Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

KONSEP KEHILANGAN DAN BERDUKA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Ns. Tuti Anggarawati, M.Kep

Oleh :

Nama : Tria Friska Ningrum

NIM : 20101440117074

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2019
A. KONSEP TEORI KEHILANGAN DAN BERDUKA
1. Definisi

Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau
situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Dapat dikatakan bahwa
kehilangan adalah suatu kondisi ketika seseorang mengalami kekurangan
sesuatu yang sebelumnya ada, misalnya kematian orang yang dicintai atau bias
pemutusan hubungan kerja (PHK). Berduka adalah respon individu terhadap
kehilangan. Lama proses berduka sangat individual dan dapat terjadi sampai
beberapa tahun, fase akut berduka biasanya berlangsung 6-8 minggu dan
penylesaian respon kehilangan atau berduka secara menyeluruh memerlukan
waktu 1 bulan sampai 3 tahun. (Budi ana dkk:89;2007)
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin
terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik,
diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali
atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya
kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.Kehilangan merupakan suatu
kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari
sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsiona
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipeini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.

2. Tanda dan Gejala

Tanda khas dari kehilangan-berduka :

a) Perasaan sedih, menangis

b) Perasaan putus asa

c) Mengahiri kehilangan

d) Kesulitan mengekspresikan kehilangan

e) Konsentrasi menurun

f) Kemarahan berlebihan

g) Tidak berminat berinteraksi dengan orang lain

h) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.


(Prabowo, 117:2014)
3. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
a. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya amputasi
kematian orang yang sangat berarti/di cintai.
b. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian
dan kebebasannya menjadi menurun.
4. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
a. Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari
tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.
Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan
yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa
dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri
sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang
misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
c. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-
sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan
seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan
benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat di kenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat
dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu
periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka
akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon
pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang
sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
5. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
a. Factor predisposisi
Factor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah :
1. Factor genetic

2. Kesehatan jasmani

3. Kesehatan mental

4. Pengalaman kehilangan masa lalu

5. Strukturkepribadian. (Prabowo, 116:2014)


b. Factor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan,
diantaranya :
1. Kehilangan kesehatan

2. Kehilangan fungsi seksualitas

3. Kehilangan peran dalam keluarga


4. Kehilangan posisi di masyarakat

5. Kehilangan orang yang dicintainya

6. Kehilangan kewarganegaraan (Prabowo, 116:2014)

6. Mekanisme Koping

Penolakan (denial) → Marah (angger) → Tawar-menawar (bergaining) →


Depresi → Menerima (acceptance)

a. Fase penolakan

Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak


percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar
terjadi, dengan mengatakan “tidak”, saya tidak percaya itu terjadi atau itu
tidak mungkin terjadi

Contoh : “ Tidak Mungkin, Ini tidak mungkin terjadi”


b. Fase marah

Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan


terjadinya kehilangan individu menunjukan rasa marah yang meningkat
yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri
Contoh : “kenapa saya? ini tidak adil,siapa yang harus di salahkan”

c. Tawar-menawar

Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif,


maka ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan
kepada tuhan

Contoh : “ saya akan lakukan apapun agar dapat bertahan beberapa tahun
lagi”
d. Fase depresi

Pada fase ini individu sering menunjukan sikap menarik diri, kadang
sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, manyatakan keputusan,
perasaan tidak berharga, dan sebagainya.
Contoh : apa gunanya lagi? Saya akan meninggal, saya tidak peduli dengan
siapapun”

e. Fase penerimaan

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang


yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai
berkurang sampai hilang.

Contoh : ”saya tidak dapat melawan ini, lebih baik saya bersiap diri
menghadapinya”

7. Penatalaksanaan

Menurut Dalami, dkk (2009) kehilangan dan berduka termasuk dalam


kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksaannya
yang bias dilakukan adalah :

a) Electro convulsive therapy (ETC)

Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak
dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan di area temporal
kepala (pelipis kanan dan kiri).

Tujuan dilakukan ECT yaitu terapi yang digunakan untuk mengobati:

1) Gangguan efek yang berat pasien dengan depresi berat tidak berespon
terhadap obat anti depresan dengan ECT diharapkan pasien
menunjukkan respon yang baik dengan ECT 80-90%.
2) Gangguan skisofenia: skisifenia kata tonik tipe stufor atau tipe exsided
memberik respon yang baik dengan ECT.
3) Pasien bunuh diri : ECT digunakan ketika pasien menimbulkan
ancaman bagi diri sendiri.
4) Pada pasien hipoaktifitas penggunaan ECT sangat dianjurkan pagie
pasien tersebut (Townsend,2001)
b) Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relative cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapiutik meliputi : memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapiutik, bersikap ramah, memotivasi pasien,
sopan kepada pasien. (Prabowo, 118:2014)
c) Terapi okupasi
Adalah suatu ilmu untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki diri seseorang. (Prabowo, 118:2014)
Jenis terapi okupasi :
1. Waktu luang
Aktifitas mengisi waktu luang adalah aktifitas yang dilakukan pada waktu
luang yang bermotifasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta
mengalihkan perhatian pasien. Aktifitas tidak wajib yang pada hakikatnya
kebebasan beraktifitas. Ada pun jenis-jenis aktifitas waktu luang seperti
menjelajah waktu luang (mengidentifikasi minat, keterampilan, kesempatan,
dan aktifitas waktu luang yang sesuai) dan partisipasi waktu luang
(merencanakan dan berpartisipasi dalam aktifitas waktu luang yang sesuai,
mengatur keseimbangan waktu luang dengan kegiatan yang lainnya, dan
memperoleh, memakai, dan mengatur peralatan dan barang yang sesuai
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a) Pengkajian

