Oleh :
NIM : 20101440117074
Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau
situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Dapat dikatakan bahwa
kehilangan adalah suatu kondisi ketika seseorang mengalami kekurangan
sesuatu yang sebelumnya ada, misalnya kematian orang yang dicintai atau bias
pemutusan hubungan kerja (PHK). Berduka adalah respon individu terhadap
kehilangan. Lama proses berduka sangat individual dan dapat terjadi sampai
beberapa tahun, fase akut berduka biasanya berlangsung 6-8 minggu dan
penylesaian respon kehilangan atau berduka secara menyeluruh memerlukan
waktu 1 bulan sampai 3 tahun. (Budi ana dkk:89;2007)
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin
terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik,
diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali
atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya
kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.Kehilangan merupakan suatu
kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari
sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsiona
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipeini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
c) Mengahiri kehilangan
e) Konsentrasi menurun
f) Kemarahan berlebihan
2. Kesehatan jasmani
3. Kesehatan mental
6. Mekanisme Koping
a. Fase penolakan
c. Tawar-menawar
Contoh : “ saya akan lakukan apapun agar dapat bertahan beberapa tahun
lagi”
d. Fase depresi
Pada fase ini individu sering menunjukan sikap menarik diri, kadang
sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, manyatakan keputusan,
perasaan tidak berharga, dan sebagainya.
Contoh : apa gunanya lagi? Saya akan meninggal, saya tidak peduli dengan
siapapun”
e. Fase penerimaan
Contoh : ”saya tidak dapat melawan ini, lebih baik saya bersiap diri
menghadapinya”
7. Penatalaksanaan
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak
dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan di area temporal
kepala (pelipis kanan dan kiri).
1) Gangguan efek yang berat pasien dengan depresi berat tidak berespon
terhadap obat anti depresan dengan ECT diharapkan pasien
menunjukkan respon yang baik dengan ECT 80-90%.
2) Gangguan skisofenia: skisifenia kata tonik tipe stufor atau tipe exsided
memberik respon yang baik dengan ECT.
3) Pasien bunuh diri : ECT digunakan ketika pasien menimbulkan
ancaman bagi diri sendiri.
4) Pada pasien hipoaktifitas penggunaan ECT sangat dianjurkan pagie
pasien tersebut (Townsend,2001)
b) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relative cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapiutik meliputi : memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapiutik, bersikap ramah, memotivasi pasien,
sopan kepada pasien. (Prabowo, 118:2014)
c) Terapi okupasi
Adalah suatu ilmu untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki diri seseorang. (Prabowo, 118:2014)
Jenis terapi okupasi :
1. Waktu luang
Aktifitas mengisi waktu luang adalah aktifitas yang dilakukan pada waktu
luang yang bermotifasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta
mengalihkan perhatian pasien. Aktifitas tidak wajib yang pada hakikatnya
kebebasan beraktifitas. Ada pun jenis-jenis aktifitas waktu luang seperti
menjelajah waktu luang (mengidentifikasi minat, keterampilan, kesempatan,
dan aktifitas waktu luang yang sesuai) dan partisipasi waktu luang
(merencanakan dan berpartisipasi dalam aktifitas waktu luang yang sesuai,
mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang lainnya, dan
memperoleh, memakai, dan mengatur peralatan dan barang yang sesuai
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
c) Mengingkari kehilangan
e) Mengingkari kehilangan
g) Konsentrasi menurun
2. Pohon masalah
3. Diagnosa Keperawatan
4. Perencanaan
- Tujuan Khusus
Intervensi
e) Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari
dirinya R/ Meningkatkan harga diri.
Tujuan
Intervensi
1. Merespon kesadaran diri dengan cara :
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.