Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TREND DAN ISSU KEPERAWATAN JIWA

DI DUNIA DAN DI INDONESIA SAAT INI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : VIRA ANJANI

NIM : 20144010045

KELAS : IV/A KEPERAWATAN

JURUSAN DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES TERNATE

TAHUN 2022

I
KATA PENGANTER

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya . sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” MAKALAH
TREND DAN ISSU KEPERAWATAN JIWA DI DUNIA DAN DI INDONESIA
SAAT INI” Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Saya juga tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu saya mengharap kritik dan saran
untuk penyempurnaan makalah ini.

Ternate, 25 mei 2022

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................II

DAFTAR ISI..................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................1
C. Manfaat ..............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2

A. Kesehatan jiwa....................................................................................................2
B. Ciri – Ciri............................................................................................................4
C. Pandangan perawat tentang kesehatan jiwa .......................................................5
D. Trend dan Issue keperawatan Jiwa.....................................................................6
E. Manfaat Keperawatan Jiwa.................................................................................6
F. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisas....................13
G. Isu Seputar Yankep Mental Psikiatri..................................................................14
H. Tren dan Isu Seputar Dimensi Spiritual Keperawatan Jiwa...............................14
I. Manfaat Proses Keperawatan Jiwa Proses keperawatan.....................................15

BAB III PENUTUPAN.................................................................................................17

A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

III
IV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang paling mengancam
di dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa selalu meningkat. Hal ini
disebabkan oleh beban hidup yang semakin lama semakin berat. Gangguan jiwa
ini tidak hanya terjadi pada kalangan bawah tetapi juga kalangan pejabat dan
kalangan menengah ke atas. Pada saat ini penyakit gangguan jiwa tidak hanya
dialami oleh orang dewasa dan lansia tetapi juga oleh anak-anak dan remaja.
Seseorang yang terkena gangguan jiwa akan melakukan hal yang seharusnya
tidak dilakukan seperti menggunakan obat-obatan terlarang dan melakukan
bunuh diri.
Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah besar di beberapa Negara di dunia
seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain factor
diatas penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan oleh
perkembangan otak ketika masih janin yang menyebabkan penyakit skizofrenia.
Oleh karena itu saat ini seluruh Negara di dunia berusaha meningkatkan
kesehatan jiwa warga negaranya. Begitu juga dengan Indonesia yang berusaha
meningkatkan pelayanan pada pasiennya dengan meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan jiwa.
B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami tentang keperawatan jiwa,
bagaimana perang perawat dalam melaksanakan keperawatan jiwa dan
bagaimana manfaatnya kepada pasien dan perawat. Makalah ini juga disusun
untuk memahami tentang diagnose keperawatan jiwa yang sesuai dengan
standar aturan keperawatan yang berlaku dan memberikan bimbingan kepada
pasien yang mengalami gangguan jiwa.
C. Manfaat Penulisan
Bagi penulis, penyusunan makalah ini bermanfaat ganda, yaitu selain lebih
memahami perihal penyakit jiwa, penulis juga bisa mengasah dan
mengembangkan kemampuannya di bidang penulisan karya ilmiah. Sedangkan

1
bagi pembaca seperti instansi kesehatan terkait maupun masyarakat makalah ini
dapat menjadi referensi untuk meningkatkan pelayanan dan perawatan pada
pasien yang mengidap penyakit jiwa.

2
BAB II
PEMABAHASAN
A. Kesehatan Jiwa
Menurut WHO kesehatan jiwa adalah kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada
gangguan jiwa melainkan megandung berbagai karakteristik yang positif
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Menurut UU kesehatan Jiwa no 13 tahun 1996 kesehatan jiwa adalah
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional
secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan
orang lain. Menurut Rosdahl, Texbook of Basic Nursing, 1999:58 kesehatan
jiwa adalah A mind that grows and adjust, is in control, and is free of
serious stress.
Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan
mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari
stress yang serius. Pada jiwa yang sehat ada beberapa factor yang dapat
memprngaruhinya.
Factor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Inherited Characteristic (Warisan Karakteristik) Beberapa teori
percaya bahwa tidak ada satupun manusia normal dengan sempurna
dan kemampuan untuk mempertahankan sebuah mental yang sehat
di pandangan hidupnya. Di sisi lain orang yang mengalami
kecacatan genetik mempengaruhi seseorang untuk mempertahankan
kesehatan jiwanya. Setiap orang memiliki sifat yang berbeda, ada
yang sensitive dan ada yang temperamental semua itu dipengaruhi
oleh lingkungannya.
2. Nurturing During Childhood (Pemeliharaan Sewaktu Kecil) Hal ini
mengacu pada interaksi dengan orang tua di masa kecil juga akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Pemeliharaan yang dimulai dengan
positif ketika anak dilahirkan akan menciptakan perasaan cinta,
aman dan mau menerima. Pemeliharan yang buruk ketika kecil juga
akan mempengaruhi mental sang anak. seperti kekurangan kasih

3
saying ibu, penolakan dari orang tua dan kegagalah komunikasi
awal.
3. Life Circumstance (Keadaan Hidup) Keadaan hidup bisa
mempengaruhi keadaan mental seseorang dimulai dari dia lahir.
Contoh keadaan yang positif adalah sukses di sekolah, keuangan
yang mencukupi, kesehatan fisik yang baik, pekerjaan yang
menyenangkan dan perkawinan yang sukses. Sedangkan keadaan
hidup yang negative meliputi kesehatan fisik yang buruk, pekerjaan
dan perkawinan yang tidak sukses.
B. Ciri-Ciri Jiwa Yang Sehat
Setiap orang ingin memiliki jiwa yang sehat, tetapi tidak semua orang bisa
mengontrol emosi dan mengelola stresnya. Sehingga banyak orang yang
memilih jalan yang salah yaitu dengan mengakhiri hidupnya. Jiwa yang
sehat memiliki ciriciri sebagai berikut :
1) Menurut WHO :
a. Menyesuaikan diri secara konstruktif walaupun kenyataan
sangat buruk
b. Memperoleh kepuasan dari hasil usaha
c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
d. Hubungan antar manusia saling menolong dan memuaskan
e. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran
f. Rasa bermusuhan diselesaikan secara kreatif dan konstruktif
g. Mempunyai kasih saying
2) Menurut Abraham Maslow
a. Memiliki persepsi realita yang efektif.
b. Menerima diri sendiri
c. Spontan
d. Sederhana dan wajar
3) Menurut Jahoda
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri

4
c. Integrasi: keseimbangan ekspresi dan represi,konflik internal
suasana hati dan emosi
d. Otonomi : keseimbangan tergantung dan mandiri, menerima
konsekuensi atas perilakunya,bertanggung jawab terhadap
diri sendiri, keputusannya, tindakannya dan perasaannya.
e. Persepsi realitas : kemampuan individu memiliki penerimaan
tentang dunia luar melalui pengalaman berfikir.
f. Menguasai lingkungan : individu merasa sukses dalam
menjalankan perannya dalam masyarakat atau kelompok
menghadapi dunia luar secara efektif, mendapatkan kepuasan
hidup.
C. Pandangan Perawat Terhadap Pasien Penyakit Jiwa
Bukan hanya kesehatan fisik saja yang penting, tetapi kesehatan jiwa juga
harus dijaga agar bisa menjalankan kehidupan dengan baik. Menjaga
kesehatan jiwa sangat sulit karena masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Bagi seseorang yang tidak mampu mengelola emosi dan stressnya akan
menyebabkan gangguan pada jiwanya. Walaupun begitu seorang perawat
memiliki pandangan positif terhadap seseorang yang mengalami gangguan
jiwa, yaitu sebagai berikut :
1. Gangguan jiwa tidak pernah merusak seluruh kepribadian dan
perilaku manusia.
2. Perilaku manusia selalu bisa diarahkan pada respon yang baru.
3. Perilaku manusia selalu dipengaruhi oleh factor lingkungan yang
dapat menguatkan dan melemahkan Seorang perawat akan selalu
berfikir positif tentang pasiennya, walaupun pasien tersebut
mengalami gangguan kejiwaan.

Selain itu seorang perawat juga akan melakukan evaluasi tentang kesehatan
pada jiwa pasiennya, yaitu sebagai berikut :

1. Status fungsional : kemampuan melakukan tugas sehariandan


memenuhi peran yang menantang

5
2. Status psikologi : (alarm emosional dan intelektual) perasaan
kesejahteraan, status mental dan emosi, persepsi kualitas hidup,
sumber daya memaksimalkan potensi pribadi

3. Status klinis : dimensi kesehatan fisik.

D. Pengertian Keperawatan Jiwa

Menurut Dorothy dan Cecelia keperawatan jiwa adalah proses dimana


perawat membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan konsep
diri yang positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih
harmonis serta agar berperan lebih produktif di masyarakat.

Menurut Kaplan Sadock keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang


berupayauntuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang akan
mendukung integrasi, pasien dapat berupa individu, keluarga, kelompok,
organisasi dan komunitas.

Menurut ANA (American Nurses Association) keperawatan jiwa adalah


area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah
laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien
dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.

E. Tren Dan Isu Keperawatan Jiwa

1. Definisi Tren Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai
pendekatan analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran
ataupun informasi yang terjadi pada saat 10 ini yang biasanya sedang
popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan
fakta.
2. Definisi Isu Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang
menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan
nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.

6
Isu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum
jelas faktannya atau buktinya.
3. Definisi Tren dan Isu Keperawatan 6 Trend dan Isu Keperawatan
adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang
praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun
tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek
legal dan etis keperawatan.
Tren atau isu dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah
tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak
besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun
global.
Tren dan isu dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah
tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak
besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun
global. Berikut ini beberapa contoh tren dan isu yang terjadi dalam
keperawatan jiwa :
1. Kesehatan Jiwa dimulai masa konsepsi Di Indonesia banyak terjadi
gangguan jiwa di mulai pada usia 19 tahun dan jarang sekali melihat
fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan pada saat ini
menunjukkan bahwa jika berbicara masalah kesehatan jiwa harus
dimulai dari masa konsepsi bahkan sebelum pranikah. Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa adanya keterkaitan kesehatan
fisik dan mental seseorang ketika berada dalam kandungan di masa
yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan
bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.
Berikut ini merupakan hasil dari penelitian :
a) Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa
suara, musik, getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki
perkembangan fisik, mental dan emosional yg lebih baik.

7
b) Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus
dalam kandungan. Mednick membuktikan bahwa mereka
yang pada saat epidemi sedang berada pada trimester dua
dalam kandungan mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk
menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting
ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada
waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan
risiko menderita skizofrenia. Mednick menghidupkan
kembali teori perkembangan neurokognitif, yang
menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi
kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam
kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti
berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan
perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan,
working memory, dan fungsi-fungsi eksekusi sering
dijumpai pada penderita skizofrenia. Dipercaya kelainan
neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan
dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan,
misalnya, tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak,
trauma otak, atau terpengaruh zatzat yang mempengaruhi
fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang
telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala
skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir,
waham/delusi, perilaku yang aneh dan gangguan emosi.

Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir dari
seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak dalam
kandungan pada saat bayi belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-
suara komposisi lagu yang teratur. Marc Lehrer, seorang ahli dari university of
California menemukan bahwa dari 3000 bayi yang diteliti serta diberikan
stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan sentuhan, ternyata
setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosi yang lebih baik.

8
Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and attachment
pada bayi baru lahir dapat meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.

2. Tren peningkatan masalah kesehatan Pada era globalisasi ini


masalah kesehatan jiwa sudah meningkat, hal ini sudah terbukti
dalam dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang
semakin berat. Pada saat sekarang ini pasien gangguan jiwa bukan
hanya dari kalangan bawah tetapi juga dari kalangan mahasiswa,
pns, pegawai swasta pejabat dan masyarakat kalangan menengah ke
atas. Semua 8 itu terjadi karena sebagian besar masyarakat
menengah ke atas tidak mampu mengelola stress dan juga bisa
disebabkan oleh post powewr syndrome atau mutasi jabatan. Pada
saat sekarang ini penyakit gamgguan jiwa tidak lagi mengenal strata
social dan usia. Banyak orang kaya yang terkena gangguan jiwa
karena hartanya habis akibat bencana.
Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan
kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan
kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress,
kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit
fisik yang tidak jelas penyebabnya. Tipe gangguan jiwa yang lebih
berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan gejala
perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap
mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa
membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.
3. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder Trauma yang
katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang
umum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari. Mengakibatkan
keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami
stress yang demikian. Mereka menjadi manusia yang invalid dalam
kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak produktif.
Trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat
individual, trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara

9
ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang
mengguncang eksistensi kejiwaan.
4. Tren bunuh diri pada anak-anak dan remaja Gagasan bunuh diri
merupakan keluhan pertamayang sering dijumpai dalam pelayanan
psikiatrik darurat. Semua ancaman bunuh diri, sikap dan buah
pikiran itu harus ditanggapi dengan serius, sampa dapat dibuktikan
sebaliknya. Pasien yang berisiko bunuh diri perlu diamati secara
cermat. Alas an seseorang bunuh dir adalah putus asa dengan
masalah dia hadapi dan tidak merasa tidak berdaya. Di dunia pun
bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat
mengancam, angka kejadian terus meningkat dan sangat
mengancam Sejak tahun 1958, dari 100.000 penduduk Jepang 25 9
orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk
negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan
pertama diduduki Jerman dengan angka 37 orang per 100.000
penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat
bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih
besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang
mengkhawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi
pada anak-anak dan remaja. Di Benua Asia, Jepang dan Korea
termasuk Negara yang sering diberitakan bahwa warganya
melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau merobek
perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk melindungi nama
baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan Perdana
Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap
perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984.
Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga
kehormatan pimpinannya. Data dari Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang
bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40
detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab utama
kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor kecelakaan. Metode

10
bunuh diri yang paling disukai adalah menggunakan pistol,
menggantung diri dan minum racun.
5. Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa Dengan banyaknya kasus
bunuh diri dan depresi pada anak, maka pola asuh keluarga kembali
menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana orang
tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol
yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi
teman curhat, teman bermain, teman yang menyenangkan bagi anak
terutama saat rekreasi, belajar dan berkomunikasi. Berbagai upaya
agar anak dekat dan berani bicara pada orang tuanya saat punya
masalah. Orang tua menjadi teman dalam ekspresi feeling anak
sehingga anak menjadi sehat jiwanya. Bagaimana anak dilatih
mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian menjadi
hal yang sangat penting dalam kesehatan jiwa, karena 10 akan
memiliki self confidence yang cukup. Orang tua juga melatih anak
bertanggung jawab mengerjakan tugas-tugas di rumah sepert:
mencuci, menyiram bunga dll.
6. Kasus AIDS & NAPZA Gangguan penggunaan zat adiktif ini
sangat berkaitan dan merupakan dampak dari pembangunan serta
teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal terpenting yang
mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat
hukum yang lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum
seringkali menjadi backing, ditambah dengan keragu-raguan
penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga
dampaknya SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih
bertindak tegas terhadap pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi
ini akan semakin menigkat untuk masa yang akan datang khususnya
dalam era globalisasi.
Dalam era globalisasi tersebut terdapat gerakan yang sangat besar
yang disebut dengan istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa
dekade yang lalu kita mengenal istilah zionisme, maka dengan ini
sejalan dengan globalisasi kita berhadapan dengan dengan ideologi

11
kafirisasi yang disebut dengan Neozionisme, sebuah ideologi yang
ingin menciptakan tatanan dunia global yang sekuler dan terlepas
sama sekali dari ajaran agama yang mereka anggap sebagai
kepalsuan, racun, dan dogmatis fundamentalis. Gerakan konspirasi
mereka telah membuat carut marut dan tercabiknya wajah kaum
beragama, utamanya umat muslim, mereka menuduh umat islam
sebagai fundamentalis, ekstrimis, dan tiran. Bahkan Hungtington
(Misionaris Yahudi) pernah mengatakan : “Musuh Barat terbesar
setelah Rusia hancur adalah Islam“. Salah satu program mereka
adalah menghancurkan islam melalui penghancuran generasi
mudanya dengan cara menebarkan narkotik dan zat adiktif lainnya
(NAPZA). Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah
memanfaatkan energi yang tersimpan dalam generasi negeri ini (1,3
juta orang pemuda) yang berusia 15-25 tahun melalui NAPZA
(Narkotik dan Zat Adikif lainnya) dan telah membunuh 30 orang
perbulannya. Masalah lainnya muncul seiring dengan merebaknya
pemakaian NAPZA. Menjelang tahun 2008 pertumbuhan HIV 11
AIDS di dunia dapat mencapai 4 orang permenit. Ini merupakan
ancaman hilangnya kehidupan dan runtuhnya peradaban.
Dikhususkan kepada tim kesehatan harus merasa terpanggil
menyelamatkan generasi penerus bangsa dari cangkraman NAPZA
(Narkotika, Alkohol, psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya).
Perawat merupakan komponen terbesar dari seluruh tim kesehatan,
maka upaya-upaya pengcegahan dan penatalaksanaan keperawatan
menjadi hal yang sangat penting karena perawat senantiasa berada
di sisi klien dalam rentang waktu yang lama di banding tim
kesehatan lainnya. Melalui forum presentasi orientasi keperawatan
jiwa kami berusaha memaparkan suatu topic dengan tema Asuhan
Keperawatan pada Pengguna NAPZA.
7. Kasus ekonomi & kemiskinan Kasus ekonomi dan kemiskinan juga
memicu timbulnya penyakit kejiwaan. Sejatinya, banyak manusia
yang menginginkan hidup enak, mewah serta berkecukupan,

12
sementara tidak memperhatikan situasi kondisi kehidupannya yang
nyata. Akibatnya, tidak banyak manusia yang enggan menerima
kondisi tersebut, mereka cenderung frustasi dalam memikirkan hal
tersebut karena tidak menemukan pemecahan masalah yang benar.
Pengangguran telah menyebabkan rakyat indonesia semakin
terpuruk. Daya beli lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk,
kurang gizi, mudah teragitasi, kekebalan menurun dan infrastruktur
yg masih rendah menyebabkan banyak rakyat mengalami gangguan
jiwa. Masalah ekonomi paling dominan menjadi pencetus gangguan
jiwa di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi
kenaikan BBM selalu dsertai dengan peningkatan dua kali lipat
angka gangguan jiwa. Hal ini diperparah dengan biaya sekolah yang
mahal, biaya pengobatan tak terjangkau dan penggusuran yang
kerap terjadi.

F. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisas

Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan keperawatan adalah tersedianya


alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan pelayanan. Tenaga
kesehatan (perawat “jiwa”) harus mempunyai standar global dalam
memberikan pelayanan kesehatan, jika tidak ingin ketinggalan. Fenomena
masalah kesehatan 12 jiwa bukan lain merupakan masalah klinis melainkan
berorientasi pada kehidupan sosial. Konsep kesehata jiwa bukan lagi tentang
sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal dalam perilaku dan
kemampuan fungsi sosial.

Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yang didukung ditemukannya


obat psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku klien gangguan
jiwa, peran perawat tidak terbatas di Rumah Sakit, tetapi dituntut lebih
sensitif terhadap lingkungan sosialnya, serta berfokus pada pelayanan
preventif dan promotif. Perubahan hospital based care menjadi community
based care merupakan trend yang signifikan dalam pengobatan gangguan
jiwa. Perawat mental psikiatri harus mengintegrasikan diri dalam community
mental health, dengan tiga kunci utama :

13
a) Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta
hubungan perawat dengan profesi lain di komunitas.
b) Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisikan perannya
c) Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan
promosi kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based
care. Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting,
terutama keperawatan mental psikiatri baik dalam jumlah maupun
kualitas.

G. Isu Seputar Yankep Mental Psikiatri

1. Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat


dipertanggungjawabkan karena masih kurangnya hasil-hasil riset
tentang keperawatan jiwa klinik.
2. Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena
pendidikannya yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek
yang diakui secara internasional.
3. Pembedaan perang perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan
pengalaman sering kali tidak jelas “position description” job
responsibility dan system reward dalam pelayanan.
4. Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik
(mahasiswa keperawatan.

H. Tren dan Isu Seputar Dimensi Spiritual Keperawatan Jiwa

Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat dikotomis
melainkan antara keduanya sudah terintegrasi (saling menunjang). Seperti
yang dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu
pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta. Tetapi agama tanpa ilmu
pengetahuan bagaikan orang lumpuh. Merujuk dari pentingnya pengetahuan
dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat banyak penelitian dilakukan
diantaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak
terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan
sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka

14
yang menderita penyakit mental mengalami suatu kekosongan rohani.
Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.