Data yang dapat di kumpulkan adalah :

a) Perasaan sedih, menangis

b) Perasaan putus asa

c) Mengingkari kehilangan

d) Perasaan putus asa, kesepian

e) Mengingkari kehilangan

f) Kesulitan mengekspresikan perasaan

g) Konsentrasi menurun

h) Kemarahan yang berlebihan

i) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.

j) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.

k) Reaksi emosional yang lambat

l) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

2. Pohon masalah
3. Diagnosa Keperawatan

a) Isolasi sosial : menarik diri

b) Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

c) Defisit perawatan diri

4. Perencanaan

a. Isolasi sosial : menarik diri

- Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

- Tujuan Khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat

2. Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah

3. Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya

4. Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.

5. Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan


komunikasi dengan orang lain.

Intervensi

a) Bina hubungan saling percaya dengan klien R/ Rasa percaya merupakan


dasar dari hubungan terapeutikyang mendukung dalam mengatasi
perasaannya.

b) Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan fikiran dan perasaannya.


R/ Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.
c) Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah. R/ Dengan mengetahui
penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perasaannya.

d) Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak


menghakimi.R/ Empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap
perawatan klien, tetapi tidak terlibat secara emosi.

e) Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari
dirinya R/ Meningkatkan harga diri.

f) Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan


aktivitasnya R/ Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.

g) Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang R/ Mengikut sertakan klien


dalam aktivitas sehari-hari yang dapat meningkatkan harga diri klien.

ii. Gangguan konsep diri, harga diri rendah

Tujuan

1. Klien merasa harga dirinya naik

2. Klien mengunakan koping yang adaptif

3. Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya

Intervensi
1. Merespon kesadaran diri dengan cara :

b) Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan

c) Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya

d) Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik. R/


Kesadaran diri sangat diperlukan dalam membina hubungan terapeutik
perawat – klien.
e) Menyelidiki diri dengan cara :
a) Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya
b) Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan
orang lain melalui keterbukaan.
c) Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah
ada pada klien. R/ klien yang dapat memahami perasaannya
memudahkan dalam penerimaan terhadap dirinya sendiri.
f) Mengevaluasi diri dengan cara
a) Membantu klien menerima perasaan dan pikiran
b) Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap
masalahnya.R/ Respon koping adaptif sangat dibutuhkan dalam
penyelesaian masalah secara konstruktif.
g) Membuat perencanaan yang realistik.
a) Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
b) Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik. R/ Klien
membutuhkan bantuan perawat untuk mengatasi permasalahannya
dengan cara menentukan perencanaan yang realistik.
h) Bertanggung jawab dalam bertindak.
a) Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah
respon maladaptif dan mempertahankan respon koping yang adaptif.
R/ Penggunaan koping yang adaptif membantu dalam proses
penyelesaian masalah klien.
i) Mengobservasi tingkat depresi
a) Mengamati perilaku klien.
b) Bersama klien membahas perasaannya.R/ Dengan mengobservasi tingkat
depresi maka rencana perawatan selanjutnya disusun dengan tepat.
j) Membantu klien mengurangi rasa bersalah.
k) Menghargai perasaan klien.
a) Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap
kenyataan.
b) Memberikan kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan
perasaannya
c) Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul.
R/ Individu dalam keadaan berduka sering mempertahankan perasaan
bersalahnya terhadap orang yang hilang.
9. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intolenransi aktivitas.
Tujuan Umum :
Klien mampu melakukan perawatan diri secara optimal.
Tujuan khusus :
1) Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan
2) Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih
3) Klien dapat menyikat giginya sendiri dengan bersih.
4) Klien dapat merawat kukunya sendiri.
Intervensi :
1) Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan.
R/ Sosialisasi bagi klien sangat diperlukan dalam proses menyembuhkannya.
2) Menganjurkan klien untuk mandi.R/ Pengertian yang baik dapat membantu
klien dapat mengerti dan diharapkan dapat melakukan sendiri.
3) Menganjurkan pasien untuk mencuci baju.R/ Diharapkan klien mandiri.
4) Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri.R/ Diharapkan klien
mandiri.
5) Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi.R/ Diharapkan klien mandiri
R/ Terapi kelompok membantu klien agar dapat bersosialisasi dengan klien
yang lain
5. Evaluasi

a. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka


yang normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap.
b. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan
mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep
kehilangan secara jujur.
c. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-
perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan
mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

B. A. (2007). Manajement Keperawatan psikososial&kader kesehatan jiwa .


jakarta : EGC.

prabowo, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Nuha Medika .

Potter & Perry. 2009 Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2009. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,


Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri,


Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai