Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

Oleh kelompok 7
Abrao Menezes Da Silva (2217001)
Adiana Bili (2217004)
Mardiana Magi Talo (22170240)
Cesaltina De Araujo Gomes (2217010)

Program Studi Keperawatan


Fakultas Keperawatan
Universitas Widya Husada Semarang
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi


tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Dapat
dikatakan bahwa kehilangan adalah suatu kondisi ketika seseorang
mengalami kekurangan sesuatu yang sebelumnya ada, misalnya
kematian orang yang dicintai atau bias pemutusan hubungan kerja
(PHK). Berduka adalah respon individu terhadap kehilangan. Lama
proses berduka sangat individual dan dapat terjadi sampai beberapa
tahun, fase akut berduka biasanya berlangsung 6 - 8 minggu dan
penyelesaian respon kehilangan atau berduka secara menyeluruh
memerlukan waktu 1 bulan sampai 3 tahun. (Budi ana dkk:89;2007)
Lahir,kehilangan dan berduka merupakan suatu kejadian yang
secara umum terjadi dalam sebuah proses kehidupan dari setiap
individu dan memiliki cara yang unik untuk menghadapi proses
kehilangan dan berduka tersebut,secara universal mengandung
makna sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan.Hal
ini dapat disebabkan oleh karena kondisi lebih banyak melibatkan
emosi,perasaan dan yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini proses kehilangan
dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju, dimana individu yang
mengalami proses ini ingin untuk mencari bentuk pengalihan atau
berbagi kepada orang lain sehingga dapat mengalihkan perasaannya
atau membuatnya tenang, sabar dan kuat saat mengalami proses
kehilangan dan berduka.
Kehilangan dan berduka merupakan suatu realita yang sering
terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan oleh karena Sebagian
besar perawat berinteraksi dengan pasien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan berduka.seorang perawat perlu
memahami konsep berduka dan kehilangan,karena perawat juga
mengalami kehilangan secara pribadi ketika hubungan klien-
keluarga-perawat- berakhir karena
perpindahan,pemulangan,penyembuhan dan bahkan oleh karena
kematian.
Dengan adanya pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi
seorang perawat untuk mengkaji dan menerapkan asuhan
keperawatan apabila menghadapi kodisi yang demikian. Pemahaman
dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan
asuhan keperawatan yang kompreshif.
1.1. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari kehilangan dan berduka ?
2. Jelaskan rentang respon kehilangan dan berduka !
3. Jelaskan sifat-sifat kehilangan !
4. Jelaskan setiap bagian asuhan keperawatan klien dengan kehilangan dan
berduka!
1.2. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi kehilangan dan berduka.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan rentang respon kehilangan dan berduka.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat kehilangan.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian, analisa data, diagnose
keperawatan, intervensi dan evaluasi dari asuhan keperawatan klien
dengan kehilangan dan berduka.

1.3. Manfaat
Makalah ini hendaknya dapat bermanfaat guna menambah
pengetahuan mengenai konsep dasar asuhan keperawatan kehilangan dan
berduka.sehingga dapat hendaknya diaplikasikan

.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar teori

1.Difinisi kehilangan

Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang
diharapkan terjadi tidak tercapai. Dapat dikatakan bahwa kehilangan adalah suatu kondisi
ketika seseorang mengalami kekurangan sesuatu yang sebelumnya ada, misalnya
kematian orang yang dicintai atau bias pemutusan hubungan kerja (PHK). Berduka
adalah respon individu terhadap kehilangan. Lama proses berduka sangat individual dan
dapat terjadi sampai beberapa tahun, fase akut berduka biasanya berlangsung 6-8 minggu
dan penyelesaian respon kehilangan atau berduka secara menyeluruh memerlukan waktu
1 bulan sampai 3 tahun. (Budi ana dkk:89;2007)
Kehilangan dan berduka merupakan bagian internal dari kehidupan. Kehilangan adalah
suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti
sejak kejadian trauma diantisipasi atau tidak diharapkan diduga. Sebagian atau total dan
bias kembali atau atau tidak dapat kembali. Kehilangan adalah suatu keadan individu
yang berpisah dengan sesuata yang sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada baik
terjadi atau keseluruhan (Lambert,1985.h.35)

2.Tipe kehilangan

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu :


Aktual atau nyata mudah diindentifikasi oleh orang lain. Misalnya: amputasi, kematian
orang yang sangat berarti atau dicintai.
Hanya dialami oleh seorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya seorang yang
bekerja dan di PHK menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi
menurun.
3.Jenis-jenis kehilangan

Terdapat 5 kategori kehilangan yaitu :

1.Kehilangan seseorang yang dicintai


Kehilangan sesorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah
salah satu yang paling membuat orang strees dan menganggu dari tipe-tipe kehilangan
yang mana harus ditanggung oleh seorang.
Kematian juga membawa dampak bagi keluarga bagi orang yang dicintai karena
kematian.

2.Kehilangan yang ada pada diri sendiri (Loss of self)


Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampaun fisik dan mental. Peran dalam kehidupan, dan dampaknya kehidupan dari
aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit beberapa aspek lain
yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda,
fungsi tubuh.

3.Kehilangan objek eksternal


Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,
perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seorang terhadap
benda yang hilang tergantung pada arti dan keuangan benda tersebut.

4.Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal


Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk
dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergatian sesuatu
istilahnya permanen.

5.Kehilangan kehidupan
Seorang dapat mengalami mati baik secara perasan pikiran dan respon pada kegiatan dan
orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesunggunya sebagian orang berespon
berbeda tentang kematian.
4.Rentang respon kehilangan
Peningkatan
A. marah tawar-menawar depresi menerima

a.Fase peningkatan
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau
mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan
“tidak”, saya tidak percaya itu terjadi atau itu tidak mungkin terjadi (Prabowo, 114:2014)
1.Fase marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan
individu menunjukan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada
orang lain atau pada dirinya sendiri.( Prabowo, 115:2014)
2.Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju
ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan kepada Tuhan.( Prabowo,
115:2014)
3.Fase depresi
Pada fase ini individu sering menunjukan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien
sangat penurut, tidak mau bicara, manyatakan keputusan, perasaan tidak berharga, dan
sebagainya. ( Prabowo, 115:2014)

4.Fase penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang yang selalu
berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang sampai hilang.
( Prabowo,115:2014)

B.PROSES TERJADINYA MASALAH


a.Factor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan
1. Factor genetic
2. Kesehatan jasmani
3. Kesehatan mental
4.Pengalaman kehilangan masa lalu
5. Struktur kepribadian (Prabowo, 116:2014)
b. Factor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan, diantaranya :
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan fungsi seksualitas
3. Kehilangan peran dalam keluarga
4. Kehilangan posisi di masyarakat
5. Kehilangan orang yang dicintainya
6. Kehilangan kewarganegaraan (Prabowo, 116:2014)

2. Difinisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan tentang kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehidupan NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang actual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan
kedekatan, objek atau ketidak mampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan tipe
ini masalam batas normal.
Berduka Disfunsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara actual maupun potensial,
hubungan objek dan ketidakmampuan fungsional tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipekal, ketipekal abnormal atau kesalahan kemampuan.
1.Teori dari proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka konsep dan
teori hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untk mengantisipasi kebutuhan
emosional klien dan keluarga dan juga rencana interven si untuk membantu mereka
memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapat
gambaran tentang perilaku berduka mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
 Teori menurut Engels
Menurut engel (1964) proses berduka mempunyai fase yang dapat diaplikasikan pada
seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
Fase I (shock dan tidak percaya)
Seorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
malas atau pergi tanpa tujuan reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaphoresis, mual,
diare, detak jantung cepat tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.

Fase II (berkembanganya kesadaran)


Seseorang mulai merasakan kehilangan seorang secara nyata akut dan mungkin
mengalami putus asa, kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan
jiwa tiba-tiba terjadi.

Fase III (Resistusi)


Berusaha mencoba untuk sepakat damai dengan perasan yang hampa kosong karena
kehilangan masih tetap tidak dapat menurun, perhatian yang baru dari seorang yang
bertujuan untuk mengalikan kehidupan seorang.
.

Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negative dan bermusuhan terhadap almarhum, bisa
merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.

B.KONSEP ASKEP BERDUKA DISFUNGSIONAL

1.Pengkajian
Data yang dapat dikumpulkan adalah :
A.TANDA DAN GEJALA
Tanda khas dari kehilangan-berduka :
a. Perasaan sedih, menangis
b. Perasaan putus asa
c. Mengahiri kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan kehilangan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan berlebihan
g. Tidak berminat berinteraksi dengan orang lain
h. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas. (Prabowo,
117:2014)

B.AKIBAT
Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap kehilangan dan berduka
adalah pemberian makna (personal meaning) yang baik terhadap kehilangan (husnudzon)
dan kompensasi yang positif. ( Prabowo, 117:2014)

C MEKANISME KOPING
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain : denial,
intelektualisasi, regresi, disosiasi, supresi dan proyeksi yang digunakan untuk
menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan.( Prabowo, 117:2014)

D.PENATALAKSANAAN
Menurut Dalami, dkk (2009) kehilangan dan berduka termasuk dalam kelompok penyakit
skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksaannya yang bias dilakukan adalah :a.
Electro convulsive therapy (ETC)

1.Gangguan efek yang berat pasien dengan depresi berat tidak berespon terhadap obat
anti depresan dengan ECT diharapkan pasien menunjukkan respon yang baik dengan
ECT 80-90%.
2.Gangguan skisofenia: skisifenia kata tonik tipe stufor atau tipe exsided memberik
respon yang baik dengan ECT.
3.Pasien bunuh diri : ECT digunakan ketika pasien menimbulkan ancaman bagi diri
sendiri.
4.Pada pasien hipoaktifitas penggunaan ECT sangat dianjurkan pagie pasien tersebut
(Townsend,2001)

D.Psikoterapi.
Membutuhkan waktu yang relative cukup lama dan merupakan bagian penting dalam
proses terapiutik meliputi : memberikrasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan
yang terapiutik, bersikap ramah, memotivasi pasien, sopan kepada pasien. (Prabowo,
118:2014)
1.Terapi okupasi.
Adalah suatu ilmu untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan
aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki diri
seseorang. (Prabowo, 118:2014)
Jenis terapi okupasi
1). Waktu luangAktifitas mengisi waktu luang adalah aktifitas yang dilakukan pada
waktu luang yang bermotifasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta mengalihkan
perhatian pasien. Aktifitas tidak wajib yang pada hakikatnya kebebasan beraktifitas. Ada
pun jenis-jenis aktifitas waktu luang seperti menjelajah waktu luang (mengidentifikasi
minat, keterampilan, kesempatan, dan aktifitas waktu luang yang sesuai) dan partisipasi
waktu luang (merencanakan dan berpartisipasi dalam aktifitas waktu luang yang sesuai,
mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang lainnya, dan memperoleh,
memakai, dan mengatur peralatan dan barang yang sesuai (Creek,2003)

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose tuggal :
1.Isolasi social : menarik diri.
Diagnosa ganda :
1. Perubahan sensori persepsi halusinasi b/s menarik diri
2. Isolasi social menarik diri b/d koping individu inefektif

3.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Tujuan umum:
Pasien dapat beriteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus
Tujuan Khusus I
Dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil :
Setelah….x pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran perawat. Pasien dapat
mengungkapkan perasaan dan keberadaanya saat ini secara verbal :
1. Mau menjawab salam
2. Ada kontak mata
3. Mau berjabat tangan
4. Mau berkenalan
5. Mau menjawab pertanyaan
6. Mau duduk berdampingan dengan perawat
7. Mau mengungkapkan perasaanya
Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan prisip komunikasi
terapiutik
1. Sapa pasien dengan ramah dan baik verbal maupun non
verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Buat kontrak interaksi yang jelas
6. Jujur dan menepati janji
7. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
8. Ciptakan lingkungan yang tenang dang bersahabat
9. Beri perhatian dan penghargaan
TUK 2
Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Kriteria hasil
Setelah….x pertemuan, pasien dapat menyebutkan minimal suatu
penyebab menarik diri yang berasal dari :
1. Diri sendiri
2. Orang lain
3. Lingkungan
Intervensi
1. Tanyakan pada pasien tentang
a. Orang yang tinggal serumah atau teman sekamar pasien
b. Orang terdekat pasien dirumah atau diruang perawatan
c. Apa yang mebuat pasien dekat dengan orang tersebut
d. Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut
e. Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri
dengan orang lain.
2. Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
3. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri dan tidak mau bergaul.
4. Diskusikan pada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda
serta penyebab yang muncul. TUK 3
Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian apabila tidak berhubungan dengan orang lain
Kriteria hasil: Setelah…x pertemuan pasien dapat menyebutkan
keuntungan berhubungan dengan oran lai.
Missal:
1. Banyak teman
2. Tidak kesepian
3. Bias diskusi
4. Saling menolong
Setelah…x pertemuan pasien dapat menyebutkan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
Missal :
1. Sendiri
2. Tidak punya teman atau kesepian
3. Tidak ada teman ngobrol
INTERVENSI.
1. Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya tentang berhubungan dengan orang lain.
3. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain.
4. Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
5. Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.

TUK 4
Pasien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap Kriteria
hasil :
Setelah…..x interaksi, pasien dapat mendemontrasikan hubungan
social secara bertahab.
Intervensi.
1. Observasi saat berhubungan dengan orang lain
2. Beri motivasi dan bantu pasien untuk
berkenalan/berkomunikasi dengan orang lain melalui:
pasien-perawat, pasien ke perawat ke perawat lain, pasien ke
perawat perawat lain ke pasien lain, pasien ke perawat
perawat lain ke pasien ke masyarakat
3. Beri reinforcemen positif atas keberhasilann yang telah
dicapai
4. Bantu pasien untuk mengefaluasi manfaat berhubungan
dengan orang lain
5. Beri motifasi dan libatkan pasien dalam terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
6. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama
pasien dalam mengisi waktu luang
TUK 5
Pasien dapat mengungkapakan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain.
Kriteria hasil:
Setelah…x interaksi, pasien dapat mengungkapan perasaan setelah
berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain
untuk :
1. Diri sendiri
2. Orang lain
3. Kelompok
INTERVENSI :
1. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaanya bila
berhubungan dengan orang lain/kelompok.
2. Diskusikan dengan pasien tentang perasaan manfaat
berhubungan dengan orang lain

3. Beri reinforcement atas kemampuan pasien mengungkapkan


perasaannya berhubungan dengan orang lain.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


Masalah : Isolasi sosial : Menarik diri
Pertemuan ke : 1

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien kurang mampu memulai pembicaraan Klien terlihat
murung pandangan mata saya
2. Diagnose keperawatan
Menarik diri
3. Tujuan
Tujuan TUM : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
TUK 1
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Klien
menununjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :
1) Mau menjawab salam
2) Ada kontak mata
3) Mau berjabat tangan
4) Mau berkenalan
5) Mau menjawab pertanyaan
6) Mau duduk berdampingan dengan perawat
7) Mau mengungkapkan perasaannya
4. Rencana tindakan keperawatan
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) 2) Perkembangan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji
5) Tunjukkan sikap simpati dan menerima klien apa
adanya.
6) Beri perhatian pada klien
7) Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara,
jangan buruburu, tunjukkan bahwa perawat mendengar.
8) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan


perasaannya tentang masalah yang diberikan
c. Sediakan waktu untuk mendengar klien, katakan pada
klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri.
B. Strategi komunikasi tindakan keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi bu, apakah kita boleh berkenalan?
Perkenalkan nama saya Monika Citra Sari, bisa
dipanggil monik, nama ibu siapa? Suka dipanggil apa?
Ibu, tujuan kita berkenalan yaitu supaya kita lebih akrab,
ibu juga bisa mengungkapkan perasaan ibu kepada
saya”. “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
selama 15 menit? Apakah ibu bersedia? Bagaimana ibu?
b. Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini? Adakah yang ibu
pikirkan? Bagaimana kalau ibu menceritakan kepada
saya? Saya siap mendengarkan”.
c. Kontrak
1) Topik
“Baiklah, kita mulai bincang-bincangnya sekarang
ya bu. Apa yang ingin ibu bicarakan? Bagaimana
kalau kita berbincangbincang tentang kesukaan dan
hobi

2) Tempat
“Bu, kita berbincang-bincang disini atau dimana
jadinya? Disini saja ya bu”
3) Waktu
“Ibu iingin berbincang-bincangnya berapa lama?”
2. Fase kerja
“Bapak mau minum? Saya ambilkan. Bagaimana dengan
makan? Coba sedikit, ya Pak agar Bapak tidak lemas.” (jika
pasien mau ke makam, temani dan hadirkan fakta-fakta.)
3. Fase terminasi
“Setelah kembali dari makam, bagaimana perasaan bapak?
Bapak tampak masih sedih. Saya akan pulang dulu.
Usahakan bapak makan, minum, dan istirahat. Nanti dua hari
lagi saya akan datang. Sampai jumpa”
BAB III

TINJAUAN KASUS

Seorang perempuan berusia 55 tahun dirawat di ruang saraf RSU. Pasien dibawa
keluarga ke RS karena jatuh dari kamar mandi dan tidak bisa bergerak. Saat ini
pasien sudah dirawat 1 minggu dan sudah mampu komunikasi. Saat dilakukan
pengkajian tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 88 x /menit, pernapasan 22
x/menit, suhu 36,7oC. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan hemiparese
sinisitra dengan kekuatan 1, parase nervus VII sinistra dan XII dextra. Pasien
mengalami kelemahan pada anggota tubuh bagian kiri dengan kekuatan otot
sebesar: ekstremitas kanan 5555/5555 sedangkan ekstremitas kiri 3333/3333.
Pasien menyalahkan diri sendiri dan cenderung menyesal karena senang makan
ikan asin dan gorengan. Pasien tidak dapat beraktivitas seperti dulu lagi seperti
menjaga warung, pergi ke pasar, menjaga cucu dan pergi ke pengajian. Klien
masih tampak tegang saat berinteraksi, konsentrasi kurang, mulut tampak kering,
tampak bersedih dan lemas. Keluarga mengatakan pasien menjadi malas makan
dan susah tidur karena kejadian ini. Pasien mengalami berduka situasional karena
efek negatif serta peristiwa kehilangan sekunder akibat penyakit yang dialami
klien, yaitu kehilangan fungsi tubuh yang dialami klien.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami
kekurangan atau tidak ada dari suatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan Sesutau
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada. Baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian. Nanda
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka antisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalam
individu dalam merespon kehilangan yang aktual atau pun yang dirasakan
seseorang, hubungan kedekatan , objek atau ketidakmapuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan type ini masih dalam batas normal.
Berduka disfunsional adalah suatu status yang merupakan pengelaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan aktual
maupun potensial. Hubungan objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini
kadang kadang mejurus ke tipekal, abnormal atau kesusahan kekuatan.
Daftar pustakan

Potter dan perry. 2005. Fundamental keperawatan volume 1. Jakarta :EGC

Suseno.tutu april . 2008. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia: kehilangan,


kematian, berdukan dan proses keperawatan. Jakarta: sagun seto.

Townsend. Mary c 1998, diagnose keperawatan pada psikiatri . pedomam untuk


pembuatan rencana keperawatan edisi 3. Jakarta: EGC

Stuart and sundeen 2008. Buku saku keperawatanjiwa e3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai