Anda di halaman 1dari 13

Tugas 5 keperawatan jiwa

Dosen : Amira BSA,M.Kep

MAKALAH
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KEHILANGAN

OLEH:

NAMA : VIRA ANJANI

NIM : 20144010045

KELAS : IV/A KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2021/2022

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Rabu, 1 juni 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................II

DAFTAR ISI. ................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................1
C. Manfaat ..............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6

A. Konsep dasar cemas


a) Pengertian......................................................................................3
b) Rentang respon..............................................................................3
c) Bentuk bentuk kehilangan.............................................................4
d) Sifat kehilangan.............................................................................4
e) Tipe kehilangan.............................................................................4
f) Lima kategori kehilangan...............................................................5
g) Tahapan proses kehilangan............................................................5
B. Konsep asuhan keperawatan
a) Pengakajian...................................................................................7
b) Diagnosa keperawatan...................................................................8
c) Rencana tindakan keperawatan.....................................................8
d) Implementasi.................................................................................8
e) Evaluasi.........................................................................................8

BAB III PENUTUPAN......................................................................................9

A. Kesimpulan..............................................................................................9
B. Saran........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................10

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35).
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan
dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda. Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan
berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat
dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya.
B. Manfaat
1. Untuk mengetahui konsep dasar kehilangan yang terdiri atas :
a) Pengertian
b) Rentang respon
c) Bentuk bentuk kehilangan
d) Sifat kehilangan
e) Tipe kehilangan
f) Lima kategori kehilangan
g) Tahapan proses kehilangan
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan yang terdiri atas :
a) Pengakajian
b) Diagnosa keperawatan
c) Rencana tindakan keperawatan
d) Implementasi
e) evaluasi
C. Tujuan penulisan
1. Agar mengetahui konsep dasar kehilangan yang terdiri atas :
h) Pengertian
i) Rentang respon
j) Bentuk bentuk kehilangan
k) Sifat kehilangan
l) Tipe kehilangan
m) Lima kategori kehilangan
n) Tahapan proses kehilangan
2. Agar mengetahui konsep asuhan keperawatan yang terdiri atas :
f) Pengakajian
g) Diagnosa keperawatan
h) Rencana tindakan keperawatan
i) Implementasi

1
j) evaluasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dasar kehilangan


1. Pengertian
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan
dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan
merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang-
orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula
(keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).
Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan
berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan
sangat dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya. Grieving Adalah Reaksi
Emosional Dari Kehilangan Dan Terjadi Bersamaan Dengan Kehilangan
Baik Karena Perpisahan, Perceraian Maupun Kematian. Bereavement
Adalah Keadaan Berduka Yang Ditunjukan Selama Individu Melewati
Rekasi Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam
lima fase, yaitu :pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan
penerimaan.
2. Rentang Respon Kehilangan
a) Fase Pengingkaran Reaksi pertama individu yang mengalami
kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan
bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan “
Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi
“. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit
terminal, akan terus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang
terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu
harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit
atau beberapa tahun.
b) Fase Marah Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan
kenyataan terjadinya kehilangan Individu menunjukkan rasa marah
yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau
pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif,
berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang
tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah,
nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
c) Fase Tawar-menawar Individu telah mampu mengungkapkan rasa
marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar

3
dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering
dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda,
maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga
maka pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit,
bukan anak saya”.
d) Fase Depresi Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap
menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara,
menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan
bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak
makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
e) Fase Penerimaan Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan
kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek atau orang
yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah
menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek
atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap
perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya
dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju
yang ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya lakukan agar
cepat sembuh”. Apabila individu dapat memulai fase ini dan
menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses
berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas.
Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan
mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan
kehilangan selanjutnya.
3. Bentuk-Bentuk Kehilangan
a) Kehilangan orang yang berarti.
b) Kehilangan kesejahteraan.
c) Kehilangan milik pribadi.
4. Sifat Kehilangan
a) Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan) Kehilangan secara tiba-tiba dan
tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang
lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan
atau pelalaian diri akan sulit diterima.
b) Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan) Penyakit yang sangat
menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang ditinggalkan
mengalami keletihan emosional (Rando:1984).

5. Tipe Kehilangan
a) Actual Loss Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh
orang lain, sama dengan individu yang mengalami kehilangan.

4
Contoh : kehilangan anggota badan, uang, pekerjaan, anggota
keluarga.
b) Perceived Loss ( Psikologis ) Kehilangan Sesuatu yang dirasakan
oleh individu bersangkutan namun tidak dapat dirasakan / dilihat oleh
orang lain. Contoh : Kehilanga masa remaja, lingkungan yang
berharga.
c) Anticipatory Loss Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan
terjadi. Individu memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka
untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung. Sering terjadi pada
keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.
6. Lima Kategori Kehilangan
a) Kehilangan objek eksternal. Kehilangan benda eksternal mencakup
segala kepemilikan yang telah menjadi usang berpinda tempat, dicuri,
atau rusak karena bencana alam. Kedalaman berduka yang dirasakan
seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang
dimiliki orng tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan kegunaan
dari benda tersebut.
b) Kehilangan lingkungan yang telah dikenal Kehilangan yang
berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal
mencakup lingkungan yang telah dikenal Selama periode tertentu
atau kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru
atau perawatan diruma sakit.
c) Kehilangan orang terdekat Orang terdekat mencakup orangtua,
pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru, teman, tetangga, dan
rekan kerja. Artis atau atlet terkenal mumgkin menjadi orang terdekat
bagi orang muda. Riset membuktikan bahwa banyak orang
menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan
dapat terjadi akibat perpisahan atau kematian.
d) Kehilangan aspek diri Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup
bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau psikologis. Orang tersebut tidak
hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat
mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
e) Kehilangan hidup Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi
detik-detik dimana orang tersebut akan meninggal.
7. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka
Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses kehilangan:
1. Denial ( Mengingkari )
a) Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah
syok, tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa

5
kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan “Tidak, saya tidak
percaya bahwa itu terjadi”, ”itu tidak mungkin”.
b) Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit
terminal, akan terus menerus mencari informasi tambahan.
c) Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih,
lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis gelisah, tidak tahu harus berbuat apa.
2. Anger ( Marah )
a) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan.
b) Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya,
orang tertentu atau ditujukan kepada dirinya sendiri.
c) Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar,
menolak pengobatan , dan menuduh dokter dan perawat yang
tidak becus.
d) Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain,
muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
mengepal.
3. Bergaining ( Tawar Menawar )
a) Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon
kemurahan Tuhan.
b) Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata ”kalau saja
kejadian itu bisa ditunda maka saya akan sering berdoa”.
c) Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka
pernyataannya sebagai berikut sering dijumpai ”kalau yang
sakit bukan anak saya”.
d) Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi,
membuat surat warisan, mengunjungi keluarga dsb.
4. Depression ( Bersedih yang mendalam)
a) Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal
itu tidak bias di tolak.
b) Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain
menarik diri, tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap
sebagai pasien yang sangat baik dan menurut, atau dengan
ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak
berharga.
c) Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak
makanan, ,susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Acceptance (menerima)
a) Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.

6
b) Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien
merasa damai dan tenang, serta menyiapkan dirinya
menerima kematian.
c) Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus
pandang, kadang klien ingin ditemani keluarga / perawat.
d) Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata
seperti ”saya betul-betul menyayangi baju saya yang hilang
tapi baju baru saya manis juga”, atau “Sekarang saya telah
siap untuk pergi dengan tenang setelah saya tahu semuanya
baik”.
B. Konsep asuhan keperawatan
a) Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah kumpulan data yang berisikan status
kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan
keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau
profesi kesehatan lainnya. Hal-hal yang perlu dikaji adalah:
3. Identitas Klien, yang berisikan inisial, umur, jenis kelamin, tanggal
pengkajian, no. rekam medik.
4. Alasan Masuk
5. Faktor Presdiposisi
6. Keadaan Fisik
7. Keadaan Psikososial
8. Status Mental
9. Kebutuhan Persiapan Pulang
10.Mekanisme Koping
11.Masalah Psikososial dan Lingkungan
12.Pengetahuan
13.Aspek Medik

Data Fokus yang didapat:

Data subjektif:

- Merasa sedih
- Merasa putus asa dan kesepian
- Kesulitan mengekspresikan perasaan
- Konsentrasi menurun

Data objektif:

- Menangis
- Mengingkari kehilangan
- Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
- Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan

7
- Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

b) Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian diperoleh masalah keperawatan yang akan
disusun menjadi diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah
penilaian klinis tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Diagnosa yang
dapat ditegakkan dalam kasus ini adalah:
1) Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif
terhadap respon kehilangan pasangan
2) Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang
setelah kehilangan pasangan
3) Ketidakberdayaan dalam melakukan peran berhubungan dengan
kehilangan dan berduka
4) Harga diri rendah berhubungan dengan kehilangan dan berduka
c) Rencana Tindakan Keperawatan
Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan maka disusun rencana tindakan
keperawatan. Rencana tindakan keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat. Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk membantu
pasien dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan
pemulangan.
d) Implementasi
Setelah membuat rencana tindakan, maka dilakukan implementasi
keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi keperawatan dilaksanakan
berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.
e) Evaluasi
Setelah melakukan implementasi keperawatan kepada klien, dilakukan
evaluasi pada pasien. Evaluasi keperawatan adalah merupakan kegiatan
dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan ada dua jenis yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan setelah
melakukan tindakan saat itu juga, dan evaluasi sumatif dilakukan setelah
semua tindakan dalam satu diagnosa tersebut telah selesai dilakukan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan
suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang
menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang
sebelumya ada menjadi tidak ada). Terlepas dari penyebab kehilangan yang
dialami setiap individu akan berespon terhadap situasi kehilangan, respon
terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya
B. Saran
Meskipun saya menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Stuart, G.W. 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Sutejo. 2019. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.

Videbeck, S.L. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai