Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Nuradini (23020197)
2. Candrawati Al Nurjanah (23020249)
3. Sonia Aprilia (23020321)
4. Neng Yeni (23020314)
5. Surya Niaga (23020272)
1) Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2) Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan
saya “ seandainya saya hati-hati “.
4) Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5) Fase acceptance
3. Etiologi
Jenis-jenis kehilangan
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis,
atau psikologis. Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak,
mata, rambut, gigi, atau payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup
kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, mobilitas, kekuatan, atau fungsi
sensoris. Kehilangan fungsi psikologis termasuk kehilangan ingatan, rasa
humor, harga diri, percaya diri, kekuatan, respek atau cinta. Kehilangan aspek
diri ini dapat terjadi akibat penyakit, cedera, atau perubahan perkembangan
atau situasi. Kehilangan seperti ini, dapat menurunkan kesejahteraan individu.
Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga
dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
e. Kehilangan hidup
Sesorang yang menghadapi kematian menjalani hidup, merasakan, berpikir,
dan merespon terhadap kejadian dan orang sekitarnya sampai terjadinya
kematian. Perhatian utama sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi
mengenai nyeri dan kehilangan kontrol. Meskipun sebagian besar orang takut
tentang kematian dan gelisah mengenai kematian, masalah yang sama tidak
akan pentingnya bagi setiap orang. Setiap orang berespon secara berbeda-
beda terhadap kematian. orang yang telah hidup sendiri dan menderita
penyakit kronis lama dapat mengalami kematian sebagai suatu perbedaan.
Sebagian menganggap kematian sebagai jalan masuk ke dalam kehidupan
setelah kematian yang akan mempersatukannya dengan orang yang kita cintai
di surga.Sedangkan orang lain takut perpisahan, dilalaikan, kesepian, atau
cedera. Ketakutan terhadap kematian sering menjadikan individu lebih
bergantung.
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian
orang yang sangat berarti / di cintai.
b. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Selama pengkajian harus mengumpulkan data tentang sifat dari krisis dan
pengaruhnya. Maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan berorientasi
pada masalah yang actual. Aspek-aspek yang perlu dikaji:
a. Faktor Predisposisi
1) Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya.
2) Krisis maturasi mengenai satu periode transisi yang dapat mengganggu
keseimbangan psikologis.
3) Krisis maturasi mengenai perubahan peran.
b. Faktor Prespitasi
1) Mengidentifikasi factor pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam,
misalnya :
a) Kehilangan orang yang dicintai, baik perpisahan maupun kematian yang
lazim disebut krisisituasi
b) Kehilangan biopsikososial, seperti: kehilangan salah satu bagian tubuh
karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social,
kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya
c) Kehilangan milik pribadi, misalnya: kehilangan harta benda, kehilangan
kewarganegaraan, rumah kena gusur dan sebagainya
d) Ancaman kehilangan,, misalnya: anggotakeluarga yang sakit,
perselisihan yang hebatdenganpasanganhidup
2) Mengidentifikasi persepsi klien terhadap kejadian Persepsi terhadap kejadian
yang menimbulan krisis, termasuk pokok pikiran daningatanyang berkaitan
dengan kejadian tersebut
a) Apa arti/makna kejadian terhadap individu
b) Pengaruh kejadian terhadap masa depan.
c) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic
3) Mengidentifikasi sifat dan kekuatan sistem pendukung. Meliputi keluarga,
sahabat dan orang-orang yang penting bagi klien yang mungkin dapat
membantu:
a) Dengan siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan
teman.
b) Apakah punya teman tempat mengeluh.
c) Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga.
d) Apakah ada orang atau lembaga yang memberikan bantuan.
e) Apakah mempunyai keterampilan untuk mengganti fungsi orang yang
hilang.
4) Mengidentifikasikan kekuatan dan mekanisme koping yang lalu termasuk
strategi koping yang berhasil dan tidak berhasil.
a) Apakah yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi
b) Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja yang
dapat menyebabkan kegagalan.
c) Apa saja yang sudah dilakukanuntuk mengatasi masalah sekarang.
d) Apakah suka mengikuti latihan olahraga untuk mengatasi ketegangan.
e) Apakah mencetuskan perasaannya dengan menangis.
Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah melakukan analisa data dan
merumuskan masalah. Setelah selesai melakukan pengkajian kelompokan data (subyektif
dan obyektif) dan merumuskan masalah keperawatan.
No Data Masalah
Subyektif : Tidak dapat tidur, tidak nafsu makan tidak Kehilangan
memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan apapun.
Pasien mengeluh lemas seluruh badan seperti mati
rasa. Pasien mengatakan keluhan tersebut terjadi sejak
kematian suaminya 5 bulan yang lalu. Pasien merasa
suaminya masih hidup dan hanya pergi untuk
sementara waktu saja. Pasien mengatakan sejak
kematian suaminya dirinya merasa kesepian, tidak ada
yang memperhatikan dan merasa sendiri, dunia terasa
hampa dan sebagian dari dirinya ikut pergi. Obyektif :
TD 130/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan
20x/menit, pasien tampak lesu, tidak bersemangat dan
tangan dingin.
2.5 Evaluasi
1. Klien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang
normal dan perilaku yang berhubungan dengan tiap-tiap tahap.
2. Klien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan
mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep kehilangan
secara jujur.
3. Klien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang
berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan
aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.
4. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
5. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
6. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
kehilanga
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5
katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri
sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51,
membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi
dan penerimaan.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
4.2. Saran
1. Dalam perencanaan tindakan,harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan,harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan
maslow ataupun kegawatan dari masalah.
3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun yang
tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. (2009) . Pengelolaan Mental Health Nursing pada Pelayanan Umum. Malang
Kim. (2016). Perilaku gangguan psikologis Skizofrenia. Jakarta : Pustaka Setia.
Ahsyari, E.R. N. (2015). Kelelahan emosional dan strategi coping pada wanita single parent.
eJuornal psikologis, 3(1). 422-432
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : Suatu pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta :
Rineka Cipta