Menurut Rando (1984) keyakinan agama dapat membantu menyokong pasien


dalam menghadapi krisi kehidupan termasu kematian. Dimensi spiritual
merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam masyarakat Indonesia.
Walaupun hal ini sering kali terabaikan. Pengertian tentang pentingnya
memahami kebutuhan spiritual pasien yang dilandasi atas keyakinan
beragama, nilai dan pengalaman kehidupan pasien sering tidak menjadi focus
tenaga kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menjelaskan
secara ilmu aspek spiritual. Tiga kebutuhan spiritual menurut Randi (1984)
adalah mencari arti kehidupan, meninggal secara wajar dan kebutuhan untuk
ditemani pada saat sakratul maut.

I. Manfaat Proses Keperawatan Jiwa Proses keperawatan

pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik
karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti
pada masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda dan
muncul oleh berbagai penyebab. Proses keperawatan merupakan
sarana/wahana kerjasama perawat dengan klien, yang umumnya pada tahap
awal peran perawat lebih besar dari pada peran klien, namun pada proses
akhirnya diharapkan peran klien lebih besar daripada peran perawat, sehingga
kemandirian klien dapat dicapai (Keliat, 1998).

1. Manfaat dari proses kepeawatan jiwa dapat disimpulkan sebagai


berikut : Manfaat keperawatan jiwa bagi perawat :
a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan
keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan
terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan
bahwa perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.

15
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.

2. Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien :

a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan


secara ilmiah.

b. Terhindar dari malpraktik.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa seseorang bisa terganggu karena masalah-masalah yang didapat
selama hidup. Dalam menjalankan kehidupan setiap orang akan mendapatkan
masalah. Sebagian besar manusia tidak mampu mengontrol emosi dan
mengelola stresnya, sehingga akan melakukan yang hal-hal yang tidak baik bagi
dirinya. Walaupun begitu ada sebagian orang yang bisa melaluinya dengan baik.
Kesehatan jiwa menjadi masalah besar di dunia dan dianggap sangat
mengancam. Seseorag yang mengalami gangguan jiwa akan melakukan
beberapa hal, seperti menggunakan NAPZA, melakukan bunuh diri dll. Setiap
tahunnya kasus bunuh diri selalu meningkat yang menyebabkan banyak orang
yang meninggal. Pada saat sekarang ini tren dan isu tentang keperawatan jiwa
sangat berkembang. Gangguan jiwa bukan hanya terjadi pada orang dewasa dan
lansia saja tetapi juga terjadi pada anak-anak dan remaja. Dan tidak hanya
dialami oleh masyarakt kalangan bawah saja tetapi juga kalangan menengah ke
atas.
B. Saran
Banyaknya persoalan yang dihadapi selama hidup ini seperti ekonomi dan
kemiskinan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental. Orang yang
mengalami depresi atau stress akan berusaha menghilangkan stresnya dengan
menggunakan NAPZA dan ada yang melakukan bunuh diri. Untuk itu sebagai
seorang perawat kita harus bisa merawat pasien dengan gangguan jiwa dengan
baik agar tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Penigkatan pelayanan
terhadap pasien juga harus diperhatikan. Untuk mengurangi pasien penyakit jiwa
bisa dilakukan dengan dimensi spiritual, sehingga pasien harus lebih
diperkenalkan dengan agamanya dan memperkuat imannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, A.I, Sadock B.J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (I); Jakarta.
Widya Medika.
Hamid, A.Y.S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa (I);
Jakarta. Buku Kedokteran ECG.
Shives, L.R. (1998). Basic Consept of Psychiatric-Mental Health Nursing (4);
East Washington Square. Lippincott.
Prasetyo, H. Nugroho, P. (2009). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dalam
Merawat Pasien Jiwa pada Praktek Klinik Keperawatan Jiwa.
Soedirman. 4 (1), 15-19.
Prihartini, Y. Hotnida, E. Peran Perawat dalam Program Terapi dan
Pemberdayaan Pasien dengan Dual Diagnosis. Bulletin Ilmiah
Populer.35-42.
Novita, M.(2012). Peran Perawat Dalam Meningkatkan Kemampuan
Bersosialisasi Pada Penderita Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011. Diakses pada tanggal 27
September 2012 dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31490
Anonim. Kesehatan Jiwa. Diakses pada tanggal 28 September 2012 dari http://
faperta.ugm.ac.id/articles/kesehatan_jiwa.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai