perawatan pascapersalinan
 Perawatan perineum
 Perawatan retensi urine
 Perawatan urostomi
 Reduksi ansietas

STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA

 GANGGUAN ELIMINASI URIN

Luaran utama Luaran tambahan


eliminasi urine - Kontiesia urine
- kontrol gejala
- status neurologis
- tingkat infeksi

.
Inkontenensia Fekal D.0041
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Eliminasi

- Definisi

Perubahan kebiasan buang air besar dari pola normal yang di tandai dengan pengeluaran feses
secara involunter (tidak di dasari).

- Penyebab
1. Kerusakan susunan saraf motorik bawah
2. Penurunan tonus otot
3. Gangguan kognitif
4. Penyelagunaan laksatif
5. Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rektum
6. Pascaoperasi pullthrough penutupan kolosomi
7. Ketidak mampuan mencapai kamar kecil
8. Diare kronis
9. Stres berlebihan

- Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

1. Tidak mampu mengontrol pengeluaran feses 1. Feses keluar sedikit-sedikit dan


sering
2. Tidak mampu menunda defekasi

- Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

(Tidak tersedia) 1. Bau feses

2. Kulit parianal kemerahan

- Kondisi Klinis Terkait

1. Spina bigida
2. Atresia AnU
3. Penyakit hirschsprung
STANDAR INTREVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI)

 INKOTENENSIA FEKAL
- Intervensi utama
Latihan eliminasi fekal perawatan ikontinensia fekal
- Intervensi pendukung
 Dukungan emosional
 Dukungan perawatan diri: BAB/BAK
 Edukasi toilet training
 Manajemen demensia
 Manajemen diare
 Manajemen eliminas fekal
 Manajemen lingkungan
 Manajemen nutrisi
 Manajemen proplapus rectum
 Pemberian obat
 Pemberian obat intravena
 Pemberian obat oral
 Pemberian obat rectal
 Perawatan perineum
 Promosi latihan fisik
 Rujukan ke perawat entersoma
 Terapi aktivitas

STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI)

 INKOTINENSIA FEKAL

Luaran utama Luaran tambahan


Kontinensia fekal - Eliminasi fekal
- Fungsi gastrointestinal
- Perawatan diri
- Status neurologis
- Status nutrisi
- Tingkat delirium
- Tingkat infeksi
Inkontenesia urine urgensi D. 0047
Kategori : fisiologi
Subkategori : Eliminasi

- Definisi

Keluarnya urine tidak terkendali sesaat setelah keinginan yang kuat untuk berkemih (kebelet).

- Penyebab

1. Iritasi reseptor kontraksi kandung kemih

2. Penerunan kapasitas kandung kemih

3. Hiperaktifitas detrusor dengan kerusakan kontraktilitas kandung kemih

4. Efek agen farmakologis (mis. Deuretik)

- Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

1. Keinginan berkemih yang kuat (tidak tersedia)


disertai dengan inkontenisia

- Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

( tidak tersedia) (tidak tersedia)

- Kondisi klinis terkait

1. Riwayat penyakit peredangan pelvis dan /atau vagina

2. Riwayat penggunaan kateter urine

3. Infeksi kandung kemih dan/atau uretra

4. Gangguan neorogenik/tumor/infeksi
5. Penyakit Parkinson

6. Neoropati diabetikum

7. Operasi abdomen

STANDAR INTREVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI)

 INKOTENENSIA URINE URGENSI


- Intervensi utama
Latihan berkemih perawatan inkontinensia urine
- Intervensi pendukung
 Dukungan kepatuhan program pengobatan
 Dukungan perawatan diri: BAB/BAK
 Dukungan perawatan diri: mandi
 Edukasi training
 Kateterisasi urine
 Manajemen cairan
 Manajemen eliminasi urine
 Manajemen inkontinensia urine
 Manajemen lingkungan
 Manajemen medikasi
 Pemantauan cairan
 Pemberian obat oral
 Pengontrolan infeksi
 Perawatan kateter urine
 Perawatan perineum

STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA

 INKOTINENSIA URIN URGENSI

Luaran utama Luaran tambahan


Kontinensia urine - Eliminasi urine
- Kontrol gejala
- Perawatan diri
- Tingkat infeksi
Intoleransi Aktivitas D.0056
Kategori : fisiologis
Subkategori : aktivitas/istirahat

- Definisi

Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

- Penyebab
1. Ketidakseimbangan antara suku lain dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Mulitasi
5. Gaya hidup monoton

- Gejalah dan tanda mayor


Subjektif :
1. Mengeluh lelah

Objektif :

1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi

- Gejalah dan tanda minor


Subjektif :
1. Dispenea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setlah beraktivitas
3. Merasa lemah

Objektif :

1. Tekanan darah berubah>20%


2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelh aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis

- Kondisi klinis terkait


1. Anemia
2. Gagal jantung kongesif
3. Penyakit jantung koroner
4. Penyakit katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru obstrutif kronis ( PPOK )
7. Gangguan metabolic
8. Gangguan musculoskeletal

STANDAR INTREVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI)

 INTOLERANSI AKTIVITAS
- Intervensi utama
Manajemen energi terapi aktivitas
- Intervensi pendukung
 Dukungan ambulasi
 Dukungan kepatuhan program pengobatan
 Dukungan meditasi
 Dukungan pemeliharaan rumah
 Dukungan perawatan diri
 Dukungan spiritual
 Dukungan tidur
 Edukasi latihan fisik
 Eduksi pengukuran nadi radialis
 Manajemen aritmia
 Manajemen lingkungan
 Manajemen medikasi
 Manajemen mood
 manajemen nutrisi
 manajemen nyeri
 Manajemeen program latihan
 Pemantauan tanda vital
 Pemberiaan obat
 Pemberian obat inhalasi
 Pemberian obat intravena
 Pemberian obat oral
 Penentuan tujuan bersama
 Promosi berat badan
 Promosi dukungan keluarga
 Promosi latihan fisik
 Rehabilitasi jantung
 Terapi aktivitas
 Terapi bantuan hewan
 Terapi music
 Terapi oksigen
 Terapi relaksasi oto proghesif

STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA

 INTOLERANSI AKTVITAS

Luaran utama Luaran tambahan


Toleransi aktivitas - Ambulansi
- Curah jantung
- Konsevasi energi
- Tingkat keletihan

Anda mungkin juga menyukai